Anda di halaman 1dari 8

Persona, Jurnal Psikologi Indonesia

Januari 2014, Vol. 3, No. 01, hal 1 - 8

Pola Asuh Otoriter Orang Tua, Kecerdasan Emosi,


Dan Kemandirian Anak SD

Nur Istiqomah Hidayati


TK Raden Ajeng Kartini Temandang

Abstract. The purpose of the research is to know the correlation between Authoritarian
Parenting, student’s Emotional Intelligence with Student’s autonomy. Subjects of the research
are 70 person of Elementary School Students grade fifth (5th ) in gugus IV area, Merakurak
district, Tuban regency. Data were collected by scales of Authoritarian Parenting, student’s
Emotional Intellegence and Student’s self control The partial correlation. The data analysis
used multiple regression analysis and than partial correlations. Results of multiple regression
analiysis showed that the Authoritarian Parenting and student’s Emotional Intellegence have
a significant relation with students’ autonomy. The partial correlation of Authoritarian
Parenting and students’ autonomy have a significant correlation to negative side. The partial
correlation of Emotional Intellegence and students’ autonomy have a significant correlation
to positive side. Authoritarian parenting and student’s emotional intelligence give effective
contibution to Student’s autonomy about 55,2 %.
Keywords: Authoritarian parenting, emotional intelligence, students’ autonomy.

Intisari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh otoriter orang
tua dan kecerdasan emosi anak dengan kemandirian. Subjek penelitian sebanyak 70 anak SD
kelas V wilayah Tuban. Pengumpulan data menggunakan skala pola asuh otoriter orang tua,
kecerdasan emosi dan kemandirian yang disusun sendiri oleh peneliti. Analisis data
menggunakan teknik Analisa Regresi Ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh
otoriter dan kecerdasan emosi berkorelasi dengan kemandirian. Secara parsial hasil
penelitian juga menunjukkan adanya korelasi negatif antara pola asuh otoriter orang tua
dengan kemandirian. Sebaliknya, ada korelasi positif antara kecerdasan omosi dengan
kemandirian. Kedua variable dependent penelitian memberikan kontribusi sekitar 55,2%
terhadap kemandirian anak.

Kata kunci: pola asuh otoriter orang tua, kecerdasan emosi, kemandirian

Anak adalah amanah Allah kepada setiap diri. Menurut Walgito (2010) perilaku manusia
orang tua. Pada anak digantungkan harapan dipengaruhi oleh lingkungan dan pengaruh dari
akan masa depan suatu bangsa sehingga ber- dalam diri sendiri. Menurut Desmita kunci
bagai cara ditempuh untuk mempersiapkan anak kemandirian ada ditangan orang tua. Keman-
menempuh masa depannya. Menjadi perma- dirian yang dihasilkan dari kehadiran dan
salahan ketika anak berkembang tidak sesuai bimbingan orang tua akan menghasilkan ke-
harapan orang tua. Anak berperilaku meng- mandirian yang utuh.
gantungkan diri pada orang lain, tidak mem- Oleh karena itu peneliti berasumsi bahwa
punyai inisiatif untuk menyelasaikan masalah pola asuh orang tua sangat berpengaruh pada
yang dihadapinya atau dengan kata lain anak kecerdasan emosi anak maupun tingkat ke-
kurang mandiri. mandirian. Orang tua berperan secara langsung
Mengharapkan anak berperilaku mandiri di- memberikan stimulasi mengenai hal-hal yang
butuhkan cara untuk membentuk perilaku man- terkait dengan aspek-aspek yang ada dalam

