Anda di halaman 1dari 17

TUGAS PEREKONOMIAN INDONESIA

“PERTUMBUHAN EKONOMI DI ERA ORDE BARU

DAN ERA REFORMASI”

Dosen Pembimbing : Biandri Muslim, SE., MM

DISUSUN OLEH :

1. NISFUL LAILI NIM : 17310096

2. NOVA PUTRI ANGGRIEANA NIM : 17310329

3. DWI AGENG SETYAWAN NIM : 17310448

KELAS : REGULER B

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MAHARDHIKA

SURABAYA

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.

Makalah ini kami susun sebagai tugas dari mata kuliah Perekonomian Indonesia

dengan judul “Pertumbuhan Ekonomi Di Era Orde Baru dan Era Reformasi”.

Terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Biandri Muslim, SE., MM

selaku dosen mata kuliah Perekonomian indonesia yang telah membimbing dan

memberikan kuliah demi kelancaran terselesaikannya tugas makalah ini.

Demikianlah tugas ini kami susun semoga bermanfaat dan dapat memenuhi

tugas mata kuliah Perekonomian Indonesia dan kami berharap semoga makalah

ini bermanfaat bagi diri kami dan khususnya untuk pembaca. Tak ada gading yang

tak retak, begitulah adanya makalah ini.

Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif dan

membangun sangat kami harapkan dari para pembaca guna peningkatan

pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Surabaya, 16 Oktober 2018

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ............................................................................... 2

1.3. Tujuan ................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ......................................................

2.2. Faktor-Faktor Yang Menentukan Pertumbuhan Ekonomi ....................

2.3. Pertumbuhan Ekonomi di Era Orde Baru .............................................

2.4. Pertumbuhan Ekonomi Era Reformasi .................................................

BAB III PENUTUP

3.1. Simpulan .............................................................................................

3.2. Saran ...................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi jangka panjang.

Pertumbuhan ekonomi yang pesat merupakan fenomena penting yang

dialami dunia hanya semenjak dua abad belakangan ini. Dalam periode

tersebut dunia telah mengalami perubahan yang sangat nyata apabila

dibandingkan dengan periode sebelumnya. Pada masa sebelumnya kuda

dan beberapa binatang peliharaan lain merupakan tenaga penarik bagi alat

pengangkut yang utama. Pada masa ini keadaan sudah sangat berbeda.

Kemampuan manusia untuk pergi kebulan dan mewujudkan komputer

canggih merupakan contoh yang nyata dari betapa jauhnya manusia telah

mengalami kemajuan sejak dua atau tiga abad yang lalu.

Ditinjau dari sudut ekonomi, perkembangan ekonomi dunia

menimbulkan dua efek penting yang sangat menggalakkan, yaitu (i)

kemakmuran atau taraf hidup masyarakat makin meningkat, dan (ii) ia dapat

menciptakan kesempatan kerja yang baru kepada penduduk yang terus

bertambah jumlahnya. Walau bagaimanapun, sungguh menyedihkan untuk

menyadari kenyataan bahwa pertumbuhan ekonomi tersebut bukanlah

sesuatu peristiwa yang terjadi di semua negara. Negara-negara di Asia dan

Afrika tidak menikmati sepenuhnya peningkatan pertumbuhan ekonomi

tersebut.
1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi ?

2. Apa saja faktor penentu pertumbuhan ekonomi ?

3. Bagaimana pertumbuhan ekonomi setiap periode kepemimpinan

presiden di Indonesia ?

1.3. Tujuan

1. Menambah wawasan tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia.

2. Memberikan informasi tentang kondisi ekonomi di Indonesia saat ini

kepada kami sendiri pada khususnya dan khalayak umum yang membaca

pada umumnya.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai perkembangan

kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang

diproduksikan dalam masyarakat bertambah. Masalah pertumbuhan

ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi jangka panjang.

Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara untuk

menghasilkan barang dan jasa akan meningkat. Kemampuan yang

meningkat ini disebabkan karena faktor-faktor produksi akan selalu

mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Investasi akan

menambah jumlah barang modal. Teknologi yang digunakan berkembang.

Disamping itu tenaga kerja bertambah sebagai akibat dari perkembangan

penduduk, dan pengalaman kerja dan pendidikan menambah keterampilan

mereka. (sadono sukirno).

Menurut Boediono (2001: 35), pertumbuhan ekonomi adalah proses

kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi

merupakan indikator untuk melihat keberhasilan pembangunan dan

merupakan syarat keharusan ( necessary condition) bagi penurunan

pengangguran . Adapun syarat kecukupannya ialah bahwa pertumbuhan

ekonomi tersebut efektif dalam mengurangi tingkat pengangguran. Artinya,

pertumbuhan tersebut hendaklah menyebar di setiap golongan pendapatan,

termasuk di golongan penduduk miskin. Secara langsung, hal ini berarti

pertumbuhan itu perlu dipastikan terjadi disektor-sektor dimana penduduk

miskin bekerja yaitu sector pertanian atau sector yang padat karya. Adapun

secara tidak langsung, diperlukan pemerintah yang cukup efektif


mendistribusikan manfaat pertumbuhan yang mungkin didapatkan dari

sektor modern seperti jasa yang padat modal.

