Anda di halaman 1dari 46

(PPOK)

Penyakit Paru Obstruktif Kronik


penyakit saluran pernafasan non infeksi

Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di


Indonesia (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia)
Disampaikan Oleh: Idi Setiyobroto

idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


Krida Bina Pengendalian Penyakit ,
terdiri dari 9 SKK yaitu:

• SKK Pengendalian Penyakit Malaria.


• SKK Pengendalian Penyakit Demam Berdarah
(DHF).
• SKK Pengendalian Penyakit Anjing Gila.
• SKK Pengendalian Penyakit.Diare.
• SKK Pengendalian Penyakit TB Paru.
• SKK Pengendalian Penyakit Kecacingan.
• SKK Imunisasi.
• SKK Gawat Darurat.
• SKK Pengendalian HIV/aids.
PPOK

Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


GEJALA PPOK

Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223
Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223
ETIOLOGI

Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


Sumber
Pustaka

idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


➔ penyakit paru kronik yang ditandai
oleh hambatan aliran udara di saluran
napas yang bersifat progressif
PPOK nonreversibel atau reversibel parsial.
BAB. I PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan
emfisema atau gabungan keduanya.
DEFINISI
PPOK
Kelainan saluran napas yang ditandai
oleh batuk kronik berdahak minimal 3
Bronkitis
bulan dalam setahun, sekurang-
kronik
kurangnya dua tahun berturut - turut,
tidak disebabkan penyakit lainnya.

idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


• Emfisema
Suatu kelainan anatomis paru yang
ditandai oleh pelebaran rongga udara
distal bronkiolus terminal, disertai
kerusakan dinding alveoli.

BAB I.
• Pada prakteknya cukup banyak penderita
bronkitis kronik juga memperlihatkan DEFINISI PPOK
tanda-tanda emfisema, termasuk
penderita asma persisten berat dengan
obstruksi jalan napas yang tidak
reversibel penuh, dan memenuhi kriteria
PPOK.

idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


Di Indonesia tidak ada data yang akurat tentang
kekerapan PPOK.

Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1986


BAB II. asma, bronkitis kronik dan emfisema menduduki
PERMASALAHAN peringkat ke - 5 sebagai penyebab kesakitan
DI INDONESIA terbanyak dari 10 penyebab kesakitan utama.

SKRT Depkes RI 1992 menunjukkan angka


kematian karena asma, bronkitis kronik dan
emfisema menduduki peringkat ke - 6 dari 10
penyebab tersering kematian di Indonesia.

idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


Kebiasaan merokok yang masih tinggi (laki-laki di atas 15
tahun 60-70 %)

Faktor yang Pertambahan penduduk

berperan
dalam Meningkatnya usia rata-rata penduduk dari 54 tahun pada
tahun 1960-an menjadi 63 tahun pada tahun 1990-an
peningkatan
penyakit Industrialisasi

PPOK
Polusi udara terutama di kota besar, di lokasi industri, dan
di pertambangan

idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


Di negara dengan prevalensi TB paru yang tinggi,
terdapat sejumlah besar penderita yang sembuh
setelah pengobatan TB.

Pada sebagian penderita, secara klinik timbul gejala


sesak terutama pada aktiviti, radiologik menunjukkan
gambaran bekas TB (fibrotik, klasifikasi) yang minimal,
dan uji faal paru menunjukkan gambaran obstruksi
jalan napas yang tidak reversibel.

Kelompok penderita tersebut dimasukkan dalam


kategori penyakit Sindrom Obstruksi
Pascatuberkulosis (SOPT).

idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


Disamping itu kompetensi sumber
Fasiliti pelayanan kesehatan di
daya manusianya, peralatan
Indonesia yang bertumpu di
standar untuk mendiagnosis PPOK
Puskesmas sampai di rumah sakit
seperti spirometri hanya terdapat
pusat rujukan masih jauh dari
di rumah sakit besar saja, sering
fasiliti pelayanan untuk penyakit
kali jauh dari jangkauan
PPOK.
Puskesmas.

idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


Karena itu perlu sebuah Pedoman
Penatalaksanaan PPOK untuk segera
Pencatatan Departemen Kesehatan disosialisasikan baik untuk kalangan
tidak mencantumkan PPOK sebagai medis maupun masyarakat luas
penyakit yang dicatat. dalam upaya pencegahan, diagnosis
dini, penatalaksanaan yang rasional
dan rehabilitasi

idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


A. Kebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab kausal yang
terpenting, jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya.
Dalam pencatatan riwayat merokok perlu diperhatikan :
a. Riwayat merokok
1) Perokok aktif
2) Perokok pasif
3) Bekas perokok
1) Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu
perkalian jumlah rata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan

