idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
2. Berdasarkan Ethiologinya
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
• Orthozoonosis
• Siklozoonosis : memerlukan > 1 induk semang vertebrata
• Metazoonosis : berkembangbiak pd invertebrata sblm menular ke induk
semang vertebrata
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
BAKTERI
ZOONOSIS
ANTRAX
Nama lain :
(radang limpa / malignant pustule / woolsorters disease / miltvuur)
(Koran Kolonial Verlag): Buleleng Bali, Sumatera & Kalimantan, Jawa &
Rawas Palembang, & Lampung Madura, NTB, NTT, Sulawesi
1885 1906–1957
Epidemiologi
• Hewan Rentan yaitu hewan berdarah panas (seperti sapi, kambing, domba, kuda, babi,
burung onta, dll.
• Siklus hewan → tanah → hewan,
• Sifat spora cocok hidup di tanah berkapur atau basa, sedangkan pada tanah berair atau
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
Cutaneus antrax
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
Tipe Paru
Bakteri antrax
• Diagnosa :
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
• Gram stain
• Kultur sampel darah, lesi kulit,
cairan vesikuler, atau sekresi
respirasi
• X-ray atau CT scan
• Serologis : PCR atau ELISA
Pada Hewan / Ternak :
• Menjaga kebersihan kandang
• Hindari kontak dengan peralatan barang yg tercemar bekas
Anthraks
• Vaksinasi Anthraks sebanyak 2 kali dalam setahun
Penanganan • jika ada hewan mati dengan dugaan antrax lapor ke dinas
dan peternakan setempat
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
❑ Non-motil
❑ Tidak membentuk spora
❑ Coccobacillus
❑ fakultative
• undulant Fever / malta fever
Epidemiologi
dua minggu
Demam, merasa kedinginan,
berkeringat pd mlm hr
Kelelahan, kelemahan, skt kepala,
nyeri otot leher, anoreksia, konstipasi,
gelisah, depresi mental, kadang batuk
tdk prduktif
Pada hewan =
1. Isolasi organisme darah, semen,
2. Brucella Milk Ring Test
3. Serologis : ELISA
Pada manusia =
diagnosa
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
➢ isolasi penderita,
➢ disinfeksi kandang dan fasilitasnya,
➢ tindakan sanitasi dan higiene bagi personel
yang kontak dengan hewan penderita
brucellosis untuk keselamatan dirinya.
• Penyebab yaitu bakteri Leptospira.
• lebih dari 170 serotipe.
• Sebagian besar hewan dapat menjadi hospes
termasuk hewan kesayangan kita.
LEPTOSPIROSIS • reservoar utama :
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
• Sumber penular :
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
daerah banjir.
❑Secara tidak langsung melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh
urin tikus atau binatang pengidap
Gejala
• Pada hewan akan menyebabkan ikterus (kekuningan) ringan sampai berat dan anemia,
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
• Pada manusia terjadi hepatomegali dengan degenerasi hepar serta nefritis. Anemia,
ikhterus hemolitik, meningitis dan pneumonia
Diagnosis dan Pemeriksaan
• Pemeriksaan darah ➔ Leukosit & netrofil sering ditemukan.
• Pemeriksaan urin ➔ proteinuri & ditemukan sel di urin, ureum & kreatinin serum
(67%).
• pemeriksaan serologis : MAT (Microscopic Agglutination Test), HI (Hemagglutination)
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
Oleh:
virus
Idi Setiyobroto
ZOONOSIS
RABIES
• Nama lain : penyakit “anjing gila”
• Ethiologi : virus rabies, lyssavirus, family Rhabdoviridae.
Epidemiologi :
• Terdapat di semua benua kecuali Australia & Antartika.
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
• Beberapa negara yang bebas rabies saat ini adalah Kepulauan Britania. Swedia,
Selandia Baru, Jepang, Hawaii, Taiwan, Pulau-pulau Pasifik & beberapa negara
Hindia Barat.
• Virus ini menginfeksi semua hewan berdarah panas & manusia.
