Hasil Belajar PDF
Hasil Belajar PDF
Oleh :
Suherman
103016327174
i
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta
Oleh :
SUHERMAN
NIM. 103016327174
Dibawah Bimbingan:
Pembimbing I Pembimbing II
ii
ABSTRAK
iii
ABSTRACT
Suherman, ” The trying to Improve the Study Result of Student Physics with The
Realized of Problem-based Learning Model (Classroom Action Research of MTsN
3 Pondok Pinang-Jakarta)”. Thesis, Program Study of Physics Education, Majors
of Natural Sciences Education, Faculty of Tarbiyah and Teaching Sciences, State
Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.
iv
KATA PENGANTAR
v
membantu dan memberikan bimbingan, kritik, dan saran selama penelitian
berlangsung.
7. Teristimewa untuk kedua orang tua tercinta, Mamah Didah dan Bapak Uci
Sanusi yang tidak henti-hentinya mendo’akan, melimpahkan kasih sayang,
dan selalu memotivasi serta memberikan dukungan baik moril maupun materil
sehingga ananda dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT selalu
memberikan yang terbaik untuk kalian.
8. Saudara-saudaraku, Enjang Subawan, Gunawan, dan Sartika Dewi yang selalu
memberikan dukungan moril dan materil, terimakasih saudara-saudaraku
semoga Allah SWT membalas dengan balasan terbaik dalam hidup kalian.
9. Sahabat-sahabat terbaik, Sandy, Zunoy, Ase (terima kasih atas
kebersamaannya selama ini), Fi’at, Ria, Melly, Lisna dan semuanya yang
selalu mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
10. Teman-teman seperjuangan Jurusan Pendidikan IPA angkatan 2003, Program
studi fisika, biologi, dan kimia yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
terimakasih untuk kebersamaanya yang selalu memberikan motivasi untuk
menjadi lebih baik dan semua keceriaan selama kuliah, sampai jumpa kawan
semoga sukses.
Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, mudah-
mudahan bantuan, bimbingan, semangat, dan do’a yang telah diberikan menjadi
pintu datangnya ridha dan kasih sayang Allah SWT di dunia dan akhirat kelak.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca
umumnya.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ..................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................. vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
vii
5. Evaluasi Pelaksanaan Model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah ................................................................................... 27
C. Hasil Belajar Siswa ....................................................................... 28
1. Pengertian Belajar ................................................................... 28
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar .................... 29
3. Pengukuran Hasil Belajar ........................................................ 32
D. Hubungan Pembelajaran Berdasarkan Masalah dengan
Hasil Belajar ................................................................................. 34
E. Kerangka Pikir .............................................................................. 37
F. Hipotesis Tindakan ....................................................................... 39
viii
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 54
A. Penerapan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
di MTs Negeri 3 Pondok Pinang-Jakarta ...................................... 54
B. Hasil Belajar Siswa ....................................................................... 56
C. Pengaruh Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Terhadap Hasil Belajar Siswa ....................................................... 65
D. Pembahasan Temuan Penelitian ................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran halaman
1. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ................................................................... 77
2. Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen .............................................................. 86
3. Perhitungan Uji Validitas .......................................................................... 90
4. Tabel Validitas Instrumen ......................................................................... 91
5. Perhitungan Uji Reliabilitas ...................................................................... 92
6. Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran ...................................................... 93
7. Hasil Perhitungan Daya Pembeda ............................................................. 94
8. Instrumen Hasil Belajar Fisika Siswa ....................................................... 95
9. Data Hasil Pretes dan Postes Siswa .......................................................... 99
10. Analisis Pemahaman Konsep Pretes ……………………………………. 100
11. Analisis Pemahaman Konsep Postes ……………………………………. 101
12. Data Perhitungan N-Gain Pretes-Postes ………………………………... 102
13. Data Distribusi Frekuensi Pretes ……………………………………….. 103
14. Data Distribusi Frekuensi Postes ……………………………………….. 106
15. Uji Analisis Data ………………………………………………………... 109
16. Uji Statistik ……………………………………………………………… 118
17. Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran …………. .………………………. 122
18. Lembar Kerja Siswa ……………………….……………………………. 155
19. Format Observasi Proses Pembelajaran …………………………..…….. 163
20. Kuisioner Respon Siswa ………………………………………………... 164
21. Data Perhitungan Skor Rata-rata Lembar Observasi …………………… 165
22. Data Perhitungan Kuisioner Siswa ……………………………………… 167
23. Tabel Konsultasi …………………………………………………………. 168
xii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Tahun
2003, dari http://www.google.co.id
xiii
meningkatkan mutu pendidikan tentu diperlukan suatu kerja sama yang baik
dari semua komponen yang menyokong terselengaranya kegiatan pendidikan
tersebut.
Mutu pendidikan yang baik akan menciptakan output yang baik, serta
dapat memberikan kompetensi yang bermanfaat dalam kehidupannya kelak.
Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan ialah mengoptimalkan
proses pembelajaran di kelas.
Proses pembelajaran di kelas yang optimal dapat menghasilkan hasil
belajar yang optimal pula. Proses pembelajaran di kelas seharusnya siswa
ditempatkan sebagai subjek dan bukan lagi sebagai objek, maka dari itu proses
pembelajaran yang sesunguhnya ialah kegiatan belajar siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya
perubahan pada diri seseorang. Ciri utama orang yang belajar adalah
terjadinya perubahan dalam perilaku dan tingkah laku.2 Ditandai adanya
perubahan-perubahan pada diri seseorang melalui proses belajar tersebut,
maka akan menghasilkan sesuatu yang baru yang bermanfaat bagi dirinya dan
orang lain.
Peningkatan hasil belajar siswa selalu dipengaruhi oleh banyak faktor,
salah satunya ialah penggunaan metode mengajar. Dalam mengunakan metode
mengajar, seorang guru dapat menerapakan salah satu model pembelajaran
inovatif yang membantu guru dan siswa dalam meningkatkan hasil belajar.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum,
dan lain-lain.3 Seorang guru dituntut untuk pintar dalam memilih model
pembelajaran yang tepat untuk diterapakan dalam proses pembelajaran
dikelas.Guru sebagai seorang pengajar kadang-kadang salah dalam
2
Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: UHAMKA PRESS,
2003), h. 14
3
Trianto, Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2007), h. 5
xiv
menggunakan metode dan menerapkan model pembelajaran yang seharusnya
digunakan dalam proses pembelajaran. Kesalahan dalam menerapkan metode
mengajar dapat menimbulkan ketidakefektifan dalam belajar, perolehan hasil
belajar yang tidak optimal, kejenuhan dalam belajar, dan hal-hal lain yang
dapat menghambat proses pembelajaran.
Penerapan model pembelajaran yang baik agar memperoleh hasil yang
optimal merupakan hal yang sangat penting diterapkan oleh seorang guru,
karena dengan ini dapat memotivasi siswa untuk mengembangkan
pengetahuannya tanpa merasa bahwa materi pelajaran yang mereka terima
sangat menyulitkan. Berdasarkan hal inilah seorang guru atau pengajar harus
mampu memberikan motivasi yang besar pada siswa agar mereka dapat
menerima materi yang diberikan dengan rasa senang. Pemilihan model
pembelajaran hendaknya dapat melibatkan siswa secara aktif, baik secara
fisik, intelektual dan emosionalnya dalam belajar, apalagi dalam pembelajaran
fisika yang menuntut siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran.
Dalam dunia pendidikan, fisika merupakan salah satu cabang keilmuan
sains yang menuntut siswa untuk aktif dan terlibat langsung dalam proses
pembelajaran. Dalam penelitian tentang pembelajaran fisika menunjukan
bahwa banyak faktor yang dapat membuat pembelajaran fisika menjadi lebih
menarik dan menghasilkan prestasi siswa yang tinggi. Namun, satu faktor
terpenting untuk hal itu adalah keterlibatan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran.4 Namun disisi lain siswa beranggapan bahwa fisika merupakan
salah satu mata pelajaran yang paling ditakuti. Padahal, mata pelajaran fisika
itu sebenarnya menarik dan dekat dengan kehidupan. Oleh sebab itu perlu
penerapan metode, strategi dan model yang bervariasi dalam pembelajaran
fisika, sehingga siswa tidak menganggap fisika adalah sesuatu yang perlu
ditakuti, melainkan sesuatu yang menarik untuk dipelajari.
Salah satu model pembelajaran alternatif yang melibatkan siswa
secara aktif ialah model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based
Learning) atau lebih dikenal dengan singkatan PBL. Dipilihnya model
4
Supriyono Koes H, Strategi Pembelajaran Fisika, (Universitas Negeri Malang), h. 3
xv
Pembelajaran Berdasarkan Masalah dalam penelitian ini, karena model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada dasarnya lebih mendorong siswa
untuk aktif dalam memperoleh pengetahuan. Dengan banyaknya aktifitas yang
dilakukan oleh siswa, diharapkan dapat menimbulkan rasa senang dan antusias
siswa dalam belajar. Dengan demikian diharapakan dapat meningkatkan
pemahaman konsep fisika yang dapat mendorong siswa untuk meningkatkan
hasil belajar. Berdasarkan alasan-alasan tersebut, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul:
“ Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Melalui Penerapan
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Learning)”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, model pembelajaran yang dapat
dipergunakan oleh guru dan siswa dalam upaya meningkatkan hasil belajar
fisika siswa. Maka dari itu penulis mengidentifikasi beberapa masalah,
diantaranya sebagai berikut:
1. Bagaimanakah pengaruh penerapan model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah terhadap hasil belajar fisika siswa?
2. Bagaimana model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dapat
meningkatkan hasil belajar siswa?
3. Bagaimanakah persepsi dan kesan siswa terhadap model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah?
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari salah penafsiran terhadap skripsi ini maka penulis
membatasi fokus penelitian pada penerapan model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah sebagai upaya meningkatkan hasil belajar fisika siswa pada pokok
bahasan Tekanan. Objek penelitiannya dilakukan di MTs Negeri 3 Pondok
Pinang-Jakarta pada semester ganjil tahun pelajaran 2007-2008.
xvi
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan
perumusan masalah penelitian sebagai berikut : “Pengaruh penerapan model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah dalam pembelajaran fisika terhadap hasil
belajar fisika siswa ?”
xvii
BAB II
DESKRIPSI TEORI, KERANGKA PIKIR,
DAN HIPOTESIS TINDAKAN
5
Ahmad Sofyan, Konstruktivisme dalam Pembelajaran IPA Sains, (Jakarta: Seminar
Internasional Pendidikan IPA FITK Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007),
h. 1
6
Zulfiani, Model Pembelajaran IPA Berbasis Konstruktivisme di MI/MTs, (Jakarta:
Seminar Pembelajaran Sains yang Efektif di Madrasah, Pusat Peningkatan dan Jaminan Mutu
(CEQDA) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), h. 1
xviii
hal tersebut. Ini sesuai dengan pernyataan...”science education is based on
both practice and interpretation, that it is so connected with real life and that
requires cooperation facilitate the problem based-learning.” 7
Seiring dengan berkembangnya pemikiran manusia tersebut, sains
berkembang sebagai ilmu pengetahuan yang menarik untuk dipelajari hingga
sekarang. Dalam perkembangan pembelajaran, sains terbagi kedalam tiga
subbidang studi diantaranya bidang studi kimia, bidang studi biologi, dan
bidang studi fisika.
Fisika merupakan salah satu bidang sains yang menarik untuk
dipelajari dan menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami
konsep dan proses sains. Fisika adalah salah satu bagian disiplin ilmu yang
terdiri atas komponen-komponen alam yang saling terkait. Komponen itu
adalah objek dari gejala-gejala alam yang sangat luas dan selalu berkembang
dari waktu ke waktu yang memberikan konsekuensi pada manusia.
Menurut Karhami sebagaimana dikutip oleh Nurdin Ibrahim
menyatakan bahwa fisika merupakan salah satu subbidang studi sains,
berfungsi untuk memperluas wawasan pengetahuan tentang materi dan energi,
meningkatkan keterampilan ilmiah, menumbuhkan sikap ilmiah, dan
kesadaran/kepedulian pada produk teknologi melalui penerapan teori,
konsep/prinsip fisika yang yang sudah dikuasai sebelumnya serta kesadaran
kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.8
Selain itu pengertian lain mengatakan bahwa, fisika adalah ilmu
tentang gejala dan perilaku alam sepanjang dapat diamati oleh manusia.9
Maka, jelas bahwa teknik-teknik pengamatan merupakan bagian yang amat
penting dalam pengajaran fisika. Bidang keilmuan fisika menekankan pada
7
Orhan Akinoglu and Ruhan Ozkardez tandogan, The effects of Problem-Based Active
Learning in Science Education on Students’ Academic, Achievment, Attitude and Cocept Learning,
dari Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education, 2007, h.72
8
Nurdin Ibrahim, ”Hasil Belajar Fisika Siswa SLTP Terbuka Tanjung Sari Sumedang
Jawa Barat”, dalam Jurnal Pendidkan dan Kebudayaan No. 031 Tahun ke – 7, September 2001,
hlm. 487
9
Tim Penulis PEKERTI Bidang MIPA, Hakikat Pembelajaran MIPA dan Kiat
Pembelajaran Biologi di Perguruan Tinggi, (Jakarta : PAU-PPAI Universitas Terbuka, 2001),
h. 6
xix
pemberian pengalaman secara langsung. Karena itu, siswa perlu dibantu untuk
mengembangkan sejumlah keterampilan proses agar mereka mampu
menjelajahi dan memahami konsep-konsep fisika dari gejala-gejala alam
disekitarnya.
Menurut pendapat-pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya hakikat pembelajaran sains-fisika adalah interaksi pembelajaran yang
membahas fenomena-fenomena alam yang saling terkait yang dapat diamati
oleh manusia dan selalu berkembang dari waktu ke waktu yang memberikan
konsekuensi pada manusia. Hasil dari pembelajaran sains-fisika ini dapat
menghasilkan produk teknologi yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan.
2. Konsep Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan suatu pandangan yang mengatakan bahwa
pengetahuan bukanlah sesuatu yang mutlak, melainkan sesuatu yang
dikonstruksi oleh seseorang melalui pengetahuan dan pengalaman sebelumnya
yang sudah ada dan diintegrasikan dengan pengetahuan dan pengalaman baru
menjadi suatu pengetahuan baru.
Konstruktivisme dikembangkan dari ide Piaget bahwa siswa akan
mempunyai pengalaman belajar jika mereka aktif berpartisipasi.10
Konstruktivisme juga dapat diartikan sebagai kedudukan psikologi yang
berpegang kepada sebarang kebenaran yang kebanyakan terjadi secara
bersamaan dan konkrit. Ini bermakna bahwa ilmu pengetahuan dibina oleh
individu-individu melalui pengamatan kepada fenomena alam.11 Pembinaan
ilmu pengetahuan ini dilakukan oleh siswa dalam proses pembelajaran. Siswa
harus ikut aktif berpartisipasi dalam membina dan mengembangkan
pengetahuan mereka melalui proses pengamatan kepada fenomena alam.
Selanjutnya Betten Court dan Mattew menyatakan bahwa
konstruktivisme merupakan salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan
10
Munasprianto Ramli, Pembelajaran Sains Menyenangkan dengan Metode
Konstruktivisme, dalam METAMORFOSA, Vol. 1 No. 2, Oktober 2006, h. 49
11
Embong Bin Omar, Konstruktivisme: Konsep dan Implikasinya dalam Belajar, dari
http://www.mpkt.edu.my/bahan/konstruktivisme.doc, 2 Februari 2007
xx
bahwa pengetahuan seseorang adalah konstruksi orang itu sendiri.12
Sedangkan Briner menyebutkan bahwa dalam konstruktivisme, siswa
membangun pengetahuan mereka dengan menguji ide dan pendekatan
berdasarkan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya yang sudah ada,
mengaplikasikannya kepada situasi baru dan mengintegrasikan pengetahuan
baru yang diperoleh dengan ilmu pengetahuan yang telah dimiliki
13
sebelumnya. Pendapat-pendapat ini senada dengan pernyataan Gwendi
yang mengatakan bahwa..”constructivism assumes that ’knowledge’ is not an
absolute, but is ‘constructed’ by the leaner based on previous knowledge and
14
overall views of the world.” Maksud dari pernyataan ini ialah
konstruktivisme berasumsi bahwa pengetahuan bukan sesuatu yang mutlak
melainkan sesuatu yang dikonstruksi/dibangun oleh sesorang berdasarkan
pengetahuan sebelumnya.
Berdasarkan pengertian diatas, pada dasarnya konsep konstruktivisme
adalah suatu teori atau faham yang menyatakan bahwa setiap pengetahuan
atau kemampuan hanya bisa dikuasai (dipahami secara sungguh-sungguh)
oleh seseorang apabila orang tersebut secara aktif mengkonstruksi/membentuk
pengetahuan atau kemapuan itu di dalam pikirannya. Konstruktivisme
memberikan keleluasaan pada siswa secara aktif untuk mengkonstruksi
pengetahuannya berdasarkan ide atau gagasan yang telah dimilikinya. Siswa
mengkonstruksi pengetahuan tersebut dan memberi makna melalui
pengalaman, sehingga siswa dibiasakan memecahkan masalah dan
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya melaui proses belajar.
12
Kartimi, Suatu Model Konstruktivisme Mengajar Sains: Pembelajaran Berbasis
Komputer, (Jakarta: Seminar Internasional Pendidikan IPA FITK Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2007), h. 25
13
Sri Subarinah, Pengembangan Mata Kuliah Geometri Menggunakan Pendekatan
Pembelajaran Konstruktivisme Pada Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas
Mataram, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 053. Tahun ke-11, maret 2005, h. 255
14
Gwendi Camp, Problem-Based Learning: A Paradigm Shift or a Passing Fad?, dari
http://www.uchsc.edu/primary/pbl.htm
xxi
3. Prinsip dan Macam Konstruktivisme
Secara garis besar konstruktivisme merupakan suatu konsep yang
menempatkan siswa sebagai subjek yang membangun atau mengkonstruksi
pengetahuannya berdasarkan ide atau gagasan yang telah dimilikinya.
Pandangan konstruktivisme tentang pengetahuan, menurut O’Loughlin
didasarkan atas empat prinsip dasar, yaitu:
15
Solichan Abdullah, Konstruktivisme dalam Pendidikan, dalam FASILITATOR, Edisi
VI/Tahun 2003, h. 9
16
Tatang Suratno, Peranan Konstruktivisme dalam Pembelajaran dan Pengajaran Sains,
(Jakarta: Seminar Internasional Pendidikan IPA FITK Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2007), h. 82
xxii
dan konstruktivisme sosiologis.
1. Konstruktivisme psikologi personal diperkenalkan oleh Piaget dan Posner
et al. Konstruktivisme psikologi personal menekankan pada tiga proses
kunci membangun pengetahuan, yaitu akomodasi, asimilasi, dan
ekuilibrum. Pada intinya, asimilasi terjadi karena pengetahuan awal siswa
sejalan/berhubungan dengan fenomena dan belum terjadi perubahan skema
ataupun perubahan konseptual. Akomodasi merupakan proses konflik
kognitif karena skema dengan fenomenanya berbeda sehingga
memungkinkan terjadinya proses perubahan konseptual sehingga siswa
mengalami empat kondisi, yaitu; 1) perasaan kurang puas terhadap
konsepsi yang ada/yang dimilikinya; 2) intelligible dapat dipahami;
3) plausible dapat diterima (masuk akal); 4) fruitful dapat berkembang.
Ekuilibrum merupakan fase ksetimbangan antara asimilasi dan akomodasi.
2. Konstruktivisme sosiokultural tokoh sentralnya adalah Vygotsky.
Vygotsky menekankan faktor bahasa mempengaruhi proses membangun
pengetahuan individu. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi paling
efektif dalam menegosiasikan pemahaman. Negosiasi pemahaman sangat
mempengaruhi zona proksimal individu; suatu rentang pemahaman dalam
sistem kognisi individu.
3. Konstruktivisme sosiologis memandang bahwa pengetahuan dibentuk oleh
masyarakat dengan tidak memperhatikan unsur personal. Dengan
demikian, pengukuhan pengetahuan dipengaruhi oleh konsesus sosial
(science as social construct)
17
Kartimi, Suatu Model Konstruktivisme ..., h. 26
xxiii
pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara
disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku
tertentu dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap
situasi tertentu, pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan.18
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang memungkinkan
terjadinya interaksi dua arah antara guru dengan siswa. Dengan adanya
interaksi ini diharapkan dapat menciptakan proses pembelajaran yang efektif,
seperti halnya dalam pembelajaran konstruktivisme yang memandang bahwa
pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru dan siswa dalam rangka
membangun pengetahuan. Siswa berperan sebagai individu yang mencari
kebenaran terhadap apa yang dipelajarinya, dan guru bertugas sebagai
pengendali dan mengarahkan siswa dalam membangun pengetahuannya.
Pembelajaran sains dalam konstruktivisme adalah membantu siswa
untuk membangun konsep-konsep sains dengan kemapuannya sendiri melaui
proses internalisasi sehingga konsep itu terbangun kembali melalui
transformasi informasi untuk menjadi konsep baru. Skemp menyatakan bahwa
pemahaman atau pengetahuan dapat dibangun oleh siswa sendiri berdasarkan
pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.19
Hal ini sesuai dengan pandangan konstruktivisme yang menyatakan
bahwa setiap individu mengkonstruksi pengetahuan secara aktif, tidak hanya
mengimitasi dan membentuk bayangan dari sesuatu yang diamati atau
diajarkan oleh guru melainkan individu tersebut menyeleksi, menyaring,
memberi arah dan menguji kebenaran atas informasi yang
diterimanya.20Pembelajaran konstruktivisme merupakan pembelajaran yang
menjadikan siswa sebagai pusat kegiatan belajar untuk menemukan sendiri
konsep sains melalui akomodasi konsep lama dengan fenomena-fenomena
18
Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna Pembelajaran, (Bandung : Alfabeta, 2006), Cet.