BAB III lama merokok dalam tahun :


1) Ringan : 0-200
2) Sedang : 200-600
3) Berat : >600
B. Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja
C. Hipereaktiviti bronkus
D. Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang
E. Defisiensi antitripsin alfa - 1, umumnya jarang terdapat di Indonesia

idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


• Pada bronkitis kronik terdapat pembesaran
kelenjar mukosa bronkus, metaplasia sel goblet,
inflamasi, hipertrofi otot polos pernapasan
serta distorsi akibat fibrosis.
BAB IV. • Emfisema ditandai oleh pelebaran rongga udara
distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan
PATOGENESIS dinding alveoli.
& PATOLOGI • Secara anatomik dibedakan tiga jenis emfisema:
1) Emfisema Sentriasinar
2) Emfisema Panasinar (panlobular)
3) Emfisema asinar distal (paraseptal)

idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


• Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat
ireversibel dan terjadi karena perubahan
struktural pada saluran napas kecil, yaitu:
1) inflamasi,
2) fibrosis,
3) metaplasi sel goblet dan
4) hipertropi otot polos ➔ penyebab utama
obstruksi jalan napas

idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


Konsep
Patogenesis
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id

PPOK

Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


Perbedan
Patogenesis
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id

Asma &
PPOK

Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


• Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, mulai dari
tanpa gejala, gejala ringan hingga berat.
• Pada pemeriksaan fisis tidak ditemukan kelainan jelas &
tanda inflasi paru

• Diagnosis PPOK di tegakkan berdasarkan :


BAB V. A. Gambaran klinis

DIAGNOSIS 1) Anamnesis
• Keluhan
• Riwayat penyakit
• Faktor predisposisi
2) Pemeriksaan fisis

B. Pemeriksaan penunjang

idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


A. Gambaran Klinis; Anamnesa

Riwayat merokok atau bekas Riwayat terpajan zat iritan


Riwayat penyakit emfisema
perokok dengan atau tanpa yang bermakna di tempat
pada keluarga
gejala pernapasan kerja
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id

saluran napas berulang,


lingkungan asap rokok dan
polusi udaraTerdapat faktor Batuk berulang dengan atau Sesak dengan atau tanpa
predisposisi pada masa tanpa dahak bunyi mengi
bayi/anak, mis berat badan
lahir rendah (BBLR), infeksi

Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


PPOK dini
umumnya
tidak ada
kelainan
Inspeksi
A.
Gambaran Palpasi
Klinis;
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id

Pemeriksaan Perkusi
Fisik
Auskultasi

Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup
mencucu)
Barrel chest (diameter antero - posterior dan
transversal sebanding)
b. Penggunaan otot bantu napasHipertropi otot bantu
Pemeriksaan napas

fisik - Pelebaran sela iga


idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id

Inspeksi Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut


vena jugularis i leher dan edema tungkai
Penampilan pink puffer atau blue bloater

Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


b. Pemeriksaan fisik – Palpasi, Perkusi &
Auskultasi
Palpasi Perkusi Auskultasi

• Pada emfisema • Pada emfisema • suara napas vesikuler


fremitus melemah, sela hipersonor dan batas normal, atau melemah
iga melebar jantung mengecil, letak • terdapat ronki dan atau
diafragma rendah, mengi pada waktu
hepar terdorong ke bernapas biasa atau
bawah pada ekspirasi
paksaekspirasi
memanjang
• bunyi jantung
terdengar jauh

Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


Pink puffer & Blue bloater

Pink • Gambaran yang khas pada emfisema,


penderita kurus, kulit kemerahan dan
pernapasan breathing pursed - lips
puffer
Blue • Gambaran khas pada bronkitis kronik,
penderita gemuk sianosis, terdapat
edema tungkai dan ronki basah di basal
bloater paru, sianosis sentral dan perifer

Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


B. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksan Rutin Pemeriksaan khusus (tidak rutin)

• Faal paru • Faal paru


• Darah Rutin • Uji latih kardiopulmoner
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id

• Radiologi • Uji provokasi bronkus


• Uji coba kortikosteroid
• Analisa gas darah
• Radiologi
• Elektrokardiografi
• Ekokardiografi
• Bakteriologi
• Kadar alfa-1

Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


Spirometri (VEP1, VEP1prediksi, KVP, VEP1/KVP

• Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi ( % ) dan atau VEP1/KVP ( % ).