1
Pola Asuh Otoriter Orang Tua, Kecerdasan Emosi Anak Dan Kemandirian Anak SD

kemandirian secara tepat dan benar. Menjadi bagaimanapun pola asuh berdampak secara
masalah ketika pola asuh yang diterapkan oleh langsung dalam membentuk prilaku mandiri
orang tua adalah pola asuh otoriter yaitu adalah anak dan kecerdasan emosi anak. Ilustrasi keja-
gaya pengasuhan yang membatasi dan menuntut dian diatas menunjukkan bahwa penerapan pola
anak untuk mengikuti perintah-perintah orang asuh yang tepat merupakan suatu tuntutan.
tua. Menurut para ahli gaya pengasuhan orang
Sebagai ilustrasi, di wilayah gugus IV keca- tua yang otoriter cenderung mondominasi anak
matan Merakurak, peneliti menjumpai perilaku sehingga mengakibatkan anak menjadi pemu-
otoriter orang tua yang memaksakan kehendak rung dan mempunyai sikap yang kurang ber-
pada anak. Pada acara perpisahan sekolah anak sahabat, agresif, tidak patuh dan otoriter. Oleh
ingin mengikuti pementasan drama tetapi orang karena itu peneliti ingin mengungkap lebih jauh
tua memaksa anak untuk tampil menari. hubungan antara gaya pengasuhan orang tua
Hasilnya anak menari dengan menggantungkan otoriter, kecerdasan emosi anak dengan tingkat
gerakan pada teman, tidak mampu menye- kemandirian anak kelas V di Gugus IV SD
suaikan gerakan dengan irama dan tidak menji- Kecamatan Merakurak.
wai penampilannya.
Demikian juga dijumpai banyaknya anak Kemandirian
yang meluapkan emosinya secara berlebihan Konsep Carl Rogers (dalam Desmita 2011)
ketika kebutuhannya tidak terpenuhi, sulit ber- kemandirian disebut dengan istilah self, karena
empati pada kesulitan teman, takut tidak itu merupakan inti dari kemandirian.
mampu mengerjakan tugas dari guru tanpa Seifert dan Hoffnung (dalam Desmita 2011)
berupaya untuk dapat mengerjakannya, hanya mendefinisikan otonomi atau kemandirian dapat
bergantung pada teman yang bisa ketika ada dipahami sebagai kemampuan untuk mengen-
tugas kelompok, cemburu yang berlebihan keti- dalikan dan mengatur pikiran, perasaan dan
ka merasa kurang mendapat perhatian guru. tindakan sendiri secara bebas serta berusaha
Indikasi perilaku anak ini mengarah pada sendiri untuk mengatasi perasaan-perasaan
rendahnya kecerdasan emosi anak. Goleman malu dan keragu-raguan. Sementara menurut
(2007) menyebutkan bahwa individu yang cer- Suharnan (2012) kemandirian atau perilaku
das secara emosi mempunyai kemampuan untuk mandiri adalah kecenderungan untuk menentu-
mengenali emosi diri sendiri dan orang lain, kan sendiri tindakan (aktivitas) yang dilakukan
mengelola emosi diri sendiri, motivasi, menge- dan tidak ditentukan oleh orang lain.
nali emosi orang lain dan kemampuan membina
Jadi dapat disimpulkan bahwa kemandirian
hubungan. adalah sikap dan perilaku seseorang yang me-
Indikasi rendahnya kecerdasan emosi dan nentukan sendiri dalam melakukan aktvitas atau
rendahnya kemandirian dapat terjadi ketika tindakan tanpa adanya pengaruh dan keter-
orang tua menerapkan pola asuh otoriter yang gantungan pada orang lain.
berakibat anak takut mengambil inisiatf untuk Suharnan (2011) menjelaskan ada empat
memulai aktivitasnya karena jika melakukan karakteristik dari perilaku mandiri. Pertama
kesalahan mendapatkan hukuman. mengambil inisiatif untuk bertindak maksud-
Pentingnya kemandirian anak untuk meng- nya orang mandiri memiliki kecenderungan
hadapi masa depannya dan pentingnya anak untuk mengambil inisiatif (prakarsa) sendiri di
mempunyai kecerdasan emosi yang baik mena- dalam memikirkan sesuatu dan melaksanakan
rik perhatian peneliti untuk lebih jauh mnge- tindakan tanpa terlebih dahulu harus di-
tahui hubungan yang terjadi antara pola asuh perintah, disuruh, diingatkan, atau dianjurkan
otoriter dan kecerdasan emosi dengan Keman- orang lain. Kedua mengendalikan aktivitas yang
dirian anak. Orang tua mempunyai tanggung dilakukan maksudnya mampu mengendalikan
jawab yang paling dekat dengan anak-anak sendiri pikiran, tindakan dan aktivitas yang
dalam membentuk perilakunya. Oleh karena itu dilakukan tanpa harus dipaksa atau ditekan oleh
peneliti menganggap penting untuk meneliti orang lain. Ketiga memberdayakan kemampuan
penerapan pola asuh otoriter orang tua karena yang dimiliki. Maksudnya orang mandiri cende-