Ke-4, h. 61
19
Sri Subarinah, Pengembangan Mata Kuliah ..., h. 256
20
Kartimi, Suatu Model Konstruktivisme ..., h. 25
xxiv
baru yang ditemukan dalam pembelajaran.21 Dengan dijadikannya siswa
sebagai pusat kegiatan belajar ini dapat membantu siswa dalam
mengembangkan pengetahuanya dibidang sains. Guru berperan sebagai
fasilitator yang membimbing dan mengarahkan siswa dalam mengkonstruk
pengetahuan melalui kegiatan pembelajaran.
Dari berbagai pandangan yang telah dikemukakan, sudah jelas bahwa
konstruktivisme merupakan suatu pandangan yang memberikan kebebasan
pada siswa secara aktif untuk mengkonstruk/membangun pengetahuan mereka
sendiri berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya dan
mengintegrasikan pengetahuan terebut dengan pengetahuan baru melalui
pengamatan dan pengalaman siswa dalam pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran konstruktivisme, peran seorang guru amat
diperlukan juga yaitu sebagai orang yang bertugas mengendalikan dan
mengarahkan siswa dalam membangun pengetahuan. Menurut Ken Apleton
dan Hilary Asoko, guru yang melakukan interaksi belajar dengan
menggunakan pembelajaran konstruktivisme mempunyai kemampuan dengan
kriteria sebagai berikut:
21
Kinkin Suartini, Bentuk-bentuk Pertanyaan Sains Dalam Pembelajaran Model
Konstruktivisme, (Jakarta: Seminar Internasional Pendidikan IPA FITK Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), h. 2
22
Embong Bin Omar, Konstruktivisme: Konsep dan Implikasinya dalam Belajar, dari
http://www.mpkt.edu.my/bahan/konstruktivisme.doc, 2 Februari 2007
xxv
Sedangkan menurut Hudoyo dalam Sri Subarinah menyatakan bahwa
guru perlu mengupayakan hal-hal sebagai berikut: (1) menyediakan
pengalaman belajar dengan mengaitkan pengetahuan yang sudah dimiliki
siswa sehingga belajar melalui proses pembentukan pengetahuan; (2)
mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi realistik dan relevan dengan
melibatkan pengalaman konkrit; (3) mengintegrasikan pembelajaran yang
memungkinkan terjadinya interaksi dan kerja sama seseorang dengan orang
lain atau lingkungannya; (4) memanfaatkan berbagai media termasuk
komunikasi lisan dan tertulis; (5) melibatkan siswa secara emosional dan
sosial sehingga sains menjadi menarik.23
Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa guru yang
konstruktivis adalah guru yang mampu membantu siswa dalam proses
pembentukan pengetahuan siswa melalui proses pembelajaran.
Kelebihan dan implikasi konstruktivisme dalam pembelajaran sains
yang lebih mementingkan proses pencapaian pengetahuan, dan pembelajaran
yang berpusat pada siswa maka dapat disimpulkan bahwa konsep
pembelajaran konstruktivisme perlu sekali diterapkan dalam pembelajaran
sains pada umumnya dan pembelajaran fisika khususnya. Jika konstruktivisme
diterapkan dalam pembelajaran sains disekolah, akan mendorong siswa dalam
menggunakan daya pikirnya untuk menemukan ide-ide secara kreatif yang
dapat membangun pengetahuannya. Untuk mencapai tujuan yang sesuai
dengan harapan dalam proses pembelajaran, beberapa pendekatan pengajaran
secara konstruktivisme perlu diterapkan. Salah satunya ialah penerapan model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah.
xxvi
hari. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan adanya suatu pendekatan
pembelajaran yang dapat membantu pencapaian tujuan pendidikan yang
diharapkan.
Pendekatan pembelajaran merupakan jalan yang akan ditempuh oleh
guru dan siswa dalam mencapai tujuan untuk suatu satuan instruksional
tertentu. Pendekatan pembelajaran ini sebagai penjelas untuk mempermudah
bagi para guru untuk memberikan pelayanan belajar dan juga mempermudah
bagi siswa untuk memahami materi ajar yang disampaikan guru, dengan
memelihara suasana pembelajaran yang menyenangkan.24 Pembelajaran yang
menyenangkan dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran. Siswa
tidak merasa terbebani dengan sulitnya materi-materi ajar yang diberikan oleh
sekolah, yang dalam hal ini yaitu bidang keilmuan fisika.
Untuk meningkatkan hasil belajar fisika siswa, diperlukan adanya
pendekatan pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dan mendorong
siswa untuk lebih berpikir kreatif dalam memecahkan berbagai masalah yang
berkenaan dengan materi pembelajaran fisika. Salah satu pendekatan
pembelajaran yang mendorong siswa untuk lebih kreatif dalam memecahkan
masalah ialah model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based
Learning).
Pembelajaran Berdasarkan Masalah adalah suatu model pembelajaran
yang merupakan bagian dari pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL). CTL juga sering dikenal dengan istilah pendekatan kontekstual.
Adapun yang melandasi pengembangan pendekatan kontekstual adalah
konstruktivisme, yaitu filosofi belajar yang menekankan bahwa belajar tidak
hanya sekedar menghapal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di
benak mereka sendiri. Bahwa pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan
menjadi fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan
yang dapat diterapkan. Konstruktivisme berakar pada filsafat pragmatisme
24
Syaiful Sagala, Konsep Dan Makna ..., h. 68
xxvii
yang digagas oleh John Dewey pada awal abad 20 yang lalu.25
Melalui landasan konstruktivisme CTL dipromosikan menjadi
alternatif strategi belajar yang baru. Melalui strategi CTL siswa diharapkan
dapat belajar melalui mengalami, dengan menghafal. Menurut filosofi
konstruktivisme, pengetahuan bersifat non-obyektif, temporer dan selalu
berubah. Belajar adalah pemaknaan pengetahuan, bukan perolehan
pengetahuan dan mengajar diartikan sebagai kegiatan atau proses menggali
makna, bukan memindahkan pengetahuan kepada orang yang belajar.
CTL itu sendiri merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini sangat diperlukan karena kebanyakan para siswa tidak dapat
menerapakan pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan mereka yang
disebabkan kurang menariknya metode pembelajaran yang diterapkan oleh
guru. Untuk itu seorang guru harus jeli dalam menerapkan metode apa yang
sesuai untuk siswa dalam pencapaian tujuan pendidikan yang diharapkan.
Siswa tidak hanya dijadikan sebagai objek dalam pembelajaran, melainkan
sebagai subjek yang berperan dalam proses pembelajaran.
Sehubungan dengan itu maka pendekatan pengajaran kontekstual
harus menekankan pada hal-hal berikut:
1. Belajar berbasis masalah (problem - based learning), yaitu suatu
pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai
suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berfikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan
dan konsep yang esensi dari materi pelajaran.
2. Pengajaran autentik (authentic intruction) yaitu pendekatan pengajaran
yang memperkenankan siswa untuk mempelajari konteks bermakna
25
Bambang, Mengapa CTL Menjadi Pilihan?, dari http//rbaryans.
Worpress.com/category/pendidikan, oktober 6, 2007
xxviii
3. Belajar berbasis inquiri (inquiry-based learning) yang membutuhkan
strategi pengajaran yang mengikuti metodologi sains dan menyediakan
kesempatan untuk pembelajaran bermakna.
4. Belajar berbasis proyek/tugas (project-based learning) yang membutuhkan
suatu pendekatan pengajaran komprehebsif dimana lingkungan belajar
siswa didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah
autentik termasuk pendalaman materi dari suatu topik mata pelajaran, dan
melaksanakan tugas bermakna lainnya.
5. Belajar berbasis kerja (work-based learning) yang memerlukan suatu
pendekatan pengajaran yang memungkinkan siswa mrnggunakan konteks
tempat kerja untuk mempelajari materi pelajaran berbasis sekolah dan
bagaimana materi tersebut dipergunakan kembali ditempat kerja.
6. Belajar berbasis jasa-layanan (service learning) yang memerlukan
penggunaan metodelogi pengajaran yang mengkombinasikan jasa-layanan
masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah untuk merefleksikan
jasa-layanan tersebut.
7. Belajar kooperatif (cooperative learning) yang memerlukan pendekatan
pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa intuk bekerja sama
dalam mencapai tujuan belajar.
Dari ketujuh komponen tersebut, konsep Belajar Berdasarkan Masalah
termasuk di dalamnya. Maka dari itu jelaslah bahwa model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah merupakan bagian dari pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL) yang berakar dari pembelajaran
konstruktivisme.
Banyak pakar pendidikan mendefinisikan Pembelajaran Berdasarkan
Masalah diantaranya yaitu menurut Duch, Pembelajaran Berdasarkan Masalah
adalah metode pendidikan yang mendorong siswa mengenal cara belajar dan
bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di
dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan
siswa sebelum mulai mempelajari suatu subjek. Pembelajaran Berdasarkan
Masalah menyiapkan siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta
xxix
mampu untuk mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber
pembelajaran.26
Menurut Rhem, Pembelajaran Berdasarkan Masalah merupakan
pembelajaran yang dihasilkan dari bekerja dengan masalah, belajar dari
kontekstual masalah dan situasi yang terstruktur serta berusaha untuk
menemukan solusi yang berarti.27 Sedangkan Pembelajaran Berdasarkan
Masalah menurut Berns dan Erickson sebagaimana dikutip oleh Evi Nursari
merupakan suatu pendekatan instruksional dalam pembelajaran yang
menggunakan masalah-masalah nyata dalam kehidupan keseharian sebagai
konteks siswa untuk belajar berpikir kritis dan keahlian siswa dalam
memecahkan masalah.28
Menurut Maggi Savin-Baden dalam prolognya mengatakan bahwa
“Problem based-learning is increasingly being seen as a means of educating
students to learn with complexity”.29 Maksudnya ialah Pembelajaran
Berdasarkan Masalah merupakan suatu alat yang digunakan siswa untuk
belajar sesuatu yang rumit dan dapat memecahkannya.
Sedangkan menurut literatur lain, Wilkerson dan Gijselaers
mengklaim bahwa Problem based-learning is characterized by student-
centered approach, teachers as “facilitators rather than disseminator,”and
open-ended problems (in PBL, these are called “ill-structured) that “serve as
the initial stimulus and framework for learning”.30 Menurut pengertian
tersebut, Pembelajaran Berdasarkan Masalah merupakan suatu konsep
pembelajaran yang mempunyai karakteristik pembelajaran berpusat pada
26
Universitas Islam Indonesia, www.uii.ac.id/index.asp?u=710&b=1&v=1&j=1&id=8:
2006
27
Lisye Puji Febiyanti, “Identifikasi Pertanyaan Siswa SMP Selama Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Pada Konsep Pola Interaksi Organisme”, Skripsi
program Sarjana UPI Bandung, (Bandung : Universitas Pendidkan Indonesia, 2004), hlm. 13
28
Evi Nursari, Efetivitas Strategi Problem-Based Learning (Pembelajaran Berbasis
Masalah) Dalam Pembelajaran Sub Konsep Pemencaran Tumbuhan Pada Siswa SMU Negeri 22
Bandung ”,Skripsi Program Sarjana UPI Bandung, (Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia,
2004), h. 3
29
Magi Savin-Baden, Facilitating Problem Based-Learning (Illuminating Perspectives),
(Philadelphia : SRHE, 2003), p. 2
30
Stanford University Newsletter On Teaching, Problem Based-Learning, Winter 2001
Vol. 11, No. 1, h. 1
xxx
siswa dan guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran yang
bertugas memberikan rangsangan-rangsangan terhadap siswa untuk aktif
dalam proses pembelajaran.
Sufery and Duffy dalam Min Liu mengatakan..”Problem-based
learning (PBL) is an instructional approach that exemplifies student centered
learning. It emphasizes solving complex problems in rich contexts and aims at
developing higher-order thinking skills. PBL has these characteristics: (a)
learning is student-centered; (b) authentic problems form the organizing focus
for learning; (c) new information is acquired through self-directed learning;
(d)learning occurs in small groups; and (e) teachers act as facilitators.”31
Pandangan ini mengatakan bahwa Pembelajaran berdasarkan masalah
merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang mempunyai karakteristik
pembelajaran yang berpusat pada siswa dan guru hanya bertugas sebagai
fasilitator.
Pembelajaran Berdasarkan Masalah mendorong siswa untuk aktif
dalam mengkonstruk pemahaman yang sudah ada dan mengaitkannya dengan
kehidupan nyata. Hal ini senada dengan pernyataan “Problem-Based Learning
(PBL) is away of constructing and teaching courses using problem as the
stimulus and focus for student activity”.32
Pembelajaran Berdasarkan Masalah juga bergantung pada konsep lain
dari Bruner, yaitu scaffolding. Bruner memerikan scaffolding sebagai suatu
proses dimana seorang siswa dibantu menuntaskan masalah tertentu
melampaui kapasitas perkembangannya melalui bantuan (scaffolding) dari
seorang guru atau orang lain yang memilki kemampuan lebih.33 Dalam hal ini
pembelajaran berdasarkan masalah tidak akan berjalan dengan baik tanpa
adanya dukungan dari pihak-pihak lain yang membantu siswa dalam
memecahkan masalah.
31
Min Liu, Motivating Students Through Problem-Based Learning, dari
http: //utexas.edu, 2005, h. 2
32
David Boud and Grahame I Felleti, The Challenge of Problem-Based Learning (PBL),
(London : Kogan Page), dari http://www.google .co.id
33
Muslimin Ibrahim dan Mohamad Nor, Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Buku Ajar
Mahasiswa), (Surabaya : UNESSA-UNIVERSITY PRESS, 2000), h. 22
xxxi
Berdasarkan definisi yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan
bahwa model Pembelajaran Berdasarkan Masalah merupakan suatu model
pembelajaran memfokuskan siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran
dan mendorong siswa agar lebih kreatif dalam memecahkan permasalahan-
permasalahan yang dihadapinya. Permasalahan-permasalahan ini tentunya
yang ada kaitannya antara materi yang diajarkan dengan kehidupan keseharian
siswa. Selain itu, seorang guru berperan sebagai fasilitator yang membantu
siswa untuk memecahkan masalah dalam pelaksanaan penerapan model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah tersebut.
xxxii
Pembelajaran Berdasarkan Masalah ini mengkolaborasikan antara
pemberian materi dan pemecahan masalah. Siswa dibagi kedalam beberapa
kelompok, kemudian mereka diberi perlakuan sesuai dengan tahapan-tahapan
yang terdapat dalam Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Dalam Pembelajaran
Berdasarkan Masalah, siswa dituntut bertanggung jawab atas pendidikan yang
mereka jalani, serta diarahkan untuk tidak terlalu tergantung pada guru.
Pembelajaran Berdasarkan Masalah membentuk siswa mandiri yang dapat
melanjutkan proses belajar pada kehidupan dan karir yang akan mereka jalani.
Seorang guru lebih berperan sebagai fasilitator atau tutor yang memandu siswa
menjalani proses pendidikan. Ketika siswa menjadi lebih cakap dalam
menjalani proses belajar Pembelajaran Berdasarkan Masalah, peranan tutor
dalam proses pembelajaran akan berkurang keaktifannya.
Proses belajar dalam Pembelajaran Berdasarkan Masalah dibentuk dari
ketidakteraturan dan kompleksnya masalah yang ada di dunia nyata. Hal
tersebut digunakan sebagai pendorong bagi siswa untuk belajar
mengintegrasikan dan mengorganisasi informasi yang didapat, sehingga
nantinya dapat selalu diingat dan diaplikasikan untuk menyelesaikan masalah-
masalah yang akan dihadapi. Masalah-masalah yang didesain dalam
Pembelajaran Berdasarkan Masalah memberi tantangan pada siswa untuk lebih
mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan mampu menyelesaikan
masalah secara efektif.
Siswa dihadapkan pada masalah dan mencoba untuk menyelesaikan
dengan bekal pengetahuan yang mereka miliki. Pertama-tama mereka
mengidentifikasi apa yang harus dipelajari untuk memahami lebih baik
permasalahan-permasalahan dan mencari bagaimana cara memecahkannya.
Langkah selanjutnya, siswa mulai mencari informasi dari berbagai sumber
seperti buku, jurnal, laporan, informasi online atau bertanya pada pakar yang
sesuai dengan bidangnya. Melalui cara ini, belajar dipersonalisasi sesuai
dengan kebutuhan dan gaya tiap individu. Setelah mendapatkan informasi,
mereka kembali pada masalah dan mengaplikasikan apa yang telah mereka
pelajari untuk lebih memahami dan menyelesaikannya. Di akhir proses, siswa
xxxiii
melakukan penilaian terhadap dirinya dan memberi kritik yang mambangun
bagi teman-temannya.
Dari uraian diatas jelas bahwa Pembelajaran Berdasarkan Masalah
dalam pembelajaran dapat mendorong siswa mempunyai inisiatif untuk belajar
mandiri. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa Pembelajaran Berdasarkan
Masalah sebaiknya digunakan dalam pembelajaran karena mempunyai
kelebihan diantaranya : (1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna.
Siswa/mahasiswa yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan
menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui
pengetahuan yang diperlukan. Artinya belajar tersebut ada pada konteks
aplikasi konsep. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika
siswa/mahasiswa berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan; (2)
Dalam situasi PBL, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan
ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang
relevan. Artinya, apa yang mereka lakukan sesuai dengan keadaan nyata bukan
lagi teoritis sehingga masalah-masalah dalam aplikasi suatu konsep atau teori
mereka akan temukan sekaligus selama pembelajaran berlangsung; dan (3)
PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif
siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat
mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.34
Selain kelebihan, tentunya model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
juga mempunyai kelemahan. Adapun kelemahanya ialah : (1) Untuk siswa
yang malas tujuan dari model tersebut tidak dapat tercapai. (2) Membutuhkan
banyak waktu dan dana. (3) Tidak semua mata pelajaran dapat diterapkan
dengan model ini.35
34
I wayan Dasna dan Sutrisno, Pembelajaran Berbasis Masalah, dari
http://lubisgrafura.wordpress.cum, September 2007
35
http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/16/pembelajaran-berdasarkan-masalah/
xxxiv
Masalah dalam pembelajaran. Secara umum penerapan model ini di mulai
dengan adanya masalah yang harus dipecahkan atau dicari pemecahannya oleh
siswa. Masalah tersebut dapat berasal dari siswa atau mungkin juga diberikan
oleh pengajar. Siswa akan memusatkan pembelajaran di sekitar masalah
tersebut, dengan arti lain, siswa belajar teori dan metode ilmiah agar dapat
memecahkan masalah yang menjadi pusat perhatiannya.
Pemecahan masalah dalam Pembelajaran Berdasarkan Masalah harus sesuai
dengan langkah-langkah metode ilmiah. Dengan demikian siswa belajar
memecahkan masalah secara sistematis dan terencana. Oleh sebab itu,
penggunaan Pembelajaran Berdasarkan Masalah dapat memberikan
pengalaman belajar melakukan kerja ilmiah yang sangat baik kepada siswa.
Menurut Pannen, langkah-langkah pemecahan masalah dalam
Pembelajaran Berdasarkan Masalah paling sedikit ada delapan tahapan, yaitu:
(1) mengidentifikasi masalah, (2) mengumpulkan data, (3) menganalisis data,
(4) memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya, (5)
memilih cara untuk memecahkan masalah, (6) merencanakan penerapan
pemecahan masalah, (7) melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan,
dan (8) melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah. Empat
tahap yang pertama mutlak diperlukan untuk berbagai kategori tingkat
berpikir, sedangkan empat tahap berikutnya harus dicapai bila pembelajaran
dimaksudkan untuk mencapai keterampilan berfikir tingkat tinggi (higher
order thinking skills). Dalam proses pemecahan masalah sehari-hari, seluruh
tahapan terjadi dan bergulir dengan sendirinya, demikian pula keterampilan
seseorang harus mencapai seluruh tahapan tersebut.36
Namun pendapat lain mengatakan bahwa ada 5 tahap utama dalam
model Pembelajaran Berdasarkan Masalah yang dimulai dengan guru
memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan
penyajian dan analisis kerja siswa. Kelima tahapan tersebut disajikan pada
Tabel dibawah ini.
36
I wayan Dasna dan Sutrisno, Pembelajaran Berbasis Masalah, dari
http://lubisgrafura.wordpress.cum, September 2007
xxxv
Tabel 2.1
Tahapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Tahap Tingkah Laku Siswa
Tahap – 1 Guru menjelaskan tujuan
Orientasi siswa kepada masalah pembelajaran, menjelaskan logistik
yang dibutuhkan, memotivasi siswa
terlibat pada aktivitas pemecahan
masalah yang dipilihnya.
Tahap – 2 Guru membantu siswa
Mengorganisasi siswa untuk belajar mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah
tersebut.