• Penularan melalui gigitan (bite) oleh hewan pengidap terutama bangsa carnivora
(efektif) sebagai penyebar rabies antara hewan atau manusia.
Gejala klinis
• Pada hewan (anjing, kucing, juga pd kelinci, marmut, hamster,
kera, monyet & lain-lain (semua hewan berdarah panas) gejalanya
terdiri dari 3 bentuk yaitu
❖bentuk membabi buta / ganas (furious rabies) : masa eksitasi panjang,
kebanyakan akan mati dalam 2-5 hari setelah tanda-tanda rabies terlihat
(menyerang/menggigit segala objek, hipersalivasi, hydrophobia, bergerak
tanpa koordinasi).
❖diam (dump rabies) : masa eksitasi pendek, terjadi kelumpuhan (paralisa)
sangat cepat menjalar keseluruh anggota tubuh, apatis, & suka
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
bersembunyi.
❖tanpa bentuk/asimtomatis (atypical rabies) : hewan tiba-tiba mati, tidak
menunjukan gejala-gejala sakit.
• Masa inkubasi pd anjing & kucing berkisar 10 - 8 minggu. Pada
sapi, kambing, kuda & babi berkisar 1 - 3 bulan.
Gejala klinis
• Manusia : demam, perubahan tingkah laku, kecemasan, sulit tidur,
sakit kepala, gelisah, kontraksi spasmodik dr otot yg membengkak,
sulit menelan, hidropobia (takut air), kejang-kejang diikuti
kelumpuhan (paralisis) & kematian.
• Gejala dibagi 5 fase yaitu
❖prodromal, ringan, ada gangguan SSP (nyeri kepala, vertigo,
kekhawatiran), demam, kelelahan serta rasa nyeri, gatal / terbakar
pd daerah gigitan,
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
mikroskop fluorescent.
• Diagnosa lain dengan hewan percobaan (mencit) tetapi membutuhkan waktu yg
lama sekitar 21 hari.
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
Pengendalian dan pencegahan
• pada hewan kesayangan (anjing atau kucing) → vaksinasi rabies.
• Jika ada kejadian rabies pd suatu tempat ➔ vaksinasi dilakukan terhadap setiap
anjing, kucing atau kera dan 70 % populasi yg ada dalam jarak minimum 10 km
disekitar lokasi kasus.
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
FLU
dapat berkembang biak (replikasi);
mudah mengalami mutasi dr patogen ringan (low
BURUNG
pathogenic) menjadi patogen ganas (highly pathogenic)
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
atau sebaliknya;
tidak tahan panas dan zat desinfektan (pencuci hama);
Pd daging ayam, virus ini mati pd suhu 80˚C selama satu
menit atau 70˚C selama 30 menit; pd telur ayam, virus
mati pd suhu 64˚C selama 4,5 menit;
pd kotoran ayam, virus mampu bertahan selama 35 hari
pd suhu 4˚C; 4 hari pd suhu 22˚C dan 30 hari pada suhu
0˚C dalam air.
Epidemiologi
• 1878 di Italia hanya pd unggas saja,
• 1997 dapat ditularkan ke manusia (zoonosis).
• Indonesia ➔
❖penyakit flu burung menjadi penyakit zoonosis hanya memerlukan waktu 23
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
• percikan cairan / lendir hidung & mata; muntahan; atau tinja dr unggas yg sakit;
• udara (konsentrasi virus yg tinggi);
• Sepatu & pakaian peternak yg terkontaminasi;
• pakan, air, & peralatan yang terkontaminasi virus;
• angin (berperan penting dalam penularan penyakit dalam satu kandang tetapi memiliki
peran terbatas dalam penyebaran antar kandang);
• dan melalui unggas air (reservoir (sumber) virus avian influenza) melalui virus yang ada
dalam saluran usus (intestinal) dan dilepaskan melalui kotoran.
