PELATIHAN
AHLI PELEDAKAN
PEKERJAAN KONSTRUKSI
KATA PENGANTAR
Modul BLE – 05 = Perencanaan Peledakan, merupakan salah satu modul/ materi pelatihan
untuk melatih atau membentuk Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi yang bermutu, mampu
dan mau melakukan pekerjaan perencanaan peledakan secara tepat, akurat, efektif, efisien
dan aman dalam lingkungan kerjanya.
Dengan perencanaan yang matang dan mantap diharapkan produknya dapat dijamin secara
kuantitas maupun kualitas yang betul-betul diharapkan.
Dimaklumi bahwa modul ini masih banyak kekurangan dan perlu koreksi dan sumbang saran
untuk penyempurnaan, maka bagi semua pihak yang berkepentingan dengan penuh
harapan berkenan menyampaikan saran dan pendapatnya untuk penyempurnaan.
Terima kasih
ii
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
LEMBAR TUJUAN
TUJUAN PELATIHAN :
A. Tujuan Umum Pelatihan
Setelah mengikuti peserta diharapkan mampu :
Merencanakan, menyiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi peledakan pada lokasi
peledakan yang mengacu kepada teknologi dan peraturan perundang-undangan yang
berwawasan keselamatan, kesehatan, keamanan dan pelestarian lingkungan hidup
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
iii
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Umum ......................................................................................................... 1-1
1.2 Perencanaan Peledakan ............................................................................. 1-1
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
v
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
DESKRIPSI SINGKAT
PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN
1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja „Ahli Peledakan“ dibakukan
dalam SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) yang didalamnya sudah
dirumuskan uraian jabatan, unit-unit kompetensi yang harus dikuasai, elemen
kompetensi lengkap dengan kriteria unjuk kerja (performance criteria) dan batasan-
batasan penilaian serta variabel-variabelnya.
2. Mengacu kepada SKKNI, disusun SLK (Standar Latihan Kerja) dimana uraian jabatan
dirumuskan sebagai Tujuan Umum Pelatihan dan unit-unit kompetensi dirumuskan
sebagai Tujuan Khusus Pelatihan, kemudian elemen kompetensi yang dilengkapi dengan
Kriteria Unjuk Kerja (KUK) dikaji dan dianalisis kompetensinya yaitu kebutuhan :
pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku kerja, selanjutnya dirangkum dan
dituangkan dalam suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan.
DAFTAR MODUL
vi
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
DAFTAR GAMBAR
19. 4-8 Pola peledakan dengan burn cut pada suatu terowongan
20. 4-9 Pola peledakan dengan burn cut pada suatu terowongan
21. 4-10 Pola peledakan dengan drag cut pada suatu terowongan
24. 4-13 Tinggi jenjang minimum berdasarkan atuan lima (rule of five)
vii
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
viii
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
PANDUAN PEMBELAJARAN
A. BATASAN
No. Item Batasan Uraian
Keterangan
1. Seri / Judul BLE – 05 = Perencanaan Peledakan
ix
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
B. PROSES PEMBELAJARAN
1. Ceramah pembukaan :
• Menjelaskan/ pengantar • Mengikuti penjelasan pengantar
modul TIU, TIK dan pokok/ sub pokok
• Menjelaskan TIK dan bahasan
TIU, pokok/ sub pokok • Mengajukan pertanyaan, apabila
bahasan kurang jelas
OHT1
• Merangsang motivasi
dan minat peserta untuk
mengerti dan dapat
membandingkan
pengalamannya
• Waktu = 10 menit
2. Penjelasan Bab I
Pendahuluan
• Umum • Mengikuti penjelasan dan
OHT2
• Perencana peledakan terangsang untuk berdiskusi
Waktu = 10 menit • Mencatat hal-hal penting
• Mengajukan pertanyaan bila
perlu
3. Penjelasan Bab 2
Jenis dan daya ledak
bahan peledak
• Bahan peledak • Mengikuti penjelasan dan
• Jenis dan tipe bahan terangsang untuk berdiskusi
peledak • Mencatat hal-hal penting OHT3
x
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
4. Penjelasan
Bab 3 Merencanakan
Target Peledakan dan
Dampaknya
• Faktor berpengaruh • Mengikuti penjelasan dan
• Fragmentasi terangsang untuk berdiskusi OHT4
7. Penjelasan :
Bab 6 Pemilihan • Mengikuti penjelasan dan
xi
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
8. Penjelasan : Bab 7
Pengamanan
Lingkungan Peledakan • Mengikuti penjelasan dan
• Pengamanan umum terangsang untuk berdiskusi OHT8
• Sebelum peledakan • Mencatat hal-hal penting
• Setelah peledakan • Mengajukan pertanyaan bila
• Waktu = 20 menit perlu
9. Rangkuman
• Merangkum Peserta diberikan kesempatan
penjelasan modul bertanya jawab/ diskusi
OHT9
• Berdiskusi
• Penutup
Waktu : 10 menit
xii
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
MATERI SERAHAN
xiii
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Umum
Perencanaan adalah proses yang secara sistematis mempersiapkan kegiatan guna
mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Kegiatan diartikan sebagai kegiatan yang
dilakukan dalam rangka pekerjaan peledakan, baik yang menjadi tanggung jawab
perencana, pelaksana maupun supervisi harus mempunyai konsep perencanaan yang
tepat untuk mencapai tujuan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing
pada posisinya dengan suatu organisasi.
1 -1
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
1 -2
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
BAB 2
JENIS DAN DAYA LEDAK BAHAN PELEDAK
Panas dari gas yang dihasilkan reaksi peledakan tersebut sekitar 4000 C. Adapun
tekanannya, menurut Langerfors dan Kihlstrom (1978), bisa mencapai lebih dari
100.000 atm setara dengan 101.500 kg/cm² atau 9.850 MPa ( 10.000 MPa).
Sedangkan energi per satuan waktu yang ditimbulkan sekitar 25.000 MW atau
5.950.000 kcal/s. Perlu difahami bahwa energi yang sedemikian besar itu bukan
merefleksikan jumlah energi yang memang tersimpan di dalam bahan peledak begitu
besar, namun kondisi ini terjadi akibat reaksi peledakan yang sangat cepat, yaitu
berkisar antara 2500 - 7500 meter per second (m/s). Oleh sebab itu kekuatan energi
tersebut hanya terjadi beberapa detik saja yang lambat laun berkurang seiring dengan
perkembangan keruntuhan medan atau material yang diledakan.
2-1
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
serupa dengan AN dan sering dipakai oleh tambang kecil adalah potassium
nitrat (KNO3).
Ammonium nitrat tidak digolongkan ke dalam bahan peledak. Namun bila
dicampur atau diselubungi oleh hanya beberapa persen saja zat-zat yang
mudah terbakar, misalnya bahan bakar minyak (solar, dsb), serbuk batubara,
atau serbuk gergaji, maka akan memiliki sifat-sifat bahan peledak dengan
sensitifitas rendah. Walaupun banyak tipe-tipe AN yang dapat digunakan
sebagai agen peledakan, misalnya pupuk urea, namun AN yang sangat baik
adalah yang berbentuk butiran dengan porositas tinggi, sehingga dapat
membentuk komposisi tipe ANFO. Sifat-sifat ammonium nitrat penting untuk
agen peledakan sebagai berikut:
➢ Densitas : butiran berpori 0,74 – 0,78 gr/cc
(untuk agen peledakan) butiran tak berpori 0,93 gr/cc (untuk pupuk urea)
➢ Porositas : mikroporositas 15%
makro plus mikroporositas 54%
butiran tak berpori mempunyai porositas 0 – 2%
➢ Ukuran partikel : ukuran yang baik untuk agen
peledakan antara 1 – 2 mm
➢ Tingkat kelarutan terhadap air : bervariasi tergantung temperatur,
yaitu:
5 C tingkat kelarutan 57,5% (berat); 30 C tingkat kelarutan 70% (berat)
10 C tingkat kelarutan 60% (berat); 40 C tingkat kelarutan 74% (berat)
20 C tingkat kelarutan 65,4% (berat)
2-2
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
2.2.2 ANFO
ANFO adalah singkatan dari ammoniun nitrat (AN) sebagai zat pengoksida dan
fuel oil (FO) sebagai bahan bakar. Setiap bahan bakar berunsur karbon, baik
berbentuk serbuk maupun cair, dapat digunakan sebagai pencampur dengan
segala keuntungan dan kerugiannya. Pada tahun 1950-an di Amerika masih
menggunakan serbuk batubara sebagai bahan bakar dan sekarang sudah
diganti dengan bahan bakar minyak, khususnya solar.
Menggunakan bahan bakar minyak selain solar atau minyak disel, misalnya
minyak tanah atau bensin dapat juga dilakukan, namun beberapa kelemahan
harus dipertimbangkan, yaitu:
➢ Akan menambah derajat sensitifitas, tapi tidak memberikan penambanhan
kekuatan (strength) yang berarti,
➢ Mempunyai titik bakar rendah, sehingga akan menimbulkan resiko yang
sangat berbahaya ketika dilakukan pencampuran dengan AN atau pada
saat operasi pengisian ke dalam lubang ledak. Bila akan digunakan bahan
bakar minyak sebagai FO pada ANFO harus mempunyai titik bakar lebih
besar dari 61 C.
