Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
DISUSUN OLEH:
VIONIKA MARIA
NIM. P1337420919023
Puji syukur penyusun sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan laporan praktik klinik keperawatan
dasar profesi yang berjudul “Asuhan Keperwatan Dasar Profesi Kerusakan Integritas
Kulit Pada Ny. K di Ruang Nakula 2 RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang”. Dalam
penyusunan makalah ini penyusun telah banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari
banyak pihak. Untuk itu penyusun tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak Mukti S, S.Kep Ns Selaku Clinical Instruktur
2. Bapak Putrono, S.Kep, Ns., M.Kes selaku pembimbing akademik
Penyusun menyadari dalam mengerjakan laporan ini banyak kekurangan baik dari
segi bahasa maupun isi karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki. Penyusun akan
sangat berterima kasih dan menerima dengan senang hati masukan dan kritikan serta
saran untuk menyempurnakan laporan asuhan keperawatan ini.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa dan para perawat di
Rumah Sakit. Semoga dengan adanya laporan ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk
manambah pengetahuan para mahasiswa, perawat serta permbaca. Akhir kata penyusun
berharap laporan ini dapat berguna dan menjadi acuan agar kegiatan yang akan datang
dapat menjadi lebih baik.
Penyusun
i
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI PROFESI NERS
VIONIKA MARIA
vi + 26 Halaman
ABSTRAK
Gigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi secara utuh pada posisi yang
seharusnya.. Gigi yang impaksi dapat menimbulkan masalah berupa kelainan
patologis. Keluhan penderita akibat impaksi gigi sangat bervariasi dari yang
paling ringan misalnya hanya terselip sisa makanan sampai yang terberat yaitu
rasa sakit yang hebat disertai dengan pembengkakan dan pus. Insiden impaksi
yang paling sering terjadi adalah pada gigi molar tiga. Hal tersebut karena gigi
molar ketiga adalah gigi yang terakhir tumbuh, sehingga sering mengalami
impaksi karena tidak ada atau kurangnya ruang yang memadai. Tujuan dari
asuhan keperawatan ini adalah untuk mengetahui gambaran gigi impaksi di
RSUD KRMT Wongsonegoro. Disarankan untuk rumah sakit atau instansi
terkait lainnya untuk mengembangkan pelayanan gigi dan mulut terutama dalam
bidang bedah mulut dan maksilofasial.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.........................................................................................i
ABSTRAK..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................iii
BAB. I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................1
B. Web of Causation.......................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .........................................................................................23
B. Saran ..................................................................................................23
iii
DAFTAR LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gigi impaksi adalah gigi yang gagal erupsi secara utuh pada posisi yang
seharusnya. Hal ini dapat terjadi karena tidak tersedianya ruangan yang cukup pada rahang
untuk tumbuhnya gigi dan angulasi yang tidak benar dari gigi tersebut. Keluhan penderita
akibat impaksi gigi sangat bervariasi dari yang paling ringan misalnya hanya terselip sisa
makanan sampai yang terberat yaitu rasa sakit yang hebat disertai dengan pembengkakan
dan pus.
Insiden impaksi yang paling sering terjadi adalah pada gigi molar tiga. Hal tersebut
karena gigi molar ketiga adalah gigi yang terakhir tumbuh, sehingga sering mengalami
impaksi karena tidak ada atau kurangnya ruang yang memadai. Menurut chu, dkk (2009)
ditemukan 28,3% dari 7468 klien mengalami impaksi dan gigi molar ketiga mandibula
yang sering mengalami impaksi sebesar 82,5% (Alamsyah, 2005). Goldberg dalam
Tridjaja (2011) menyatakan bahwa pada 3000 hasil rotgen foto yang dibuat pada tahun
1950 dari penderita usia 20 tahun, 17% diantaranya mempunyai paling sedikit satu gigi
impaksi. Sedangkan hasil foto panoramik dari 5600 penderita usia antara 17-24 tahun yang
dibuat tahun 1971 ditemukan sebesar 65,6% penderita mempunyai paling sedikit satu gigi
impaksi.
Kenyataannya di indonesia berbeda, impaksi gigi molar ketiga mandibula ternyata
frekuensinya lebih banyak daripada gigi molar tiga rahang bawah dan kemungkinan dapat
disebabkan oleh karena adanya karies gigi molar ketiga rahang bawah (Chandra, 2007).