2.2. Faktor-Faktor Yang Menentukan Pertumbuhan Ekonomi

1. Faktor Sumber Daya Alam, Sebagian besar negara berkembang

bertumpu kepada sumber daya alam dalam melaksanakan proses

pembangunannya. Namun demikian, sumber daya alam saja tidak

menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi, apabila tidak

didukung oleh kemampaun sumber daya manusianya dalam mengelola

sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud

dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang, kekayaan

hasil hutan dan kekayaan laut.

2. Faktor Sumber Daya Manusia, Sama halnya dengan proses

pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi oleh SDM.

Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses

pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung

kepada sejauh mana sumber daya manusianya selaku subjek

pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan

proses pembangunan.

3. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mendorong adanya

percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula

menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih

berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian

aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya

berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian.


4. Faktor Budaya, Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap

pembangunan ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai

pembangkit atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga

menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang dapat mendorong

pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet

dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses

pembangunan diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan

sebagainya.

5. Sumber Daya Modal, Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk

mengolah SDA dan meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal

berupa barang-barang modal sangat penting bagi perkembangan dan

kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal juga

dapat meningkatkan produktivitas.

2.3. Pertumbuhan Ekonomi di Era Orde Baru

Persoalan kinerja pertumbuhan ekonomi memang jadi hal sensitif di

tahun-tahun politik. Angka-angka di atas kertas ini bisa jadi amunisi bagi

lawan politik untuk menyerang pemerintah. Pada era Presiden Jokowi

menjabat pertumbuhan ekonomi memang baru berkutat pada angka empat

sampai lima persen. Pada 2015, saat satu tahun setelah menjabat,

pertumbuhan ekonomi berada malah sempat di bawah lima persen tepatnya

4,90 persen.

Pertumbuhan ekonomi diukur melalui produk domestik

bruto (PDB). PDB salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi

ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu. Laju pertumbuhan

tersebut ditunjukkan melalui kenaikan PDB atas dasar harga konstan. Setiap
periode kepresidenan biasanya punya kebijakan berbeda terkait

pertumbuhan ekonomi.

Kala Soeharto naik menjadi presiden di saat kondisi ekonomi dan

politik yang sedang tidak baik. BPS mencatat pada 1965 ekonomi Indonesia

hanya tumbuh sebesar 1,08 persen. Ekonomi Indonesia selama kurun waktu

1960-1965 hanya tumbuh rata-rata dua persen. Periode 1966-1973 dapat

dikatakan sebagai tahun transisi ekonomi. Pada tahun-tahun tersebut,

Soeharto mengambil kebijakan untuk memperbaiki keadaan ekonomi yang

tengah merosot. Salah satunya mengatasi hiperinflasi. Hal tersebut terlihat

dari laju pertumbuhan ekonomi. Ekonomi pada 1966 hanya tumbuh sebesar

2,79 persen. Setahun berikutnya turun menjadi 1,38 persen. Usaha

perbaikan ekonomi tersebut terlihat sejak 1968. Pertumbuhan ekonomi

melambung ke level 10,91 persen pada 1968. Pengendalian inflasi pun


terlihat berjalan baik. BPS mencatat inflasi turun drastis menjadi 9,86 persen

pada awal Pelita I pada 1969 (hlm. 215)

PDB atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha sejak 1960

memang didominasi sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan

perikanan. Sektor ini menyumbang 40-50 persen PDB setiap tahunnya.

Sektor lain yang cukup berperan terhadap PDB yaitu perdagangan, hotel,

dan restoran.
Sektor tersebut bertumbuh setiap tahunnya. Perkembangan

berikutnya, pertumbuhan ekonomi era Presiden Soeharto konsisten di

kisaran lima hingga sembilan persen. Pertumbuhan di bawah lima persen

hanya terjadi pada 1982 dan 1983 yaitu 2,2 persen dan 4,2 persen.

Sementara itu, krisis minyak dunia (oil boom) yang mulai terjadi pada 1973

ternyata menguntungkan Indonesia.

Naiknya harga minyak dunia membuat ekspor migas Indonesia

meningkat dari US$1,61 miliar pada 1973 menjadi US$7,44 miliar pada

1978. Dampak lain, sektor pertambangan dan penggalian lantas menjadi

lapangan usaha ketiga penyumbang PDB pada 1973.