37
Muslimin Ibrahim dan Mohamad Nor, Pembelajaran Berdasarkan..., h. 13
xxxvi
Dari kelima tahapan tersebut terlihat bahwa dengan adanya
Pembelajaran Berdasarkan Masalah yang diterapkan pada siswa, diharapkan
dapat mendorong siswa untuk berfikir kreatif dan mampu menganilsis dalam
memecahkan berbagai masalah yang dihadapinya.
xxxvii
dan merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa,
haruslah menjasi tugas perencanaan yang utama bagi guru yang
menerapkan pembelajaran berdasarkan pemecahan masalah.
b. Tugas Interaktif
1. Orientasi Siswa pada Masalah
Siswa perlu memahami bahwa tujuan Pembelajaran Berdasarkan
Masalah adalah tidak untuk memperoleh inforemasi baru dalam
jumlah besar, tetapi utnuk melakukan penyelidikan terhadap
masalah-masalah penting dan untuk menjadi pembelajar yang
mandiri. Cara yang baik dalam menyajikan masalah untuk suatu
materi pelajaran dalam Pembelajaran Berdasarkan Masalah
adalah dengan menggunakan kejadian yang mencengangkan dan
menimbulkan misteri sehingga membangkitkan minat dan
keinginan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
2. Mengorganisasikan Siswa Untuk Belajar.
Pada model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dibutuhkan
pengembangan keterampilan kerjasama diantara siswa dan saling
membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama. Berkenaan
dengan hal tersebut siswa memerlukan bantuan guru untuk
merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan.
Bagaimana mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar
kooperatif berlaku juga dalam mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok Pembelajaran Berdasarkan Masalah.
3. Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok.
¾ Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari
berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat
mereka berpikir tentang suatu masalah dan jenis informasi
yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa
diajarkan untuk menjadi penyelidik yang aktif dan dapat
menggunakan metode yang sesuai untuk masalah yang
xxxviii
dihadapinya, siswa juga perlu diajarkan apa dan bagimana
etika penyelidikan yang benar.
¾ Guru mendorong pertukaran ide gagasan secara bebas dan
penerimaan sepenuhnya gagasan-gagasan tersebut merupakan
hal yang sangat penting dalam tahap penyelidikan dalam
rangka Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Selama dalam
tahap penyelidikan guru memberikan bantuan yang
dibutuhkan siswa tanpa mengganggu aktifitas siswa.
¾ Puncak proyek-proyek pembelajaran berdasarkan pemecahan
masalah adalah penciptaan dan peragaan artifak seperti
laporan, poster, model-model fisik, dan video tape.
4. Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah
Tugas guru pada tahap akhir pemelajaran berdasarkan pemecahan
masalah adalah membantu siswa menganalisis dan
mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri, dan keterampilan
penyelidikan yang mereka gunakan.
xxxix
C. Hasil Belajar Siswa
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.38
Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan pengalaman. (learning
is defined as the modification or strengthening of behaviour through
experiencing). Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses atau
kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.39 Dalam pelakasanaannya belajar
merupakan suatu proses yang harus dilalui untuk memperoleh pengalaman
baru dan memperteguh kelakuan pengalaman itu sendidri.
Cronbach mengatakan bahwa belajar itu ditunjukan oleh adanya
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman (learning is show by
achange in behavior as aresult of experience).40 Perubahan tingkah laku dari
hasil pengalaman inilah yang menunjukan seseorang telah melakukan kegiatan
belajar, baik itu berubah pengetahuannya, sikap, dan kemampuannya.
Selanjutnya Gagne menyebutkan bahwa belajar sebagai suatu
perubahan dalam disposisi atau kapabilitas manusia. Perubahan dalam
menunjukan kinerja (perilaku) berarti belajar itu menentukan semua
keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai yang diperoleh individu(siswa).
Dalam belajar dihasilkan berbagai macam tingkah laku yang berlainan, seperti
pengetahuan, sikap, keterampilan, kemampuan, informasi, dan nilai. Berbagai
macam tingkah laku yang berlainan inilah yang disebut kapabilitas sebagai
hasil belajar.41
Dalam ilmu psikologi, proses belajar berarti cara-cara atau langkah-
langkah khusus yang dengannya terjadi beberapa perubahan hingga tercapai
tujuan tertentu. Dalam ungkapan lain tahapan perubahan tersebut dapat
38
Muhibin Syah, Psikologi Belajar, ( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet.
ke-3, h. 63
39
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2003), cet. Ke-2,
h. 27
40
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2007), h. 20
41
Nurdin Ibrahim, ”Hasil Belajar Fisika ..., h. 487
xl
diartikan sebagai suatu proses. Jadi proses belajar adalah tahapan perubahan
perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa.
Pendapat ini senada dengan ungkapan Skiner yang mengatakan bahwa belajar
adalah suatu proses adapatasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung
secara progresif. Pendapat ini diungkapkan dalam pernyataan ringkasnya,
bahwa belajar adalah... a proses of progresif behavior adaptation.
Berdasarkan eksperimennya, Skiner percaya bahwa proses adaptasi tersebut
akan mendatangkan hasil yang optimal apabila ia diberi penguat
(reinforcer).42
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, jadi pada hakikatnya belajar
adalah perubahan tingkah laku seseorang meliputi keseluruhan pribadinya
dengan hasil yang diharapakan berupa perubahan pengetahuan, sikap,
perluasan minat, penghargaan norma-norma, kecakapan dan lainnya.
Perubahan-perubahan tersebut merupakan hasil dari pengalamannya sendiri
dan interaksi dengan lingkungannya. Kegiatan dan usaha untuk mencapai
perubahan tingkah laku itu merupakan proses belajar sedangkan perubahan
tingkah laku itu merupakan hasil dari belajar.
42
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung : Remaja
Rosda Karya, 2004), h. 90
43
Tulus Tu’u, Peran Disiplin Pada Perilaku Dan Prestasi Siswa, (Jakarta : PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia, 2004), h. 75
xli
baru sebagai akibat latihan atau pengalaman. 44 Sedangkan untuk definisi hasil
belajar seperti yang dikemukkakan oleh Sumadi adalah penguasaan kecakapan
yang diusahakan secara sengaja dalam satuan waktu dan satuan bahan tertentu
serta perbedaan pada awal belajar dengan akhir proses belajar. Woodwarth
dan Marquis mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan
yang nyata dan dapat diukur secara langsung menggunakan tes. Penggunaan
tes tersebut bertujuan untuk melihat kemampuan belajar siswa dalam hal
penguasaan materi pelajaran yang telah dipelajari sesuai dengan tujuan yang
ditetapkan. Hasil belajar siswa yang diperoleh biasanya dinyatakan dalam
bentuk angka-angka yang diukur melalui tes atau penilaian hasil belajar
terhadap berbagai pengetahuan, keterampilan, dan sikap selama mengikuti
proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
Bloom dan kawan-kawan sebagaimana dikutip oleh Degeng
mengklasifikasi hasil belajar menjadi tiga domain atau ranah, yaitu ranah
kognitif, psikomotor, dan sikap. Ranah kognitif menaruh perhatian pada
pengembangan kapabilitas dan keterampilan intelektual; ranah psikomotor
berkaitan dengan kegiatan-kegiatan manipulatif dan keterampilan motorik;
dan ranah sikap berkaitan dengan pengembangan perasaan, sikap, nilai dan
emosi yang dipelajari (baru).45 Pengklasifikasian bloom ini sesuai dengan
pendapat sebelumnya yang mengukur hasil belajar melalui tes terhadap ketiga
ranah, yaitu pengetahuan untuk kognitif, keterampilan untuk psikomotorik,
dan perubahan sikap.
Menurut Gagne dan Briggs, ada lima kategori kapabilitas hasil belajar,
yaitu 1) keterampilan intelektual (intellectual skills), 2) strategi kognitif
(cognitive strategis), 3) informasi verbal (verbal information), 4) keterampilan
motorik (motor skills), dan 5) sikap(atitudes).46 Hasil dari kelima kapabilitas
tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar.
44
Tudjai, ”Analisis Hasil Belajar Kemampuan Kependidikan”, dalam Jurnal Teknologi
Pendidikan Vol. 2 No. 1, 2000, h. 54
45
Nurdin Ibrahim, ”Hasil Belajar...,hlm.487
46
Nurdin Ibrahim, ”Pemanfaatan Tutorial Audio Interaktif Untuk Perataan Kualitas
Hasil Belajar (Suatu Kajian)”, dalam Jurnal Pendidkan dan Kebudayaan NO. 044 Tahun ke-9,
September 2003, h. 735
xlii
Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa
dapat di bedakan menjadi tiga macam:
1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani
dan rohani siswa.
2. faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di
sekitar siswa.
3. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar
siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk
melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.47
Faktor internal adalah faktor yang datang dari dalam diri sendiri,
faktor internal ini meliputi dua aspek:
1. Aspek fisiologis, kondisi umum jasmani dapat dikatakan melatar
belakangi aktivitas belajar.
2. Aspek psikologis, kejiwaan seseorang mempengaruhi aktiviatas belajar
seseorang. Aspek kejiwaan ini terdiri dari:
a. Inteligensi siswa merupakan kemampuan psikofisik untuk mereaksi
rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara
yang tepat. Tingkat keberhasilan siswa ditentukan oleh tingkat
kecerdasan atau inteligensi (IQ).
b. Sikap adalah gejala internal yang bedimensi afektif. Sikap seseorang
dalam melakukan suatu kegiatan sangat berpengaruh sekali terhadap
kegiatan yang dilakukan. Bagaimana seseorang dapat menyikapi
semua kegiatan yang dilakukannya tergantung dari motivasi
melakukan kegiatan tersebut. Sikap seorang siswa dalam belajar
khususnya dalam pembelajaran fisika harus selalu menyikapinya
dengan pemahan yang positif, karena jika kita menyikapinya dengan
sikap yang negatif maka akankah tujuan pembelajaran fisika dapat
tercapai.
c. Bakat adalah kemampuam yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan memiliki bakat
47
Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan ..., h. 132
xliii
terhadap suatu kegiatan tertentu akan mudah untuk lebih
mengembangkan bakat tersebut.
d. Minat adalah kecenderungan dan kegairahan atau keinginan yang besar
terhadap sesuatu.
e. Motivasi merupakan kondisi psikologis yang mendorong seseorang
melakukan sesuatu. Motivasi ini dapat mendorong seseorang lebih
maju dalam melakukan suatu kegiatan. Penemuan-penemuan
penelitian menunjukan bahwa basil belajar pada umumnya akan
meningkat jika motivasi belajar bertambah.
Faktor yang kedua adalah faktor eksternal, yaitu faktor yang datang
dari luar diri siswa. Faktor ini meliputi faktor lingkungan sosial dan faktor
lingkungan non sosial. Faktor lingkungan sosial yaitu : guru, tata-tertib
sekolah, teman, dan lingkungan masyarakat yang dapat mempengaruhi
motivasi siswa.sedangkan faktor lingkungan non sosial terdiri dari gedung
sekolah, rumah tempat tinggal, keadaan cuaca, dan lain-lain.
Faktor yang terakhir adalah pendekatan belajar. Faktor pendekatan
belajar dapat dipahami sebagai cara atau strategi yang digunakan oleh siswa
dalam menunjang efektivitas dan proses pembelajaran materi tertentu. Strategi
dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa
sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar
tertentu.
Dari pendapat diatas, diketahui bahwa strategi merupakan salah salah
satu faktor yang menentukan dalam pembelajaran fisika. Pembelajaran fisika
akan lebih bermakna apabila diimbangi dengan strategi belajar yang tepat,
dalam hal ini pemilihan metode dan penggunaan model pembelajaran yang
tepat sebagai alat hasil belajar siswa. Pembelajaran harus melibatkan siswa
secara aktif dalam belajar, terlebih lagi jika mereka dapat bekerja sama dan
saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
xliv
tehadap hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Dalam melakukan penilaian
lazimnya didahului oleh kegiatan pengukuran. Karena itu, untuk memperoleh
hasil penilaian yang benar, maka kegiatan pengukuran harus dilakukan
menggunakan alat ukur yang sahih atau akurat (valid) dan stabil atau
terpercaya.48 Dengan alat ukur yang terpercaya maka hasil dari pengukuran
tersebut dapat dipertanggung jawabkan.
Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran,
pengukuran besifat kuantitatif.49 Unsur pokok dalam melakukan kegiatan
pengukuran adalah:1) ada tujuan pengukuran; 2) ada objek pengukuran; 3) alat
ukur; 4) proses pengukuran; dan 5) hasil pengukuran. Kegiatan pengukuran ini
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kebehasilan siswa setelah mengikuti
proses pembelajaran. Alat ukur yang digunakan dalam proses pengukuran
hasil belajar siswa dapat berupa tes hasil belajar. Tes merupakan alat atau
prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam
suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan. Pengunaan tes
ini dapat digunakan untuk mengukur ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Ranah kognitif ini merupakan ranah yang lebih banyak melibatkan
mental atau otak. Pada ranah kognitif terdapat enam jenjang proses berpikir,
yaitu:
1. Mengingat kembali (recall); kemapuan menyatakan kembali fakta, konsep,
prinsip dan prosedur yang telah dipelajari dan tersimpan dalam memori
jangka panjang.
2. Pemahaman (comprehension); kemampuan membuktikan hubungan
pemahaman yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep.
3. Penerapan atau Aplikasi (application); kemapun untuk menyeleksi atau
memilih suatu abstrasi tertentu (konsep, hukum, dalil, aturan, gagasan, dan
cara ) secara tepat untuk diterapkan dalam situasi baru dan menrapkannya
secara benar.
48
Ahmad Sopyan, dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Hak
Cipta, 2006), h. 1
49
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, ,
2006), Cet. ke-6, h. 3
xlv
4. Analisis (analysis); kemampuan menganalisis suatu hubungan atau situasi
yang kompleks atas konsep-konsep dasar.
5. Sintesis (synthesis); kemampuan untuk menggabungkan atau menyusun
kembali hal-hal yang spesifik agar dapat mengembangkan suatu struktur
baru.
6. Evaluasi (evaluation); kemampuan untuk membuat penilaian terhadap
sesuatu kasus yang diajukan berdasarkan ukuran-ukuran atau standar yang
telah ditentukan.
Ranah afektif atau sikap berkaitan dengan pengembangan perasaan,
sikap, nilai, dan emosi terhadap hal-hal yang dipelajari dan bersifat baru.
Sedangkan ranah psikomotor berkaitan dengan kegiatan-kegiatan manipulatif
atau keterampilan motorik. Ketiga ranah ini merupakan aspek-aspek yang
terdapat dalam diri seorang siswa dan dapat di ukur dengan menggunakan alat
pengukuran, tentunya sesuai alat ukur yang sesuai dengan masing-masing ranh
tersebut.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengukuran hasil
belajar siswa adalah kegiatan mengukur kemampuan dan keberhasilan siswa
setelah mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru dengan menggunakan
alat ukur yang sesuai terhadap ranah kognitf, ranah afektif, dan ranah
psikomotor siswa. Tujuan dari pengukuran ini adalah untuk menilai
keberhasilan siswa selama mengikuti proses pembelajaran.
xlvi
pengalaman nyata atau simulasi, dan menjadi pembelajaran yang otonom serta
mandiri.
Maka dari itu, untuk mencapai itu semua diperlukan suatu
kesungguhan dari semua pihak dalam pelaksanaan penerapan model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Dengan kesungguhan dan dukungan dari
semua pihak, maka tidak tertutup kemungkinan akan diperoleh hasil yang
optimal dalam hal ini ialah hasil belajar siswa. Dengan adanya model
pembelajaran berdasarkan masalah, siswa lebih ditempatkan sebagai subjek
yang berperan dalam proses pembelajaran.
Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Putu Yasa dalam
judul skripsi:
xlvii
Adapun penelitian lainnya yang dilakukan oleh Lisye Puji Febiyanti
dalam judul skripsi:
xlviii
E. Kerangka Pikir
Dalam kajian teori telah diungkapkan bahwa salah satu faktor yang
mempengaruhi hasil belajar adalah pendekatan belajar. Pendekatan belajar ini
merupakan strategi atau metode apa yang digunakan oleh seorang pengajar
dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa dalam hal ini
yaitu untuk meningkatkan hasil belajarnya.
Untuk itu seorang guru perlu menerapkan strategi apa yang akan
digunakan dalam proses pembelajaran. Proses belajar yang berpusat pada guru
sudah harus ditinggalkan, karena proses pembelajaran sekarang bukan hanya
penyampaian informasi (delivery information) melainkan proses pertukaran
informasi (information exchange). Pertukaran informasi ini bisa dari guru ke
siswa atau bahkan sebaliknya dan pertukaran informasi dari siswa ke siswa.
Siswa dituntut untuk aktif dalam pembelajaran, tidak ada lagi anggapan bahwa
siswa yang pintar saja yang berperan di dalam kelas, akan tetapi semua siswa
mempunyai peluang yang sama untuk berkembang. Melalui model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Learning), semua siswa
mendapat porsi yang sama di dalam kelas guna mencapai hasil belajar yang
optimal.
xlix
Proses Pembelajaran
Guru Siswa
Hasil Belajar
Gambar. 1 Bagan Kerangka Pikir
l
F. Hipotesis Tindakan
Hipotesis merupakan dugaan yang sifatnya sementara dan dapat dibuat
berdasarkan fakta yang ada serta akan dibuktikan kebenarannya dalam sebuah
penelitian. Adapun hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah :
“ Melalui penerapan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-
Based Learning) dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa.”
li
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
50
Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru, (Bandung : CV. Yrama Widya,
2006), Cet. Ket-1, h. 12
51
Suharsimi Arikunto, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006),
h. 3
lii
Bagan Penelitian Tindakan Kelas
Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
1. Siklus
Penelitian terbagi dalam beberapa siklus. Setiap siklus masing-masing
terdiri dari 4 tahapan kegiatan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi tindakan, dan refleksi tindakan seperti yang terlihat pada
bagan di atas.
liii
4.1 Perencanaan Tindakan
- Merencanakan model pembelajaran yang akan diterapkan dalam
proses pembelajaran dikelas
- Menentukan pokok bahasan yang akan dipelajari
- Mengembangkan rancangan pembelajaran
- Menyiapkan sumber belajar
- Menyusun format evaluasi
- Mengembangkan format observasi pembelajaran
4.2 Pelaksanaan Tindakan
- Guru memberikan materi pelajaran sesuai materi yang telah
disiapkan
- Guru mengadakan kegiatan belajar mengajar dengan penerapan
model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dengan mengikuti
tahapan-tahapan berikut :
Tahap 1 : Orientasi siswa kepada masalah
Tahap 2 : Mengorganisasi siswa untuk belajar
Tahap 3 : Membimbing individual maupun kelompok
Tahap 4 : Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Tahap 5 : Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan
maslah
- Guru mengobservasi kegiatan belajar siswa
4.3 Observasi tindakan I
- Melakukan observasi, dengan mencatat kegiatan belajar mengajar
siswa yang menerapkan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
di kelas.
- Menilai hasil tindakan yang telah dilakukan.
4.5 Refleksi tindakan I
- Menganalisa data pada siklus I
- Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan
liv
- Menarik kesimpulan dari apa saja yang telah tercapai dan
membahas apa saja yang belum tercapai serta kekurangan atau
permasalahan yang muncul pada siklus I
Nilai rata-rata pada siklus pertama menjadi nilai awal pada siklus ke
dua. Begitu seterusnya keberhasilan siklus kedua menjadi nilai awal untuk
siklus ketiga. Setelah sikus I terlewati maka masuk ke siklus kedua dengan
mengikuti tahap-tahap seperti pada siklus sebelumnya.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII MTs Negeri 3 Pondok
Pinang pada semester ganjil tahun ajaran 2006/2007 yang berjumlah 38 orang.
1. Tahap persiapan
Persiapan yang dilakukan yaitu berupa penyesuaian waktu belajar
disekolah sesuai dengan satuan pelajaran dan alokasi waktu yang telah
ditetapkan, juga berupa penyusunan materi yang diajarkan dengan
lv
menerapkan Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Learning) .
Setelah itu dilakukan pembuatan dan pengujian instrumen penelitian.
2. Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan awal penelitian dilakukan dengan memberikan pretes
pada subyek penelitian, kemudian dilanjutkan dengan memberikan perlakuan
pada siswa dengan menerapkan tahapan-tahapan metode Pembelajaran
Berdasarkan Masalah dikelas. Ketika perlakuan berlangsung, peneliti
melakukan pengamatan (observasi) terhadap kelancaran proses pembelajaran.
Indikator dari kelancaran proses pembelajaran ialah melalui interaksi siswa
dalam proses pembelajaran di kelas, dengan komponen interaksi yaitu:
1. Interaksi siswa terhadap materi ajar yang di hadapi
2. Interaksi siswa dalam kelompoknya
3. Interaksi siswa dengan kelompok lain
4. Interaksi siswa dalam mengerjakan tugas
5. Interaksi siswa dengan guru.
3. Tahap pelaporan
Pelaporan merupakan tahap akhir dari penelitian, pada tahap ini
dikemukakan proses berlangsungnya penelitian dan hasil penelitian.
lvi
pembelajaran berlangsung dan peningkatan hasil belajar siswa setelah
mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah.
52
Drs. Cholid Narbuko dan Drs. H. Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta : PT.
Bumi Aksara, 2005), Cet ke-7, h. 70
53
Drs. Cholid Narbuko dan Drs. H. Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian..., h. 74
54
Drs. Cholid Narbuko dan Drs. H. Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian..., h. 76
lvii
I. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini terdapat tiga jenis data yang dikumpulkan untuk
dianalisis. Jenis data, teknik pengumpulan data dan instrumen dapat dilihat
pada Tabel di bawah ini.