Apabila impaksi gigi molar ketiga rahang bawahnya terlihat sebagian maka akan
memudahkan makanan terperangkap di dalamnya. Efek selanjutnya adalah rasa tidak enak,
mulut berbau, gigi gampang terserang karies. Adanya komplikasi yang diakibatkan gigi
impaksi maka perlu dilakukan tindakan pencabutan.
Pencabutan dianjurkan jika ditemukan akibat yang merusak atau kemungkinan
terjadinya kerusakan pada struktur sekitarnya dan jika gigi benar-benar tidak berfungsi
(Dwipayanti dkk, 2009). Salah satu penatalaksanaan dari kondisi impaksi gigi ini adalah
dengan pembedahan minor odontektomi. Istilah odontektomi digunakan dalam tindakan
operasi untuk mengeluarkan gigi impaksi (terpendam). Tindakan ini memiliki indikasi dan
kontraindikasinya dalam penerapannya. Indikasi operasi ini adalah masalah infeksi,
kondisi patologis dari folikel gigi, penyimpangan panjang lengkung dan beberapa kondisi
1
lainnya. Sedangkan kontraindikasi dari operasi ini adalah berupa kemungkinan bertambah
buruknya kerusakan struktur penting di sekitar gigi sendiri, adanya penolakan dari
penderita sendiri terhadap tindakan operasi, kondisi fisik penderita yang tidak mendukung
dilakukannya operasi ini serta sebelum panjang akar mencapai sepertiga atau duapertiga
gigi. Hal-hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk menyusun laporan aasuhan
keperawatan keperwatan medikal bedah pada klien dengan impaksi gigi di RSUD
K.R.M.T Wongsonegoro Semarang.
2
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
Tn. H KLIEN DENGAN IMPAKSI GIGI DI RUANG PRABU KRESNA RSUD
K.R.M.T WONGSONEGORO SEMARANG
A. PENGKAJIAN
1) BIODATA
1. Biodata Klien
a. Nama : Tn. H
b. Umur : 26 Th
c. Alamat : Jl. Camar No. 61 Rt/Rw 06/04 Tembalang
d. Pendidikan : SMA
e. Pekerjaan : Wiraswasta
f. Tanggal masuk : 02 September 2019
g. Diagnosa medis : Impaksi Gigi
h. Nomor registrasi : 292393
2. Biodata Penganggung Jawab
a. Nama : Ny. A
b. Umur : 24 Th
c. Alamat : Jl. Camar No. 61 Rt/Rw 06/04 Tembalang
d. Pendidikan : SMA
e. Pekerjaan : Tidak Bekerja
f. Hubungan dg klien : Adik
2) KELUHAN UTAMA
klien mengeluh sakit pada gigi bagian kiri bawah
3) RIWAYAT KEPERAWATAN
1. Riwayat keperawatan sekarang
Klien mengatakan sakit giginya sudah berlangsung kurang lebih 6 bulan yang lalu
namun tidak pernah diperiksakan dan hanya mengkonsumsi obat-obat pereda nyeri.
sejak 1 bulan yang lalu sakit gigi klien semakin memberat disertai dengan kepala
sering pusing dan tidak tertahankan sehingga klien memutuskan untuk
3
memeriksakan diri ke poliklinik untuk mendapatkan pengobatan. Klien
memeriksakan diri ke poli gigi RSUD KRMT Wongsonegoro semarang pada tgl
26 Agustus 2019 dan mendapatkan pengobatan dan disarankan untuk dioperasi.
kemudian pada tanggal 02 September 2019 klien disarankan untuk rawat inap pada
hari itu juga untuk persiapan operasi. Klien ditransfer ke ruangan rawat inap prrabu
krsna pada pukul 19.30 dan klien mulai menjalani persiapan operasi meliputi puasa
(6 jam).