2-3
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
2-4
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
Oxygen Balance
3800 joules of heat / gr expl.
100
90
80
60
50
40 deficient FO -
excess Oxygen
30
excess FO -
20
deficient Oxygen
10
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2-5
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
ANFO yang diproduksi oleh beberapa produsen bahan peledak pada umumnya
mempunyai sifat yang sama seperti terlihat pada Tabel 3.2.
2-6
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
Agen peledakan slurry yang mengandung bahan pemeka yang bukan jenis
bahan peledak, misalnya solar, sulfur, atau alumunium, tidak peka terhadap
detonator (non-cap sensitive). Sedangkan slurry yang mengandung bahan
pemeka dari jenis bahan peledak, seperti TNT, maka akan peka terhadap
terhadap detonator (cap sensitive). Oleh sebab itu jenis slurry yang disebutkan
terakhir bukanlah merupakan agen peledakan, tetapi benar-benar sebagai
bahan peledak slurry (slurry explosive) dan peka terhadap detonator. Slurry
pada umumnya dikenal karena bahan bakar pemekanya, seperti aluminized
slurry, TNT slurry, atau smokeless powder slurry.
Tabel 2.5. Contoh jenis bahan peledak watergel
Du Pont Watergels
2-7
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
Saat ini pemakaian bahan peledak emulsi cukup luas diberbagai penambangan
bahan galian, baik pemakaian dalam bentuk kemasan cartridge maupun
langsung menggunakan truck Mobile Mixer Unit (MMU) ke lubang ledak. Tabel
3.5 adalah contoh bahan peledak berbasis emulsi dari beberapa produsen
bahan peledak termasuk merk dagang dan sifat-sifatnya, sedang Gambar 3.7
contoh bahan peledak berbasis emulsi berbentuk cartridge dari Dyno Nobel dan
Dahana.
Tabel 2.7. Jenis bahan peledak berbasis emulsi
Produsen
Sifat-sifat
PT.Dahana Dyno Nobel ICI Explosives Sasol Smx
Merk dagang Dayagel Magnum Emulite Seri Powergel Seri Emex
Densitas, gr/cc 1,25 1,18 - 1,25 1,16 -1,32 1,12 -1,24
Berat/karton, kg 20 25 20 --
RWS, % 119 111 98 - 118 74 - 186
2-8
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
Gb. 2.4. Bahan peledak emulsi berbentuk cartridge buatan Dyno Nobel
Cara pembuatan heavy ANFO cukup sederhana karena matriks emulsi dapat
dibuat di pabrik emulsi kemudian disimpan di dalam tangki penimbunan emulsi.
Dari tangki tersebut emulsi dipompakan ke bak truck Mobile
Mixer/Manufacturing Unit (MMU) yang biasanya memiliki tiga kompartemen.
Emulsi dipompakan ke salah satu kompartemen bak, sementara pada dua
kompartemen bak yang lainnya disimpan ammonium nitrat dan solar. kemudian
2-9
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
MMU meluncur ke lokasi yang akan diledakkan. Tabel 3.6 beberapa merk
dagang dan karakteristik heavy ANFO.
RUANG BUTIRAN
UDARA ANFO
CAMPURAN
RUANG UDARA EMULSI / ANFO
TERISI OLEH
EMULSI
Gb. 2.5. Prinsip campuran emulsi dan ANFO untuk membuat heavy ANFO
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
% ANFO
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
% EMULSI
DENSITAS, gr/cc
4700 6000
KEMAMPU-POMPAAN
Tidak dapat diulir
Dapat diulir (auger) dengan mudah ke arah atas
KEMAMPU-ULIRAN
Gb. 2.6. Karakteristik tipe heavy ANFO dengan variasi emulsi dan ANFO (Du Pont, 1986)
2-10
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
Agen peledakan tidak seluruhnya peka primer, tetapi sebagian besar bahan peledak
kemasan berbasis emulsi peka detonator. Demikian pula dengan watergel yang bahan
pemekanya dari jenis bahan peledak, yaituTNT (lihat Tabel 3.3)
yaitu antara 300 – 1000 m/s atau lebih rendah dari kecep suara (subsonic).
Contohnya pada reaksi peledakan low explosive (black powder) sebagai berikut:
❖ Potassium nitrat + charcoal + sulfur
20NaNO3 + 30C + 10S 6Na2CO3 + Na2SO4 + 3Na2S +14CO2 + 10CO +
10N2
❖ Sodium nitrat + charcoal + sulfur
20KNO3 + 30C + 10S 6K2CO3 + K2SO4 + 3K2S +14CO2 +10CO + 10N2
c) Ledakan, menurut Berthelot, adalah ekspansi seketika yang cepat dari gas menjadi
bervolume lebih besar dari sebelumnya diiringi suara keras dan efek mekanis yang
merusak. Dari definisi tersebut dapat tersirat bahwa ledakan tidak melibatkan reaksi
kimia, tapi kemunculannya disebabkan oleh transfer energi ke gerakan massa yang
menimbulkan efek mekanis merusak disertai panas dan bunyi yang keras. Contoh
ledakan antara lain balon karet ditiup terus akhirnya meledak, tangki BBM terkena
panas terus menerus bisa meledak, dan lain-lain.
2-12
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
Dengan mengenal reaksi kimia pada peledakan diharapkan peserta akan lebih hati-hati
dalam menangani bahan peledak kimia dan mengetahui nama-nama gas hasil
peledakan dan bahayanya.
BAHAN PELEDAK
Bahan peledak permissible dalam klasifikasi di atas perlu dikoreksi karena tidak
semua merupakan bahan peledak lemah. Bahan peledak permissible
digunakan khusus untuk memberaikan batubara ditambang batubara bawah
tanah dan jenisnya adalah blasting agent yang tergolong bahan peledak kuat,
sehingga pengkasifikasian akan menjadi seperti dalam Gambar 1.2.
Sampai saat ini terdapat berbagai cara pengklasifikasian bahan peledak kimia,
namun pada umumnya kecepatan reaksi merupakan dasar pengklasifikasian
tersebut. Contohnya antara lain sebagai berikut:
1. Menurut R.L. Ash (1962), bahan peledak kimia dibagi menjadi:
2-13
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
a. Bahan peledak kuat (high explosive) bila memiliki sifat detonasi atau
meledak dengan kecepatan reaksi antara 5.000 – 24.000 fps (1.650 –
8.000 m/s)
b. Bahan peledak lemah (low explosive) bila memiliki sifat deflagrasi atau
terbakar kecepatan reaksi kurang dari 5.000 fps (1.650 m/s).
BAHAN PELEDAK
Klasifikasi bahan peledak menurut Mike Smith (1988) seperti terlihat pada
Gambar 1.3 dapat dijadikan contoh pengklasifikasian bahan peledak untuk
industri.
2-14
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
BAHAN PELEDAK
2-15
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
Densitas bahan peledak berkisar antara 0,6 – 1,7 gr/cc, sebagai contoh
densitas ANFO antara 0,8 – 0,85 gr/cc. Biasanya bahan peledak yang
mempunyai densitas tinggi akan menghasilkan kecepatan detonasi dan tekanan
yang tinggi. Bila diharapkan fragmentasi hasil peledakan berukuran kecil-kecil
diperlukan bahan peledak dengan densitas tinggi; bila sebaliknya digunakan
bahan peledak dengan densitas rendah. Demikian pula, bila batuan yang akan
diledakkan berbentuk massif atau keras, maka digunakan bahan peledak yang
mempunyai densitas tinggi; sebaliknya pada batuan berstruktur atau lunak
dapat digunakan bahan peledak dengan densitas rendah.
Densitas pengisian ditentukan dengan cara perhitungan volume silinder, karena
lubang ledak berbentuk silinder yang tingginya sesuai dengan kedalaman
lubang. Contoh perhitungan sebagai berikut:
➢ Digunakan diameter lubang ledak 4 inci = 102 mm
2
0,102
➢ Diambil tinggi lubang (t) 1 m, maka volumenya = r² t = 1
2
= 0,00817 m³/m = 8.170 cm³/m
➢ Bila digunakan ANFO dengan densitas 0,80 gr/cc, maka volume ANFO per
0,80 gr
meter ketinggian lubang = x 8.170 cc/m = 6.536 gr/m = 6,53 kg/m
cc
Setelah diketahui muatan bahan peledak per meter lubang ledak, maka jumlah
muatan bahan peledak di dalam lubang ledak adalah perkalian tinggi total
lubang yang terisi bahan peledak dengan densitas pengisian tersebut. Misalnya
untuk tinggi lubang yang harus diisi bahan peledak 9 m dan densitas pengisian
6,53 kg/m, maka muatan bahan peledak di dalam lubang tersebut adalah 9 m x
6,53 kg/m = 58,77 kg/lubang.