Table 3.
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
No Jenis data Teknik Instrumen
1 Proses pembelajaran Observasi Pedoman observasi
2 Hasil belajar Tes Tes hasil belajar
3 Respon siswa Angket Kuisioner
1. Uji Validitas
Suatu alat evaluasi disebut valid apabila alat tersebut mampu
mengevaluasi apa yang seharusnya, atau dengan kata lain suatu alat evaluasi
disebut valid jika ia dapat mengevaluasi dengan tepat sesuatu yang dievaluasi
tersebut. Uji validitas adalah uji kesanggupan alat penilaian dalam mengukur
isi sebenarnya. Uji coba ini dilakukan dengan mengkorelasionalkan skor
masing-masing item dengan skor total.
Tes yang digunakan hasil belajar adalah berupa tes obyektif, maka
untuk mengukur validitas soal dalam penelitian ini digunakan rumus korelasi
Point Biserial55, yaitu:
55
Anas Sudjiono. Pengantar Statistik Pendidikan. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004), h. 258
lviii
M p − Mt p
rpbis =
SDt q
Keterangan :
rpbis : r point biserial
Mp : mean (nilai rata-rata hitung) skor yang dicapai peserta tes
menjawab betul, yang sedang dicari korelasinya dengan tes
secara keseluruhan
Mt : mean skor total, yang berhasil dicapai oleh peserta tes
SDt : deviasi standar total skor
P : proporsi peserta tes yang menjawab betul terhadap butir
soal yang sedang dicari korelasinya dengan tes secara
keseluruhan
∑ Xt ∑X ⎛ ∑ Xt
2 2
⎞
−⎜ ⎟
t
Dimana: Mt = dan SDt =
N N ⎜ N ⎟
⎝ ⎠
56
Lampiran 2
lix
2. Uji Reliabilitas
Selain pengujian validitas, sebuah tes juga harus memiliki reliabilitas.
Reliabilitas alat penilaian adalah ketetapan alat tersebut dalam menilai apa
yang dinilainya. Tes hasil belajar yang baik harus memiliki reliabilitas yang
dapat dipercaya, artinya setelah tes hasil belajar itu dilakasanakan berulang
kali terhadap subyek yang sama, hasilnya selalu relatif sama.
Uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
rumus Kuder Richardson atau dikenal dengan K-R 2057, yaitu:
⎡ n ⎤ ⎡1 − ∑ pq ⎤
r11 = ⎢ ⎢ ⎥
⎣ n − 1⎥⎦ ⎣⎢ S2 ⎦⎥
Keterangan :
r11 : reliabilitas tes secara keseluruhan
n : banyaknya item
S2 : varian total
57
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : Bumi Aksara, 2006),
Cet. ke-6, h. 100
lx
Dari hasil perhitungan reliabilitas soal, diperoleh hasil tingkat
reliabilitas soal sebesar 0,55 dengan kriteria cikup.58
4. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa
yang bodoh (berkemampuan rendah). Angka yang menunjukan besarnya daya
58
Lampiran 5
59
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi..., h. 208
60
Lampiran 7
lxi
pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D. Untuk mengetahui indeks
diskriminasi, digunakan rumus:61
B A BB
D= − = PA − PB
JA JB
Keterangan :
D : indeks diskriminasi (daya pembeda)
BA : banyak peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan
benar
BB : banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan
benar
JA : banyak peserta kelompok atas
JB : banayak peserta kelompok bawah
PA : proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB : proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
(P sebagai Taraf kesukaran).
Adapun kriteria daya pembeda adalah sebagai berikut :
Skala Kriteria
0,00 – 0,20 Buruk
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71 – 1,00 Baik sekali
61
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi..., h. 213
62
Lampiran 8
lxii
perlakuan dengan menggunakan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
diperoleh dari data hasil postes.
Data hasil pretes dan postes pemahaman siswa kemudian diolah secara
kuantitatif dengan menggunakan rumus Normal-Gain. Gain adalah selisih
antara nilai pretes dan postes, gain menunjukan peningkatan pemahaman atau
penguasaan konsep siswa setelah pembelajaran dilakukan oleh guru. Uji gain
digunakan untuk menghindari bias pada penelitian dan menggunakan rumus63:
skorpostes − skorpretes
Gain =
skorideal − skorpretes
dengan kategorisasi perolehan :
g-tinggi : nilai (<g>)>0,70
g-sedang : nilai 0,70 e”(<g>)e” 0,30
g-rendah : nilai (<g>)< 0,30
Indikator keberhasilan penelitian ini yaitu sekurang-kurangnya 75 %
siswa mendapat nilai > 65.
Kemudian untuk mengetahui signifikansi perbedaan nilai rata-rata
hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dan signifikansi
peningkatan hasil belajar siswa melalui nilai rata-rata N-Gain maka dilakukan
uji statistik. Sebelum dilakukan pengujian, data terlebih dahulu di uji
normalitas dan homogenitasnya untuk mengetahui uji statistik apa yang akan
digunakan.
Setelah data diketahui berdistribusi normal, maka dilakukan pengujian
hipotesis dengan menggunakan rumus uji-t sebagai berikut:
Md
t=
∑X 2
d
N ( N − 1)
Keterangan :
Md = mean dari perbedaan pretes dengan postes(postes-pretses)
Xd = deviasi masing-masing subjek (d – Md)
63
Yanti Herlanti. Tanya Jawab Seputar Penelitian Pendidikan Sains. (Jakarta:
Universitas Islam Negeri, 2006), h. 70
lxiii
∑X 2
d = jumlah kuadrat deviasi
lxiv
F
P= X 100 %
N
P : Prosentase
F : Frekuensi
N : Number of Cases
lxv
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
The stimulation formats which provide the basis for this method allow
for full and free inquiry and decision making on the part of students. The
stimulation begins by providing context and preliminary information about the
problem, for example, those few facts that a client gives the receptionist when
making an appointment with a lawyer. Students then direct their own learning,
exploring the problem in much the same way they would with an actual
problem ... The problems, not a set syllabus, provide the stimulus and
framework for learning. Knowledge is acquired through self-directed study
and small group discussions, rather than through lectures
64
Gabriel A. Moens, Problem-based Learning: Combining Enthusiasm and Excellen. dari
http://www.mcli.dist.maricopa.edu/pbl/info.html
lxvi
Seperti halnya dalam penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan di
MTs Negeri 3 Pondok Pinang-Jakarta yang mencoba menerapkan model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Berdasarkan hasil penelitian di MTs
Negeri 3 Pondok Pinang-Jakarta dapat diketahui bahwa dengan menerapkan
model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dalam pembelajaran fisika, siswa
menjadi lebih aktif dalam memperoleh pengetahuan dan menemukan konsep-
konsep dari materi yang diajarkan. Aktifitas ini ditunjukan dengan
dilakukannya percobaan-percobaan sederhana yang dilakukan oleh siswa
untuk memecahkan masalah yang dihadapinya dalam proses pembelajaran di
kelas. Dengan banyaknya aktifitas yang dilakukan oleh siswa, menimbulkan
rasa senang dan antusias siswa dalam belajar. Dengan demikian diharapakan
dapat meningkatkan pemahaman konsep fisika yang dapat mendorong siswa
untuk meningkatkan hasil belajar.
Temuan lain pada penelitian tindakan kali ini ialah siswa menjadi lebih
berani bertanya dan mengemukakan pendapatnya yang berhubungan dengan
materi yang diajarkan. Pertanyaan yang diajukan oleh siswa lebih berbobot
dan mengarah kepada permasalahan yang ada pada materi yang ajarkan. Hal
ini mengindikasikan bahwa tidak terjadi miskonsepsi pada siswa karena siswa
dapat merasakan langsung proses terjadinya suatu fenomena dalam fisika
melalui percobaan sederhana. Melalui percobaan ini tentunya diharapkan
dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh siswa berkenaan
dengan materi yang diajarkan. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa secara umum kegiatan pembelajaran berjalan dengan baik
dan telah mencapai target sesuai dengan harapan yaitu siswa menjadi aktif
dalam belajar dan dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang
berkaitan dengan materi yang diajarkan sehingga dapat meningkatkan hasil
belajar siswa. Ini terlihat dari hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan
setelah diberi perlakuan berupa tindakan penerapan model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah. Selain itu aktivitas siswa juga sudah terlihat lebih baik
selama mengikuti proses pembelajaran di kelas.
lxvii
Namun masih ada kekurangan-kekurangan yang perlu diperbaiki pada
penelitian selanjutnya. Pada siklus pertama ini kekurangan yang harus
diperbaiki adalah:
1. Dalam melakukan percobaan masih ada siswa yang beramain-main dengan
alat-alat percobaan.
2. Pada saat diskusi, masih ada siswa yang kurang terlibat aktif dalam
kegiatan diskusi.
3. Pada saat presentasi, hasil diskusi siswa cenderung mengungkapkan
konsep dan fakta-fakta yang sudah ada dan cenderung membaca apa yang
ada di buku.
4. Untuk referensi dalam belajar, siswa hanya terbatas pada buku paket yang
dimiliki.
Tabel 4.1
Rangkuman Pretes Hasil Belajar Fisika Siswa
Statistika Deskriftif Perolehan Skor
N 38
Xmin 25
Xmax 70
X 49,29
SD 7,73
lxviii
Berdasarkan hasil analaisis penguasaan konsep, untuk penguasaan
konsep pada ranah kognitif mengingat (C1) secara umum siswa dapat
menjawab soal dengan baik. Soal yang memiliki persentase tertinggi yang
yang dijawab oleh siswa adalah soal nomor 1 dan 18 yang memperoleh
persentase sebesar 89 %. Sedangkan soal yang memperoleh persentase
terendah adalah soal nomor 6 yaitu sebesar 37 %. Untuk penguasaan konsep
pemahaman (C2) soal yang memperoleh persentase tertinggi adalah soal
nomor 4 yaitu sebesar 79 %. Sedangkan soal yang memperoleh persentase
terendah adalah soal nomor 8 yaitu sebesar 2,6 %. Kemudian untuk
penguasaan konsep aplikasi/penerapan (C3) soal yang memperoleh persentase
terbesar adalah soal nomor 3 yaitu sebesar 37 %. Sedangkan soal yang
memperoleh persentase terendah adalah soal nomor 10 yaitu sebesar 13 %.
Kemudian yang terakhir untuk penguasaan konsep analisis (C4) soal yang
memperoleh persentase tertinggi adalah soal nomor 19 yaitu sebesar 87 %.
Sedangkan soal yang memperoleh persentase terendah adalah soal nomor 17
yaitu sebesar 34 %. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran.
Berdasarkan gambaran hasil pretes tersebut dapat disimpulkan bahwa
siswa di dalam kelas ini memiliki pengetahuan awal yang relatif kurang baik
dan belum menguasai konsep yang akan dipelajari dengan baik. Untuk itu
diperlukan suatu tindakan yang dapat membantu siswa dalam meningkatkan
pengetahuan awal siswa tersebut. Setelah proses pembelajaran berupa
penerapan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah berakhir, kegiatan akhir
pada siklus ini ialah pemberian postes pada siswa. Adapun rangkuman dari
hasil postes dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.2
Rangkuman Postes Hasil Belajar Fisika Siswa
Statistika Deskriftif Perolehan Skor
N 38
Xmin 50
Xmax 85
X 73,5
lxix
SD 9,61
lxx
dan alamiah. Untuk data tes hasil belajar, lembar observasi dan kuisioner
dibuat dengan menggunakan analisis statistik deskriptif.
Hasil pengamatan pada siklus I, data hasil belajar fisika siswa diambil
melalui perangkat tes pilihan ganda yang diberikan sebelum (pretes) dan
sesudah (postes) pembelajaran. Berdasarkan data yang diambil tersebut
diperoleh ringkasan data hasil balajar fisika siswa sebagaimana terdapat pada
tabel 4.5. Skor pretes yang diberikan sebelum pembelajaran didapatkan hasil
rata-rata nilai sebesar 49,29 dengan nilai tertinggi 70 dan nilai terendahnya
sebesar 25. Setelah melalui proses pembelajaran dan pemberian tindakan
berupa penerapan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, hasil belajar
siswa mengalami peningkatan dengan rata-rata nilai sebesar 73,5 dengan nilai
tertinggi 85 dan nilai terendah sebesar 50. Jika kita konfersikan dengan skor
penguasaan konsep yang diperoleh dari data hasil belajar, penerapan model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Hal ini terlihat dari rata-rata nilai hasil pretes siswa yang masuk dalam
kategori kurang (49,29) dan meningkat menjadi kategori baik (73,5) dari hasil
postes setelah diberi perlakuan berupa tindakan penerapan model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Perhitungan skor hasil belajar dapat
dilihat pada lampiran.
Besarnya peningkatan hasil belajarpun tampak terlihat langsung dari
rata-rata nilai Gain ternormalisasi sebesar 0,49 yang termasuk dalam kategori
sedang. Melihat hasil ini, dengan kata lain dapat dikatakan bahwa model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah yang diterapkan dalam pembelajaran
cukup efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Perhitungan gain
ternoramlisasi dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 4.3
Ringkasan Data Hasil Belajar Fisika Siswa
Data Pretes Postes Gain ternormalisasi
N 38 38 38
Maks 70 85 0,75
Min 25 50 0,00
lxxi
Rerata 49,29 73,5 0,49
SD 7,73 9,61 0,19
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas Pretes Dan Postes
Statistik Pretes Postes
N 38 38
x 48,29 73,5
S 7,73 9,61
χ2hitung 7,21 22,58
χ2tabel 11,070 11,070
Keputusan Berdistribusi normal Tidak berdistribusi normal
lxxii
Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05) dengan
derajat kebebasan dk = 5 untuk kedua data hasil penelitian tersebut. Dari tabel
dapat disimpulkan bahwa data pretes berdistribusi normal karena memenuhi
kriteria χ2hitung < χ2tabel atau 7,21 < 11,070. Sedangkan data postes tidak
berdistribusi normal karena tidak memenuhi kriteria χ2hitung < χ2tabel atau
22,58 > 11,070. Pada data postes data tidak berdistribusi normal karena
sebagian besar siswa mendapat nilai diatas rata-rata yang mengakibatkan
kurva berada disebelah kanan kurva distribusi normal.
Setelah uji normalitas, selanjutnya dicari nilai homogenitasnya. Dalam
penelitian ini, nilai homogenitas didapat dengan menggunakan uji Barlet.
Kiteria pengujian yang digunakan yaitu, kedua data dikatakan homogen jika
χ2hitung < χ2tabel diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan
tertentu.
Hasil uji homogenitas pretes dan postes dapat dilihat pada tabel
dibawah ini, sedangkan perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 4.5
Hasil Uji Homogenitas Pretes dan Postes
Statistik
S2pretes 59,75
2
S postes 92,37
2
S gabungan 76,06
χ2hitung 1,74
χ2tabel 3,841
Keputusan Homogen
lxxiii
dipakai ialah uji Mann-Whitney (uji-Zsampel) sebagai pengganti dari uji-t.
Langkah selanjutnya ialah mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H0 : μ1 = μ 2
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa
sebelum dan sesudah pembelajaran
Ha : μ1 ≠ μ 2
Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa sebelum
dan sesudah pembelajaran
Pengujian hipotesis tersebut diuji dengan menggunakan rumus uji-
Zsampel, dengan kriteria sebagai berikut:
Jika - Ztabel < Zsampel < Ztabel maka H0 diterima pada taraf kepercayaan
0,95.
Jika Zsampel < - Ztabel atau Ztabel < Zsampel maka Ha diterima pada taraf
kepercayaan 0,95.
Rekapitulasi pengujian dapat dilihat pada tabel berikut, sedangkan
perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 4.6
Pengujian Rata-Rata Perbedaan
Pretes dan Postes Hasil Belajar Fisika Siswa
N Zsampel Ztabel Keputusan
Pretes-Postes 38 7,52 1,68 signifikan
Dari perhitungan diperoleh nilai Zsampel sebesar 7,52 dan Ztabel sebesar
1,68. Hasil pengujian yang diperoleh menunjukan bahwa Zsampel berada di
daerah penerimaan Ha, yaitu Ztabel < Zsampel atau 1,68 < 7,52. Dengan
demikian H0 ditolak dan Ha diterima pada taraf kepercayaan 0,95, hal ini
menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar
siswa sebelum dan sesudah pembelajaran.
Setelah itu untuk melihat signifikansi peningkatan hasil belajar siswa
melalui nilai rata-rata Gain ternormalisasi maka dilakukan pengujian dua
lxxiv
sampel dengan uji statistik. Sama halnya dengan uji statistik pretes-postes,
sebelum dilakukan pengujian data terlebih dahulu diuji normalitasnya.
Pengujian normalitas dalam pengujian kali ini menggunakan uji Chi-
kuadrat seperti halnya dalam pengujian sebelumnya. Adapun hasil uji
normalitas nilai rata-rata N-Gain dapat dilihat seperti pada tabel dibawah ini,
sedangkan perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran
Tabel 4.7
Hasil Uji Normalitas N-Gain
Statistik N-Gain
N 38
x 0,49
S 0,19
χ hitung
2
17,64
χ2tabel 11,070
Keputusan Tidak berdistribusi normal
lxxv
Penerapan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dapat
meningkatkan hasil belajar fisika siswa
Pengujian hipotesis tersebut diuji dengan menggunakan rumus uji-
Zsampel, dengan kriteria sebagai berikut:
Jika - Ztabel < Zsampel < Ztabel maka H0 diterima pada taraf kepercayaan
0,95.
Jika Zsampel < - Ztabel atau Ztabel < Zsampel maka Ha diterima pada taraf
kepercayaan 0,95.
Rekapitulasi pengujian dapat dilihat pada tabel berikut, sedangkan
perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 4.8
Pengujian Rata-Rata Nilai Gain Ternormalisasi
N Zsampel Ztabel Keputusan
Pretes-Postes 38 - 7,47 -1,68 signifikan
lxxvi
keseluruhan diperoleh skor rata-rata aktivitas belajar siswa sebesar 46,67. Dari
skor ini kemudian di olah sehingga secara keseluruhan dapat disimpulkan
bahwa sekitar 77,8% siswa melakukan aktivitas pembelajaran dengan baik
melalui penerapan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah pada
pembelajaran fisika.Hasil pengamatan tentang aktivitas siswa melalui lembar
observasi dan perhitungan lengkap dapat dilihat pada lampiran.
Kemudian setelah postes diberikan, untuk mengetahui respon siswa
terhadap model Pembelajaran Berdasarkan Masalah maka siswa diberikan
kuisioner yang berisi pernyataan-pernyataan tentang tanggapan terhadap
model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Berdasarkan hasil kuisioner yang
telah diberikan pada siswa setelah kegiatan pembelajaran diakhir siklus, siswa
mempunyai persepsi yang positif terhadap model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah. Artinya siswa senang belajar dengan menggunakan model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Berdasarkan data yang diperoleh, rata-
rata persentase siswa yang berpandangan positif terhadap model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah lebih besar daripada siswa yang mempunyai pandangan
negatif yaitu sekitar 78,4% siswa berpandangan positif dan 21,6% siswa
berpandangan negatif.
lxxvii
Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa penerapan model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Pengaruh dari penerapan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa rata-rata nilai hasil belajar
fisika siswa sebelum dan sesudah pembelajaran mengalami peningkatan yang
cukup signifikan. Sebelum pembelajaran, pengetahuan awal siswa berdasarkan
hasil analisis data tegolong kedalam kategori kurang, namun setelah
pembelajaran dengan memberikan perlakuan berupa tindakan penerapan
model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, pengetahuan siswa menjadi
kategori baik. Rata-rata nilai pretes siswa sebelum pembelajaran yaitu sebesar
49,29. Sedangkan setelah tindakan dengan penerapan model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah pada siklus I rata-rata nilai postes siswa sebesar 73,5. Ini
artinya terjadi peningkatan hasil belajar fisika siswa sebesar 24,21. Besarnya
peningkatan hasil belajarpun tampak terlihat langsung dari rata-rata nilai Gain
ternormalisasi sebesar 0,49 yang termasuk dalam kategori sedang.
Kemudian untuk melihat signifikansi perbedaan hasil belajar fisika
siswa sebelum dan sesudah pembelajaran, maka dilakukan uji statistik dengan
menggunakan uji Mann-Whitney (uji Zsampel) pada nilai rata-rata pretes dan
postes pada taraf kepercayaan 0,95. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh
nilai Zsampel sebesar 7,52 dan Ztabel sebesar 1,68. Hasil pengujian yang
diperoleh menunjukan bahwa Zsampel berada di daerah penerimaan Ha, yaitu
Ztabel < Zsampel atau 1,68 < 7,52. Dengan demikian H0 ditolak dan Ha diterima
pada taraf kepercayaan 0,95. Berdasarkan hasil ini menunjukan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar fisika siswa sebelum
dan sesudah pembelajaran. Selanjutnya, untuk mengetahui signifikansi
peningkatan hasil belajar fisika siswa, maka dilakukan uji statistik dengan
menggunakan uji Mann-Whitney (uji Zsampel) pada nilai rata-rata N-Gain. Dari
hasil perhitungan diperoleh nilai Zsampel sebesar -7,47 dan Ztabel sebesar -1,68.