2
Nur Istiqomah Hidayati

rung mempercayai dan memanfaatkan secara singkan diri), sulit bergaul, pendiam dan sadis.
maksimal kemampuan-kemampuan yang dimi- Peraturan yang kaku dan memberi hukuman
liki di dalam menjalankan tugas, mengambil berakibat pada profil anak yang impulsif (selalu
keputusan atau memecahkan masalah, tanpa menuruti kata hati), tidak dapat mengambil
berharap pada bantuan atau pertolongan orang keputusan, sikap bermusuhan dan agresif.
lain. Keempat menghargai hasil kerja sendiri.
Maksudnya orang yang mandiri tentu meng- Kecerdasan Emosi
hargai atau merasa puas apa yang telah di- Menurut Goleman (2007) kecerdasan emo-
kerjakan atau dihasilkan sendiri, termasuk sional merujuk pada kemampuan mengenali
karya-karya sederhana sekalipun. perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain,
kemampuan memotivasi diri sendiri dan ke-
Pola Asuh Otoriter Orang Tua mampuan mengelola emosi dengan baik pada
Menurut Santrock (2011) pola asuh otoriter diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang
adalah gaya membatasi dan menghukum ketika lain.
orang tua memaksa anak-anak untuk mengikuti Agustian (2001) mengemukakan sederha-
arahan mereka dan menghormati pekerjaan nanya EQ adalah kemampuan untuk merasa.
serta upaya mereka. Kunci kecerdasan emosi adalah pada kejujuran
Hurlock (1980) menjelaskan bahwa pene- suara hati. Suara hati itulah yang harusnya
rapan pola asuh otoriter sebagai disiplin orang dijadikan pusat prinsip yang mampu memberi
tua secara otoriter yang bersifat disiplin tradi- rasa aman, pedoman, kekuatan serta kebijak-
sional. Dalam disiplin yang otoriter orang tua sanaan.
menetapkan peraturan-peraturan dan memberi- Menurut Goleman (2007) kecerdasan emo-
tahukan anak bahwa ia harus mematuhi pera- sional dapat dikelompokan dalam lima kompo-
turan tersebut. Anak tidak diberikan penjelasan nen penting yaitu : mengenali emosi, mengelola
mengapa harus patuh dan tidak diberi kesem- emosi, motivasi diri sendiri, mengenali emosi
patan mengemukakan pendapat meskipun pera- orang lain, membina hubungan.
turan yang ditetapkan tidak masuk akal.
Hubungan orang tua dengan anak menjadi Pola Asuh otoriter, Kecerdasan Emosi, dan
aspek yang sangat penting melalui tipe penga- Kemandirian
suhan yang diterapkan oleh orang tua. Santrock Kemandirian atau perilaku mandiri adalah
(2011) mengemukakan bahwa anak-anak dari kecenderungan untuk menentukan sendiri tinda-
orang tua otoriter sering tidak bahagia, takut kan (aktivitas) yang dilakukan dan tidak di-
dan ingin membandingkan dirinya dengan tentukan oleh orang lain. Individu yang mandiri
orang lain, gagal untuk memulai aktivitas dan adalah individu yang mampu berinisiatif untuk
memiliki komunikasi yang lemah, berperilaku melakukan tindakan dan mengendalikan tinda-
agresif. kannya, mampu memberdayakan kemampuan
Yusuf (2006) menjelaskan bahwa sikap yang dimilki, dan mempunyai penghargaan atas
otoriter orang tua akan berpengaruh pada profil hasil karya sendiri. Untuk memperoleh keman-
perilaku anak. Perilaku anak yang mendapatkan dirian anak maka orang tua harus menerapkan
pengasuhan otoriter cenderung bersikap mudah pola asuh yang tepat bagi anak. Kesalahan pola
tersinggung, penakut, pemurung, tidak bahagia, asuh akan menghambat perkembangan perilaku
mudah terpengaruh, mudah stress, tidak mem- psikologi dan sosial anak.
punyai arah masa depan yang jelas dan tidak Kemandirianpun dipengaruhi oleh kecer-
bersahabat. Perlakuan Rejection (penolakan) dasan emosi dimana individu yang cerdas
dengan bersikap masa bodoh, menerapkan sesara emosi adalah individu yang mempunyai
aturan kaku, kurang memperhatikan kesejah- kemampuan mengelola emosi, mengenali emosi
teraan anak, mendominasi anak maka akan diri sendiri dan orang lain, motivasi dan
berakibat anak menjadi agresif (mudah marah, membina hubungan.
tidak patuh, keras kepala), submissive (mudah
tersinggung, pemalu, penakut, suka menga-