2-16
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
Diameter
lubang Densitas bahan peledak, gr/cc
ledak
mm inci 0.70 0.80 0.85 0.90 1.00 1.15 1.20 1.25 1.30
76 3.00 3.18 3.63 3.86 4.08 4.54 5.22 5.44 5.67 5.90
89 3.50 4.35 4.98 5.29 5.60 6.22 7.15 7.47 7.78 8.09
102 4.00 5.72 6.54 6.95 7.35 8.17 9.40 9.81 10.21 10.62
108 4.25 6.41 7.33 7.79 8.24 9.16 10.54 10.99 11.45 11.91
114 4.50 7.14 8.17 8.68 9.19 10.21 11.74 12.25 12.76 13.27
121 4.75 8.05 9.20 9.77 10.35 11.50 13.22 13.80 14.37 14.95
127 5.00 8.87 10.13 10.77 11.40 12.67 14.57 15.20 15.83 16.47
130 5.13 9.29 10.62 11.28 11.95 13.27 15.26 15.93 16.59 17.26
140 5.50 10.78 12.32 13.08 13.85 15.39 17.70 18.47 19.24 20.01
152 6.00 12.70 14.52 15.42 16.33 18.15 20.87 21.78 22.68 23.59
159 6.25 13.90 15.88 16.88 17.87 19.86 22.83 23.83 24.82 25.81
165 6.50 14.97 17.11 18.18 19.24 21.38 24.59 25.66 26.73 27.80
178 7.00 17.42 19.91 21.15 22.40 24.88 28.62 29.86 31.11 32.35
187 7.38 19.23 21.97 23.34 24.72 27.46 31.58 32.96 34.33 35.70
203 8.00 22.66 25.89 27.51 29.13 32.37 37.22 38.84 40.46 42.08
210 8.25 24.25 27.71 29.44 31.17 34.64 39.83 41.56 43.30 45.03
229 9.00 28.83 32.95 35.01 37.07 41.19 47.37 49.42 51.48 53.54
251 9.88 34.64 39.58 42.06 44.53 49.48 56.90 59.38 61.85 64.33
270 10.63 40.08 45.80 48.67 51.53 57.26 65.84 68.71 71.57 74.43
279 11.00 42.80 48.91 51.97 55.02 61.14 70.31 73.36 76.42 79.48
286 11.25 44.97 51.39 54.61 57.82 64.24 73.88 77.09 80.30 83.52
311 12.25 53.18 60.77 64.57 68.37 75.96 87.36 91.16 94.96 98.75
349 13.75 66.96 76.53 81.31 86.10 95.66 110.01 114.79 119.58 124.36
381 15.00 79.81 91.21 96.91 102.61 114.01 131.11 136.81 142.51 148.21
432 17.00 102.60 117.26 124.59 131.92 146.57 168.56 175.89 183.22 190.55
2.5.2 Sensitifitas
Sensitifitas adalah sifat yang menunjukkan tingkat kemudahan inisiasi bahan
peledak atau ukuran minimal booster yang diperlukan. Sifat sensitif bahan
peledak bervariasi tergantung pada kompisisi kimia bahan peledak, diameter,
temperature, dan tekanan ambient. Untuk menguji sensitifitas bahan peledak
dapat digunakan cara yang sederhana yang disebut air gap test, sebagai
berikut:
2-17
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
KARTON DETONATOR
D AIR GAP
Gb. 2.8. Pengujian sensitifitas bahan peledak dengan cara air gap
Bahan peledak ANFO tidak sensitif terhadap detonator No. 8 dan untuk
meledak-kannya diperlukan primer (yaitu booster yang sudah dilengkapi
detonator No. 8 atau detonating cord 10 gr/m) di dalam lubang ledak. Oleh
sebab itu ANFO disebut bahan peledak peka (sensitif) terhadap primer atau
“peka primer”.
lubang ledak terdapat air dan akan digunakan ANFO sebagai bahan
peledaknya, umumnya digunakan selubung plastik khusus untuk membungkus
ANFO tersebut sebelum dimasukkan ke dalam lubang ledak.
2-19
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
(6) kemungkinan adanya reaksi antara bahan peledak dengan batuan (sulfida
atau karbonat).
Fumes hasil peledakan memperlihatkan warna yang berbeda yang dapat dilihat
sesaat setelah peledakan terjadi. Gas berwarna coklat-orange adalah fume dari
gas NO hasil reaksi bahan peledak basah karena lubang ledak berair. Gas
berwarna putih diduga kabut dari uap air (H2O) yang juga menandakan terlalu
banyak air di dalam lubang ledak, karena panas yang luar biasa merubah
seketika fase cair menjadi kabut. Kadang-kadang muncul pula gas berwarna
kehitaman yang mungkin hasil pembakaran yang tidak sempurna.
4500 m/s tergantung pada diameter lubang ledak. Apabila diameter dikurangi
sampai batas tertentu akan terjadi gagal ledak (misfire) karena perambatan
tidak dapat berlangsung; diameter ini disebut “diameter kritis” atau critical
diameter.
4000
3500
VOD, m/s
3000
2500
2000
1500
0 2 4 6 8 10
Kandungan air, %
PD ρe x VoD x Up
2-22
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
Up 0,25 x VoD
ρe x VoD 2
PD
4
a. Foto proses
detonasi
GELOMBANG STRESS
DAN KEJUT DISEKITAR
MEDIA
EKSPANSI GAS
ZONA REAKSI
PRIMER
BIDANG KEJUT
TERDEPAN DI DALAM
BAHAN PELEDAK
ARAH DETONASI
2-23
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
Volume dan laju kecepatan gas yang dihasilkan peledakan akan mengontrol
tumpukan dan lemparan fragmen batuan (lihat Gambar 2.4). Makin besar
tekanan pada dinding lubang ledak akan menghasilkan jarak lemparan
tumpukan hasil peledakan semakin jauh.
2-24
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
BAB 3
MERENCANAKAN TARGET PELEDAKAN DAN DAMPAKNYA
3.2 Fragmentasi
Fragmentasi adalah istilah umum untuk menunjukkan ukuran setiap bongkah batuan
hasil peledakan. Ukuran fragmentasi tergantung pada proses selanjutnya. Untuk tujuan
tertentu ukuran fragmentasi yang besar atau boulder diperlukan, misalnya disusun
sebagai penghalang (barrier) ditepi jalan tambang. Namun kebanyakan diinginkan
ukuran fragmentasi yang kecil karena penanganan selanjutnya akan lebih mudah.
Ukuran fragmentasi terbesar biasanya dibatasi oleh dimensi mangkok alat gali
(excavator atau shovel) yang akan memuatnya ke dalam truck dan oleh ukuran gap
bukaan crusher.
Beberapa ketentuan umum tentang hubungan fragmentasi dengan lubang ledak:
➢ Ukuran lubang ledak yang besar akan menghasilkan bongkahan fragmentasi, oleh
sebab itu harus dikurangi dengan menggunakan bahan peledak yang lebih kuat
3-1
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
Penyimpangan dari ketentuan umum tentang ukuran fragmentasi di atas dapat terjadi
karena perbedaan yang spesifik dari kualitas batuan dan bahan peledak. Untuk itu,
sekali lagi, percobaan pengeboran dan peledakan harus dilakukan untuk menjadapat
hasil yang optimum.
Prinsip volume yang akan diledakkan adalah perkalian burden (B), spasi (S) dan tinggi
jenjang (H) yang hasilnya berupa balok dan bukan volume yang telah terberai oleh
proses peledakan. Volume tersebut dinamakan volume padat (solid atau insitu atau
bank), sedangkan volume yang telah terberai disebut volume lepas (loose). Konversi
dari volume padat ke volume lepas menggunakan faktor berai atau swell factor, yaitu
suatu faktor peubah yang dirumuskan sbb:
VS
SF x 100%
VL
apabila : VS = B x S x H
BxSxH
maka : VL =
SF
di mana SF, VS dan VL masing-masing adalah faktor berai (dalam %), volume padat
dan volume lepas. Apabila ditanyakan berat hasil peledakan, maka dihitung dengan
mengalikan volume dengan densitas batuannya, jadi:
W=Vx
3-2
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
di mana adalah densitas batuan. Perlu diingat bahwa berat hasil peledakan baik
dalam volume padat maupun volume lepas bernilai sama, tetapi densitasnya berbeda,
di mana densitas pada kondisi lepas akan lebih kecil dibanding padat.
3-3
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
2) Pemantau kebisingan suara (noise level indicator), yaitu alat yang digunakan untuk
mengukur intensitas suara yang ditimbulkan oleh peledakan. Data yang diperoleh
selanjutnya dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan ambang batas gangguan
suara terhadap manusia. Alat pemantau getaran DS-677 Blastmate pada Gambar
3.1 dapat pula merekam suara peledakan dan ditulis pada kertas perekam.