Obstruksi : % VEP1(VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1% (VEP1/KVP) < 75 %
• memantau perjalanan penyakit.VEP1 merupakan parameter yang paling umum
dipakai untuk menilai beratnya PPOK dan Apabila spirometri tidak tersedia atau
tidak mungkin dilakukan, APE meter walaupun dan sore, tidak lebih dari 20%kurang
tepat, dapat dipakai sebagai alternatif dengan memantau variabiliti harian pagi
B.1.Faal paru
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id

(Pemeriksaan rutin) Uji bronkodilator (Uji bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil)

• Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan APE meter.
• Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan, 15 - 20 menit
kemudian dilihat perubahan nilai VEP1 atau APE, perubahan VEP1 atau APE < 20%
nilai awal dan < 200 ml

Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


Hb

B.2. Darah Ht
rutin
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id

(Pemeriksaan rutin)

Leukosit

Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


• Foto toraks PA dan lateral berguna untuk
menyingkirkan penyakit paru lain, Pada
emfisema terlihat gambaran :
• Hiperinflasi
• Hiperlusen Ruang retrosternal melebar
B.3. Radiologi • Diafragma mendatar
(Pemeriksaan rutin) • Jantung menggantung (jantung pendulum /
tear drop / eye drop appearance)
• Pada bronkitis kronik :
• NormalCorakan bronkovaskuler bertambah
pada 21 % kasus

idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


1. Faal paru
• Volume Residu (VR), Kapasiti Residu Fungsional (KRF),
Kapasiti Paru Total (KPT), VR/KRF, VR/KPT meningkat
• DLCO menurun pada emfisemaRaw meningkat pada
bronkitis kronik
• Sgaw meningkat
• Variabiliti Harian APE kurang dari 20 %
b. Pemeriksaan
khusus 2. Uji latih kardiopulmoner
• Sepeda statis (ergocycle)
(tidak rutin) • Jentera (treadmill)
• Jalan 6 menit, lebih rendah dari normal

3. Uji provokasi bronkus


• Untuk menilai derajat hipereaktiviti bronkus, pada
sebagian kecil PPOK terdapat hipereaktiviti bronkus
derajat ringan

idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


4. Uji coba kortikosteroid
• Menilai perbaikan faal paru setelah pemberian kortikosteroid
oral (prednison atau metilprednisolon) sebanyak 30 - 50 mg per
hari selama 2minggu yaitu peningkatan VEP pascabronkodilator
> 20 % dan minimal 250 ml.
• Pada PPOK umumnya tidak terdapat kenaikan 1 faal paru setelah
pemberian kortikosteroid

b. Pemeriksaan 5. Analisis gas darah

khusus • Terutama untuk menilai :


• Gagal napas kronik stabil

(tidak rutin) • Gagal napas akut pada gagal napas kronik

6. Radiologi
• CT - Scan resolusi tinggi
• Mendeteksi emfisema dini dan menilai jenis serta derajat
emfisema atau bula yang tidak terdeteksi oleh foto toraks polos
• Scan ventilasi perfusi
• Mengetahui fungsi respirasi paru

idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


7. Elektrokardiografi
• Mengetahui komplikasi pada jantung yang ditandai oleh Pulmonal dan
hipertrofi ventrikel kanan.

8. Ekokardiografi

b. Pemeriksaan • Menilai funfsi jantung kanan

khusus (tidak 9. bakteriologi


• Pemerikasaan bakteriologi sputum pewarnaan Gram dan kultur
resistensi diperlukan untuk mengetahui pola kuman dan untuk memilih
rutin) antibiotik yang tepat. Infeksi saluran napas berulng merupakan
penyebab utama eksaserbasi akut pada penderita PPOK di Indonesia.

10. Kadar alfa-1 antitripsin


• Kadar antitripsin alfa-1 rendah pada emfisema herediter (emfisema pada
usia muda), defisiensi antitripsin alfa-1 jarang ditemukan di Indonesia.

idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


BAB VI. DIAGNOSA BANDING

1. Asma
2. SOPT (Sindroma Obstruksi Pascatuberculososis)
Adalah penyakit obstruksi saluran napas yang ditemukan pada penderita pascatuberculosis
dengan lesi paru yang minimal.
3. Pneumotoraks
4. Gagal jantung kronik
5. Penyakit paru dengan obstruksi saluran napas lain misal : bronkiektasis, destroyed lung.