Sektor pertambangan dan penggalian pun terus tumbuh seiring

ditemukannya ladang minyak baru dan naiknya permintaan minyak dunia.

Puncaknya pada 1983, nilai ekspor migas mencapai US$16,14 miliar. Angka

tersebut menjadikan sektor ini menguasai lebih dari 70 persen ekspor

Indonesia saat itu. Mulai menurunnya harga minyak dunia membuat

pemerintahan Soeharto mengubah arah ekonomi.

Pada pertengahan 1983 kebijakan untuk mengembangkan sektor

ekspor nonmigas pun dilakukan. Selain itu, pemerintah juga mendevaluasi

rupiah sebesar 38 persen. Hal itu dilakukan untuk meningkatkan daya saing

perekonomian. Alhasil, penyokong perekonomian pun secara perlahan

beralih ke sektor nonmigas. Di antaranya ialah industri pengolahan dan

sektor perbankan, dalam buku Kesan Para Sahabat tentang Widjojo

Nitisastro (hlm. 117)

PDB sektor Industri pengolahan meningkat 581 persen, dari Rp9,9

triliun pada 1983 menjadi Rp67,44 triliun pada 1993. Sedangkan sektor

keuangan, real estate, dan jasa perusahaan naik 385 persen dari Rp4,71

triliun pada 1983 menjadi Rp22,87 triliun pada 1993. Patut dicatat, sektor
industri pengolahan pada tahun 1984 adalah penyumbang ketiga terbesar

PDB. Rekor itu adalah yang pertama kalinya. Semenjak itulah sektor ini

menjadi penyumbang utama PDB hingga saat ini.

2.4. Pertumbuhan Ekonomi Era Reformasi

Krisis ekonomi global yang bermula pada 1997 dan carut marutnya

politik di dalam negeri membuat Soeharto akhirnya mundur pada 21 Mei

1998. BJ Habibie yang sebelumnya bertindak sebagai wakil presiden pun

naik menggantikan Soeharto. Habibie tak membuat banyak perubahan pada

kebijakan yang menentukan arah PDB. Ia hanya sebentar menjabat sebagai

presiden. Pada tahun pertamanya tersebut, pertumbuhan ekonomi terjun

bebas menjadi minus 13,31 persen.

Kondisi tersebut turut dipengaruhi krisis nilai tukar yang membuat

rupiah terdepresiasi dari Rp3.633 pada Juli 1997 menjadi Rp15.100 pada

Mei 1998. Pada tahun keduanya, dengan berbagai perbaikan regulasi,

Habibie mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,79 persen pada

1999. Melalui pemilihan umum (pemilu), KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur)

naik menjadi presiden pada 1999. Pertumbuhan ekonomi di era Gus Dur

mulai kembali positif. Pada tahun pertamanya, tercatat pertumbuhan

ekonomi sebesar 4,92 persen pada 2000. Namun pada tahun berikutnya

pertumbuhan ekonomi turun menjadi 3,64 persen.

Selain melihat pertumbuhan ekonomi dari sisi kontribusi lapangan

usaha, juga dapat dilihat dari sisi pengeluaran. Pada masa pemerintahan

Gus Dur, pengeluaran konsumsi rumah tangga mendominasi ekonomi, di

luar aspek pengeluaran lain seperti ekspor-impor, investasi, dan belanja

pemerintah.
Indikator pengeluaran konsumsi rumah tangga pada era Gus Dur naik

dari Rp856,80 triliun pada 2000 menjadi Rp1.039,65 triliun pada 2001. Hal

ini terlihat jelas dari industri penopang pertumbuhan, yaitu pengolahan

(27,65%) dan perdagangan, hotel dan restoran (16,20%).

Meskipun begitu, kepemimpinan Gus Dur di bidang ekonomi kurang

efektif. Lemahnya kerja tim ekonomi dan buruknya hubungan dengan IMF

membuat Gus Dur dimakzulkanpada pertengahan 2001. Wakil Presiden

Megawati Soekarno Putri naik menggantikannya.

Pemerintahan era Megawati cukup berhasil melakukan stabilisasi

ekonomi. Terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi yang menunjukkan tren

naik. Secara berturut-turut, pertumbuhan ekonomi dari 2002 sebesar 4,5

persen naik menjadi 4,78 persen pada 2003 dan 5,03 persen pada 2004.

Industri pengolahan semakin berkembang di era Megawati. Selama tiga

tahun kalender, PDB industri tersebut selalu mencapai kisaran Rp400 triliun.

Menjadi sektor penyumbang PDB terbesar menurut lapangan usaha.

Presiden berikutnya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), cukup baik

dalam menjaga pertumbuhan ekonomi. Selama 10 tahun masa

kepemimpinannya, pertumbuhan ekonomi melaju di kisaran lima hingga

enam persen. Pencapaian terendah terjadi pada 2009 dengan pertumbuhan

ekonomi 4,63 persen.