3-4
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
3-5
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
BAB 4
DESAIN POLA PELEDAKAN DAN KAPASITAS PELEDAKAN
Arah lemparan
batuan
B
4 3 2 1
B y
5 4 3 2
B
6 5 4 3
SEBELUM PELEDAKAN
1,4 B 1,4 B 1,4 B 1,4 B
4 3 2 1
5 4 3 2
6 5 4 3
SETELAH PELEDAKAN
2) Bila orientasi antar retakan mendekati 60 sebaiknya S = 1,15 B dan menerap-kan
interval waktu long-delay dan pola peledakannya terlihat Gambar 4.2.
3) Bila peledakan dilakukan serentak antar baris, maka ratio spasi dan burden (S/B)
dirancang seperti pada Gambar 4.3 dan 4.4 dengan pola bujursangkar (square
pattern).
4) Bila peledakan dilakukan pada bidang bebas yang memanjang, maka sistem
inisiasi dan S/B dapat diatur seperti pada Gambar 4.5 dan 4.6.
4-2
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
Arah lemparan
batuan
B
4 3 2 1
B
y
5 4 3 2
B
6 5 4 3
SEBELUM PELEDAKAN
1,15B 1,15B 1,15B 1,15B
B B B
4 3 2 1
5 4 3 2
6 5 4 3
SESUDAH PELEDAKAN
Arah lemparan
w
batuan
B
4 3 2 1
1.4B B
4 3 2 1 y
1.4B
2B 4 3 2 1
SEBELUM PELEDAKAN
1,4 B 1,4 B 1,4 B 1,4 B
4 3 2 1
SETELAH PELEDAKAN
4-3
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
B
1 1 1 1
B
B y
2 2 2 2
B 1,4B
3 3 3 3
2B 2B 2B 2B
SEBELUM PELEDAKAN
3
SETELAH PELEDAKAN
B
4 3 2 1 2 3 4
1.4B B
2B y
5 4 3 2 3 4 5
1.4B
6 5 4 3 4 5 6
SEBELUM PELEDAKAN
1,4 B 1,4 B 1,4 B 1,4 B 1,4 B 1,4 B
1
2 2
3 3
SETELAH PELEDAKAN 4 4
5 5
6 6
4-4
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
B
4 3 2 1 2 3 4
B y
6 5 4 3 4 5 6
B
8 7 6 5 6 7 8
3 2 1 2 3
4 4
SETELAH PELEDAKAN 5 4 3 4 5
6 6
7 6 5 6 7
8 8
Permukaan kerja suatu bukaan bawah tanah, misalnya pada pembuatan terowong-an,
dibagi ke dalam beberapa kelompok lubang yang sesuai dengan fungsinya (lihat
Gambar 4.7), yaitu cut hole, cut spreader hole, stoping hole, roof hole, wall hole dan
floor hole. Bentuk suatu terowongan terdiri bagian bawah yang disebut abutment dan
bagian atas dinamakan busur (arc). Gambar 4.8, 4.9, dan 4.10 memperlihatkan pola
peledakan untuk membuat terowongan dengan bentuk cut yang berbeda masing-
masing burn cut, wedge cut, dan drag cut.
4-5
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
Wall holes
atau rib holes
Cut holes
Tinggi
abutment
Cut spreader holes
atau raker holes
18 18 18 18 18
18 18
19 18 17
16 15 16 17
18 19
18 16 15 14 14 15 16 18
12
17 17
15 13 11 9 11 13 15
5,2 m
16 16
14 12 10 10 12 14
16 16
15 13 11 9 11 13 15
17 17
18 17 16 14 12 14 16 17 18
7,5 m
5 7
3 4
8 6
Gambar 4.8. Pola peledakan dengan burn cut pada suatu terowongan
4-6
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
12
11 11
11 11 11
11 11
11 11 10 8 8 10
10 9 9 10
11 11
10 9 8 7 7 7 8 9 10 9 7 6 7 9
7 6 5 4 3 2 1 0 0 1 2 3 4 5 6 7
6,4 m
9 7 2 4 6 8 2,8 m
7 6 5 4 3 2 1 0 0 1 2 3 4 5 6 7
7 6 5 4 3 2 1 0 0 1 2 3 4 5 6 7
10 9 9 9 9 9 9 9 9 10 8 6 1 3 5 7
9 7 2 4 6 8
9,4 m
TAMPAK DEPAN 12 11 10 11 12
2,5 m
TAMPAK DEPAN
5,6 m
1,0 m
NG
ENJA
N CAK J C H)
PU BEN
(TOP
S
B
CREST
KOLOM LUBANG
T
LEDAK ( L )
AS
G BEB )
A N CE
BID EE FA
(F R
H
PC
TOE
JANG
TA I JEN CH)
LAN EN
J OR B
(FLO
Terminologi dan simbul yang digunakan pada geometri peledakan seperti terlihat pada
Gambar 2.2 yang artinya sebagai berikut:
B = burden ;L = kedalaman kolom lubang ledak
S = spasi ;T = penyumbat (stemming)
H = tinggi jenjang ; PC = isian utama (primary charge atau powder column)
J = subdrilling
Lubang ledak tidak hanya vertikal, tetapi dapat juga dibuat miring, sehingga terdapat
parameter kemiringan lubang ledak. Kemiringan lubang ledak akan memberikan hasil
berbeda, baik dilihat dari ukuran fragmentasi maupun arah lemparannya. Untuk
memperoleh kecermatan perhitungan perlu ditinjau adanya tambahan parameter
geometri pada lubang ledak miring, yaitu: (lihat Gambar 4.12).
4-8
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
B α B
T T
B
H H
L
L PC
PC
J J
B 3,15 x de x 3 e
r
dimana B = burden (ft), de = diameter bahan peledak (inci), e = berat jenis bahan
peledak dan r = berat jenis batuan.
4-9
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
berhasil.
4-10
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
2 4 6 8 10 12
10
20
30
40
50
60
Gambar 4.13. Tinggi jenjang minimum berdasarkan “Aturan lima (Rule of Five)”
4-11
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
Burden dan spasi, butir (2) dan (3), dapat berubah tergantung pada sekuen inisiasi
yang digunakan (lihat Gambar 2.5), yaitu:
i. Tipe sistem inisiasi tergantung pada bahan peledak yang dipilih dan peraturan
setempat yang berlaku.
ii. Waktu tunda antar lubang sepanjang baris yang sama disarankan minimal 4 ms
per meter panjang spasi.
iii. Waktu tunda minimum antara baris lubang yang berseberangan antara 4 ms – 8
ms per meter. Dikhawatirkan apabila lebih kecil dari angka ms tersebut tidak
cukup waktu untuk batuan bergerak ke depan dan konsekuensinya bagian
bawah setiap baris material akan tertahan.
iv. Waktu tunda dalam lubang (in-hole delay) untuk sistem inisiasi nonel
direkomendasikan tidak meledak terlebih dahulu sampai detonator tunda di
permukaan (surface delay) terpropagasi seluruhnya.
4-12
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
X B S X
1. Square, Row by Row.
Drilled: B = S, square. X X
Instantaneous row firing is
not recommended by ICI X X
IP
Bidang bebas
4 3 2 1 0 1 2 3 4
X X X X X X X X
2. Square, V. X X X
Drilled: B = S, square. S
5
Ratio: X S Be X B X
Effective Spacing Se 6
2
e
Effective Burden Be X X X
X X X X X X X X 7
Bidang bebas IP
X Be
3. Square, VI. S
Drilled: B = S, square. S B
X
Ratio: S e 5 e
Be X
X X
Bidang bebas IP
X Be B
4. Square, VI. S
Drilled: B = S, staggered. S
X
Ratio: S e 3,25
e
Be X
4-13
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
Penyelesaian-2:
(1) Tinggi jenjang (H) dapat ditambah 1 m, karena tumpukan fragmentasi hasil
peledakan yang akan digali alat muat akan lebih rendah hingga berkurang
sekitar 1 m. Jadi H = 12 + 1 = 13 m
(2) Burden (B) = 25d – 40d;
Misalnya diambil 30d; B = 30 x 4,75 = 142,5 inci = 3,6 m
(3) Spasi (S) = 1B – 1,5B
Misalnya diambil 1B (square pattern); S = 3,6 m
(4) Subgrade (J) = 8d – 12 d
Misalnya diambil 9d; J = 9 x 4,75 = 42,75 inci = 1,0 m
(5) Stemming (T) = 20d – 30d
Misalnya diambil 25d; T = 25 x 4,75 = 118,75 inci = 3,0 m
(6) Kedalaman kolom lubang ledak (L) = H + J = 13 + 1 = 14 m
(7) Panjang isian utama (PC) = L – T = 14 – 3 = 11 m
Perhitungan Powder Factor akan diuraikan tersendiri pada sub-bab berikutnya dan
ilustrasi geometri peledakan hasil perhitungan di atas.