Asma dan PPOK adalah penyakit obstruksi saluran napas yang sering ditemukan di
Indonesia, karena itu diagnosis yang tepat harus ditegakkan karena terapi dan
prognosisnya berbeda.
idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223
Asma PPOK SOPT
Timbul pada usia muda ++ - +
Sakit mendadak ++ - -
Riwayat merokok +/- +++ -
Riwayat atopi ++ + -
Perbedaan Sesak dan mengi berulang +++ + +

Asma – Batuk kronik berdahak + ++ +

PPOK - SOPT Hipereaktiviti bronkus


Reversibiliti obstruksi
+++
++
+
-
+/-
-
Variabiliti harian ++ + -
Eosinofil sputum + - ?
Neutrofil sputum - + ?
Makrofag sputum + - ?

idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


• Malnutrisi sering terjadi pada PPOK,
kemungkinan karena bertambahnya
kebutuhan energi akibat kerja
muskulus respirasi yang meningkat
Tata Laksana – karena hipoksemia kronik dan
hiperkapni menyebabkan terjadi
Nutrisi (1) hipermetabolisme.
• Kondisi malnutrisi akan menambah
mortaliti PPOK karena berkolerasi
dengan derajat penurunan fungsi paru
dan perubahan analisis gas darah

idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


• Malnutrisi dapat dievaluasi dengan :
1) Penurunan berat badan
2) Kadar albumin darah
Tata Laksana – 3) Antropometri
Nutrisi (2) 4) Pengukuran kekuatan otot (MVV, tekanan
diafragma, kekuatan otot pipi)
5) Hasil metabolisme (hiperkapni dan
hipoksia)

idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


• Mengatasi malnutrisi dengan pemberian
makanan yang agresis tidak akan mengatasi
masalah, karena gangguan ventilasi pada PPOK
tidak dapat mengeluarkan CO2 yang terjadi
akibat metabolisme karbohidrat.
Tata Lakasana • Diperlukan keseimbangan antara kalori yang
– Nutrisi (3) masuk denagn kalori yang dibutuhkan, bila
perlu nutrisi dapat diberikan secara terus
menerus (nocturnal feedings) dengan pipa
nasogaster.

idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


• Komposisi nutrisi yang seimbang dapat berupa
tinggi lemak rendah karbohidrat.
• Kebutuhan protein seperti pada umumnya,
protein dapat meningkatkan ventilasi semenit
Tata Lakasana oxigen comsumption dan respons ventilasi
terhadap hipoksia dan hiperkapni.
– Nutrisi (4) • Tetapi pada PPOK dengan gagal napas kelebihan
pemasukan protein dapat menyebabkan
kelelahan.

idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


• Gangguan keseimbangan elektrolit sering
terjadi pada PPOK karena berkurangnya fungsi
muskulus respirasi sebagai akibat sekunder dari
gangguan ventilasi.
• Gangguan elektrolit yang terjadi adalah :
Tata Lakasana 1) Hipofosfatemi
2) Hiperkalemi
– Nutrisi (5) 3) Hipokalsemi
4) Hipomagnesemi
• Gangguan ini dapat mengurangi fungsi
diafragma. Dianjurkan pemberian nutrisi
dengan komposisi seimbang, yakni porsi kecil
dengan waktu pemberian yang lebih sering.

idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


Gagal Nafas
Kronik
Gagal nafas
Gagal Nafas Akut
BAB IX. pada Gagal Nafas
Kronik
KOMPLIKASI Infeksi berulang

Kor-Pulmonal

idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


Hasil analisis gas darah Po2 < 60 mmHg
dan Pco2 > 60 mmHg, dan pH normal,
penatalaksanaan :
Gagal Nafas • Jaga keseimbangan Po2 dan PCo2
• Bronkodilator adekuat
Kronik • Terapi oksigen yang adekuat terutama waktu
latihan atau waktu tidur
• Antioksidan
• Latihan pernapasan dengan pursed lips breathing

idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


Sesak napas dengan atau tanpa
sianosis

Gagal napas Sputum bertambah dan purulen


akut pada
gagal napas
kronik Demam

Kesadaran menurun

idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


Pada pasien PPOK produksi sputum
yang berlebihan menyebabkan
terbentuk koloni kuman, hal ini
memudahkan terjadi infeksi berulang.
Infeksi
Berulang Pada kondisi kronik ini imuniti
menjadi lebih rendah, ditandai
dengan menurunnya kadar limposit
darah.

idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


Ditandai oleh:
•P pulmonal pada
EKG,
Kor - Pulmonal
•hematokrit > 50 %,
•dapat disertai gagal
jantung kanan

idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223


1. Mencegah terjadinya PPOK
• Hindari asap rokok
• Hindari polusi udara
• Hindari infeksi saluran napas
berulang
BAB XI.
PENCEGAHAN 2. Mencegah perburukan PPOK
• Berhenti merokok
• Gunakan obat-obatan adekuat
• Mencegah eksaserbasi berulang

idi.Setiyobroto@poltekkesjogja.ac.id Patologi Penyakit Infeksi – GZ.3223

Anda mungkin juga menyukai