2. Riwayat keperawatan dahulu
Klien mengatakan tidak pernah dirawat dirumah sakit sebelumya. Klien hanya
megalami sakit biasa seperti flu, batuk, dan demam.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada keluarga klien yang menderita sakit serupa
Genogram
Keterangan :
Laki- laki
Perempuan
Klien
Meninggal
Meninggal
Tinggal serumah
4
4) PENGKAJIAN BIOLOGIS
a. Rasa aman dan nyaman
Sebelum Sakit
Klien mengatakan sebelum sakit merasa aman dan nyaman
Selama Sakit
Selama sakit klien merasakan nyeri pada gigi kiri bagian bawah ,
bengkak dan kepalanya terasa pusing.
b. Aktivitas Istirahat Dan Tidur
Sebelum Sakit
Sebelum sakit klien mengatakan tidak ada keluhan dengan kebiasaan
tidurnya yaitu 6- 8 jam/ hari. Kualitas tidurnya juga baik, menonton
TV adalah salah satu penghantar tidur klien. Biasanya klien tidur jam
22.00 dan bangun jam 05.30.
Selama Sakit
Sebelum sakit klien mengatakan menalami gangguan tidur karena
merasa nyeri pada gigi bawah sebelah kiri dengan kualitas tidur sering
terbangun. Selama di RS klien tidur dari jam 23.00 sampai dengan
jam 04.00 dengan kualitas yang sering terbangun.
c. Eliminasi: Urine dan Feses
Sebelum Sakit
Klien BAB 1 kali per hari dan BAK 4 kali per hari tanpa dibantu oleh
orang lain.
Fecal: klien mengatakan warna feses coklat kekuningan, berbau
khas, dengan konsistensi sedikit lembek
Urine: klien mengatakan warna urine jernih, berbau khas dan
volumenya + 2500 ml/24jam
Selama Sakit
Klien BAB 1 kali per hari dan BAK 5 kali per hari.
Fecal: klien mengatakan warna feses coklat kekuningan, berbau khas,
dengan konsistensi sedikit lembek
d. Urine: klien mengatakan warna urine kekuningan, berbau khas dan
volumenya + 2000 ml/24jam
5
e. Personal Hygiene
Sebelum Sakit
Klien mengatakan Sebelum sakit rutin mandi sebanyak 2x/ hari dan
gosok gigi sehari 2x pada waktu pagi hari dan malam hari.
Selama Sakit
Klien mengatakan Selama sakit hanya mandi 1 x sehari dan hanya
kumur-kumur untuk membersihkan area mulut.
f. Istirahat
Sebelum Sakit
Klien mengatakan sebelum sakit dalam sehari klien melakukan
istirahat kurang lebih selama 4 jam yaitu setelah pulang kerja dengan
menghabiskan waktu untuk berkumpul dengan keluarga menonto tv
dan ngobrol.
Selama Sakit
Selama sakit klien hanya bisa terbaring diatas tempat tidur dan cuti
bekerja sementara.
g. Tidur
Sebelum Sakit
Sebelum sakit klien mengatakan tidak ada keluhan dengan kebiasaan
tidurnya yaitu 6- 8 jam/ hari. Kualitas tidurnya juga baik, menonton
TV adalah salah satu penghantar tidur klien. Biasanya klien tidur jam
22.00 dan bangun jam 05.30.
Selama Sakit
Sebelum sakit klien mengatakan menalami gangguan tidur karena
merasa nyeri pada kaki sebelah kiri dengan kualitas tidur sering
terbangun. Selama di RS klien tidur dari jam 23.00 sampai dengan
jam 04.00 dengan kualitas yang sering terbangun.
h. Cairan
Sebelum Sakit
Klien mengatakan sebelum sakit minum air putih 5 gelas kecil/ hari
atau sebanyak 250 cc dan biasanya diselingi dengan teh atau susu.
6
Klien tidak memiliki pantangan atau alergi dalam minuman dan tidak
memiliki riwayat minum alkohol
Selama Sakit
Klien mengatakan sebelum sakit minum air putih 2 gelas kecil/ hari
atau sebanyak 200 cc karena klien kesulitan untuk membuka mulut.
i. Nutrisi
Sebelum Sakit
Sebelum sakit klien makan dengan porsi sedang 3 x sehari dengan
makanan yang dikonsumsi nasi dan lauk pauk seadanya dam sayur
serta mengkonsumsi buah yang ada di rumah.