3,6
6
3,
13
14
11
4-14
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
VS
SF x 100%
VL
apabila : VS = B x S x H
BxSxH
maka : VL =
SF
di mana SF, VS dan VL masing-masing adalah faktor berai (dalam %), volume
padat dan volume lepas. Apabila ditanyakan berat hasil peledakan, maka
dihitung dengan mengalikan volume dengan densitas batuannya, jadi:
W=Vx
4-15
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
di mana adalah densitas batuan. Perlu diingat bahwa berat hasil peledakan
baik dalam volume padat maupun volume lepas bernilai sama, tetapi
densitasnya berbeda, di mana densitas pada kondisi lepas akan lebih kecil
dibanding padat.
Contoh-3: Melanjutkan penyelesaian dari Contoh-2 yang telah mendapatkan
spasi 3,60 m, burden 3,6 m dan tinggi jenjang 13 m. Dari percobaan yang telah
dilakukan sebelumnya diperoleh bahwa batuan tersebut setelah diledakkan
terberai dengan faktor berai 82%. Bila telah dibuat 100 lubang dan densitas
batuan padat 2,50 ton/m³, hitunglah volume padat, lepas dan berat hasil
peledakan seluruhnya.
Penyelesaian-3:
a. VS = B x S x H; VS = 3,6 x 3,6 x 13 = 168,50 m³ (bank)/lubang
b. Volume seluruh hasil peledakan (VS-total ) = 100 x 168,5 = 16.850 m³ (bank)
B x S x H 16.850
c. VL = = = 20.548,80 m³ (loose)
SF 0,82
d. W = 20.548,80 x 2,5 = 51.372 ton
Whandak = PC x d
Wtotal handak = n x PC x d
di mana n adalah jumlah seluruh lubang ledak. Densitas pengisian (d) dicari
menggunakan Tabel 2.2, yaitu angka yang diperoleh dari hasil perpotongan
kolom diameter lubang ledak dengan baris densitas bahan peledak. Misalnya
berapa d bila diameter lubang ledak 102 mm (4 inci) dan bahan peledak
berdensitas 1,0 gr/cc. Caranya adalah dengan menarik garis horizontal dari
4-16
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
angka 102 mm pada kolom diameter dan berpotongan dengan garis vertikal
dari densitas bahan peledak 1,0 gr/cc pada angka 8,17, jadi d = 8,17 kg/m.
Tabel 4.1
Densitas pengisian untuk berbagai diameter lubang ledak dan densitas bahan
peledak dalam kg/m
Diameter
lubang Densitas bahan peledak, gr/cc
ledak
mm inci 0.70 0.80 0.85 0.90 1.00 1.15 1.20 1.25 1.30
76 3.00 3.18 3.63 3.86 4.08 4.54 5.22 5.44 5.67 5.90
89 3½ 4.35 4.98 5.29 5.60 6.22 7.15 7.47 7.78 8.09
102 4.00 5.72 6.54 6.95 7.35 8.17 9.40 9.81 10.21 10.62
108 4¼ 6.41 7.33 7.79 8.24 9.16 10.54 10.99 11.45 11.91
114 4½ 7.14 8.17 8.68 9.19 10.21 11.74 12.25 12.76 13.27
121 4¾ 8.05 9.20 9.77 10.35 11.50 13.22 13.80 14.37 14.95
127 5.00 8.87 10.13 10.77 11.40 12.67 14.57 15.20 15.83 16.47
130 5 18 9.29 10.62 11.28 11.95 13.27 15.26 15.93 16.59 17.26
140 5½ 10.78 12.32 13.08 13.85 15.39 17.70 18.47 19.24 20.01
152 6.00 12.70 14.52 15.42 16.33 18.15 20.87 21.78 22.68 23.59
159 6¼ 13.90 15.88 16.88 17.87 19.86 22.83 23.83 24.82 25.81
165 6½ 14.97 17.11 18.18 19.24 21.38 24.59 25.66 26.73 27.80
178 7.00 17.42 19.91 21.15 22.40 24.88 28.62 29.86 31.11 32.35
187 7 38 19.23 21.97 23.34 24.72 27.46 31.58 32.96 34.33 35.70
203 8.00 22.66 25.89 27.51 29.13 32.37 37.22 38.84 40.46 42.08
210 8¼ 24.25 27.71 29.44 31.17 34.64 39.83 41.56 43.30 45.03
229 9.00 28.83 32.95 35.01 37.07 41.19 47.37 49.42 51.48 53.54
251 9 78 34.64 39.58 42.06 44.53 49.48 56.90 59.38 61.85 64.33
270 10 5 8 40.08 45.80 48.67 51.53 57.26 65.84 68.71 71.57 74.43
279 11.00 42.80 48.91 51.97 55.02 61.14 70.31 73.36 76.42 79.48
286 11¼ 44.97 51.39 54.61 57.82 64.24 73.88 77.09 80.30 83.52
311 12¼ 53.18 60.77 64.57 68.37 75.96 87.36 91.16 94.96 98.75
349 13¾ 66.96 76.53 81.31 86.10 95.66 110.01 114.79 119.58 124.36
381 15.00 79.81 91.21 96.91 102.61 114.01 131.11 136.81 142.51 148.21
432 17.00 102.60 117.26 124.59 131.92 146.57 168.56 175.89 183.22 190.55
Contoh-4: Dari Contoh-1 diperoleh bahwa diameter lubang ledak 4,75 inci (121
mm) dengan panjang kolom PC 11 m (lihat Gambar 4.15). Bahan peledak yang
digunakan ANFO yang berdensitas 0,80 gr/cc. Maka untuk untuk 100 lubang
seperti Contoh-3 akan dibutuhkan bahan peledak sebagai berikut:
Penyelesaian-4:
Wtotal handak = n x PC x d
Wtotal handak = 100 x 11 m x 9,2 kg/m = 10.120 kg = 10,12 ton
4-17
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
4.5.4 Perhitungan PF
Powder Factor (PF) didefinisikan sebagai perbandingan jumlah bahan peledak
yang dipakai dengan volume peledakan, jadi satuannya kg/m³. Karena volume
peledakan dapat pula dikonversi dengan berat, maka pernyataan PF bisa pula
menjadi jumlah bahan peledak yang digunakan dibagi berat peledakan atau
kg/ton. Volume peledakan merupakan perkalian dari B x S x H, jadi:
Whandak
PF =
BxSxH
(1) Ukuran fragmentasi hasil peledakan yang memuaskan, artinya tidak terlalu
banyak bongkahan (boulder) atau terlalu kecil. Terlalu banyak bongkahan
harus dilakukan peledakan ulang (secondary blasting) yang berarti terdapat
tambahan biaya; sebaliknya, bila fragmentasi terlalu kecil berarti boros
bahan peledak dan sudah barang tentu biaya pun tinggi pula. Ukuran
fragmentasi harus sesuai dengan proses selanjutnya, antara lain ukuran
mangkok alat muat atau ukuran umpan (feed) mesin peremuk batu
(crusher).
(2) Keselamatan kerja peledakan, artinya disamping berhemat juga
keselamatan karyawan dan masyarakat disekitarnya harus terjamin,
(3) Lingkungan, yaitu dampak negatif peledakan yang menganggu kenyamanan
masyarakat sekitarnya harus dikurangi. Dampak negatif tersebut getaran
yang berlebihan, gegaran yang menyakitkan telinga dan suara yang
mengejutkan.
Dari pengalaman di beberapa tambang terbuka dan quarry yang sudah berjalan
secara normal, harga PF yang ekonomis berkisar antara 0,20 – 0,3 kg/m³. Pada
tahap persiapan (development) harga PF tidak menjadi ukuran, karena tahap
tersebut sasarannya bukan produksi tetapi penyelesaian suatu proyek,
walaupun tidak menutup kemungkinan kadang-kadang diperoleh bijih atau
bahan galian yang dapat dipasarkan.
4-18
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
Penyelesaian- 5:
4-19
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
BAB 5
DESAIN POLA PENGEBORAN
5-1
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
3m 3m
3m 2,5 m
3m 3m
2,5 m
3m
Bidang bebas
Bidang bebas
c. Pola zigzag bujursangkar d. Pola zigzag persegipanjang
5-2
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
Center cut sangat efektif untuk betuan kuat, tetapi konsumsi bahan peledak banyak
dan mempunyai efek gegaran tinggi yang disertai oleh lemparan batu-batu kecil.
2) Wedge cut disebut juga V-cut, angled cut atau cut berbentuk baji: Setiap pasang
dari empat atau enam lubang dengan diameter yang sama dibor ke arah satu titik,
tetapi lubang bor antar pasangan sejajar, sehingga terbentuk baji (lihat Gambar
1.3). Cara mengebor tipe ini lebih mudah disbanding pyramid cut, tetapi kurang
efektif untuk meledakkan batuan yang keras.
3) Drag cut atau pola kipas: Bentuknya mirip dengan wedge cut, yaitu berbentuk baji.
Perbedaannya terletak pada posisi bajinya tidak ditengah-tengan bukaan, tetapi
5-3
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
terletak pada bagian lantai atau dinding bukaan. Cara membuatnya adalah lubang
dibor miring untuk membentuk rongga di lantai atau dinding. Pengeboran untuk
membuat rongga dari bagian dinding disebut juga dengan fan cut atau cut kipas.