Gejala Klinis
• Masa inkubasi : 3 hari pd unggas di luar kandang, sedangkan yg di dalam kandang (flok) 14-
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
• Hewan tampak sehat tetapi tiba-tiba mati, namun pd umumnya gejala berupa :
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
❑jengger, pial, kulit perut yang tidak ditumbuhi bulu, berwarna biru keunguan;
❑kadang-kadang ada cairan dari mata/hidung;
❑pembengkakan di daerah bagian muka & kepala;
❑pendarahan dibawah kulit (sub kutan);
❑pendarahan titik (ptechie) pd daerah dada, kaki & telapak kaki;
❑batuk, bersin & ngorok; serta
❑unggas mengalami diare & kematian tinggi.
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
Diagnosa
• Unggas mati ➔ bedah bangkai → + pendarahan di bawah kulit; adanya bintik-bintik perdarahan pd otot,
jaringan lemak, anggota tubuh termasuk kaki + pembengkakan (udema), organ dalam (trakhea, pankreas) &
peradangan pd usus, hati & limpa.
• unggas hidup : preparat ulas/swab kloaka, saluran pernapasan (trachea) / kotoran (feces) segar & serum.
• Pengiriman sampel harus dijaga dalam keadaan dingin (tidak beku) → kirim ke Balai Besar Veteriner
(BBVet), Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) Regional terdekat, / Balai Penelitian Veteriner
(Balitvet).
• pemusnahan (stamping out) unggas /
Pencegahan burung yg terinfeksil
dan • unggas yg sehat → vaksinasi.
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
❖kelompok beresiko tinggi (para pekerja peternakan & pedagang unggas / burung)
yaitu dengan cara : cuci tangan + desinfektan & mandi sehabis bekerja / kontak
dengan unggas / burung; hindari kontak langsung dengan burung / unggas
terinfeksi; memakai APD (masker & pakaian kerja); meninggalkan pakaian kerja di
tempat kerja; membersihkan kotoran unggas secara rutin; & imunisasi.
❖masyarakat umum : menjaga daya tahan tubuh → makan makanan bergizi
olahraga cukup; mengolah daging unggas dengan sempurna & pilih daging yg
segar & sehat.
Pencegahan dan Pengendalian
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
ZOONOSIS PARASIT
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
• Daerah penyebaran:
Taenia saginata • Daerah peternakan sapi
• Makan daging sapi yg tidak
(food borne
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
dimasak dg baik
disease) • Keadaan lingkungan yg jelek
51
• Morfologi:
• Dewasa: panjang 5-10m, pipih bersegmen
spt pita, tidak mencemari lingkungan, hidup
dlm hospes.
Taenia • Telur: mencemari lingkungan, tahan thd
saginata (food faktor luar (suhu, zat kimia, sinar matahari,
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
Taenia
dewasa
Stadium
saginata
53
• Hospes difinitif: manusia
• Hospes antara: sapi
Cara • Habitat: usus halus
penularan / • Bentuk infektif: larva / cysticercus bovis
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
Taenia
Saginata
Life Cycle of
• Diagnosis penderita:
• Memeriksa faeces menemukan btk telur,
proglotid gravid
• Diagnosis lingkungan:
• Memeriksa tanah, sayuran, buah-buahan: telur
• Memeriksa daging sapi: larva / cysticercus bovis
• Pengobatan:
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
• Niclosamid, praziquantel
• Pencegahan:
• Mengobati sumber infeksi
• Memperbaiki lingkungan
• Memasak daging sebelum dimakan shg
warnanya berubah
56
Cara pemeriksaan larva dalam jaringan otot
secara langsung
57
Bahan & alat:
jam
• Larva akan turun menuju kebawah corong Baerman
• Cairan di bagian bawah corong Baerman diambil dg pipet, diteteskan pd gelas
obyek, ditutup dg gelas penutup dan diperiksa di bawah mikroskop dg
perbesaran lemah utk melihat ada tidaknya larva
• Jika tidak ditemukan larva, seluruh cairan yg terdapat dibagian bawah corong
Baerman dipusingkan, dan endapan diperiksa terhadap adanya larva.