Selama Sakit
Klien mengatakan pada saat sakit makan sehari 3x sehari sesuai
dengan yang diberikan oleh rumah sakit yaitu nasi lunak dari gizi serta
sayur dan buah meski tidak selalu dihabiskan. Klien hanya makan 2-3
sendok saja.
j. Kebutuhan Oksigenasi
Sebelum Sakit
Klien mengatakan sebelum sakit tidak memiliki gangguan dalam
pernafasan, tidak ada suara nafas tambahan, dan klien tidak memiliki
riwayat merokok serta belum pernah dirawat di RS karena masalah
pernafasan
Selama Sakit
Klien mengatakan selama sakit juga tidak ada gangguan dalam
pernafasan, tidak terpasang alat bantu nafas dan tidak mengkonsumsi
obat pengencer pernafasan
k. Kardiovaskuler
Sebelum Sakit
Klien mengatakan sebelum sakit tidak memiliki gangguan
kardiovaskular dimana klien tidak mengalami kelelahan, dan klien
tidak mengkonsumsi obat gangguan kardiovaskular.
7
Selama Sakit
Klien mengatakan selama sakit tidak memiliki gangguan
kardiovaskular dimana klien tidak mengalami kelelahan, dan klien
tidak mengkonsumsi obat gangguan kardiovaskular dan tidak
mengalami jantung berdebar-debar.
l. Seksualitas
Tidak di kaji
8
6. PEMERIKSAAN FISIK
1. Data Subjectif
Klien mengatakan sakit gigi di bagian kiri bawah
P: Nyeri
Q: Cenat-cenut
R: Gigi bawah bagian kiri
S: Skala 4
T: Tak menentu
2. Data Objectif
Keadaan umum
Klien tampak memegangi pipi kanan nya
Klien tampak gelisah dan merintih kesakitan
Kesadaran klien composmentis, GCS (4,5,6)
Tekanan darah : 120/75mmHg
Nadi : 88 x/i
Pernapasan : 20 x/i
Suhu : 36,50 C
3. Head to toe
a. Kepala dan rambut
Bentuk normocephal, luka (-), benjolan (-), rambut berwarna
hitam dan kering, keadaan bersih dan kusut, tidak rontok.
b. Mata
Bentuk mata cekung, konjungtiva an anemis, pupil isokor, reflek
cahaya +/+, ikterik (-),
c. Hidung
Lubang hidung bersih, tidak ada oedema dan secret, letak hidung
simetris, tidak ada peradangan membran mukosa hidung, tidak
terdapat polip, funsi penciuman baik.
d. Mulut
Mulut sedikit kotor , mukosa bibir kering, stomatitis (-), gigi kiri
bawah tanpak seperti berlubang, banyak makanan mengumpal di
belakang gigi,
9
e. Telinga
Simetris kanan dan kiri, pendengaran baik, nyeri (-), benjolan (-),
serumen (-).
f. Leher
Pembesaran kelenjar toroid (-), pembesaran pembesaran kelenjar
limfe (-).
g. Dada
1. Paru – Paru
Inspeksi : Pengembangan Dada Simetris, Tidak Ada
Retraksi Dinding Dada,
Palpasi : Tidak ada Nyeri Tekan, Tidak Ada
Krepitalis
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Bunyi Vesikuler
2. Jantung
Inspeksi :Tidak Terlihat Denyutan Ictus Cordis
Palpasi :Ictus Cordis (Denyut Jantung) Midclavicula
IC 5
Perkusi : Bunyi Jantung Redup
Auskultasi : S1 S2 Reguler
h. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada pembesaran atau benjolan pada
Abdomen.