Beberapa pertimbangan pada penerapan pola drag cut :
➢ Sangat cocok untuk batuan berlapis, misalnya shale, slate, atau batuan
sedimen lainnya.
➢ Tidak efektif diterapkan pada batuan yang keras.
➢ Dapat berperan sebagai controlled blasting, yaitu apabila terdapat instalasi
yang penting di ruang bawah tanah atau pada bukaan dengan penyangga kayu.
Gambar 1.4 memperlihatkan drag cut yang dibuat dari arah lantai.
4) Burn cut disebut juga dengan cylinder cut (Gambar 1.5): Pola ini sangat cocok
untuk batu yang keras dan regas seperti batupasir (sandstone) atau batuan beku.
Pola ini tidak cocok untuk batuan berlapis, namun demikian, dapat disesuaikan
dengan berbagai variasi. Ciri-ciri pola burn cut antara lain:
➢ Lubang bor dibuat sejajar, sehingga dapat mengebor lebih dalam dibanding
jenis cut yang lainnya
➢ Lubang tertentu dikosongkan untuk memperoleh bidang bebas mini, sehingga
pelepasan tegangan gelombang kompresi menjadi tarik dapat berlangsung
efektif. Disamping itu lubang kosong berperan sebagai ruang terbuka tempat
fragmentasi batuan terlempar dari lubang yang bermuatan bahan peledak.
Walaupun banyak variable yang mempengaruhi keberhasilan peledakan dengan
pola burn cut ini, namun untuk memperoleh hasil peledakan yang memuaskan perlu
diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
➢ Pola lubang harus benar-benar akurat dan tidak boleh ada lubang bor yang
konvergen atau divergen, jadi harus benar-benar lurus dan sejajar.
5-4
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
180 210
80 75
500 500
75 35
35
60
150
300
140
e. BULLOCK CUT 90
520
5-5
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
BAB 6
PEMILIHAN PERALATAN PELEDAKAN
Wagon Drill
Crawler Drill
6-1
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
2. Derajat Pemecahan
Yang sangat tergantung pada ukuran pemecah batu (stone crusher).
Apabila ukuran maksimum yang dapat diterima oleh pemecah-primer 30 cm,
maka produksi brangkal berukuran 60-90 cm membutuhkan pengeboran
dan peledakan sekunder atau pemecah tangan. Jadi penghematan dalam
peledakan primer dapat menghapus pengerjaan sekunder yang berlebih-
lebihan.
3. Ukuran dan Sifat Permanen Sumber Batu (quarry)
Apabila perkiraan umur quarry hanya 2-3 tahun saja, maka tidak perlu ada
rencana pengembangan yang mahal untuk membuat jenjang-jenjang quarry
yang lebar dan tinggi guna keperluan wagon drill, crawler drill.
4. Penyediaan Air
Lubang dalam berdiameter kecil lebih efisien bila disiram oleh air dari pada
udara. Persediaan air yang kurang, akan membatasi kedalaman lubang dan
jenis bor yang dapat dipilih.
5. Derajat Pemecahan atau Peretakan Formasi Batu
Pada batu berserat (fissured) berat, terutama kwarsa, lapisan batu atau batu
kapur yang lapuk, pengeboran lubang panjang relative kurang efektif.
Biasanya lubang yang dibor batu-batu tersebut sulit untuk diisi bahan
peledak dan sering sebagian tidak meledak, mungkin juga bisa terjadi sama
sekali tak ada yang meledak. Jika letak sumber batu (quarry) sudah
ditentukan dan sebagian besar pekerjaan pemeriksaan sudah dilaksanakan,
semua faktor-faktor diatas akan diketahui.
Seri pertama dari percobaan ledakan akan memberikan gambaran dari
jumlah peledak yang dibutuhkan per meter kubik atau ton batu pecah yang
baik. Sebelum penentuan terakhir dalam pemilihan bor, fakta dasar dibawah
ini perlu diperhitungkan :
• Lubang-lubang dangkal lebih mahal daripada lubang-lubang dalam,
ditinjau dari sudut ongkos pengeboran atau penggunaan peledak.
• Lubang berdiameter kecil diletakan berdekatan dank arena celah kecil ii,
pemecahan yang merata serta ukuran batu yang lebih kecil dapat
diperoleh.
• Lubang berdiameter besar akan lebih ekonomis, asalkan pemecahan
primer stone crusher dapat menampung hasilnya tanpa pengerjaan
sekunder yang berlebih-lebihan.
Keputusan untuk memakai wagon drill atau crawler drill untuk membuat
lubang-lubang bor berukuran sedang dan besar atau memakai jenis bor
6-2
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
lainnya untuk lubang-lubang bor kecil, relative tergantung sekali dari sifat
batu serta jumlah pemecahan sekunder yang diharapkan, mungkin akan
lebih ekonomis untuk memakai wagon drill atau crawler drill, selanjutnya
dengan memakai tenaga kerja yang besar untuk pemecahan sekunder. Hasl
ini membuka lapangan kerja bagi sejumlah tenaga.
Gambar 2.1 memperlihatkan alat pencampur bahan peledak ANFO yang dinama-kan
Coxan ANFO Mixer. Alat ini dirancang untuk mencampur AN dan FO dengan
perbandingan 94%:6% dengan cara kerja sebagai berikut:
1) Butiran AN dimasukkan ke corong (hopper) yang dilengkapi dengan saringan.
Saringan ini diperlukan karena kadang-kadang terdapat AN yang menggumpal,
sehingga gumpalan dan butiran AN dapat dipisahkan. Gumpalan AN yang
tertinggal di atas saringan dikeluarkan atau kalau memungkinkan dapat dipukul-
pukul di atas saringan agar hancur menjadi butiran dan langsung masuk kedalam
corong. Kapasitas corong butiran AN sekitar 70 kg.
2) Fluida FO (solar) dialirkan melalui pipa yang tersedia dibagian bawah alat dan
mengalir dengan kecepatan konstan.
3) Butiran AN turun dengan kecepatan konstan dan FO mengalir dengan kecepatan
konstan pula; dengan demikian, maka ANFO yang keluar melalui pipa saluran
pengeluaran (extruder) pun akan mempunyai kecepatan konstan juga.
Perbandingan 94% AN dan 6% FO diperoleh melalui perbedaan kecepatan konstan
antara turunnya AN dan aliran FO.
6-3
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
Corong untuk
butiran AN
Inlet untuk
Fuel Oil
Alat Coxan ANFO Mixer dapat dioperasikan tangan atau tenaga listrik. Bila
dioperasikan tangan, maka dipasang engkol di bagian ujung pipa pengeluaran produk
ANFO dan laju pengeluaran ANFO bisa mencapai 1000 kg/jam. Sedangkan bila
dioperasikan oleh tenaga listrik, diperlukan energi 1100 watt, dan laju produk ANFO
antara 40 – 100 kg/menit.
6-4
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
“besar” digunakan Mobile Mixer/ Manufacturing Unit (MMU) yang multi-guna, karena
dapat berfungsi sebagai pengangkut, pencampur dan sekaligus pengisi.
a. Pengisian lubang berdiameter “kecil”
Lubang ledak berdiameter “kecil” biasanya mempunyai kedalaman terbatas yang
umumnya diterapkan pada penambangan skala kecil. Pengisian dilaksanakan
dengan cara manual, bila menggunakan agen peledakan ANFO langsung dicurah
dan bila berbentuk cartridge langsung dimasukkan satu per satu ke dalam lubang
ledak. Pemadatan bahan peledak digunakan alat tamping rod. Untuk lubang miring
atau mengarah ke atas (stopper), pada tambang bawah tanah, biasanya dibantu
alat pengisian pneumatik (lihat Gambar 2.2).
ANFO loader pada Gambar 2.2.a adalah salah satu jenis pengisi lubang ledak
dengan bahan peledak ANFO. Alat ini terdiri dari tangki konis terbuat dari baja dan
bertekanan serta klep bola yang mengatur tekanan menuju selang pengisi
berdiameter antara 50 – 75 mm. Tekanan udara tambahan (secondary air pressure)
dapat dimasukkan melalui pipa di bagian bawah alat untuk menambah tekanan ke
selang pengisi. Cara kerja alat ini adalah sebagai berikut:
1) ANFO dicurah melalui corong di bagian atas ke tangki konis.
2) Corong ditutup rapat dan kuat.
3) Klep bola dibuka perlahan-lahan sampai tekanan untuk mengeluarkan ANFO
melalui selang pengisi memuaskan. Besar tekanan akan sangat tergantung
pada densitas ANFO. Alat ini dirancang untuk ANFO dengan densitas sampai
0,95 gr/cm³.