Hasil pengujian yang diperoleh menunjukan bahwa Zsampel berada di daerah
penerimaan Ha, yaitu Zsampel < - Ztabel atau -7,47 < -1,68. Dengan demikian H0
ditolak dan Ha diterima pada taraf kepercayaan 0,95. Berdasarkan hasil ini
lxxviii
pula dapat dikatakan bahwa Penerapan model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Dari hasil uji statistik
tersebut, mendukung temuan penelitian bahwa penerapan model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah efektif dan berpengaruh dalam upaya meningkatkan
hasil belajar fisika siswa.
Berdasarkan hasil observasi tentang aktivitas siswa melalui lembar
observasi menunjukan bahwa aktivitas belajar siswa melalui penerapan model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah dilakukan dengan baik. Pada siklus I
pengamatan melalui lembar observasi secara keseluruhan dari pertemuan ke
dua, tiga dan ke empat mendapatkan skor rata-rata 46,67 dengan nilai
persentase sekitar 62,2 %. Hasil ini menunjukan secara keseluruhan aktivitas
belajar siswa dalam proses pembelajaran dilakukan dengan sangat baik.
Berdasarkan aspek yang diamati melalui lembar observasi, secara keseluruhan
dengan penerapan model pembelajaran siswa menjadi lebih tekun dalam
mempelajari materi yang diberikan dan mengikuti proses pembelajaran
dengan baik. Selain itu kondisi kelas cukup kondusif, siswa mampu
menjalankan perannya sebagai siswa baik itu dalam berdiskusi, bertanya dan
beriteraksi baik itu dengan teman maupun dengan guru.
Kondisi seperti ini mendukung dan menjadikan siswa untuk dapat
memahami materi yang dipelajari. Dengan adanya pemahaman yang kuat atas
materi pembelajaran yang telah dipelajari tidak tertutup kemungkinan dapat
meningkatakan hasil belajar, yaitu dalam hal ini hasil belajar fisika siswa pada
materi Tekanan.
Setelah tindakan berupa penerapan model pembelajaran dilakukan,
siswa diberikan kuisioner yang berisi pernyataan-pernyataan tentang persepsi
siswa terhadap model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Berdasarkan
penyebaran kuisioner tersebut diperoleh hasil bahwa siswa merasa senang
belajar dengan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Hal ini terlihat dari
rata-rata persentase siswa yang berpandangan positif lebih besar daripada
siswa yang mempunyai pandangan negatif terhadap model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah yaitu sekitar 78,4% siswa berpandangan positif dan
lxxix
21,6% siswa berpandangan negatif. Kondisi ini mendukung temuan-temuan
sebelumnya yang menyatakan bahwa hasil belajar fisika siswa meningkat dan
kualitas pembelajaran menjadi lebih baik dengan adanya penerapan model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah.
Selain itu dukungan pun terlihat dari segi ketuntasan belajar. Dari segi
ketuntasan belajar, siswa dikatakan tuntas belajar bila 75 % dari siswa dapat
menjawab soal postes dengan nilai > 65. Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan, 84,2 % siswa dapat menjawab soal postes dengan nilai > 65.
Hasil ini menunjukan bahwa secara keseluruhan siswa telah menguasai materi
yang diajarkan dengan baik. Sehingga penelitian ini berhenti pada siklus I
dimana jumlah siswa yang mendapat nilai postes > 65 sebanyak 32 siswa yaitu
sekitar 84,2 %.
Berdasarkan temuan penelitian diatas dapat dikatakan bahwa
Pembelajaran Berdasarkan Masalah merupakan pembelajaran yang efektif
dalam upaya meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Hal ini dikarenakan
model Pembelajaran Berdasarkan Masalah memberikan kesempatan kepada
siswa untuk lebih aktif dan berperan dalam pembelajaran. Selain itu model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah menempatkan guru sebagai motivator dan
pembimbing yang membantu siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini
memungkinkan siswa untuk lebih mudah menerima dan memahami materi
pembelajaran serta mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Ini sesuai
dengan karakteristik Pembelajaran Berdasarkan Masalah yaitu:
65
Problem-based Learning, dari http://wikipedia.htm
lxxx
D. Pembahasan Temuan Penelitian
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa temuan
penelitian yang diperoleh diantaranya sebagai berikut:
1. Peningkatan hasil belajar melalui penerapan model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa rata-
rata nilai hasil belajar fisika siswa mengalami peningkatan. Peningkatan ini
terlihat setelah pembelajaran dilakukan dengan memberi perlakuan berupa
tindakan penerapan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Pembelajaran
Berdasarkan Masalah memberikan pengalaman baru pada siswa dalam belajar
fisika. Siswa tidak lagi menjadi objek dalam pembelajaran, melainkan sebagai
subjek yang berperan aktif dalam pembelajaran.
Proses belajar yang berpusat pada guru sudah harus ditinggalkan,
karena proses pembelajaran sekarang bukan hanya penyampaian informasi
(delivery information) melainkan proses pertukaran informasi (information
exchange). Pertukaran informasi ini bisa dari guru ke siswa atau bahkan
sebaliknya dan pertukaran informasi dari siswa ke siswa. Siswa dituntut untuk
aktif dalam pembelajaran tanpa pandang bulu, tidak ada lagi anggapan bahwa
siswa yang pintar saja yang berperan di dalam kelas, akan tetapi semua siswa
mempunyai peluang yang sama untuk berkembang. Dengan demikian memacu
siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran dan mendorong siswa untuk
meningkatkan hasil belajar siswa.
2. Efektifitas penerapan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah terhadap
kualitas pembelajaran.
Selama proses pembelajaran dikelas berlangsung, dilakukan
pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa dengan menggunakan lembar
observasi. Dari hasil pengamatan ini terlihat antusias siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran. Siswa menjadi lebih aktif dan tekun dalam belajar,
selain itu siswa terlihat lebih menikmati proses pembelajaran dengan
menggunakan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah.
lxxxi
Kualitas pembelajaran menjadi lebih baik dengan banyaknya aktivitas
yang dilakukan oleh siswa, yaitu dengan melakukan percobaan sederhana dan
diskusi kelompok untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh siswa.
Dengan adanya praktikum sederhana, mendorong siswa untuk
mengembangkan kreatifitas dan keterampilan motoriknya. Tentunya kegiatan
ini meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah psikomotor, karena ranah
psikomotor berkaitan dengan kegiatan-kegiatan manipulatif dan keterampilan
motorik siswa.
3. Persepsi siswa terhadap model Pembelajaran Berdasarkan Masalah sangat
baik.
Berdasarkan kusioner yang disebar tentang persepsi siswa terhadap
model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, siswa merasa senang dan antusias
belajar fisika dengan model pembelajaran tersebut. Hal ini terlihat dari rata-
rata persentase siswa yang berpandangan positif lebih besar daripada siswa
yang mempunyai pandangan negatif terhadap model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah.
lxxxii
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, secara umum dapat
disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas melalui penerapan model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah dapat meningkatkan hasil belajar fisika
siswa. Ini terlihat dari hasil data-data yang diperoleh selama penelitian di MTs
Negeri 3 Pondok Pinang-Jakarta. Selain itu temuan hasil penelitian dalam
penlitian ini menunjukan :
1. Terjadi peningkatan hasil belajar fisika siswa pada materi Tekanan melalui
penerapan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah.
2. Efektifitas penerapan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah terhadap
kualitas pembelajaran mengarah kearah yang lebih baik
3. Persepsi siswa terhadap model Pembelajaran Berdasarkan Masalah sangat
baik.
B. Saran
Adapun saran-saran yang ingin disampaikan dalam penelitian ini ialah
sebagai berikut :
1. Sebelum memulai penelitian dilakukan persiapan yang matang agar
menadapatkan hasil yang optimal dan selalu melibatkan siswa, guru dan
pihak lain yang terkait dalam merumuskan perencanaan penelitian
2. Seorang guru dapat menyesuaikan materi pelajaran yang akan di
sampaikan dengan metode, model atau strategi pembelajaran yang akan
digunakan dalam pembelajaran
lxxxiii
3. Dalam pelaksanaan pembelajaran dikelas model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah dapat dijadikan salah satu alternatif metode
pembelajaran dalam upaya meningkatkan kualitas proses pembelajaran
fisika
4. Dalam belajar, siswa diharapkan lebih banyak memiliki referensi buku
pelajaran. Sehingga dapat membantu siswa agar dapat membangun
pengetahuan dengan lebih baik dan selalu berpikir kreatif untuk
menemukan hal-hal yang baru
5. Mengingat hasil penelitian ini masih sangat sederhana, sehingga apa yang
didapat dari hasil penelitian ini bukanlah merupakan hasil akhir. Adanya
keterbatasan dan kelemahan dalam penelitian ini dapat dijadikan dasar
untuk diadakannya penelitian lebih lanjut.
lxxxiv
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru. Bandung: CV. Yrama
Widya. 2006.
Arikunto, Suharsimi dkk. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. 2006.
Frye AW, Solomon DJ, Lieberman SA, Levine RE. Fitting The Means To The
Ends: One School’s Experience With Quantitative And Qualitative Methods
In Curriculum Evaluation During Curriculum Change. Med Educ Online
[serial online] 2000;5:9. Available from URL http://www.med-ed-online.org
lxxxv
http://gurupkn.wordpress.com/2007/11/16/pembelajaran-berdasarkan-masalah
Ibrahim, Nurdin. Hasil Belajar Fisika Siswa SLTP Terbuka Tanjung Sari
Sumedang Jawa Barat. Jurnal Pendidkan dan Kebudayaan NO. 031 Tahun
ke-7, September 2001.
Narbuko , Cholid, dan Abu Ahmadi. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Bumi
Aksara. 2005.
lxxxvi
Problem-based Learning, dari http://wikipedia.html.
Syah, Muhibin. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2004.
lxxxvii
Syah, Muhibin. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosda Karya. 2004.
Tim Penulis PEKERTI Bidang MIPA. Hakikat Pembelajaran MIPA dan Kiat
Pembelajaran Fisika Perguruan Tinggi. Jakarta: PAU-PPAI Universitas
Terbuka. 2001.
Tu’u, Tulus. Peran Disiplin Pada Perilaku Dan Prestasi Siswa. Jakarta: PT.
Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo) . 2004.
lxxxviii
Lampiran 1
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
i
runcing luas bidang tekannya kecil
d. paku yang runcing akan lebih mudah masuknya
dibandingkan dengan paku tumpul, karena paku tumpul
luas bidang tekannya kecil
ii
kehidupan sehari-hari
a. A c. C
b. B d. D
D C3
8. Gambar di samping
memperlihatkan 4 ekor
ikan yang sedang
berenang dilautan.
Tekanan paling besar
dialami oleh ikan....
a. A
b. B
c. C
d. D
B C2
9. Pada bejana berhubungan, luas alas bejana A 15 cm2
mempunyai tekanan 300 N. Sedang luas bejana B 45 cm2.
Berapa beban yang dapat terangkat di B?
a. 18.000 N c. 60 N
b. 900 N d. 240 N
A C3
10. Berdasarkan percobaan Hartl, besar kecilnya tekanan zat
cair tergantung pada....
a. tinggi permukaan dan massa jenis
b. tinggi permukaan dan volume
iii
c. massa jenis dan berat jenis
d. luas bejana dan jumlah zat cair A C2
11. Pernyataan yang benar tentang tekanan zat cair....
a. semakin dalam, tekanan semakin besar
b. semakin luas, tekanan semakin besar
c. semakin luas, tekanan semakin kecil
d. semakin dalam, tekanan semakin kecil
A C2
12. Tekanan hidrostatis pada bejana tergantung pada....
a. massa jenis zat cair dalam bejana c. luas dasar bejana
b. bentuk dasar bejana d. bentuk bejana
- Mendeskripsikan hukum A C1
Pascal melalui percobaan 13. Tekanan yang diberikan kepada zat cair yang ada di dalam
sederhana serta ruang tertutup diteruskan oleh zat cair itu kesegala arah.
penerapannya dalam Pernyataan itu disebut....
a. hukum Pascal c. hukum tekanan
kehidupan sehari-hari
b. hukum zat cair d. pengertian tekanan
- Mengidentifikasi contoh- A C2
contoh alat yang 14. Perhatikan gambar dibawah ini!
menggunakan prinsip
hukum Pascal yang
digunakan dalam kehidupan
sehari-hari
iv
b. 180 N d. 320 N
A C1
15. Alat yang berkerja berdasarkan hukum pascal adalah....
a. dongkrak hidrolik
b. kincir angin
c. bejana U
d. pompa air
Alat yang
menggunakan prinsip
kerja hukum Pascal
untuk mengangkat dan
menahan benda
adalah....
a. 1
b. 2
c. 1 dan 2
d. 3 B C2
v
samping. Supaya
kedua pengisap
seimbang, maka besar
F2 adalah….
a. 0,75 N
b. 13,3 N
- Mendeskripsikan hukum c. 300 N
Archimedes melalui d. 600 N
percobaan sederhana serta
penerapannya dalam 19. Hukum Archimedes : sebuah benda dicelupkan sebagian C C1
kehidupan sehari-hari atau seluruhnya ke dalam zat cair mendapat gaya....
a. ke bawah sebesar berat zat cair yang didesaknya
- Menunjukan beberapa b. ke bawah sebesar massa zat cair yang didesaknya
produk tekonologi dalam c. ke atas sebesar berat zat cair yang didesaknya
kehidupan sehari-hari d. ke atas sebesar massa zat cair yang didesaknya
sehubungan dengan dengan C C2
konsep benda terapung, 20. Sebuah benda akan terapung dalam air bila....
a. massa jenis benda lebih besar daripada massa jenis air
melayang, dan tenggelam b. massa jenis benda sama dengan massa jenis air
c. massa jenis benda lebih kecil daripada massa jenis air
d. gaya ke atas lebih besar daripada berat benda
C3
21. Benda A dan benda B yang terbuat dari bahan yang berbeda
memiliki volume yang sama. Ketika dimasukan ke dalam
air, benda A tenggelam sedangkan benda B melayang.
Pernyataan berikut benar kecuali....
a. gaya ke atas pada benda A dan B sama
b. gaya ke atas pada benda A lebih kecil daripada gaya ke
atas pada benda B
c. massa jenis benda A lebih besar daripada massa jenis
air
vi
d. massa jenis benda A lebih besar daripada massa jenis
benda
A C3
22. Bila kapal berada di sungai, air sungai melewati batas
keselamatan pada dinding kapal. Begitu memasuki laut,
permukaan air laut berada di bawah garis keselamatan.
Penyebabnya adalah....
a. gaya angkat air sungai lebih kecil daripada gaya angkat
air laut
b. gaya angkat air sungai lebih besar daripada gaya angkat
air laut
c. air sungai mengalir, sedangkan air laut tidak mengalir
d. di sungai angin tidak terlalu besar, sedangkan di laut
cukup besar
vii
laut
b. gaya ke atas oleh air laut lebih besar daripada berat
kapal
c. kepal memiliki mesin pengangkat yang dapat
menghindari tenggelam
d. gaya ke atas oleh air laut lebih kecil daripada berat
kapal
viii
28. Tekanan udara satu atmosfer yaitu.... A C1
a. sebanding tinggi raksa dalam pipa 76 cmHg
b. sebanding tinggi raksa dalam pipa 75 cmHg
c. sebanding tinggi raksa dalam pipa 70 cmHg
d. sebanding tinggi raksa dalam pipa 1 cmHg
ix
akan.... C C2
a. naik 1 mmHg c. turun 1 cmHg
b. turun 1 mmHg d. naik 1 cmHg
37. Berat sebuah balon udara lebih kecil daripada berat udara
yang dipindahkannya. Bila demikian keadaannya, maka A C3
balon tersebut akan....
a. naik c. tetap
b. turun d. naik-turun
x
39. Untuk mengeluarkan udara dari suatu ruang tertutup dapat
digunakan.... B C1
a. pompa tekanan udara c. siphon
b. pompa udara d. Barometer
xi
Lampiran 2
Rekapitulasi Hasil Uji Instrumen
Nomor Soal
Subjek
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
X1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
X2 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1
X3 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1
X4 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1
X5 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0
X6 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1
xii
X7 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1
X8 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1
X9 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1
X10 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 1
X11 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1
X12 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
X13 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1
X14 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1
X15 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
X16 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0
X17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 1
X18 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0
X19 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0
X20 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0
X21 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1
X22 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0
X23 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0
X24 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1
X25 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1
X26 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1
X27 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0
X28 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0
X29 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1
X30 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1
X31 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1
X32 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1
X33 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1
X34 1 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0
X35 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1
xiii
X36 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0
X37 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0
X38 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0
X39 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1
X40 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0
X41 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 0
X42 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1
X43 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0
X44 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 0
X45 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0
X46 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1
X47 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0
X48 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1
X49 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0
X50 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
Jumlah 38 14 22 39 33 32 40 35 12 20 45 36 26 44 33 39 31 25 11 32 25 25 18 27
xiv
Lampiran 3
Perhitungan Validitas
Mt =
∑ Xt
N
1002
=
50
= 20,04
∑X ⎛ ∑ Xt
2 2
⎞
−⎜ ⎟
t
SDt =
N ⎜ N ⎟
⎝ ⎠
2
20940 ⎛ 1002 ⎞
= −⎜ ⎟
50 ⎝ 50 ⎠
= 418,8 − 401,60
= 17,20
= 4,19
M p − Mt p
rpbis =
SDt q
i
Lampiran 4
ii
Lampiran 5
S 2 = SDt 2
= (4,19)2
= 17,55
b. Menghitung Reliabilitas
⎡ n ⎤ ⎡ S − ∑ pq ⎤
2
r11 = ⎢ ⎢ ⎥
⎣ n − 1⎥⎦ ⎣⎢ S2 ⎦⎥
⎡ 50 ⎤ ⎡17,55 − 8,02 ⎤
= ⎢ ⎢ ⎥
⎣ 50 − 1⎥⎦ ⎣ 17,55 ⎦
= 0,554 cukup
iii
Lampiran 6
Hasil Perhitungan Taraf Kesukaran
B
Rumus : P =
JS
Tabel Perhitungan Taraf Kesukaran
No Butir B Js P Keterangan
1 38 50 0,76 Mudah
2 14 50 0,28 Sukar
3 22 50 0,44 Sedang
4 39 50 0,78 Mudah
5 33 50 0,66 Sedang
6 32 50 0,64 Sedang
7 40 50 0,80 Mudah
8 35 50 0,70 Mudah
9 12 50 0,24 Sukar
10 20 50 0,40 Sedang
11 45 50 0,90 Mudah
12 36 50 0,72 Mudah
13 26 50 0,52 Sedang
14 44 50 0,88 Mudah
15 33 50 0,66 Sedang
16 39 50 0,78 Mudah
17 31 50 0,62 Sedang
18 25 50 0,50 Sedang
19 11 50 0,22 Sukar
20 32 50 0,64 Sedang
21 25 50 0,50 Sedang
22 25 50 0,50 Sedang
23 18 50 0,36 Sedang
24 27 50 0,54 Sedang
25 8 50 0,16 Sukar
26 10 50 0,20 Sukar
27 13 50 0,26 Sukar
28 36 50 0,72 Mudah
29 11 50 0,22 Sukar
30 28 50 0,56 Sedang
31 13 50 0,26 Sukar
32 7 50 0,14 Sukar
33 10 50 0,20 Sukar
34 12 50 0,24 Sukar
35 40 50 0,80 Mudah
36 29 50 0,58 Sedang
37 30 50 0,60 Sedang
38 12 50 0,24 Sukar
39 24 50 0,48 Sedang
40 17 50 0,34 Sedang
iv
Lampiran 7
Hasil Perhitungan Daya pembeda
BA BB
Rumus : D = − = PA − PB
JA JB
Tabel Perhitungan Daya Pembeda
No Butir Ba Bb Ja Jb DB Keterangan
1 22 16 25 25 0,24 Cukup
2 9 5 25 25 0,16 Jelek
3 13 9 25 25 0,16 Jelek
4 18 21 25 25 -0,12 Dibuang
5 16 17 25 25 -0,04 Dibuang
6 17 15 25 25 0,08 Jelek
7 23 17 25 25 0,24 Cukup
8 19 16 25 25 0,12 Jelek
9 7 5 25 25 0,08 Jelek
10 14 6 25 25 0,32 Cukup
11 24 21 25 25 0,12 Jelek
12 22 14 25 25 0,32 Cukup
13 17 9 25 25 0,32 Cukup
14 23 21 25 25 0,08 Jelek
15 16 17 25 25 -0,04 Dibuang
16 23 16 25 25 0,28 Cukup
17 19 12 25 25 0,28 Cukup
18 15 10 25 25 0,2 Jelek
19 4 7 25 25 -0,12 Dibuang
20 17 15 25 25 0,08 Jelek
21 16 9 25 25 0,28 Cukup
22 16 9 25 25 0,28 Cukup
23 10 8 25 25 0,08 Jelek
24 16 11 25 25 0,2 Jelek
25 6 2 25 25 0,16 Jelek
26 9 1 25 25 0,32 Cukup
27 9 4 25 25 0,2 Jelek
28 20 16 25 25 0,16 Jelek
29 9 2 25 25 0,28 Cukup
30 14 14 25 25 0 Jelek
31 6 7 25 25 -0,04 Dibuang
32 6 1 25 25 0,2 Jelek
33 9 1 25 25 0,32 Cukup
34 10 2 25 25 0,32 Cukup
35 22 18 25 25 0,16 Jelek
36 18 11 25 25 0,28 Cukup
37 16 14 25 25 0,08 Jelek
38 5 7 25 25 -0,08 Dibuang
39 10 14 25 25 -0,16 Dibuang
40 13 4 25 25 0,36 Cukup
v
Lampiran 8
INSTRUMEN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA
MTs NEGERI 3 PONDOK PINANG-JAKARTA
Petunjuk Umum:
1. Periksa dan bacalah soal-soal sebelum anda menjawabnya
2. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat
3. Berilah tanda silang (x) pada pilihan jawaban yang anda anggap benar
41. Gaya yang bekerja pada satu satuan luas merupakan definisi dari....
a. tekanan hidrostatis c. tekanan
b. tekanan gas d. Gaya
a. A c. C
b. B d. D
43. Berdasarkan percobaan Hartl, besar kecilnya tekanan zat cair tergantung
pada....