Auskultasi : Terdengar bising usus 9x/menit
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Perkusi : Timpani
i. Ekstremitas
Tidak Ada Kelainan , CRT (Capillary Refil Time) < 2 detik
j. Kulit
Turgor Kulit kembali dengan cepat
10
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Laboratorium
Hematologi (26 Agustus 2019)
Kimia Klinik
11
8. PROGRAM TERAPI
Injeksi
Ketorolac Amp 2 mg 3x1 diberikan melalui IV
Infus
Nacl 20 Tpm
Cefotxime 2 x 1 gr
Metronidzole 2 x 500 mg
12
ANALISA DATA
Masalah
No Tanggal/Jam Data Fokus Etiologi Keperawa
tan
B. DIAGNOSA KEPERWATAN
Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Cidera Fisik
13
C. RENCANA KEPERAWATAN
14
D. TINDAKAN KEPERAWATAN
Hari Ke-1
Kode Diagnosa
Tanggal/Jam Tindakan Keperawatan Respon
Keperawatan
Mengajarkan teknik S
relaksasi nafas dalam saat Klien mengatakan
terasa nyeri nyeri belum
berkurang setelah
melakukan relaksasi
nafas dalam
O
Klien mampu
melakukan teknik
relaklasi nafas
dalam
Tingkatkan Istirahat S–
O
Klien belum mampu
untuk beristirahat
15
CATATAN PERKEMBANGAN
Nadi: 89x/i
RR: 20 kali/menit
Suhu : 36ºC
P: Lanjutkan Intervensi no 1,
2, 5, 6, 7, 8 dan 9
16
Hari Ke-2
Kode
Tanggal/Ja
Diagnosa Tindakan Keperawatan Respon
m
Keperawatan
Rabu 04 Nyeri Akut Melakukan pengkajian S
September Berhubungan nyeri secara komprehensif Klien mengatakan nyeri nya
2019 Dengan Agen (lokasi, karaktreistik, belum berkurang
Cidera Fisik durasi, frekuensi, kualitas O
11.00 WIB dan factor presipitasi)
P: Nyeri
Q: Cenat-cenut
R: Gigi bawah bagian kiri
S: Skala 4
T: Tak menentu
Mengobservasi reaksi S –
nonverbal dari O
ketidaknyamanan Klien tampak meringis dan gelisah
(Klien tampak gelisah,
lelah dan sesekali
meringis)
Mengontrol lingkungan S
yang dapat Klien mengatakan tidak suka
mempengaruhi nyeri dengan lingkungan yang terlalu
seperti suhu ruangan, rame dan bising
pencahayaan dan
kebisingan O–
Mengurangi factor S
presipitasi nyeri O
Klien lebih banyak baring
ditempat tidur dan mengurangi
pergerakan dan berbicara.
O
Klien dapat mengompress pipi
kiriya dengan air es untuk
mengurangi nyeri.
17
CATATAN PERKEMBNGAN
TTV:
18
Hari Ke 3
Kode
Tindakan
Tanggal/Jam Diagnosa Respon
Keperawatan
Keperawatan
Kmis 05 Nyeri Akut Melakukan S
September Berhubungan pengkajian nyeri Klien mengatakan
2019 Dengan Agen secara komprehensif nyeri nya sudah
Cidera Fisik (lokasi, karaktreistik, berkurang
11.00 WIB durasi, frekuensi, O
kualitas dan factor
presipitasi) P: Nyeri
Q: Cenat-cenut
R: Gigi bawah bagian
kiri
S: Skala 2
T: Tak menentu
Mengajarkan teknik S
non farmakologis
Klien mengatakan
nyeri dan bengkak
berkurang setelah
melakukan
kompres es
O
Klien dapat
mengompress pipi
kiriya dengan air
es untuk
mengurangi nyeri.
Merikan analgetik S
untuk mengurangi Klien mengatakan
nyeri bersedia diberikan
obat anti nyeri
O
Klien mendapat
suntukan
ketorolak
Tingkatkan Istirahat S–
O
Klien dapat
beristirahat tanpa
megeluh nyeri lagi
19
CATATAAN PERKEMBNGAN
O: skala nyeri 2
Nadi: 85x/i
RR: 20 x/i
Suhu: 36,8 ºC
P: intervensi dihentikan
20
BAB III
PEMBAHASAN
A. ANALISA KASUS
Pada kasus ini, dapat di diagnosis sebagai penyakit impaksi gigi .
Diagnosis tersebut didapatkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik.
Pada anamnesa didapatkan klien mengeluh sakit gigi dibagian kiri bawah, dan
hasil pemeriksaan fisik pada bagian mulut didapatkan data bahwa mulut
kering, dan terdapat pembengkakan pada gusi klien yang disertai dengan
robekan pada gusi kanan rahang bawah klien.
Gigi geraham bungsu bawah adalah gigi terakhir pada lengkung
mandibula dan gigi kedelapan dari garis tengah. Ia membantu gigi-geligi molar
bawah lain dalam mengelilingi dan menghancurkan makanannya, walaupun
sering ia tidak dapat melakukan fungsinya karena posisinya yang buruk,
misalnya impaksi. Karena alasan ini banyak contoh gigi molar ketiga praktis
tampak tidak terkikis.