Laju pengisian disamping tergantung pada densitas ANFO juga pada panjang
selang yang dipasang dan besar tekanan tambahan. Untuk pemakaian normal,
tekanan di dalam corong sekitar 175 – 200 kPa (2 – 3 atm). Dalam kondisi tersebut
laju pengisian bisa mencapai 45 kg/menit untuk panjang selang sampai 50 m. Alat
ini dirancang untuk kapasitas ANFO mulai 17 kg, 25 kg, 45 kg, 100 kg, 200 kg dan
250 kg.
Pneumatic cartridge charger pada Gambar 2.2.b adalah alat pengisi lubang ledak
dengan bahan peledak cartridge, khususnya cartridge berbasis emulsi, misalnya
powergel. Alat ini sangat efektif bila digunakan pada lubang ledak kecil yang
berukuran antara 57 – 76 mm (2” – 3”) dengan kedalaman 58 m untuk lubang
kering dan 15 m bila lubang berair. Sangat cocok digunakan untuk pengisian
lubang ledak ke arah miring atau ke atas pada tambang bawah tanah. Tekanan
6-5
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
6-6
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
Oleh sebab itu, setiap MMU harus dilengkapi dengan alat pengeluaran yang
mampu mengalirkan bahan peledak sesuai dengan viskositasnya ke dalam lubang
ledak dengan kecepatan yang terukur. Gambar 2.8 menunjukkan sketsa MMU
buatan Dyno Westfarmers yang menunjukkan susunan kompartemen dan bagian-
bagian penting lainnya.
6-7
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
Pada aktifitas penambangan skala kecil, baik quarry, bijih maupun batubara,
diperkenankan menggunakan kendaraan kecil sekelas pick-up yang berkapasitas
muatan 600 – 1000 kg dengan tetap memperhatikan persyaratan tersebut di atas.
Pada dasarnya kendaraan yang mengangkut bahan peledak harus diberi tanda khusus
yang mencolok atau berwarna merah, sehingga dapat dilihat dengan jelas
perbedaannya dengan kendaraan yang lain.
6-9
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
2) Pemantau kebisingan suara (noise level indicator), yaitu alat yang digunakan untuk
mengukur intensitas suara yang ditimbulkan oleh peledakan. Data yang diperoleh
selanjutnya dianalisis dan hasilnya dibandingkan dengan ambang batas gangguan
suara terhadap manusia. Alat pemantau getaran DS-677 Blastmate pada Gambar
3.1 dapat pula merekam suara peledakan dan ditulis pada kertas perekam.
6-10
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
Arus yang dilepaskan harus dapat mengatasi tahanan listrik di dalam rangkaian
peledakan. Untuk itu perlu diketahui benar kapasitas BM yang akan digunakan
jangan sampai kapasitasnya lebih kecil dibanding tahanan listrik seluruhnya.
Tahanan rangkaian listrik harus diukur atau dihitung terlebih dahulu dan harus
dijaga jangan sampai terdapat kebocoran arus karena terdapat kawat terbuka
yang berhubungan dengan tanah, air atau bahan lain yang bersifat konduktor.
6-11
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
a. BEETHOVEN MK II A
Engkol memutar generator untuk mengisi kapasitor sampai
lebih dari 1200 volts. Setelah penuh lampu indicator
menyala dan dengan menekan tombol arus akan dilepas-
kan. BM ini disarankan dipakai pada tambang batubara.
Dimensi: 159 x 114 x 267 mm dan berat 4,5 kg.
b. NISSAN F-3
Kapasitor diisi dengan baterai kering 1,5 volt ukuran “D”
yang dapat diganti. Setelah beberapa saat kunci dikontak,
lampu indikator menyala (hijau) menandakan arus sudah
maksimum dan siap dilepaskan. BM ini mampu meledak-
kan 30 detonator. Dimensinya 175 x 85 x 55 mm dengan
berat 850 gr.
c. REO BM175-10ST
Merupakan BM yang dapat meledakkan 10 sirkuit dengan
interval waktu antar sirkuit dapat diatur dari 5 – 199 ms
dalam skala 1 ms. Dengan menghubungkan BM ini ke
detonator tunda, operator dapat merancang peledakan
sesuai dengan yang dikehendaki, sehingga perbaikan
fragmentasi bisa diperoleh dan getaran peledakan lemah.
Kapasitor diisi baterai kering 1,5 volt ukuran “D” alkalin
yang dapat diganti. Dimensi 170 x 317 x 298 mm dengan
c. REO BM175-10ST berat 9 kg.
6-12
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
Alat pemicu nonel (starter non-electric) dinamakan shot gun atau shot firer atau
shot shell primer. Seperti diketahui bahwa sumbu nonel mengandung bahan
reaktif (HMX) yang akan aktif atau terinisiasi oleh gelombang kejut akibat
impact. Alat pemicu nonel dilengkapi dengan peluru yang disebut shot shell
primer dengan ukuran tertentu (untuk buatan ICI Explosives berukuran No.
209). Shot shell primer diaktifkan oleh pemicu, yaitu pegas bertekanan tinggi
yang yang terdapat di dalam alat pemicu nonel. Beberapa tipe alat pemicu
nonel terlihat pada Gambar 1.2 dan 1.3 masing-masing buatan ICI Explosives
dan Nitro Nobel. Pada Gambar 1.2 terlihat bahwa alat pemicunya
menggunakan striker yang disisipkan di bagian atas barrel, kemudian transmisi
impact melalui shot shell primer ke sumbu nonel menggunakan hentakkan kaki.
Sedangkan pada Gambar 1.3 alat pemicu nonel digenggam dan untuk melepas
pegas di dalam alat pemicu agar shot shell primer mentransmisikan impact ke
sumbu nonel dengan cara dipukul.
Prosedur penggunaan alat pemicu ledak nonel untuk seluruh tipe seperti pada
Gambar 1.2 dan 1.3 adalah sebagai berikut:
1) Informasi dahulu tentang pelaksanaan peledakan ke sekitar lokasi
peledakan melalui corong mikropon atau handy- talky (HT) dan yakinkan
bahwa situasi benar-benar aman.
2) Sisipkan lead-in line atau extendaline atau “sumbu nonel utama” ke dalam
lubang yang tersedia pada alat pemicu ledak nonel.
3) Masukkan shot shell primer ke dalam lubang yang tersedia, kemudian tutup
oleh striker dan siap diledakkan.
6-13
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
Striker
Barrel
Shot shell primer
6-14
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
demikian jumlah tahanan seluruh rangkaian dapat dihitung dan voltage BM dapat
ditentukan setelah arus dihitung.
c. Multimeter peledakan
Multimeter peledakan disebut juga Blasting Multimeter adalah instrumen penguji
yang sekaligus dapat mengukur tahanan, voltage, dan arus. Alat multimeter
peledakan dirancang khusus untuk keperluan peledakan dan berbeda dengan
multimeter untuk keperluan operator listrik umum. Kegunaan multimeter peledakan
adalah:
Mengukur tahanan sebuah kawat detonator dan tahanan suatu sistem
rangkaian peledakan listrik,
Memeriksa ada-tidaknya arus tambahan di lokasi peledakan,
Mengukur kebocoran arus antara kawat detonator (legwire) dengan bumi,
Memeriksa kemenerusan (kontinuitas) dan ada-tidaknya arus pendek pada
kawat utama, connecting wire, dan legwire pada detonator
Peledakan listrik sangat rawan terhadap udara mendung atau pada daerah-daerah
yang memiliki intensitas kilat dan petir cukup tinggi. Debu dan badai listrik yang
tinggi melebihi listrik statis pada atmosfir ditambah dengan petir sangat berbahaya
terhadap operasi peledakan. Untuk membantu pemantauan awal terhadap
fenomena tersebut diperlukan detektor kilat. Gambar 1.8 memperlihatkan contoh
alat detektor kilat yang mampu mengukur gradient voltage listrik pada atmosfir. Alat
dan akan memberikan tanda dalam bentuk lampu berkedip atau bunyi sirine apabila
gradien voltage listrik atmosfir menunjukkan angka kritis atau melebihinya.
a. Thor Lightning Sentry, ICI Explosive b. Model 350, Thomas Instruments, Inc
Gambar 6.13. Detektor kilat (Lightning detector)
6-17
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
BAB 7
PENGAMAN LINGKUNGAN PELEDAKAN
1) Hari-hari peledakan setiap minggu serta jam-jam peledakan pada hari tersebut
diatur dengan jadual tetap dan semua karyawan atau orang-orang yang ada
disekitar penambangan harus mengetahuinya.
2) Setiap kali akan melaksanakan peledakan pada tambang terbuka atau quarry,
persiapannya dapat dilakukan sesuai jam kerja pagi hari, tetapi detik-detik
peledakannya diatur pada jam istirahat siang.
3) Tanda peringatan berupa bendera dengan warna menyolok (biasanya merah)
dengan ukuran yang cukup dapat dilihat dari jauh dipasang di tempat-tempat yang
strategis atau di jalan-jalan yang biasa dilalui oleh penduduk dan karyawan,
sedemikian rupa sehingga orang lain tahu bahwa saat itu ada kegiatan persiapan
peledakan.