Kondisi pada 2009 tersebut dipengaruhi tekanan ekonomi global yang

berdampak pada pelemahan rupiah yang mencapai puncaknya pada kuartal

akhir 2008. Hal tersebut mengakibatkan stabilitas moneter dan sistem

keuangan pada kuartal pertama 2009 masih mengalami tekanan berat,

ekspor barang dan jasa juga mengalami kontraksi yang cukup dalam.

Industri pengolahan masih menjadi kontributor terbesar untuk PDB di

masa itu. Kritik ekonomi untuk SBY selama menjabat ialah gagal
membangun jaringan infrastruktur. Anggaran infrastruktur pada masa SBY

kurang dari empat persen dari APBN. Sementara, anggaran cukup besar

untuk pos subsidi energi. Pada APBN 2015, pemerintahan SBY

menganggarkan Rp344,70 triliun untuk subsidi energi.

Penambahan anggaran infrastruktur dilakukan presiden berikutnya,

Jokowi. Pada pemerintahan Jokowi, sektor konstruksi terus menunjukkan

tren meningkat. Selain itu PDB juga didukung sektor pertanian, kehutanan,

dan perikanan; industri pengolahan; serta perdagangan besar dan eceran.

Ekonomi di era Jokowi berkisar di angka lima persen. Pertumbuhan

ekonomi tercatat 4,90 persen pada 2015. Tahun-tahun berikutnya, angka

tersebut tidak naik terlalu signifikan. Tercatat pertumbuhan ekonomi pada

2016 5,03 persen dan 2017 sebesar 5,07 persen.

Berdasarkan angka, pertumbuhan ekonomi di era Jokowi memang

terlihat lebih rendah dibandingkan era Soeharto. Namun perlu dicatat, masa

kepemimpinan Jokowi baru berlangsung empat tahun dan belum bisa

dibandingkan dengan era kepemimpinan sebelumnya. Selain itu, di era

Soeharto, pertumbuhan ekonomi juga tidak selalu stabil. Hanya sekali

pertumbuhan mencapai dua digit, belum sampai 12 persen. Tepatnya pada

1968 sebesar 10,92 persen.

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di tiap era berbeda-

beda tergantung kebijakan sang presiden. Soeharto membuka keran

investasi asing dan terbantu oleh meningkatnya harga minyak dunia. Ia pun

memanfaatkan migas sebagai penopang ekonomi di saat Indonesia

berperan sebagai eksportir minyak mentah.

Namun, ketika harga minyak dunia turun, Soeharto memutuskan untuk

mulai beralih ke sektor nonmigas. Ada pula masanya pertumbuhan ekonomi

berada di bawah tekanan IMF sebagai pemberi dana untuk perbaikan


perekonomian negara seperti di era Habibie. Sedangkan pada era SBY,

lebih mengambil jalan aman dengan melakukan stabilisasi makroekonomi

dan politik dengan subsidi energi yang besar. Sedangkan masifnya

pembangunan infrastruktur beberapa tahun terakhir, bisa jadi penopang

baru untuk geliat ekonomi di masa depan.


BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan

Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi adalah masalah jangka

panjang suatu negara. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu faktor yang

menentukan pembangunan ekonomi. Semakin baik pertumbuhan ekonomi

suatu negara maka semakin baik pula pembangunan ekonomi di negara

tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan

pembangunan ekonomi. Terdapat banyak faktor yang mendorong dan

menghambat pertumbuhan ekonomi. Diperlukan usaha untuk dapat

mengoptimalkan pengelolaan sumber-sumber daya di Indonesia untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

3.2. Saran

Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pemerintah

dibantu rakyat Indonesia harus dapat mengoptimalkan penggunaan sumber-

sumber daya yang ada di Indonesia. Kebijakan pemerintah sangat berperan

penting dalam usaha tersebut. Pemerintah harus mampu memberantas

korupsi yang merupakan faktor utama penghambat pertumbuhan ekonomi,

selain itu pemerintah haruslah mengembangkan infrastruktur, meningkatkan

taraf pendidikan masyarakat agar kualitas sumber daya manusia Indonesia

meningkat sehingga mampu mengelola sumber daya alam Indonesia secara

optimal bukan dikelola oleh negara lain, serta merumuskan dan

melaksanakan perencanaan ekonomi.


DAFTAR PUSTAKA

25 September 2018

Penulis: Hanif Gusman

Editor: Suhendra

https://tirto.id/pertumbuhan-ekonomi-era-soeharto-jokowi-beda-rezim-beda-

faktor-c2q9

https://www.academia.edu/34596751/MAKALAH_PERTUMBUHAN_EKONOMI_I

NDONESIA?auto=download

Anda mungkin juga menyukai