a. tinggi permukaan dan massa jenis
b. tinggi permukaan dan volume
c. massa jenis dan berat jenis
d. luas bejana dan jumlah zat cair
vi
a. semakin dalam, tekanan semakin besar
b. semakin luas, tekanan semakin besar
c. semakin luas, tekanan semakin kecil
d. semakin dalam, tekanan semakin kecil
46. Tekanan yang diberikan kepada zat cair yang ada di dalam ruang tertutup
diteruskan oleh zat cair itu kesegala arah. Pernyataan itu disebut....
a. hukum Pascal c. hukum tekanan
b. hukum zat cair d. pengertian tekanan
49. Bila kapal berada di sungai, air sungai melewati batas keselamatan pada
dinding kapal. Begitu memasuki laut, permukaan air laut berada di bawah
garis keselamatan. Penyebabnya adalah....
a. gaya angkat air sungai lebih kecil daripada gaya angkat air laut
b. gaya angkat air sungai lebih besar daripada gaya angkat air laut
c. air sungai mengalir, sedangkan air laut tidak mengalir
d. di sungai angin tidak terlalu besar, sedangkan di laut cukup besar
vii
b. B d. D
51. Kapal tanker dapat mengapung di air laut karena....
a. massa jenis kapal lebih besar daripada massa jenis air laut
b. gaya ke atas oleh air laut lebih besar daripada berat kapal
c. kepal memiliki mesin pengangkat yang dapat menghindari tenggelam
d. gaya ke atas oleh air laut lebih kecil daripada berat kapal
52. Pernyataan yang tepat tentang hubungan tekanan udara dengan ketinggian
tempat, yaitu....
a. semakin tinggi ketinggian tempat semakin rendah tekanan udaranya
b. semakin tinggi ketinggian tempat semakin besar tekanan udaranya
c. semakin rendah ketinggian tempat semakin rendah tekanan udaranya
d. semakin rendah ketinggian tempat semakin besar tekanan udaranya
54. Kota Amsterdam (Belanda) lebih rendah daripada permukaan laut. Berarti,
tekanan udara di kota amsterdam....
a. lebih dari 76 cmHg
b. sama dengan 76 cmHg
c. kurang dari 76 cmHg
d. berubah-ubah
57. Ketinggian kota A 800 m dari permukaan laut. Jadi tekanan udara di kota A
adalah....
a. 724 cmHg c. 68 cmHg
b. 83 cmHg d. 67 cmHg
59. Sikap sebuah barometer adalah 64,5 cmHg. Tekanan udara di tempat itu
adalah....
viii
a. 11,8 x 104 Pa c. 8,5 x 104 Pa
b. 11,5 x 104 Pa d. 4,9 x 104 Pa
60. Berikut ini yang tidak termasuk pada alat yang menggunakan prinsip hukum
Boyle adalah...
a. manometer c. barometer
b. manometer raksa d. hidrometer
ix
Lampiran 9
x
38 45 60
Rata-rata 49,29 73,5
No. Soal
Siswa Skor
C1 C2 C3 C4
1 5 6 12 13 18 20 4 7 8 11 15 16 2 3 9 10 14 17 19
1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 9
2 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 8
3 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 10
4 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 8
5 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 8
6 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 9
7 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 10
8 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 11
9 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 7
10 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 12
11 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 10
12 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 5
13 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 11
14 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 10
15 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 15
16 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 11
17 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 10
18 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 1 8
19 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 8
20 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 9
21 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 7
xi
22 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 13
23 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 11
24 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 8
25 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 6
26 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 10
27 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 14
28 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 8
29 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 11
30 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 8
31 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 9
32 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 9
33 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 9
34 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 12
35 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 10
36 1 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 11
37 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 8
38 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 9
Jumlah 34 32 14 30 17 34 2 30 21 1 27 2 4 12 14 13 5 24 13 33 362
% 89 84 37 79 45 89 5 79 55 3 71 5 11 32 37 34 13 63 34 87
Lampiran 10
Analisis Pemahaman Konsep Pretes
Lampiran 11
Analisis Pemahaman Konsep Postes
No. Soal
Siswa C1 C2 C3 C4 Skor
1 5 6 12 13 18 20 4 7 8 11 15 16 2 3 9 10 14 17 19
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 15
2 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 15
3 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 16
4 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 16
5 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 11
6 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 15
7 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 15
8 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 17
9 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 14
10 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 15
11 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 17
12 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 15
13 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 11
14 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 15
15 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 18
16 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 14
17 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 13
18 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 15
xii
19 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 15
20 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 17
21 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 13
22 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 17
23 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 15
24 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 17
25 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 0 10
26 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 16
27 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 17
28 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 15
29 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 12
30 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 11
31 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 15
32 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 15
33 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14
34 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 14
35 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 16
36 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 17
37 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 14
38 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 12
Jumlah 36 27 25 32 34 32 12 35 24 29 35 25 34 31 31 25 21 20 19 32 559
% 95 71 66 84 89 84 32 92 63 76 92 66 89 82 82 66 55 53 50 84
Lampiran 12
Data Perhitungan N-Gain Pretes-Postes
skorpostes − skorpretes
Rumus : Gain =
skorideal − skorpretes
Tabel Hasil Perhitungan N-gain
No
Pretes Postes N-Gain Keterangan
Subjek
1 45 75 0,5455 SEDANG
2 40 75 0,5833 SEDANG
3 50 80 0,6000 SEDANG
4 40 80 0,6667 SEDANG
5 40 55 0,2500 SEDANG
6 45 75 0,5455 SEDANG
7 50 75 0,5000 SEDANG
8 55 85 0,6667 SEDANG
9 45 70 0,4545 SEDANG
10 60 75 0,3750 RENDAH
11 50 85 0,7000 TINGGI
12 25 75 0,6667 SEDANG
13 55 55 0,0000 RENDAH
14 50 75 0,5000 SEDANG
15 60 85 0,6250 SEDANG
xiii
16 55 70 0,3333 RENDAH
17 50 65 0,3000 RENDAH
18 40 75 0,5833 SEDANG
19 40 75 0,5833 SEDANG
20 45 85 0,7273 TINGGI
21 35 65 0,4615 SEDANG
22 50 85 0,7000 TINGGI
23 55 75 0,4444 SEDANG
24 40 85 0,7500 TINGGI
25 30 50 0,2857 SEDANG
26 50 80 0,6000 SEDANG
27 70 85 0,5000 SEDANG
28 40 75 0,5833 SEDANG
29 55 60 0,1111 RENDAH
30 40 55 0,2500 SEDANG
31 45 75 0,5455 SEDANG
32 45 75 0,5455 SEDANG
33 45 70 0,4545 SEDANG
34 60 70 0,2500 RENDAH
35 50 80 0,6000 SEDANG
36 55 85 0,6667 SEDANG
37 40 70 0,5000 SEDANG
38 45 60 0,2727 RENDAH
rata-rata 0,4928 SEDANG
Lampiran 13
a. Distribusi Frekuensi
xiv
X =
∑ FX Keterangan :
N
X = Nilai Mean
∑ FX = Jumlah hasil belajar data distribusi frekuensi
N = Jumlah siswa
Maka diperoleh :
1835
X =
38
= 48,29
c. Median (Me)
⎡ 1 × N − Fkb ⎤
Me = l + ⎢ 2 ⎥×i
⎣ Fi ⎦
Keterangan :
Me = Median
l = Batas bawah kelas Median
N = Jumlah siswa
Fkb = Frekuensi komulatif dibawah kelas median
i = Panjang kelas
Maka diperoleh :
⎡ 1 × 38 − 3 ⎤
Me = 40,5 + ⎢ 2 ⎥ ×8
⎣ 17 ⎦
= 40,5 + 7,53
= 48,03
d. Modus (Mo)
⎡ Fa ⎤
Mo = l + ⎢ ⎥×i
⎣ Fa + Fb ⎦
Keterangan :
Mo = Modus
l = Batas bawah kelas Modus
xv
Fa = Selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
sebelumnya
Fb = Selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
sesudahnya
i = Panjang kelas
⎡ 16 ⎤
Mo = 40,5 + ⎢ ⎥×8
⎣16 + 3 ⎦
= 40,5 + 6,74
= 47,24
∑ FX ⎛ ∑ FX
2
2
⎞
SD = − ⎜⎜ ⎟
⎟
N ⎝ N ⎠
Keterangan :
SD = Standar Deviasi
∑ FX = Jumlah dari hasil perkalian antara Midpoint yang telah
2
Maka diperoleh :
2
90881,5 ⎛ 1835 ⎞
SD = −⎜ ⎟
38 ⎝ 38 ⎠
= 2391,62 − 2331,87
= 59,75
= 7,73
f. Varians
S2 = SD2
Maka diperoleh :
S2 = 7,732
= 59,75
xvi
Lampiran 14
a. Distribusi Frekuensi
X =
∑ FX
N
Keterangan :
X = Nilai Mean
∑ FX = Jumlah hasil belajar data distribusi frekuensi
N = Jumlah siswa
Maka diperoleh :
2793
X =
38
= 73,5
c. Median (Me)
⎡ 1 × N − Fkb ⎤
Me = l + ⎢ 2 ⎥×i
⎣ Fi ⎦
xvii
Keterangan :
Me = Median
l = Batas bawah kelas Median
N = Jumlah siswa
Fkb = Frekuensi komulatif dibawah kelas median
i = Panjang kelas
Maka diperoleh :
⎡ 1 × 38 − 13 ⎤
Me = 73,5 + ⎢ 2 ⎥×8
⎣ 13 ⎦
= 73,5 + 3,69
= 77,19
d. Modus (Mo)
⎡ Fa ⎤
Mo = l + ⎢ ⎥×i
⎣ Fa + Fb ⎦
Keterangan :
Mo = Modus
l = Batas bawah kelas Modus
Fa = Selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
sebelumnya
Fb = Selisih antara frekuensi kelas modus dengan frekuensi kelas
sesudahnya
i = Panjang kelas
⎡ 8 ⎤
Mo = 73,5 + ⎢ ⎥ ×8
⎣ 8 + 1⎦
= 73,5 + 7,11
= 80,61
∑ FX ⎛ ∑ FX
2
2
⎞
SD = − ⎜⎜ ⎟
⎟
N ⎝ N ⎠
xviii
Keterangan :
SD = Standar Deviasi
∑ FX = Jumlah dari hasil perkalian antara Midpoint yang telah
2
Maka diperoleh :
2
208795,5 ⎛ 2793 ⎞
SD = −⎜ ⎟
38 ⎝ 38 ⎠
= 5494,62 − 5402,25
= 92,37
= 9,61
f. Varians
S2 = SD2
Maka diperoleh :
S2 = 9,612
= 92,37
xix
Lampiran 15
Adapun hasil penghitungan uji normalitas pretes dan postes adalah sebagai
berikut:
xx
Uji Normalitas Pretes
45 40 50 40 40 45 50 55 45 60
50 25 55 50 60 55 50 40 40 45
35 50 55 40 30 50 70 40 55 40
45 45 45 60 50 55 40 45
Skor tertinggi = 70
Skor terendah = 25
R 45
Panjang kelas = = = 7,5 ≈ 8
BK 6
Rata-rata (mean)
X =
∑ FX
N
1835
X =
38
= 48,29
xxi
Simpangan Baku (Standar Deviasi)
∑ FX ⎛ ∑ FX
2
2
⎞
SD = − ⎜⎜ ⎟
⎟
N ⎝ N ⎠
2
90881,5 ⎛ 1835 ⎞
SD = −⎜ ⎟
38 ⎝ 38 ⎠
= 2391,62 − 2331,87
= 59,75
= 7,73
xxii
0,0128 – 0,3554 = 0,3426
0,3554 – 0,4817 = 0,1263
0,4817 – 0,4991 = 0,0174
e. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas tiap
interval dengan jumlah responden
0,0197 x 38 = 0,7486
0,1355 x 38 = 5,1490
0,3566 x 38 = 13,5508
0,3426 x 38 = 13,0188
0,1263 x 38 = 4,7994
0,0174 x 38 = 0,6612
Mencari Chi-Kuadrat:
k
( f − fe )
χ2 = ∑ 0
i =l fe
χ2 =
(2 − 0,75)2 + (1 − 5,15)2 + (17 − 13,55)2 + (14 − 13,02)2 + (3 − 4,79)2 + (1 − 0,66)2
0,75 5,15 13,55 13,02 4,79 0,66
= 2,09 + 3,34 + 0,97 + 0,07 + 0,67 +0,1
= 7,21
Nilai χ2tabel untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = n-1 = 6 – 1 = 5 pada
tabel Chi-Kuadrat didapat χ2tabel = 11,070.
xxiii
Uji Normalitas Postes
75 75 80 80 55 75 75 85 70 75
85 75 55 75 85 70 65 75 75 85
65 85 75 85 50 80 85 75 60 55
75 75 70 70 80 85 70 60
Skor tertinggi = 85
Skor terendah = 50
R 45
Panjang kelas = = = 7,5 ≈ 8
BK 6
Rata-rata (mean)
X =
∑ FX
N
2793
X =
38
= 73,5
xxiv
Simpangan Baku (Standar Deviasi)
∑ FX ⎛ ∑ FX
2
2
⎞
SD = − ⎜⎜ ⎟
N ⎟
⎝ N ⎠
2
208795,5 ⎛ 2793 ⎞
SD = −⎜ ⎟
38 ⎝ 38 ⎠
= 5494,62 − 5402,25
= 92,37
= 9,61
xxv
0,4693 – 0,3944 = 0,0749
0,3944 – 0,2324 = 0,1620
0,2324 – 0,0000 = 0,2324
0,0000 – 0,2324 = 0,2324
0,2324 + 0,4991 = 0,6268
e. Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas tiap
interval dengan jumlah responden
0,0245 x 38 = 0,9310
0,0749 x 38 = 2,8462
0,1620 x 38 = 6,1560
0,2324 x 38 = 8,8312
0,6268 x 38 = 8,8312
0,2324 x 38 = 23,8184
Mencari Chi-Kuadrat:
k
( f − fe )
χ2 = ∑ 0
i =l fe
χ2 =
(4 − 0,93)2 + (2 − 2,85)2 + (2 − 6,16)2 + (5 − 8,83)2 + (13 − 8,83)2 + (12 − 23,82)2
0,93 2,85 6,16 8,83 8,83 23,82
= 10,11 + 0,25 + 2,80 + 1,6 + 1,96 + 5,86
= 22,58
Nilai χ2tabel untuk α = 0,05 dan derajat kebebasan (dk) = n-1 = 6 – 1 = 5 pada
tabel Chi-Kuadrat didapat χ2tabel = 11,070.
xxvi
B. Uji Homogenitas dengan Barlet
Adapun langkah-langkah uji homogenitas dengan Barlet, yaitu:
a. Masukan angka-angka statistik untuk pengujian homogenitas pada tabel
penolong
Data dk(n-1) Si Log Si dk.log Si
∑= ∑ (n-1) = - - ∑ dk.log Si =
Sgabungan =
∑ (ni − 1)S i
∑ (ni − 1)
c. Menghitung Log S
d. Menghitung nilai B, yaitu:
B = log S x ∑ (ni − 1)
e. Menghitung nilai χ2hitung
χ2hitung = ln10 (B − ∑ dk .LogS i )
f. Membandingkan χ2hitung dengan χ2tabel untuk α = 0,05 dan derajat
kebebasan (dk) = n-1, dengan kriteria:
Jika χ2hitung < χ2tabel, artinya homogen
Jika χ2hitung > χ2tabel, artinya data tidak homogen
Varians gabungan
Sgabungan =
∑ (ni − 1)S i
∑ (ni − 1)
=
(37 x59,75) + (37 x92,37 )
74
= 76,06
xxvii
χ2hitung = ln10 (B − ∑ dk .LogS i )
= 2,3 x (139,21 – 138,45)
= 2,3 x 0,7573
= 1,74
Dengan kriteria:
Jika χ2hitung < χ2tabel, artinya data homogen
Jika χ2hitung > χ2tabel, artinya data tidak homogen
Ternyata χ2hitung < χ2tabel, maka dapat disimpulkan bahwa kedua data tersebut
berasal dari sampel yang homogen
xxviii
Lampiran 16
UJI STATISTIK
R − μR
Rumus : Zsampel =
σR
a. Signifikansi Perbedaan Nilai Rata-rata Pretes-Postes
Tabel Ranking Pretes-Postes
No
Pretes Ranking Postes Ranking
subjek
1 45 16,5 75 58
2 40 8 75 58
3 50 25 80 68,5
4 40 8 80 68,5
5 40 8 55 34
6 45 16,5 75 58
7 50 25 75 58
8 55 34 85 72,5
9 45 16,5 70 48,5
10 60 41 75 58
11 50 25 85 72,5
12 25 1 75 58
13 55 34 55 34
14 50 25 75 58
15 60 41 85 72,5
16 55 34 70 48,5
17 50 25 65 44,5
18 40 8 75 58
19 40 8 75 58
20 45 16,5 85 72,5
21 35 3 65 44,5
22 50 25 85 72,5
23 55 34 75 58
24 40 8 85 72,5
25 30 2 50 25
26 50 25 80 68,5
27 70 48,5 85 72,5
28 40 8 75 58
29 55 34 60 41
30 40 8 55 72,5
31 45 16,5 75 58
32 45 16,5 75 58
33 45 16,5 70 48,5
34 60 41 70 48,5
35 50 25 80 68,5
36 55 34 85 72,5
37 40 8 70 48,5
xxix
38 45 16,5 60 41
Jumlah 785,5 2790 2187
Mencari μR
n1 (n1 + n 2 + 1)
μR =
2
38(38 + 38 + 1)
μR =
2
μR = 1463
n1 n 2 (n1 + n 2 + 1)
σR =
12
38.38(38 + 38 + 1)
σR =
12
σ R = 96,26
R − μR
Zsampel =
σR
2187 − 1463
Zsampel =
96,26
724
Zsampel =
96,26
Zsampel = 7,52
Pengajuan hipotesis :
H0 : μ1 = μ 2
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa
sebelum dan sesudah pembelajaran
Ha : μ1 ≠ μ 2
Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa sebelum
dan sesudah pembelajaran
Pengujian hipotesis tersebut diuji dengan menggunakan rumus uji-Zsampel, dengan
kriteria sebagai berikut:
Jika - Ztabel < Zsampel < Ztabel maka H0 diterima pada taraf kepercayaan
0,95.
Jika Zsampel < - Ztabel atau Ztabel < Zsampel maka Ha diterima pada taraf
kepercayaan 0,95.
Dari hasil perhitungan menolak Ho dan Ha diterima, Ztabel < Zsampel atau 1,68 < 7,52.
xxx
b. Signifikansi Peningkatan Hasil Belajar Siswa dari Nilai Rata-rata
Nomal-Gain
R − μR
Rumus : Zsampel =
σR
Tabel Ranking Nilai Rata-Rata N-Gain
No
Pretes Postes N-gain Ranking
subjek
1 45 75 0,5455 20,5
2 40 75 0,5833 24,5
3 50 80 0,6000 28
4 40 80 0,6667 32,5
5 40 55 0,2500 4
6 45 75 0,5455 20,5
7 50 75 0,5000 16,5
8 55 85 0,6667 32,5
9 45 70 0,4545 12,5
10 60 75 0,3750 10
11 50 85 0,7000 36,5
12 25 75 0,6667 32,5
13 55 55 0,0000 1
14 50 75 0,5000 16,5
15 60 85 0,6250 30
16 55 70 0,3333 9
17 50 65 0,3000 8
18 40 75 0,5833 24,5
19 40 75 0,5833 24,5
20 45 85 0,7273 37
21 35 65 0,4615 14
22 50 85 0,7000 36,5
23 55 75 0,4444 11
24 40 85 0,7500 38
25 30 50 0,2857 7
26 50 80 0,6000 28
27 70 85 0,5000 16,5
28 40 75 0,5833 24,5
29 55 60 0,1111 2
30 40 55 0,2500 4
31 45 75 0,5455 20,5
32 45 75 0,5455 20,5
33 45 70 0,4545 12,5
34 60 70 0,2500 4
35 50 80 0,6000 28
36 55 85 0,6667 32,5
37 40 70 0,5000 16,5
38 45 60 0,2727 6
xxxi
rata-rata 0,4928 743
Mencari μR
n1 (n1 + n 2 + 1)
μR =
2
38(38 + 38 + 1)
μR =
2
μR = 1463
n1 n 2 (n1 + n 2 + 1)
σR =
12
38.38(38 + 38 + 1)
σR =
12
σ R = 96,26
R − μR
Zsampel =
σR
743 − 1463
Zsampel =
96,26
− 720
Zsampel =
96,26
Zsampel = -7,47
Pengajuan hipotesis :
H0 : μ1 = μ 2
Penerapan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah tidak dapat
meningkatkan hasil belajar fisika siswa
Ha : μ1 ≠ μ 2
Penerapan model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dapat
meningkatkan hasil belajar fisika siswa
Pengujian hipotesis tersebut diuji dengan menggunakan rumus uji-
Zsampel, dengan kriteria sebagai berikut:
Jika - Ztabel < Zsampel < Ztabel maka H0 diterima pada taraf kepercayaan
0,95.