3
Pola Asuh Otoriter Orang Tua, Kecerdasan Emosi Anak Dan Kemandirian Anak SD

Hipotesis lain, motivasi dan membina hubungan. Contoh


1. Ada hubungan antara pola asuh otoriter dan item, “Dari sorot matanya saya tahu kalau ibu
kecerdasan emosi dengan kemandirian. tidak senang dengan sikap saya” Reliabilitas
2. Ada hubungan negatif antara pola asuh alpha sebesar 0,875.
otoriter dengan kemandirian. Semakin tinggi
pola asuh otoriter maka semakin rendah Analisis Data
kemandirian. Data yang diperoleh dianalisis dengan teknik
3. Ada hubungan positif kecerdasan emosi analisis regresi ganda untuk mengetahui
dengan kemandirian. Semakin tinggi kecer- hubungan pola asuh otoriter, kecerdasan emosi
dasan emosi maka semakin tinggi keman- secara bersama-sama dengan kemandirian.
dirian. Untuk mengetahui korelasi sendiri-sendiri
digunakan teknik korelasi parsial.
METODE Sebelum data dianalisis terlebih dahulu
dilakukan uji asumsi terhadap variabel-variabel
Subyek penelitian dengan hasil, bahwa varibel ber-
Subyek penelitian ini adalah 70 anak kelas distribusi normal, berhubungan dalam bentuk
V, berusia 10 s/d 11 tahun, laki-laki dan linier dan tidak terjadi persoalan multikoli-
perempuan. neritas. Dengan demikian data yang diperoleh
dapat dianalisis melalui analisis regresi ganda
Alat Ukur dan korelasi parsial.
Kemandirian diukur dengan 3 poin skala HASIL
kemandirian dalam pertanyaan favourable
dengan pilihan Sesuai skor 3, Kurang sesuai Hasil uji asumsi disimpulkan bahwa tidak
skor 2 dan Tidak sesuai nilai 1. Pertanyaan terjadi permasalahan terhadap variabel-variabel
Unfavourable dinilai sebaliknya. Skala berisi penelitian sehingga data dapat dianalisis melalui
aspek-aspek inisiatif dan mengendalikan kegi- analisis Regresi Ganda untuk mengetahui
atan, memberdayakan diri, dan menghargai hubungan Pola Asuh Otoriter Orang Tua dan
karya sendiri. Contoh item pertanyaan, “Mes- Kecerdasan emosi terhadap Kemandirian secara
kipun layang-layang saya tidak bisa terbang bersama-sama. Demikian pula korelasi sendiri-
dengan sempurna tetapi saya senang karena bisa sendiri antar Pola Asuh Otoriter Orang Tua
membuat sendiri”. Reliabilitas alpha = 0,902 kemandirian dan Kecerdasan Emosi dengan
Pola Asuh Otoriter diukur dengan 3 poin Kemandirian.
skala Pola Asuh otoriter dalam pertanyaan Hasil analisa data dengan model analisis
favourable dengan pilihan Sesuai skor 3, regresi ganda dilaporkan bahwa terjadi hu-
Kurang sesuai skor 2 dan Tidak sesuai nilai 1. bungan yang signifikan antara kedua variabel
Pertanyaan Unfavourable dinilai sebaliknya. bebas yaitu Pola Asuh Otoriter Orang Tua dan
Pertanyaan berisi aspek-aspek memaksakan Kecerdasan Emosi secara bersama-sama ber-
kehendak, menerapkan peraturan kaku, mem- pengaruh terhadap variabel terikat Kemandi-
beri hukuman, tidak menghargai pendapat. rian ditunjukkan oleh harga F sebesar 41.294
Contoh item, “Orang tua menentukan baju yang pada p (signifikasi) 0,00 kurang dari 0,01.
saya pakai pada suatu acara”. Reliabilitas alpha Hubungan yang signifikan ini ditunjukkan oleh
sebesar 0,865. harga R Square sebesar 0,552. Hal ini dapat
Kecerdasan Emosi diukur dengan 3 poin diartikan bahwa sumbangan efektif kedua
skala Pola Asuh otoriter dalam pertanyaan variabel bebas yaitu Pola Asuh Otoriter Orang
favourable dengan pilihan Sesuai skor 3, Tua dan Kecerdasan Emosi Anak secara ber-
Kurang sesuai skor 2 dan Tidak sesuai nilai 1. sama-sama mempengaruhi Variabel Terikat
Pertanyaan Unfavourable dinilai sebaliknya. Kemandirian sebesar 55,2 persen. Sedangkan
Pertanyaan berisi aspek-aspek Mengenali emosi 44,8 % dari terbentuknya perilaku mandiri atau
diri, Mengelola emosi, mengenali emosi orang kemandirian dipengaruhi oleh faktor lain yang