59
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
cysticercus
• Daerah penyebaran:
Taenia solium • Peternakan babi
(food borne • Keadaan lingkungan jelek
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
dewasa
Stadium
Taenia solium
63
• Hospes difinitif: manusia
• Hospes antara: babi
• Habitat: usus halus
• Bentuk infektif:
– larva (Cysticercus cellulose)
Cara penularan menyebabkan taeniasis
– Telur menyebabkan cysticercosis
/ lingkaran
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
64
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
hidup
& Siklus
Patogenesis
65
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
Adult worm
Cysticercus &
• Diagnosis penderita:
• Memeriksa faeces penderita: telur,
proglotid gravid
• Diagnosis lingkungan:
• Memeriksa tanah, sayuran, buah-
buahan: telur
• Memeriksa daging babi: larva
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
• Pengobatan:
• Niclosamid, praziquantel
• Pencegahan:
• Mengobati sumber infeksi
• Memperbaiki lingkungan
• Memasak daging babi sebelum
dimakan
67
Pemeriksaan feses 2 cara
A. Natif
B. Sentrifuse
• Natif
Pemeriksaan ❑ diambil sedikit tinja dari pasien
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
❖Ambil 2 gram tinja tambah sedikit air dan aduk sampai larut (sisa pemeriksaan natif).
❖Tuang dalam tabung sentrifuse sampai ¾ tabung lalu putar dengan alat sentrifuse selama 5 menit
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
❖Buang cairan jernih diatas endapan, kemudain tuang NaCl jenuh di atas endapan sampai ¾ tabung
dan aduk hingga tercampur rata → putar lagi selama 5 menit.
❖Letakkan tabung sentrifuse pada rak lalu ditetesi dengan NaCl jenuh di atas cairan dalam tabung
sampai permukaan cairan cembung, tunggu 3 menit.
❖Tempelkan objek glass pada permukaaan yang cembung dengan hati-hati, kemudian dengan cepat
balik objek gelas tersebut → tutup dengan dek glass lalu amati di bawah mikroskop dengan
perbesaran 100 x.
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
Tabung sentrifuse
• Daerah penyebaran:
• Keadaan lingkungan jelek (kebiasan BAB di air)
• Peternakan (biri-biri, kambing, sapi)
• Morfologi:
• Dewasa: dlm hospes, diluar hospes mati btk pipih
seperti daun
Fasciola • Telur: btk oval, dinding tebal, mempunyai operculum,
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
• Hospes difinitif:
• Manusia dan Hewan herbivora: kambing, biri-biri, sapi
• Hospes antara pertama:
• Keong / snail: Limnea truncatula (sporokista, redia)
• Hospes antara kedua:
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
Fasciola hepatica
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
Fasciola hepatica
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
75
i
• Gejala klinis:
• Hepatomegali (pembesaran hepar)
• Halzoun disease
• Diagnosis penderita:
• Memeriksa faeces: menemukan telur
• Diagnosis lingkungan:
• Memeriksa air: menemukan telur, miracidium, cercaria
• Memeriksa tanaman air: menemukan metacercaria
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
• Pengobatan:
• Bithionol, praziquantel
• Pencegahan:
• Mengobati sumber infeksi
• Memperbaiki lingkungan
• Menurunkan populasi keong, memasak tanaman air
76
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
Idi Setiyobroto
Zoonosis - protozoa
• Penyebaran:
• Tropik, sub-tropik
Toxoplasma • Keadaan lingkungan jelek
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
• Trofozoit:
Toxoplasma diluar hospes mati, bentuknya seperti koma,
berinti satu, tidak bergerak aktif, dpt hidup dlm
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
hospes
gondii
• Kista:
dlm hospes dsb kista (tdp dlm jaringan), diluar
hospes dsb ookista (tdp dlm faeces kucing), btk
bulat mempunyai dinding, ookista hidup > lama
diluar hospes & mencemari lingkungan.
Cara penularan / lingkaran hidup:
Habitat:
ii
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
ii
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
.
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
.