Jika Zsampel < - Ztabel atau Ztabel < Zsampel maka Ha diterima pada taraf
kepercayaan 0,95.
Dari hasil perhitungan menolak Ho dan menerima Ha , Zsampel < - Ztabel atau -7,47 < -
1,68
xxxii
PEDOMAN PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN
BERDASARKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN
POKOK BAHASAN TEKANAN
A. Pendahuluan
Kualitas kehidupan bangsa sangat ditentukan oleh faktor pendidikan,
oleh karena itu, pembaruan pendidikan harus selalu dilakukan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan Nasional yang diharapkan dapat menaikkan
harkat dan martabat manusia Indonesia seutuhnya. Untuk mencapai hal
tersebut, pendidikan harus adaptif dan tanggap terhadap perubahan zaman.
Dalam konteks pembaruan pendidikan, ada tiga isu utama yang perlu
disoroti, yaitu pembaruan kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran dan
efektifitas metode pembelajaran. Kurikulum pendidikan harus konfrehensif
dan responsif terhadap dinamika sosial, sesuai dengan kenyataan, tidak
berlebihan, dan mampu mengakomodasikan keragaman keperluan dan
kemajuan teknologi. Kualitas pembelajaran harus ditingkatkan untuk
meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Dan secara mikro, harus ditemukan
strategi atau pendekatan pembelajaran yang efektif dikelas, yang lebih
memberdayakan potensi siswa.
Ketiga hal itulah yang sekarang menjadi fokus pembaruan pendidikan,
untuk itu diperlukan sekali peran para pelaku pendidikan untuk melakukan
perubahan dalam dunia pendidikan. Namun dalam hal ini yang paling
mendasar dan perlu diperhatikan ialah penggunaan metode mengajar dengan
menerapakan model-model pembelajaran yang sifatnya membangun.
xxxiii
yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi
mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan
persoalan dalam kehidupan jangka panjang. Inilah yang terjadi pada kelas-
kelas di sekolah-sekolah dewasa ini. Hal ini terjadi karena masih tertanam
pemikiran bahwa pengetahuan dipandang sebagai perangkat fakta-fakta yang
harus dihapal, kelas berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan,
akibatnya ceramah merupakan pilihan utama strategi mengajar. Karena itu,
diperlukan :
1. Sebuah pendekatan belajar yang lebih memberdayakan siswa
2. Kesadaran bahwa pengetahuan bukanlah seperangkat fakta dan konsep
yang siap diterima, melainkan sesuatu yang harus dikonstruksi sendiri oleh
siswa
3. Kesadaran pada diri siswa tentang pengertian makna belajar bagi mereka,
apa manfaatnya, bagaimana mencapainya, dan apa yang mereka pelajari
adalah berguna bagi hidupnya.
4. Posisi guru yang lebih berperan pada urusan strategi bagaimana belajar
daripada pemberi informasi.
Melihat berbagai keperluan tersebut, maka diperlukan suatu penerapan
model pembelajaran yang membantu guru dan siswa dalam mencapai tujuan
dari pembelajaran. Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi,
metode, atau prinsip pembelajaran. Istilah model pembelajaran mempunyai
makna yang lebih luas daripada suatu strategi, metode, atau prosedur.
Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang tidak
dipunyai oleh strategi atau metode tertentu yaitu :
xxxiv
Model pembelajaran yang baik adalah model pembelajaran yang
melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran, siswa di tuntut untuk
aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Selain itu guru tidak hanya dijadikan
sebagai satu-satunya sumber pengetahuan bagi siswa, melainkan guru
berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi siswa dalam memperoleh
pengetahuan tersebut. Salah satu model yang melibatkan siswa untuk aktif
dalam pembelajaran adalah Model Pembelajaran Berdasarakan Masalah.
xxxv
konteks siswa untuk belajar berpikir kritis dan keahlian dalam memecahkan
masalah (Bern&Erickson, BGSU, 2000).
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa pengertian dari Pembelajaran Berdasarkan Masalah adalah suatu
pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
konteks bagi siswa untuk belajar tentang berfikir kritis dan keterampilan
pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang
esensi dari materi pelajaran.
xxxvi
permasalahan tersebut terjadi. Pada tahap ini, pertanyaan permasalahan sangat
difokuskan untuk mengubah pernyataan sebagai informasi baru.
Tahap 2 : Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas
belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. Siswa dituntut untuk
mencari informasi sebanyak-banyak melalui berbagai sumber belajar, baik itu
dari buku pelajaran, internet, dan media-media pembelajaran lain yang
membantu siswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Guru
memotivasi siswa untuk belajar secara aktif dan berpikir kreatif dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh siswa.
xxxvii
3. Pelaksanaan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
a. Tugas -Tugas Perencanaan
Karena hakekat interaktifnya, model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah membutuhkan banyak perencanaan, seperti halnya model-
model pemelajaran yang berpusat pada siswa lainnya.
a) Penetapan tujuan
Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dirancang untuk
mencapai tujuan-tujuan seperti keterampilan menyelidiki,
memahami peran orang dewasa, dan membantu siswa menjadi
pembelajar yang mandiri. Dalam pelaksanaanya pembelajaran
berdasarkan masalah bisa saja diarahkan untuk mencapai tujuan-
tujuan tersebut.
b) Merancang situasi masalah
Beberapa guru dalam Pembelajaran Berdasarkan Masalah lebih
suka memberi kesempatan dan keleluasaan kepada siswa untuk
memilih masalah yang akan diselidiki, karena cara ini dapat
meningkatkan motivasi siswa. Situasi masalah yang baik
seharusnya autentik, mengandung teka-teki, dan tidak
didefinisikan secara ketat, memungkinkan kerjasama, bermakna
bagi siswa, dan konsisten dengan tujuan kurikulum.
c) Organisasi sumber daya dan rencana logistik
Dalam Pembelajaran Berdasarkan Masalah siswa dimungkinkan
berkerja dengan beragam material dan peralatan, dan dalam
pelaksanaanya bisa dilakukan di dalam kelas, di perpustakaan,
atau di laboratorium, bahkan dapat pula dilakukan di luar
sekolah. Oleh karena itu tugas mengorganisasikan sumber daya
dan merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa,
haruslah menjasi tugas perencanaan yang utama bagi guru yang
menerapkan pembelajaran berdasarkan pemecahan masalah.
xxxviii
b. Tugas Interaktif
a) Orientasi Siswa pada Masalah
Siswa perlu memahami bahwa tujuan Pembelajaran Berdasarkan
Masalah adalah tidak untuk memperoleh inforemasi baru dalam
jumlah besar, tetapi utnuk melakukan penyelidikan terhadap
masalah-masalah penting dan untuk menjadi pembelajar yang
mandiri. Cara yang baik dalam menyajikan masalah untuk suatu
materi pelajaran dalam Pembelajaran Berdasarkan Masalah
adalah dengan menggunakan kejadian yang mencengangkan dan
menimbulkan misteri sehingga membangkitkan minat dan
keinginan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
b). Mengorganisasikan Siswa Untuk Belajar.
Pada model Pembelajaran Berdasarkan Masalah dibutuhkan
pengembangan keterampilan kerjasama diantara siswa dan saling
membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama. Berkenaan
dengan hal tersebut siswa memerlukan bantuan guru untuk
merencanakan penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan.
Bagaimana mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar
kooperatif berlaku juga dalam mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok Pembelajaran Berdasarkan Masalah.
c). Membantu Penyelidikan Mandiri dan Kelompok.
¾ Guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari
berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang membuat
mereka berpikir tentang suatu masalah dan jenis informasi
yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa
diajarkan untuk menjadi penyelidik yang aktif dan dapat
menggunakan metode yang sesuai untuk masalah yang
dihadapinya, siswa juga perlu diajarkan apa dan bagimana
etika penyelidikan yang benar.
xxxix
¾ Guru mendorong pertukaran ide gagasan secara bebas dan
penerimaan sepenuhnya gagasan-gagasan tersebut merupakan
hal yang sangat penting dalam tahap penyelidikan dalam
rangka Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Selama dalam
tahap penyelidikan guru memberikan bantuan yang
dibutuhkan siswa tanpa mengganggu aktifitas siswa.
¾ Puncak proyek-proyek pembelajaran berdasarkan pemecahan
masalah adalah penciptaan dan peragaan artifak seperti
laporan, poster, model-model fisik, dan video tape.
d). Analisis dan Evaluasi Proses Pemecahan Masalah
Tugas guru pada tahap akhir pemelajaran berdasarkan pemecahan
masalah adalah membantu siswa menganalisis dan
mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri, dan keterampilan
penyelidikan yang mereka gunakan.
xl
D. Prosedur Pelakasanaan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Prosedur pelaksanaan pembelajaran disusun untuk mempermudah
seorang pengajar dalam menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan
proses pembelajaran sesungguhnya.
Prosedur pelaksanaan pembelajaran ini disusun berdasarkan pada
langkah-langkah yang terdapat pada model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah. Adapun prosedur pelakasanaan model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah ialah sebagai berikut :
2. Standar Kompetensi
Memahami peranan usaha, gaya, dan energi dalam kehidupan sehari-hari
3. Kompetensi Dasar
Menyelidiki tekanan pada benda padat, cair, dan gas serta penerapanny
dalam kehidupan sehari-hari
xli
3. Mengaplikasikan prinsip bejana berhubungan dalam kehidupan
sehari-hari
4. Mendeskripsikan hukum Pascal melalui percobaan sederhana serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
5. Mengidentifikasi contoh-contoh alat yang menggunakan prinsip
hukum Pascal yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari
6. Mendeskripsikan hukum Archimedes melalui percobaan sederhana
serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
7. Menunjukan beberapa produk teknologi dalam kehidupan sehari-
hari sehubungan dengan konsep benda terapung, melayang, dan
tenggelam
8. Mengaplikasikan konsep tekanan udara pada peristiwa alam yang
relevan (dalam penyelesaian masalah sehari-hari)
9. Mengetahui hubungan antara ketinggian suatu tempat dengan
perbedaan tekanan udara.
5. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran berlangsung selama 2x 45 menit dalam
seminggu yang terbagi ke dalam empat kali pertemuan. Setiap pertemuan pada
kegiatan pembelajaran berdasarkan pada tahap-tahap yang ada pada model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah.
1. Pertemuan pertama (Alokasi waktu 2x 45 menit)
a. Materi
- Pengertian Tekanan
b. Indikator
- Menemukan hubungan antara gaya, tekanan, dan luas daerah yang
dikenai gaya melalui percobaan.
c. Tujuan Pembelajaran
- Siswa dapat menjelaskan pengertian tekanan berdasarkan
pemahan yang mereka punya
xlii
- Siswa dapat menjelaskan konsep tekanan pada benda padat,
cair, dan gas
- Siswa dapat mengaplikasikan penggunaan rumus pada
tekanan.
d. Sarana dan Media Pembelajaran
- Buku Teks
- LKS
- Percobaan sederhana.
e. Kegiatan Siswa
Aktivitas kegiatan 1
Melakukan percobaan sederhana dan menganlisis hasil percobaan
mengenai kaitan antara luas permukaan benda dengan tekanan.
Tujuan :
Menyelidiki kaitan antara luas permukaan benda dengan tekanan.
Alat dan Bahan :
Sebuah batu bata yang masih utuh
Langkah Kerja :
1. Batu bata memiliki tiga pasang sisi yang berbeda, yaitu sisi
kiri-kanan, sisi atas bawah, dan sisi depan belakang
2. Jatuhkan batu bat di atas tanah yang lembek dari ketinggian
satu meter sebanyak tiga kali, masing-masing pada sisi yang
berbeda.
3. Atur agar posisi jatuhnya batu bata tidak berimpit. Apa yang
kamu amati?
f. Langkah-langkah Pembelajaran
Pembelajaran pada pertemuan pertama di awali dengan pemberian pretes
kepada siswa untuk mengetahui pengetahuan awal siswa mengenai materi
tekanan secara keseluruhan. Kegiatan pretes ini berlangsung selama 30
menit, kemudian setelah itu guru memulai pelajaran dengan mengikuti
tahapan yang ada pada model Pembelajaran Berdasarkan Masalah sebagai
berikut :
xliii
No Tahapan Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Pendahuluan 30 menit - Guru memulai - Siswa
pelajaran dengan membalas
mengucapakan salam dari
salam, kemudian guru, kemudian
memeriksa mempersiapkan
kehadiran siswa diri untuk
- Guru memberikan belajar
pretes pada siswa
sebelum memulai
pelajaran
2 Orientasi siswa 10 menit - Guru memberikan - Siswa
pada masalah apersepsi dengan menjawab
mengajukan pertanyaan dari
pertanyaan- guru dengan
pertanyaan pada menulis
siswa mengenai jawaban di
materi tekanan papan tulis
“Menurut kalian apa - Siswa
memperhatikan
yang dimaksud dengan
praktikum
tekanan?” sederhana yang
di tunjukan
- Guru meminta
oleh guru
beberapa siswa
untuk menjawab
pertanyaan yang
telah diajukan
- Apabila ada siswa
yang tidak bisa
menjawab
pertanyaan yang
telah diajukan,
guru melempar
pertanyaan tersebut
kepada seluruh
siswa
- Guru
mengumpulkan
semua respon dari
jawaban siswa
kemudian guru
memotivasi siswa
xliv
untuk memberikan
tanggapan pada
semua jawaban
yang telah
ditampung
- Guru
mengahadapkan
siswa pada situasi
permasalahan yang
ada hubungannya
dengan materi
tekanan melalui
percobaan
sederhana
3 Mengorganisasi 15 menit - Guru - Siswa
siswa untuk belajar mengorganisasikan menyiapkan
siswa ke dalam diri duduk
beberapa dikelompoknya
kelompok kecil masing-masing
yang terdiri dari - Siswa
beberapa orang menyiapkan
siswa semua
- Guru memberikan peralatan yang
arahan kepada diperlukan
siswa bahwa untuk untuk
memahami materi melakukan
tentang pengertian percobaan
tekanan dan
kaitannya dengan
luas bidang tekan
yaitu perlu
dilakukan
percobaan
sederhana.
- Guru memberikan
kesempatan kepada
tiap kelompok
untuk menyiapkan
peralatan dan
bahan yang
diperlukan untuk
melakukan
percobaan pada
kegiatan 1.
xlv
individual maupun tiap kelompok melakukan
kelompok dalam melakukan percobaan
percobaan sambil dalam
melakukan kelompoknya
penilaian proses masing-masing
terhadap aktivitas dengan arahan
siswa dan
pengawasan
dari guru
xlvi
7 Penutup 10 menit - Guru memberikan - Siswa
kesempatan kepada mengajukan
siswa untuk pertanyaan
bertanya mengenai terhadap hal-
konsep yang belum hal yang belum
dipahaminya. dipahaminya
- Guru memberikan - Siswa
contoh aplikasi memperhatikan
dari materi yang penjelasan-
telah dipelajari penjalasan dari
dalam kehidupan guru
sehari-hari - Siswa
- Guru membalas
menginformasikan salam
materi yang akan
dipelajari pada
pertemuan
selanjutnya
- Guru menutup
pelajaran dengan
mengucapakan
salam.
g. Evaluasi
Penilaian di ambil dari hasil diskusi, lembar kerja siswa, dan tes hasil
belajar.
Bentuk latihan soal berupa tes hasil belajar sebagai berikut:
61. Gaya yang bekerja pada satu satuan luas merupakan definisi dari....
62. Tekanan pada sebuah benda dapat diperbesar dengan dua cara yaitu....
63. Sebuah gaya sebesar 50 N bekerja pada bidang seluas 10 m2. Maka
besar tekanannya....
64. Sebuah perahu layar memiliki layar seluas 10 m2. Bila kekuatan
dorongan angin pada layer 200 N, maka tekanan yang diterima oleh
layer adalah....
65. Tekanan pada kedalaman 20 cm dalam suatu zat cair adalah 750 N/m2.
Jika suatu percepatan gravitasi bumi 10 N/kg, berapakah massa jenis
zat cair....
xlvii
2. Pertemuan ke dua (Alokasi waktu 2 x 45 menit)
a. Materi
- Tekanan dalam Zat Cair
- Hukum Pascal
b. Indikator
- Mendeskripsikan konsep tekanan dalam zat cair dengan
melakukan percobaan sederhana
- Mengaplikasikan prinsip bejana berhubungan dalam kehidupan
sehari-hari
- Mendeskripsikan hukum Pascal melalui percobaan sederhana serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
- Mengidentifikasi contoh-contoh alat yang menggunakan prinsip
hukum Pascal yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Tujuan Pembelajaran
- Siswa dapat mengaplikasikan prinsip bejana berhubungan dalam
kehidupan sehari-hari
- Siswa dapat menjelaskan dan memahami konsep hukum Pascal
- Siswa dapat memberikan contoh alat-alat yang berkerja dengan
menggunakan prinsip hukum Pascal.
d. Sarana dan Media Pembelajaran
- Buku Teks
- LKS
- Percobaan sederhana.
e. Kegiatan Siswa
Aktivitas kegiatan 2
Melakukan percobaan sederhana untuk mengetahui sifat tekanan dalam
zat cair
Tujuan :
Mengamati sifat tekanan dalam zat cair
Alat dan Bahan :
- Gelas plastik
xlviii
- Paku
- Air secukupnya
Langkah Kerja :
1. Ambil gelas plastik dan kemudian lubangi plastik dengan
menggunakan paku
2. Buat tiga lubang yang diatur dari atas kebawah, kemudian buat
satu lubang yang sejajar dengan salah satu dari lubang
sebelumnya
3. Masukan air kedalam gelas. Amati pancaran air dari masing-
masing lubang!
Aktivitas kegiatan 3
Melakukan percobaan sederhana mengenai hukum Pascal
Tujuan :
Mendemontrasikan Hukum Pascal
Alat dan Bahan :
- Sebuah penyemprot Pascal
- Air secukupnya
Langkah Kerja :
1. Penyemprot Pascal adalah sebuah alat yang mirip dengan
pompa, hanya pada ujung bawah penghisap terdapat sebuah
ruang yang berbentuk bola. Dinding ruang ini berlubang ke
segala arah.
2. Celupkan bagian ruang yang berbentuk bola ke dalam air,
kemudian tarik penghisap agar air masuk ke dalam penyemprot
Pascal.
3. Setelah penuh dengan air, angkatlah penyemprot tersebut.
Kemudian, tekan penghisap kuat-kuat hingga air memancar
dari lubang-lubang yang ada pada dinding ruang yang
berbentuk bola.
4. Amati arah dan kekuatan pancaran air dari masing-masing
lubang!
xlix
f. Langkah-langkah Pembelajaran
Pembelajaran pada pertemuan kedua dilakukan didalam laboratorium
selama 2 x 45 menit. Guru memulai pelajaran dengan mengikuti tahapan
yang ada pada model Pembelajaran Berdasarkan Masalah sebagai berikut :
- Guru meminta
beberapa siswa
untuk menjawab
pertanyaan yang
telah diajukan
- Apabila ada siswa
yang tidak bisa
menjawab
pertanyaan yang
telah diajukan,
guru melempar
pertanyaan tersebut
kepada seluruh
siswa
- Guru
l
mengumpulkan
semua respon dari
jawaban siswa
kemudian guru
memotivasi siswa
untuk memberikan
tanggapan pada
semua jawaban
yang telah
ditampung
- Guru
mengahadapkan
siswa pada situasi
permasalahan yang
ada hubungannya
dengan materi
Tekanan dalam Zat
Cair dan Hukum
Pascal melalui
percobaan
sederhana
li
melakukan
percobaan pada
kegiatan 2 dan
kegiatan 3
lii
7 Penutup 10 menit - Guru memberikan - Siswa
kesempatan kepada mengajukan
siswa untuk pertanyaan
bertanya mengenai terhadap hal-
konsep yang belum hal yang belum
dipahaminya. dipahaminya
- Guru memberikan - Siswa
contoh aplikasi memperhatikan
dari materi yang penjelasan-
telah dipelajari penjalasan dari
dalam kehidupan guru
sehari-hari - Siswa
- Guru membalas
menginformasikan salam
materi yang akan
dipelajari pada
pertemuan
selanjutnya
- Guru menutup
pelajaran dengan
mengucapakan
salam.
g. Evaluasi
Penilaian di ambil dari hasil diskusi, lembar kerja siswa, dan tes hasil
belajar.
Bentuk latihan soal berupa tes hasil belajar sebagai berikut:
1. Tekanan yang ditimbulkan oleh zat cair disebut....
2. Berdasarkan percobaan Hartl, besar kecilnya tekanan zat cair
tergantung pada....
3. Tekanan yang diberikan kepada zat cair yang ada di dalam ruang
tertutup diteruskan oleh zat cair itu kesegala arah. Pernyataan itu
disebut....