4
Nur Istiqomah Hidayati

untuk mengetahuinya diperlukan peneli-tian wilayah gugus IV SD Kecamatan Merakurak


tersendiri. Kabupaten Tuban
Dengan demikian hipotesis penelitian ini Terbuktinya hipotesis dalam penelitian ini
bahwa terjadi hubungan antara Pola Asuh dan besarnya pengaruh pola asuh orang tua dan
Otoriter Orang Tua dan Kecerdasan Emosi kecerdasan emosi terhadap kemandirian terse-
Anak secara bersama sama dengan Kemandi- but sesuai dengan teori bahwa perilaku ter-
rian dapat diterima. bentuk dari bagaimana seseorang belajar dari
Hasil perhitungan statistik menunjukkan lingkunganya dan pengaruh dari dalam diri
bahwa secara parsial Pola asuh otoriter (varia- sendiri. Sebagaimana dikemukakan oleh Myers
bel bebas pertama) dengan Kemandirian seba- (2012) bahwa perilaku dipertajam oleh penga-
gai variabel terikat menunjukkan harga t sebe- ruh sosial serta sikap pribadi dan watak. Dalam
sar -2,852 dengan indeks siginfikasi 0,006 konteks penelitian ini pola asuh orang tua
berarti p kurang dari 0,01 sehingga dapat di- merupakan pengaruh yang didapat dari luar
laporkan bahwa terjadi hubungan yang signifi- dirinya sendiri atau lingkungan dan kecerdasan
kan ke arah negatif. Dengan demikian bahwa emosi merupakan pengaruh dari dalam dirinya.
hipotesis mengenai terjadinya hubungan nega- Dikemukakan juga oleh Walgito (2010)
tif antara Pola asuh otoriter orang tua dengan bahwa perilaku manusia sebagian terbesar
kemandirian anak dapat diterima. terbentuk dari perilaku yang dibentuk atau
Hasil perhitungan statistik menunjukkan perilaku yang dipelajari. Disinilah pentingnya
bahwa secara parsial Kecerdasan Emosi (varia- peran pola asuh orang tua dalam mengasah
bel bebas kedua) dengan Kemandirian sebagai kecerdasan emosi anak dan membentuk pe-
variabel terikat menunjukkan harga t sebesar rilaku mandiri anak-anak.
5,316 dengan indeks siginfikasi 0,000 (p kurang Selaras dengan dua pendapat diatas
dari 0,01) sehingga terjadi hubungan yang Soetjiningsih (1995) menyatakan bahwa ke-
signifikan kearah positif. Dengan demikian mandirian dipengaruhi oleh faktor internal yaitu
bahwa hipotesis mengenai terjadinya hubungan emosi dan intelektual dan faktor eksternal yaitu
positif antara Kecerdasan Emosi Anak dengan lingkungan, karakteristik sosial, pola asuh,
kemandirian anak dapat diterima. status pekerjaan ibu dan kualitas informasi anak
dan orang tua. Hasil penelitian ini menegaskan
PEMBAHASAN apa yang dikemukakan oleh Soetjiningsih bah-
wa pola asuh dan emosi berpengaruh pada
Hasil penelitian menunjukkan adanya hu- kemandirian.
bungan antara pola asuh otoriter orang tua dan Hasil korelasi partial menunjukkan bahwa
kecerdasan emosi anak dengan kemandirian terdapat hubungan yang bersifat negatif antara
sehingga hipotesis pertama yang menyatakan pola asuh otoriter orang tua dengan kemandi-
bahwa ada hubungan antara pola asuh otoriter rian anak. Artinya bahwa semakin tinggi pene-
orang tua dan kecerdasan emosi anak secara rapan pola asuh otoriter orang tua maka sema-
bersama-sama dengan kemandirian diterima. Ini kin rendah tingkat kemandirian anak. Penerapan
menunjukkan bahwa pola asuh otoriter dan pola asuh otoriter bercirikan pola pengasuhan
kecerdasan emosi secara bersama-sama mem- yang keras dan kaku. Orang tua cenderung tidak
pengaruhi terbentuknya perilaku kemandirian menghargai pendapat anak. Anak tidak diberi-
anak. Sebagaimana dikemukakan Desmita kan ruang yang cukup untuk mengekspresikan
(2011) bahwa kunci kemandirian ada ditangan dirinya dengan mengontrol dan membatasi
orang tua. Kemandirian yang dihasilkan me- kegiatan anak secara tegas.
lalui bimbingan dan kehadiran orang tua adalah Terjadinya hubungan negatif menurut pene-
kemandirian yang utuh. Pengaruh Pola Asuh litian ini, antara pola asuh otoriter orang tua
otoriter dan kecerdasan emosi cukup besar dengan kemandirian sesuai dengan apa yang
karena hasil penelitian menunjukkan 55,2 per- telah dikemukakan oleh Santrock (2011) ten-
sen pola asuh otoriter dan kecerdasan emosi tang akibat dari penerapan pola asuh otoriter
mempengaruhi perilaku kemandirian anak di- yang salah satunya adalah anak gagal untuk