Gejala Klinis
• Tanpa gejala, wanita > manifes dari pada pria
• Ibu hamil muda:
• abortus
• Ibu hamil tua:
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
congenital.
b. Toxoplasmosis congenital
Gej : kejang, ikterus, anemia, postmaturitas, hidro/ micro
cephalus,dll. ➔ tgt umur janin waktu infeksi.
Patogenesis Ada yang MATI
Kista jar / ookista →
trofozoit → tubuh →
usus → masuk drh
(contoh : ktm Ada yang BERKEMBANG
leukosit (proses
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
fagositosis))
• Pd sel hospes → pecah → serang sel2 lain
→ mis : makrofag / limfosit → seluruh
tubuh (parasitemia) → semua organ & jar
tubuh hospes yg berinti → jk pd hospes
terbentuk kekebalan ➔ kista (jar, otot, otak
dll)
• Kerusakan pd jaringan tgt pd :
umur,virulensi, jumlah parasit, dan organ yang diserang.
• Pd toxo congenital →
nekrosis trjd pd korteks ganglia basalis dan daerah periventrikuler disertai
penyumbatan akuaductus sylvii / foramen monro → epindimitis (parasit) →
cairan meningkat → menekan otak ➔ hidrocephalus.
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
Diagnosis penderita:
Pengobatan:
• Sulfadiazin, pirimitamin
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
Toxoplasmosis congenital
Bentuk infektif Toxoplasma gondii
oocyst dan cysta
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
JAMUR
ZOONOSIS
RINGWORM
Ethiologi : jamur Microsporum canis dan Trichophyton
Gejala klinis : iritasi, eritema (merah-merah menyebar pd kulit), edema &
terbentuk gelembung pd bagian tepi yg menjalar; bentuk lingkaran
(ring) berwarna merah jambu dgn disertai peradangan ringan. Masa
inkubasi 10-14 hr. Pd anjing & kucing → bulat / oval, pinggir merah,
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
• Ethiologi :
jamur Microsporum canis dan
Trichophyton
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
• Gejala klinis :
iritasi, eritema (merah-merah menyebar
pd kulit), edema & terbentuk gelembung
pd bagian tepi yg menjalar; bentuk
lingkaran (ring) berwarna merah jambu
dgn disertai peradangan ringan. Masa
inkubasi 10-14 hr. Pd anjing & kucing ➔
bulat / oval, pinggir merah, diameter 1-4
cm, dan meluas secara luas
Diagnosa
• secara topikal (pengobatan luar: salep, obat gosok, shampoo) dan obat oral (makan)
seperti Griseovulvin per-os untuk jangka waktu 28 hr.
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
PENYEBAB LAIN
ZOONOSIS
BSE (Bovine Spongiform
Encephalopathy)
• Nama lain :
• Madcow, sapi gila
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
• Ethiologi :
• Prion (Proteinaceuous infectious
particles) yaitu suatu protein tanpa
asam nukleat yang infektif ➔ tahan
panas, formalin 1% juga b-propiolaction
dgn konsentrasi 1%. Pd manusia ➔
Subacute Spongiform Encephalopathy
(SSE)
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
Epidemiologi BSE (Bovine Spongiform
Encephalopathy)
• pertama kali ditemukan di Ingris tahun 1985.
• Sumber penularan : jaringan sapi yg + prion TU otak & sumsum tulang
• Cara penularan : per-os melalui makanan (brsl dr daging / tulang / jeroan),
peralatan kandang, alat pengangkut, alat penggiling makanan, congenital (induk
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id
anak)
• Penularan Hewan ke Manusia, melalui makanan yg berasal dr hewan sapi BSE,
material medis & produk hewan seperti: enzim, kapsul, vaksin yg menggunakan
biakan sel otak yg berasal dr hewan sakit. Manusia ke Manusia, melalui jalur
Iatrogenik : transplantasi kornea, penggunaan electrode pd EEG, alat-alat
nekropsi terkontaminasi, hormon pituitary & transfusi
• Hewan yang rentan adalah : sapi, kerbau, babi, kambing dan domba.
Gejala klinis
Diagnosis
Pencegahan