Gigi molar ketiga rahang bawah tumbuh pada usia 18-24 tahun dan
merupakan gigi yang terakhir tumbuh, hal itulah yang menyebabkan sering
terjadinya impaksi pada gigi tersebut. Frekuensi impaksi gigi molar ketiga
maksila adalah yang terbanyak dibandingkan dengan molar ketiga mandibula.
Impaksi gigi molar ketiga mandibula ternyata frekuensinya lebih banyak dari
pada gigi molar ketiga maksila.
Dampak dari adanya gigi impaksi molar ketiga rahang bawah adalah
gangguan rasa sakit, yang dimaksud dengan gangguan rasa sakit yang berasal
dari reaksi radang pada jaringan operkulum yang tampak hiperemi, bengkak
dan rasa sakit bila ditekan. Kesemuaanya itu merupakan gejala yang lazim
disebut sebagai perikoronitis. Keluhan sakit juga dapat timbul oleh karena
adanya karies pada gigi molar tiga rahang bawah.
21
B. ANALISA INTERVENSI KEPERAWATAN
Dampak dari adanya gigi impaksi molar ketiga rahang bawah adalah
gangguan rasa sakit, yang dimaksud dengan gangguan rasa sakit yang berasal
dari reaksi radang pada jaringan operkulum yang tampak hiperemi, bengkak
dan rasa sakit bila ditekan. Kesemuaanya itu merupakan gejala yang lazim
disebut sebagai perikoronitis. Keluhan sakit juga dapat timbul oleh karena
adanya karies pada gigi molar tiga rahang bawah.
Langkah selanjutnya adalah perenanaan dimana perawat akan menyusun
rencana yang akan dilakukan pada klien Intervensi keperawatan yang dilakukn
kepada Tn. H berfokus kepada tindakan untuk mengurangi nyeri dengan cara
memberikan terapi non farmakologis kompress es untuk mengurangi nyeri dan
meredakan pembengkakan pada daerah pipi. Kompress es disini sebagai
distraksi, dengan menggunakan es batu sangat efektif untuk mengurangi rasa
sakit akibat gigi yang bermasalah. Hal ini disebabkan karena es batu
mengirimkan sinyal dingin yang efeknya dapat mengganggu sinyal rasa sakit.
Sehingga jika digosok-gosokkan pada area ini selama lima sampai sepuluh
menit dapat membuat rasa sakit berangsur-angsur menghilang. .perencanaan
disusun berdasarkan diagnosa keperawatan (Muttaqin & Sari,2011).
22
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Gigi impaksi adalah gigi yang sebagian atau seluruhnya tidak erupsi dan
posisinya berlawanan dengan gigi lainnya, jalan erupsi normalnya terhalang
oleh tulang dan jaringan lunak, terblokir oleh gigi tetangganya, atau dapat
juga oleh karena adanya jaringan patologis.
Berdasarkan anamnesa didapatkan bahwa klien mengeluhkan keluhan
nyeri pada gigi belakang kiri bagian bawah, nyeri dirasakan sudah ± 6 bulan
yang lalu. Untuk mengurangi rasa nyeri dapat digunakan kompress es, dengan
menggunakan es batu sangat efektif untuk mengurangi rasa sakit akibat gigi
yang bermasalah. Hal ini disebabkan karena es batu mengirimkan sinyal
dingin yang efeknya dapat mengganggu sinyal rasa sakit.
B. SARAN
Dalam menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan nyeri
diperlukan pengkajian, konsep dan teori oleh seorang perawat. Saya berharap
semoga laporan asuhan keperawatan yang saya buat diatas dapat
bermangfaat bagi semua. Amin.
23
DAFTAR PUSTAKA
2. Chanda MH, Zahbia ZN. Pengaruh bentuk gigi geligi terhadap terjadinya
impaksi gigi molar ketiga rahang bawah. Dentofasial Jurnal Kedokteran Gigi
2007; 6(2):65-6
4. Tjiptono KN, Harahap S, Arnus S, Osmani S. Ilmu bedah mulut 2nd ed.
Jakarta:Cahaya Sukma;1989,p.145-148
24
25