5
Pola Asuh Otoriter Orang Tua, Kecerdasan Emosi Anak Dan Kemandirian Anak SD

memulai aktifitas. Padahal menurut Suharnan Eratnya kaitan atau hubungan antara kecer-
karakteristik dari kemandirian itu salah satunya dasan emosi dan kemandirian anak dapat dilihat
adalah mampu mengambil inisiatif dan mengen- melalui aspek-aspek opersional keduanya.
dalikan aktivitas atau kegiatan yang dilakukan. Pertama pada aspek kemandirian yaitu me-
Bagi peneliti hasil penelitian ini lebih menegas- ngambil inisiatif dan mengendalikan kegiatan.
kan pendapat para ahli bahwa pola asuh orang Aspek ini akan dapat dipenuhi oleh individu
tua otoriter akan mengakibatkan rendahnya yang mempunyai kemampuan membina hubu-
kemandirian anak. Terbukti terjadi pada anak ngan, mengenali emosi diri sendiri dan orang
kelas V wilayah Gugus IV SD di Kecamatan lain serta mempunyai motivasi. Kedua pada
Merakurak. aspek memberdayakan kemampuan yang dimi-
Berbeda dengan hasil penelitian ini Pupuh liki akan dapat dipenuhi oleh individu yang
(2012) dalam penelitiannya menemukan bahwa mempunyai motivasi untuk berkarya dan me-
semakin otoriter orang tua maka anak semakin ngelola emosi. Ketiga pada aspek menghargai
mandiri. Penelitian Pupuh dilakukan pada rema- hasil karya sendiri akan dapat dipenuhi oleh
ja sedangkan penelitian ini dilakukan pada anak individu yang mempunyai motivasi untuk ber-
kelas V yang merupakan masa anak-anak akhir. karya.
Terdapat perbedaan pada fase perkembangan Penerapan pola asuh yang tidak tepat dalam
remaja dan anak-anak akhir. Dihadapkan pada hal ini yang terjadi di wilayah gugus IV SD di
penemuan ini peneliti berpendapat bahwa Kecamatan Merakurak hendaknya menjadikan
pengaruh sosial ditempat yang satu dengan pembelajaran bagi orang tua maupun pihak-
tempat yang lain akan berbeda akibat yang pihak yang terkait dalam dunia pendidikan
ditimbulkannya karena faktor-faktor yang mem- untuk bersama-sama menyadari bahwa pene-
pengaruhinya berbeda pula. Selain itu meneliti rapan pola asuh otoriter akan menghambat daya
sikap dan tingkah laku manusia bukanlah kreatifitas anak karena rendahnya kecerdasan
sebuah hitungan matematis karena perilaku emosi maupun kemandirian anak.
manusia dipengaruhi oleh banyak faktor. Kontribusi pola asuh otoriter dan kecer-
Hipotesis ketiga menyatakan bahwa ada dasan emosi anak terhadap kemandirian anak di
hubungan positif antara kecerdasan emosi wilayah Gugus IV sebesar 55,2 % ini menun-
dengan kemandirian. Hasil penelitian ini, sete- jukkan bahwa semakin pentingnya para orang
lah data dianalisis dengan korelasi parsial tua untuk memahami pola asuh yang benar bagi
menunjukkan adanya hubungan positif antara anak-anaknya. Tdak selamanya pola asuh oto-
kecerdasan emosi dengan kemandirian se- riter adalah salah terbukti penelitian Pupuh
hingga hipotesis diterima. menunjukkan hasil bahwa semakin otoriter anak
Pada usia anak kelas V anak mengalami semakin mandiri. Yang lebih adalah orang tua
perspektif taking yang menurut Santrock (2011) harus cerdas kapan menerapkan pola asuh
merupakan kemampuan untuk mengasumsikan otoriter dan kapan harus demokratis. Disamping
perspektif orang lain serta memahami pikiran itu harus diperhatikan pula bahwa ada faktor
dan perasaan orang lain. Terkait dengan kecer- lain sebesar 44,8% yang mempengaruhi ter-
dasan emosi peneliti berpendapat bahwa me- bentuknya kemandirian anak antara lain faktor
ngasumsikan perspektif orang lain serta me- intelektual yang merupakan bagian dari faktor
mahami pikiran dan perasaan orang lain erat internal dan faktor eksternal meliputi ling-
kaitannya dengan teori kecerdasan emosi yang kungan, karakteristik sosial, kualitas informasi
dikemukakan oleh Goleman (2007) dengan orang tua dan anak serta status pekerjaan ibu.
istilah handling relationship atau membina Untuk mengungkap faktor-faktor lain sejauh
hubungan dan recogniz emotion in other atau mana mempengaruhui kemandirian dibutuhkan
mengenali emosi orang lain atau empati. penelitian tersendiri diluar penelitian ini.
Demikian juga kemampuan mengelola emosi
(managing emotions) terkait dengan dua hal
tersebut diatas.