4) Area yang akan diledakkan harus dibatasi oleh pita pengaman dan hanya team
peledakan, inspektur tambang, polisi, kepala teknik dan satpam setempat
(perusahaan) yang sedang bertugas yang diperkenankan ada di dalam area yang
akan diledakkan, itupun kalau luas area memungkinkan.
5) Setelah bahan peledak dan perlengkapannya sampai di area peledakan, maka
secepatnya didistribusikan ke dekat setiap lubang yang telah disiapkan sesuai
dengan kebutuhan jumlah masing-masing lubang.
6) Pada saat membuat primer periksa terlebih dahulu kondisi detonator atau sumbu
ledak yang akan dipakai, yaitu:
➢ Untuk detonator biasa, periksa apakah ada benda-benda kecil didalam-nya.
Demikian juga dengan sumbu apinya, apakah lembab atau tidak. Sebaiknya
ujung sumbu dipotong terlebih dahulu sekitar 2 cm sebelum dimasukkan ke
dalam detonator biasa.
➢ Untuk sumbu ledak atau detonating cord diperiksa juga keadaan ujung-
ujungnya dari kelembaban atau isinya sedikit berkurang. Sebaiknya ujung
sumbu ledak sepanjang 5 cm ditutup lubangnya dengan selotip agar tidak
lembab atau kemasukkan air.
7-1
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
➢ Untuk detonator listrik, sebaiknya diuji dahulu oleh blasting ohmmeter. Pada
waktu pengujian detonator dimasukkan ke dalam lubang ledak yang masih
kosong. Setelah diuji kedua ujung legwire harus diikat atau digabung kembali
satu dengan lainnya.
➢ Untuk detonator nonel, periksa bagian ultrasonic seal pada ujung sumbu nonel,
yaitu ujung yang dipress, untuk menjamin kelayakan pakai sumbu nonel
tersebut. Sebaiknya sumbu nonel tidak dipotong untuk menghindari
kelembaban dan masuknya air ke dalam sumbu.
Tatacara pembuatan primer telah diuraikan pada Modul 2 tentang Primer dan
Booster.
dari besi dengan ukuran minimal panjang dan lebar 1,50 m dan tinggi
secukupnya untuk berlindung team peledakan (shelter) (Gambar 7.1).
➢ Pemegang blasting machine harus orang yang berpengalaman dan memiliki
Kartu Ijin Meledakkan (KIM) atas nama yang bersangkutan dan perusahaan.
7-3
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
a
.
c.
Aba-aba pertama :
• Semua orang yang berada di area peledakan harus menyingkir dan berlindung
• Minta ijin ke sentral informasi bahwa jalur komunikasi untuk sementara diambil
alih oleh team peledakan, jadi seluruh bagian tidak diperkenankan
menggunakan jalur tersebut, kecuali bila mengetahui di area peledakan
terdapat sesuatu yang membahayakan.
• Semua jalan masuk ke area peledakan ditutup atau diblokir
• Pada saat itu kedua ujung kawat utama (lead wire) masih terkait satu sama
lainnya (Gambar 3.3) dan belum disambung ke pemicu ledak (B M)
7-4
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
bidang bebas
Kawat utama
(lead wire)
Aba-aba kedua :
• Pekerjaan pada aba-aba pertama sudah dilaksanakan dan Mandor atau
Foreman atau Pengawas Peledakan sedang melakukan pemeriksaan akhir
• Kondensator dalam pemicu ledak sedang diisi arus listrik
• Kawat utama sudah disambung dengan pemicu ledak (exploder)
Sampai tahap kedua ini masih memungkinkan terjadi penundaan peledakan,
apabila Pengawas Peledakan melihat sesuatu yang dinilainya dalam kondisi tidak
aman melalui komunikasi dan aba-aba khusus.
7-5
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
7-6
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
RANGKUMAN
Bab 1 :
Pekerjaan peledakan merupakan salah satu pelaksanaan tugas yang mengandung resiko
tinggi dan riskan kecelakaan, maka harus direncanakan secara akurat dan cermat.
Bab 2 :
1. Bahan peledak adalah suatu bahan kimia senyawa tunggal atau campuran berbentuk
padat, cair atau campurannya yang apabila diberi aksi panas, benturan, gesekan atau
ledakan awal akan mengalami suatu reaksi kimia eksotemis sangat cepat dan hasil
reaksinya sebagian atau seluruhnya berbentuk gas disertai panas dan tekanan sangat
tinggi dan tekanan sangat tinggi yang secara kimia lebih stabil.
2. Panas merupakan awal terjadinya proses dekomposisi bahan kimia yang menimbulkan
pembakaran dilanjutkan dengan deflagrasi dan terakhir detonasi.
3. Bahan peledak diklasifikasikan berdasarkan kecepatan reaksi dan sifat reaksinya
menjadi bahan peledak kuat (high explosive) dan bahan peledak lemah (low explosive).
4. Pengklasifikasian bahan peledak untuk industri.
BAHAN PELEDAK
Bab 2 :
1. Faktor berpengaruh pada peledakan jenjang :
a. Aspek teknis, terutama diameter lubang, tinggi jenjang/ lubang, jarak antar lubang.
b. Aspek K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) dan keamanan.
c. Aspek lingkungan.
Bab 3 :
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
1. Target volume peledakan adalah perkalian Burden (B), Spasi (S) dan tinggi jenjang
(panjang lubang) pengeboran (H).
2. Target fragmentasi yaitu target ukuran bongkahan material yang akan dihasilkan dalam
peledakan yang ditentukan oleh :
• Ukuran lubang ledak
• Jenis, sifat dan karekteristik material yang akan diledakan
3. Target volume maupun fragmentasi hasil peledakan tidak mudah diprediksi secara
akurat, maka setiap kali peledakan supaya selalu dievaluasi dan disempurnakan.
Bab 4 :
1. Acuan penentuan pola peledakan pada areal terbuka sebagai berikut :
• Peledakan tunda antar baris di desain secara tepat.
• Peledakan tunda antar beberapa lubang
• Peledakan tunda antar lubang
2. Pola peledakan pada areal terbuka sebagai berikut :
• Peledakan pojok dengan pola staggered dengan orientasi antar retakan 900 dengan
perbandingan spasi (s) = 1,41 B.
• Bila orientasi antar retakan 600 dengan perbandingan spasi s=1,15B.
• Bila peledakan dirancang dilakukan serentak antar baris dapat dengan pola bujur
sangkar.
• Pola peledakan bidang bebas memanjang pola V-Cut dengan bentuk persegi
panjang.
3. Pola peledakan bawah tanah dapat didesain dengan :
• Pola peledakan dengan burn cut
• Pola peledakan denganwedge cut
• Pola peledakan dengan drag cut
Bab 5 :
Lubang ledak tidak hanya vertikal tetapi dapat juga dibuat miring, sehingga memberikan
hasil ledakan berbeda baik dilihat dari ukuran fragmentasi maupun arah lemparannya.
Bab 6 :
1. Peralatan pengeboran yang sering dipergunakan adalah : log drill, jack hammer, crawler
drill dan wagon drill.
2. Alat pengisi bahan peledak pada lubang ledak, dikelompokkan menjadi :
• Kelompok diameter kecil = < 50 mm (2”)
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
Bab 7 :
1. Pengamanan peledakan dikategorikan sebagai berikut :
• Pengamanan umum kepada masyarakat atau karyawan yang mendekati atau
melewati area peledakan
• Pengamanan sebelum peledakan
➢ Tempat berlindung peledakan dibawah tanah
➢ Tempat berlindung team peledak diareal terbuka
➢ Tanda peringatan sebelum peledakan
➢ Pemeriksaan setelah peledakan
➢ Pemeriksaan setelah peledakan
DAFTAR PUSTAKA
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Perencanaan Peledakan
2. Sugiri : Penambangan Batu dari Gunung, Proyek Diklat Bina Marga Ditjend Bina Marga
Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 1976
3. Anon, 1988, ANFO Type Blasting Agents, ICI Australia Operation, Pty. Ltd. Explosive
Division.
4. Anon., 1980, Blasters’ Handbook, Du Pont, 16th ed, Sales Development Section,
Explosives Products Division, E.I. du Pont de Nemours & Co.(Inc), Wilmington,
Delaware.
5. Anon, 1988, Blasting Explosives and Accessories, ICI Australia Operation, Pty. Ltd.
Explosive Division, pp. 1 – 17.
9. Gustafsson, Rune, Blasting Technique, Dynamit Nobel Wien, Austrian Edition, 1981
11. Jimeno, C.L., Jimeno, E.L., and Carcedo, F.J.A 1995, Drilling and Blasting of Rocks,
A.A. Balkema, Rotterdam, Brookfield, Netherlands.
12. Manon, J.J., 1978, Explosives: their classification and characteristics. E/MJ Operating
Handbook of Underground Mining, New York, USA.
13. White, T. E and Robinson, P, 1988, Modern Commercial Explosives & Accessories,
“Explosives Engineering Handbook”, Institute of Explosives Engineers.