4. Diameter penghisap kecil dari suatu pompa hidrolik adalah 7 cm,
sedangkan penghisap besar adalah 35 cm. Berapakah gaya yang harus
diberikan pada penghisap kecil untuk mengangkat beban 10.000N....
liii
5. Sebutkan alat-alat yang mengunakan prinsip kerja hukum pasacal yang
kamu ketahui dalam kehidupan sehari-hari....
liv
- Sebuah gelas ukur
- Air secukupnya
Langkah Kerja :
1. Isi gelas berpancuran sampai permukaan air sejajar dengan mulut
pancuran. Tempatkan gelas ukur tepat di bawah mulut pancuran.
2. Timbang berat salah satu logam di udara dengan neraca pegas.
Kemudian, timbang pula beratnya saat logam itu dimasukan ke
dalam gelas berpancuran. Catat hasil dari kedua pengukuran
tersebut.
3. Pada saat logam dimasukan ke dalam gelas berpancuran, sebagian
air akan terdesak dan akhirnya tumpah melalui pancuran. Catat
volune air yang tertampung di gelas ukur.
4. Ulangi langkah 1 hingga 3 dengan menggunakan dua kubus logam
5. Masukan data dari hasil pengamatan kedalam tabel di bawah ini!
Jumlah kubus Berat di Berat di air Gaya angkat Volume air
logam udara w1 w2 (w2 – w1) yang
dipindahkan
1
2
f. Langkah-langkah Pembelajaran
Pembelajaran pada pertemuan kedua dilakukan didalam laboratorium
selama 2 x 45 menit. Guru memulai pelajaran dengan mengikuti tahapan
yang ada pada model Pembelajaran Berdasarkan Masalah sebagai berikut :
No Tahapan Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Pendahuluan 10 menit - Guru memulai - Siswa
pelajaran dengan membalas
mengucapakan salam dari guru,
salam, kemudian kemudian
memeriksa mempersiapkan
kehadiran siswa diri untuk
belajar
2 Orientasi siswa 10 menit - Guru memberikan - Siswa
pada masalah apersepsi dengan menjawab
mengajukan pertanyaan dari
pertanyaan- guru dengan
lv
pertanyaan pada menulis
siswa mengenai jawaban di
materi tekanan papan tulis
tentang Hukum - Siswa
Archimedes memperhatikan
”Apa yang kalian praktikum
ketahui tentang hukum sederhana yang
Archimedes?” di tunjukan
oleh guru
- Guru memotivasi
siswa dengan
bertanya :
”Siapa yang tahu
bunyi dari hukum
Archimedes?”
- Guru meminta
beberapa siswa
untuk menjawab
pertanyaan yang
telah diajukan
- Apabila ada siswa
yang tidak bisa
menjawab
pertanyaan yang
telah diajukan,
guru melempar
pertanyaan tersebut
kepada seluruh
siswa
- Guru
mengumpulkan
semua respon dari
jawaban siswa
kemudian guru
memotivasi siswa
untuk memberikan
tanggapan pada
semua jawaban
yang telah
ditampung
- Guru
mengahadapkan
siswa pada situasi
permasalahan yang
ada hubungannya
lvi
dengan Hukum
Arcimedes
melalui percobaan
sederhana
lvii
5 Mengembangkan 10 menit - Setelah percobaan - Kelompok yang
dan menyajikan selesai , guru telah ditunjuk
hasil karya menunjuk tampil kedepan
kelompok yang kelas untuk
sudah siap untuk mepresentasika
menyajikan hasil n hasil
karya karyanya pada
kelompoknya di kelompok lain
depan kelas - Kelompok lain
- Guru membimbing merspon
tiap kelompok dengan
untuk berdiskusi. memberikan
tanggapan dan
pertanyaan
pada saat
diskusi
6 Menganalisis dan 5 menit - Setelah jawaban - Siswa
mengevaluasi dari semua memberikan
proses pemecahan kelompok tertera simpulan
masalah dipapan tulis, guru mengani materi
mengarahkan yang telah
siswa untuk dipelajari
menarik
kesimpulan
mengenai materi
yang telah
dipelajari.
lviii
7 Penutup 10 menit - Guru memberikan - Siswa
kesempatan kepada mengajukan
siswa untuk pertanyaan
bertanya mengenai terhadap hal-hal
konsep yang belum yang belum
dipahaminya. dipahaminya
- Guru memberikan - Siswa
contoh aplikasi memperhatikan
dari materi yang penjelasan-
telah dipelajari penjalasan dari
dalam kehidupan guru
sehari-hari - Siswa
- Guru membalas
menginformasikan salam
materi yang akan
dipelajari pada
pertemuan
selanjutnya
- Guru menutup
pelajaran dengan
mengucapakan
salam.
g. Evaluasi
Penilaian di ambil dari hasil diskusi, lembar kerja siswa, dan tes hasil
belajar.
Bentuk latihan soal berupa tes hasil belajar sebagai berikut:
1. Bagaimanakah bunyi dari hukum Archimedes....
2. Fenomena apa sajakah yang terjadi berdasarkan konsep hukum
Archimedes....
3. Berat benda di udara 10 N dicelupkan ke dalam air yang menimbulkan
gaya ke atas 2 N, maka berat benda sekarang adalah....
4. Bila kapal berada di sungai, air sungai melewati batas keselamatan
pada dinding kapal. Begitu memasuki laut, permukaan air laut berada
di bawah garis keselamatan. Penyebabnya adalah....
5. Sebutkan contoh-contoh alat yang menerapakan prinsip hukum
Arcimedes dalam kehidupan sehari-hari....
lix
4. Pertemuan ke empat (Alokasi waktu 2 x 45 menit)
a. Materi
- Tekanan Udara
b. Indikator
- Mengaplikasikan konsep tekanan udara pada peristiwa alam yang
relevan (dalam penyelesaian masalah sehari-hari)
- Mengetahui hubungan antara ketinggian suatu tempat dengan
perbedaan tekanan udara.
c. Tujuan Pembelajaran
- Siswa dapat menjelaskan konsep tekanan udara
- Siswa dapat mengaplikasikan konsep tekanan udara dalam
kehidupannya sehari-hari.
d. Sarana dan Media Pembelajaran
- Buku Teks
- Percobaan sederhana
e. Kegiatan Siswa
Aktivitas kegiatan 5
Melakukan percobaan sederhana dan menganlisis hasil percobaan
mengenai adanya tekanan udara dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan :
Mendemontrasikan adanaya tekanan udara.
Alat dan Bahan :
- Sebuah gelas yang penuh berisi air
- Selembar kartu remi
- Sebatang sedotan
Langkah Kerja :
1. Tutupi gelas yang penuh berisi air tadi dengan kartu remi.
Kemudian, balikan dengan hati-hati. Apa yang terjadi?
2. Celupkan sedotan ke dalam air. Tutup ujung atas sedotan
dengan jari dan keluarkan dari air. Perahitkan apa yang terjadi
dengan air dalam sedotan?
lx
f. Langkah-langkah Pembelajaran
Pembelajaran pada pertemuan kedua dilakukan didalam laboratorium
selama 2 x 45 menit. Guru memulai pelajaran dengan mengikuti tahapan
yang ada pada model Pembelajaran Berdasarkan Masalah sebagai berikut :
No Tahapan Waktu Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Pendahuluan 30 menit - Guru memulai - Siswa
pelajaran dengan membalas
mengucapakan salam dari guru,
salam, kemudian kemudian
memeriksa mempersiapkan
kehadiran siswa diri untuk
belajar
2 Orientasi siswa 10 menit - Guru memberikan - Siswa
pada masalah apersepsi dengan menjawab
mengajukan pertanyaan dari
pertanyaan- guru dengan
pertanyaan pada menulis
siswa mengenai jawaban di
materi tentang papan tulis
tekanan udara - Siswa
”Coba apa yang kalian memperhatikan
ketahui tentang praktikum
tekanan udara?” sederhana yang
- Guru memotivasi di tunjukan oleh
siswa dengan guru
bertanya :
”Ketika mendaki
gunung semakin tinggi
kita mendaki, telinga
kita akan terasa sakit.
Mengapa?”
- Guru meminta
beberapa siswa
untuk menjawab
pertanyaan yang
telah diajukan
- Apabila ada siswa
yang tidak bisa
menjawab
pertanyaan yang
telah diajukan,
lxi
guru melempar
pertanyaan tersebut
kepada seluruh
siswa
- Guru
mengumpulkan
semua respon dari
jawaban siswa
kemudian guru
memotivasi siswa
untuk memberikan
tanggapan pada
semua jawaban
yang telah
ditampung
- Guru
mengahadapkan
siswa pada situasi
permasalahan yang
ada hubungannya
dengan tekanan
tentang Tekanan
Udara
lxii
bahan yang
diperlukan untuk
melakukan
percobaan
sederhana pada
kegiatan 5
lxiii
7 Penutup 10 menit - Guru memberikan - Siswa
kesempatan kepada mengajukan
siswa untuk pertanyaan
bertanya mengenai terhadap hal-hal
konsep yang belum yang belum
dipahaminya. dipahaminya
- Guru memberikan - Siswa
contoh aplikasi dari memperhatikan
materi yang telah penjelasan-
dipelajari dalam penjalasan dari
kehidupan sehari- guru
hari - Siswa
- Guru membalas
menginformasikan salam
materi yang akan
dipelajari pada
pertemuan
selanjutnya
- Guru menutup
pelajaran dengan
mengucapakan
salam.
g. Evaluasi
Penilaian di ambil dari hasil diskusi, lembar kerja siswa, dan tes hasil
belajar.
Bentuk latihan soal berupa tes hasil belajar sebagai berikut:
1. Tekanan yang dilakukan oleh udara sering disebut....
2. Tekanan udara satu atmosfer adalah....
3. Sikap sebuah barometer adalah 64,5 cmHg. Tekanan udara di tempat
itu adalah....
4. Tekanan udara diukur dengan alat yang disebut....
lxiv
Lampiran 18
Hari/Tanggal : ..........................................
Kelompok : ..........................................
Nama Anggota : ..........................................
1. ......................................
2. ......................................
3. ......................................
4. ......................................
5. ......................................
6. ......................................
Submateri:
Pengertian Tekanan
Tujuan:
Menyelidiki kaitan antara luas permukaan benda dengan tekanan
Alat dan Bahan:
Sebuah batu bata yang masih utuh
Langkah Kerja:
4. Batu bata memiliki tiga pasang sisi yang berbeda, yaitu sisi kiri-kanan,
sisi atas bawah, dan sisi depan belakang
5. Jatuhkan batu bata di atas tanah yang lembek dari ketinggian satu
meter sebanyak tiga kali, masing-masing pada sisi yang berbeda.
6. Atur agar posisi jatuhnya batu bata tidak berimpit. Apa yang kamu
amati?
Permasalahan:
- Batu bata dengan sisi manakah yang memberikan bekas paling dalam di
tanah? Mengapa demikian?
lxv
- Apakah yang terjadi jika batu di jatuhkan pada ketinggian yang berbeda?
Mengapa demikian?
- Dari hasil pengamatan tersebut, apa yang dapat kalian simpulkan
berhubungan dengan pengertian tekanan?
lxvi
LEMBAR KERJA SISWA
TEKANAN
Hari/Tanggal : ..........................................
Kelompok : ..........................................
Nama Anggota : ..........................................
1. ......................................
2. ......................................
3. ......................................
4. ......................................
5. ......................................
6. ......................................
Submateri:
- Tekanan dalam Zat Cair
- Hukum Pascal
Percobaan 1
Tujuan:
Mengamati sifat tekanan dalam zat cair
Alat dan Bahan:
- Gelas plastik
- Paku
- Air secukupnya
Langkah Kerja:
1. Ambil gelas plastik dan kemudian lubangi plastik dengan
menggunakan paku
2. Buat tiga lubang yang diatur dari atas kebawah, kemudian buat satu
lubang yang sejajar dengan salah satu dari lubang sebelumnya
3. Masukan air kedalam gelas. Amati pancaran air dari masing-masing
lubang!
lxvii
Permasalahan:
- Lubang manakah yang memberikan pancaran paling jauh? Mengapa
demikian?
- Bagaiamana pancaran air pada lubang yang sejajar? Mengapa demikian?
- Dari hasil pengamatan tersebut, apa yang dapat kalian simpulkan
berhubungan dengan sifat tekanan dalam zat cair?
- Sebutkan contoh-contoh penerapan sifat tekanan dalam zat cair dalam
kehidupan sehari-hari?
Percobaan 2
Tujuan:
Mendemontrasikan Hukum Pascal
Alat dan Bahan:
- Sebuah penyemprot Pascal
- Air secukupnya
Langkah Kerja:
1. Penyemprot Pascal adalah sebuah alat yang mirip dengan pompa,
hanya pada ujung bawah penghisap terdapat sebuah ruang yang
berbentuk bola. Dinding ruang ini berlubang ke segala arah.
2. Celupkan bagian ruang yang berbentuk bola ke dalam air, kemudian
tarik penghisap agar air masuk ke dalam penyemprot Pascal.
3. Setelah penuh dengan air, angkatlah penyemprot tersebut. Kemudian,
tekan penghisap kuat-kuat hingga air memancar dari lubang-lubang
yang ada pada dinding ruang yang berbentuk bola.
4. Amati arah dan kekuatan pancaran air dari masing-masing lubang!
Permasalahan:
- Apa yang dapat kalian simpulkan dari kegiatan ini?
- Berdasarkan hasil percobaan sederhana ini, jadi menurut kalian apakah
yang dimaksud dengan hukum Pascal? Sebutkan contoh penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari?
lxviii
LEMBAR KERJA SISWA
TEKANAN
Hari/Tanggal : ..........................................
Kelompok : ..........................................
Nama Anggota : ..........................................
1. ......................................
2. ......................................
3. ......................................
4. ......................................
5. ......................................
6. ......................................
Submateri:
Hukum Archimedes
Tujuan:
Menyelidiki besar gaya angkat.
Alat dan Bahan:
- Dua buah logam sejenis berbentuk kubus yang volumenya sama
- Sebuah neraca pegas
- Sebuah gelas pancuran
- Sebuah gelas ukur
- Air secukupnya
Langkah Kerja:
1. Isi gelas berpancuran sampai permukaan air sejajar dengan mulut
pancuran. Tempatkan gelas ukur tepat di bawah mulut pancuran.
2. Timbang berat salah satu logam di udara dengan neraca pegas.
Kemudian, timbang pula beratnya saat logam itu dimasukan ke dalam
gelas berpancuran. Catat hasil dari kedua pengukuran tersebut.
lxix
3. Pada saat logam dimasukan ke dalam gelas berpancuran, sebagian air
akan terdesak dan akhirnya tumpah melalui pancuran. Catat volune air
yang tertampung di gelas ukur.
4. Ulangi langkah 1 hingga 3 dengan menggunakan dua kubus logam
5. Masukan data dari hasil pengamatan kedalam tabel di bawah ini!
Tabel. Pengamatan
Jumlah kubus Berat di Berat di air Gaya angkat Volume air
logam udara w1 w2 (w2 – w1) yang
dipindahkan
1
2
Permasalahan:
- Apa yang dapat kalian simpulkan dari kegiatan ini?
- Berdasarkan hasil percobaan sederhana ini, jadi menurut kalian apakah
yang dimaksud dengan hukum Archmedes? Sebutkan contoh
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari?
lxx
LEMBAR KERJA SISWA
TEKANAN
Hari/Tanggal : ..........................................
Kelompok : ..........................................
Nama Anggota : ..........................................
1. ......................................
2. ......................................
3. ......................................
4. ......................................
5. ......................................
6. ......................................
Submateri:
Tekanan Udara
Tujuan:
Mendemontrasikan adanaya tekanan udara.
Alat dan Bahan:
- Sebuah gelas yang penuh berisi air
- Selembar kartu remi
- Sebatang sedotan
Langkah Kerja:
1. Tutupi gelas yang penuh berisi air tadi dengan kartu remi. Kemudian,
balikan dengan hati-hati. Apa yang terjadi?
2. Celupkan sedotan ke dalam air. Tutup ujung atas sedotan dengan jari
dan keluarkan dari air. Perhatikan apa yang terjadi dengan air dalam
sedotan?
Permasalahan:
- Dari percobaan pada nomer 1, apa terjadi dengan kartu remi? Mengapa
demikian?
lxxi
- Dari percobaan pada nomer 2, apa terjadi dengan air dalam sedotan?
Mengapa demikian
- Apa yang dapat kalian simpulkan dari kegiatan ini?
lxxii
Lampiran 19
Mata Pelajaran :
Kelas :
Pokok Bahasan :
Sub Pokok Bahasan :
Pertemuan ke :
Tanggal :
Penilaian
No Aspek yang diamati
0 1 2 3 4
1 Datang tepat waktu
2 Sopan dalam berpakaian
3 Membawa peralatan dan sumber belajar fisika
4 Antusias dalam proses pembelajaran
5 Memperhatikan dan menyimak penjelasan guru
6 Tertib dalam membagi kelompok
7 Berinteraksi dengan kelompoknya
8 Berinteraksi dengan kelompok lain dalam diskusi
9 Bersunguh-sunguh dalam mengerjakan tugas
10 Mengumpulkan tugas tepat waktu
11 Mengikuti proses pemeblajaran dengan baik
12 Tekun dalam mempelajari materi yang sedang
diajarkan
13 Konsentrasi dalam proses pembelajaran
14 Mengajukan dan menanggapi pertanyaan
15 Berinteraksi dengan guru
Pengamat
( )
Nama dan tanda tangan
lxxiii
Lampiran 20
Nama : …………………………
Kelas : …………………………
Petunjuk :
1. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti dan cermat sebelum
menjawab.
2. Berilah tanda check list (9) pada jawaban yang anda anggap tepat
dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
3. Pengisian angket ini tidak mempengaruhi nilai atau status anda,
oleh karena itu jawablah dengan jujur.
Tabel Pertanyaan
No Pertanyaan Ya Tidak
1 Anda sebagai siswa mengetahui Model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah
2 Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah efektif jika
diterapkan dalam proses pembelajaran fisika
3 Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah memotivasi
anda untuk belajar
4 Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah menjadikan
siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran dikelas
5 Melalui penerapan model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah membuat anda merasa lebih nyaman dalam
proses pembelajaran dikelas
6 Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah lebih
memperhatikan siswa karena melibatkan siswa secara
langsung dalam proses pembelajaran
7 Anda dituntut untuk berfikir kreatif dalam memecahkan
masalah fisika melalui penerapan model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah
8 Guru selalu membimbing anda dalam memecahkan
permasalahan fisika melaui penerapan model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah
9 Anda merasa senang dengan penerapan model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah dalam proses
pembelajaran fisika
10 Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah merupakan
solusi dari proses pembelajaran yang menuntut siswa
untuk aktif dan berfikir kreatif dalam proses
pembelajaran fisika
lxxiv
Lampiran 21
Data Perhitungan Skor Rata-Rata Lembar Observasi
Selama Proses Pembelajaran
lxxv
Tabel
Skor Rata-Rata Aktivitas Siswa Tiap Pertemuan
Aspek skor rata-rata tiap Skor
pertemuan rata-rata
2 3 4 total
1 3,75 4,00 4,00 3,92
2 3,75 3,75 3,75 3,75
3 3,25 3,25 3,75 3,42
4 2,75 2,75 3,75 3,08
5 2,75 3,25 3,75 3,25
6 3,00 2,50 3,25 2,92
7 2,50 2,25 3,75 2,83
8 2,50 2,25 4,00 2,92
9 2,75 3,00 3,50 3,08
10 3,00 2,75 3,25 3,00
11 2,75 3,00 3,00 2,92
12 2,75 3,00 3,00 2,92
13 2,25 3,00 3,00 2,75
14 3,00 2,75 3,00 2,92
15 2,75 3,00 3,00 2,92
Jumlah 43,50 44,50 51,75 46,67
lxxvi
75
= 57,3 %
Pertemuan 3 :
Nilai = 44,50 x 100%
75
= 0,59 %
Pertemuan 4 :
Nilai = 51,75 x 100%
75
= 69 %
Skor total :
Nilai = 46,67x 100%
75
= 77,8 %
Lampiran 22
Tabel
Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Jawaban Pernyataan
No Pernyataan
Ya % Tidak %
1 Anda sebagai siswa mengetahui Model 34 89,5 4 10,5
Pembelajaran Berdasarkan Masalah
2 Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah 31 81,6 7
efektif jika diterapkan dalam proses 18,4
pembelajaran fisika
3 Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah 31 81,6 7 18,4
memotivasi anda untuk belajar
4 Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah 32 84,2 6 15,8
menjadikan siswa lebih aktif dalam proses
pembelajaran dikelas
5 Melalui penerapan model Pembelajaran 33 86,8 5 13,2
Berdasarkan Masalah membuat anda merasa
lebih nyaman dalam proses pembelajaran
dikelas
6 Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah 27 71,1 11 28,9
lebih memperhatikan siswa karena
melibatkan siswa secara langsung dalam
proses pembelajaran
7 Anda dituntut untuk berfikir kreatif dalam 29 76,3 9 23,7
memecahkan masalah fisika melalui
penerapan model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah
lxxvii
8 Guru selalu membimbing anda dalam 30 78,9 8 21,1
memecahkan permasalahan fisika melaui
penerapan model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah
9 Anda merasa senang dengan penerapan 23 60,5 15 39,5
model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
dalam proses pembelajaran fisika
10 Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah 28 73,7 10 26,3
merupakan solusi dari proses pembelajaran
yang menuntut siswa untuk aktif dan berfikir
kreatif dalam proses pembelajaran fisika
Jumlah 298 78,4 82 21,6
lxxviii