6
Nur Istiqomah Hidayati

KESIMPULAN dasan Emosi dengan Kemandirian menunjuk-


kan hasil bahwa ketiga varibel tersebut berhu-
Masa anak-anak akhir merupakan peralihan bungan secara siginifikan positif dengan nilai F
dari masa anak menuju masa pubertas oleh regresi 41.294 dengan siginifikasi 0,000
karenanya harus dipersiapkan secara fisik mau- (p<0,01). Nilai R Square sebesar 0,552 artinya
pun psikologisnya. Permasalahan terjadi karena kontribusi pola asuh otoriter dan kecerdasan
pola asuh yang diterapkan orang tua adalah pola emosi memberi kontribusi sebesar 55,2 %
asuh otoriter sehingga mempengaruhi perkem- terhadap kemandirian pada anak kelas V di
bangan anak termasuk perkembangan kemandi- wilayah Gugus IV Kecamatan Merakurak
rian dan kecerdasan emosinya. Demikian juga Kabupaten Tuban.
yang terjadi di wilayah gugus IV SD di Keca- Hasil analisis antara variabel pola asuh
matan Merakurak bahwa anak-anak menunjuk- otoriter dengan kemandirian menunjukkan
kan perilaku kemandirian yang rendah dan harga t sebesar -2.852 dengan signifikasi sebe-
kecerdasan emosi yang rendah pula didukung sar 0,006 (p<0,01). Terjadi hubungan negatif
oleh perilaku yang ditunjukkan oleh orang tua anatara dua variabel tersebut.
mereka yang bersikap otoriter. Oleh karena itu Hasil analisis korelasi parsial variabel kecer-
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dasan emosi dengan kemandirian menunjukkan
tentang hubungan pola asuh otoriter orang tua harga t sebesar 5.316 dengan signifikasi sebesar
dan kecerdasan emosi anak dengan kemandirian 0,000 (p<0,01). Terjadi hubungan positif antara
anak. kedua variabel tersebut.
Peneliti menduga bahwa terjadi hubungan Faktor lain sebesar 44,82 % yang mempe-
antara pola asuh otoriter orang tua dan kecer- ngaruhi kemandirian diluar jangkauan pene-
dasan emosi anak dengan kemandirian secara litian ini.
bersama-sama. Diduga pula ada hubungan yang
bersifat negatif antara pola asuh otoriter dengan SARAN
kemandirian dan ada hubungan positif antara
kecerdasan emosi dan kemandirian anak. Disarankan kepada orang tua untuk me-
Metode penelitian yang digunakan dalam nerapkan pola asuh demokratis walaupun
penelitian ini dengan menetapkan subyek pene- kadang-kadang masih diperlukan sikap otoriter
litian yaitu anak kelas V SD di wilayah gugus kepada anak untuk meningkatkan kemandirian
IV SD Kecamatan Merakurak berjumlah 70 anak.
anak Variabel-variabel yang diteliti dalam pene- Perlakuan otoriter dirumah hendaknya tidak
litian ini ada tiga yaitu Kemandirian sebagai terulang disekolah dengan terus memberikan
variabel terikat (Y), Pola Asuh Otoriter Orang dorongan kepada siswa agar tidak bersikap
Tua sebagai Variabel bebas pertama (X1) dan menggantungkan teman mauoun guru.
Kecerdasan Emosi sebagai Variabel bebas Kepada peneliti selanjutnya dapat dikem-
kedua (X2). bangkan motode penelitian lain dengan me-
Pengembangan alat ukur dalam penelitian ini ngembangkan alat ukur yang lebih sempurna
menggunakan skala yang disusun peneliti. misalnya dengan menggunakan metode obser-
Untuk mengukur variabel-variabel masing di- vasi.
susun untuk Kemandirian 63 item setelah diuji
ada 37 item pertanyaan valid, reliabilitas alpha DAFTAR PUSTAKA
0,902. Skala pola asuh otoriter 60 pertanyaan
setelah diuji ada 34 item pertanyaan valid Agustian, A.G. (2005). Rahasia Sukses Mem-
reliabilitas alpha 0,865 dan kecerdasan emosi bangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual
60 setelah diuji ada 31 item pertanyaan valid ESQ Emosional Spiritual Question. Jakarta:
reliabilitas alpha 0,875. Arga.
Analisis data menggunakan teknik analisis Alwisol. (2008). Psikologi Kepribadian.
regresi ganda dan korelasi partial. Hasil analisis Malang: Universitas Muhammadiyah.
regresi ganda antara Pola asuh otoriter, Kecer-

7
Pola Asuh Otoriter Orang Tua, Kecerdasan Emosi Anak Dan Kemandirian Anak SD

Anggraeni, D . K. (2011). Pola Asuh Orang Tua Hadi, S. (2004). Statistik.Yogyakarta: Andi.
dan Kemandirian Remaja. Jurnal Trisula Hadi, S. (1987). Metodolgi Riset.Yogyakarta:
volume IV. Andi.
Azwar, S. (2012). Reliabilitas dan Validitas Hurlock, EB. (1980). Psikologi Perkembangan
Yogyakarta: Pustaka Belajar. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasio- Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
nal. (2005). Modul Bina Keluarga Balita. Irsyadi, AY. (2012). Pengaruh Bimbingan
Penulis. Karir dan Pola Asuh Orang Tua terhadap
Bahri, D.S. (2004). Pola Komunikasi Orang Kemandirian Siswa dalam Memilih Karir.
Tua dan Anak dalam Keluarga (sebuah Jurnal Universitas Yogyakarta di http://
perspektif Pendidikan Islam). Jakarta: Rine- www.eprints.uny.ac.id.
ka Cipta. Myers, D G. (2012). Psikologi Sosial. Jakarta:
Baraja A.B. (2008). Psikologi Perkembangan. Salemba Humanika.
Jakarta: Studio Press. Santrock, J. W. (2011). Masa Perkembangan
Departemen Agama RI. (1989). Alqur’an dan Anak. Jakarta: Salemba Humanika.
Terjemahannya. Surabaya: Mahkota. Soetjiningsih. (1995). Tumbuh Kembang Anak.
Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Jakarta: EGC.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Septiari. (2009). Hubungan Pola Asuh Orang
Balai Pustaka.
Tua dengan Kecerdasan Emosi Anak Pra
Desmita. (2007). Psikologi Perkembangan. Sekolah di TK Bustanul Atfal Kota Gede
Bandung: Remaja Rosda Karya. Jogjakarta. Skripsi, tidak diterbitkan,
Desmita. (2011). Psikologi Perkembangan STIKES Surya Global Jogjakarta.
Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosda Sholeh, A.R. (2008). Psikologi: Suatu Pengan-
Karya. tar Dalam Perspektif Islam. Jakarta: Ken-
Esturahmi, P. (2012). Hubungan Pola Asuh cana.
Otoriter dengan Kemandirian Siswa Ditin- Sugiono. (1992). Metode Penelitian Adminis-
jau dari Jenis Kelamin. Thesis, tidak di- trasi. Bandung: Alfabeta.
terbitkan, Universitas 17 Agustus 1945
Suharnan. (2012). Pengembangan Skala
Surabaya.
Kemandirian. Jurnal Psikologi Persona,
Eugenia, S. (2000). Parent-Child Relationship Volume I Nomor 02 September.
in Italians Families: Connectedness and
Walgito. (2010). Pengantar Psikologi Umum.
Autonomy in the Transisition to Adulthood.
Yogyakarta: Andi.
Psicologia Teoria e Pesquisa Jan-Abr Vol.
16 n I.PP. 023-030. Yusuf. (2008). Psikologi Perkembangan Anak
dan Remaja. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Goleman, D. (2007). Kecerdasan Emosi.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai