Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ILMU LINGKUNGAN
(PENANGANAN LIMBAH)

DI SUSUN OLEH
Adi Fitra

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA


FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK SIPIL
2018
PENANGANAN LIMBAH KIMIA

Tiap tahun limbah kimia semakin banyak, berjalan bersamaan dengan


pertumbuhan jasa pelayanan analisis bahan dan produk serta laboratorium yang
memberikan pelayanan kesehatan semakin banyak, Perguruan Tinggi yang
menyediaakan jasa pelayanan analisis bahan dan produk dengan kegiatan
pengembangan penelitian semakin banyak, kemudian kualitas air limbah yang
dihasilkan pada penyedia jasa pelayanan analisis bahan atau produk yang mengandung
berbagai zat kimia yang dapat mengakibatkan pencemaran air sungai jika dibuang
langsung ke badan air penerima, dan beberapa departemen pemerintahan saat ini juga
banyak mengembangkan pelayanan analisis bahan dan produk dalam rangka
meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Maka dari itu, demi menjaga kesehatan
masyarakat yang menjadi tujuan pembelajaran dari Higiene dan Sanitasi Laboratorium,
penanganan limbah kimia yang merupakan pengolahan sisa bahan kimia yang telah
dipergunakan dalam suatu kegiatan analisis penelitian di Laboratorium.

Sumber air limbah dapat berasal dari : a) Bahan kimia yang telah
dipergunakan untuk melakukan analisis bahan, produk dan kegiatan penelitian, b) Bahan
kimia sisa, bahan kimia yang telah kadaluwarsa (tidak terpakai) dan sisa sampel yang
sudah tidak terpakai, c) Pencucian peralatan-peralatan yang telah dipergunakan dalam
melaksanakan analisis dan kegiatan penelitian, d) Limbah cair yang berasal dari
wastetafle (alat cuci tangan).

Dalam peraturan pemerintah, pertama setiap organisasi (perusahaan) yang


menghasilkan air limbah dengan konsentrasi dan volume (debit) melebihi Baku Mutu Air
Limbah yang telah ditetapkan diwajibkan untuk melakukan pengolahan air limbah
sebelum air limbah tersebut dibuang ke sungai, kedua peraturan-peraturan terkait
seperti Peraturan Pemerintah tentang pengelolaan lingkungan hidup, Peraturan menteri
lingkungan hidup tentang AMDAL dan UKL-UPL, Linbah B3 serta Peraturan Gubernur
tentang Baku Mutu Air Limbah dan peraturan lainnya sebagai acuan.

Berikut data kualitas air yang saya kutip dari suatu blog :

Berdasarkan analisis laboratorium pada salah satu perusahaan penyedia jasa pelayanan
analisis bahan atau produk diketahui kualitas air limbah yang ada seperti berikut :

COD : 300 - 375 mg/L

BOD : 145 mg/L

pH : 5-6

Berdasarkan data kualitas air limbah tersebut, dimana banyak mengandung berbagai
jenis bahan kimia dan sifatnya anorganik, maka air limbah ini dapat dilakukan
pengolahan secara kimia-fisik dengan tahapan proses pengolahan seperti berikut :
1. Penampungan air limbah, Air limbah yang berasal dari laboratorium
dialirkan menuju bak penampung air limbah, waktu tinggal dalam bak penamung ini
ditetapkan kurang lebih 12 jam

2. Proses Netralisasi , Air limbah yang berada dalam bak penampung air limbah
dipompa menuju tangki netralisasi, pada tangki netralisasi ditambahkan bahan kimia
yang bersifat basa untuk menaikkan derajat keasaman (pH) hingga maksium pH 8. Pada
tangki ini waktu tinggalnya kurang lebih 5-10 menit dan disertai dengan pengadukan
berkecepatan 50-100 rpm dan juga dipasang pH kontrol hal ini sangat penting agar pH
air limbah tidak terlalu tinggi yang dapat mempersulit proses koagulasi.

3. Proses Koagulasi, Air limbah yang telah mengalami proses netralisasi


dialirkan secara gravitasi menuju bak koagulasi. Pada bak koagulasi ditambahkan bahan
kimia aluminium sulfat (tawas), penambahan tawas dapat menurunkan derajat
keasaman (pH), perlu pengaturan pembuatan larutan aluminium sulfat dan laju alirnya
agar pH tidak turun terlalu besar. Pada bak koagulasi dilakukan pengadukan cepat
dengan kecepatan 100 rpm dan waktu tinggal 5 - 15 menit.

4. Proses Flokulasi, Air limbah yang telah mengalami proses koagulasi dialirkan
secara gravitasi menuju bak flokulasi. Pada bak flokulasi ditambahkan bahan kimia Ploy
aluminium chlorida (PAC) atau flokulan lainnya, penambahan flokulan dapat
menurunkan derajat keasaman (pH) tergantung jenis flokulan yang dipergunakan tetapi
perubahan pH nya kecil, perlu pengaturan pembuatan larutan flokulan dan laju alirnya
agar flok yang terbentuk dapat mengendap (terkadang flok dapat mengapung). Pada
bak flokulasi dilakukan pengadukan lambat dengan kecepatan < 50 rpm dan waktu
tinggal 30-45 menit.

5. Proses Pemisahan Flok I, Air limbah yang telah mengalami proses flokulasi
dialirkan secara gravitasi menuju bak clarifier. Pada bak clarifier akan terjadi pemisahan
antara air limbah dan flok yang terbentuk, penggunaan clarifier sebagai alat pemisah
karena flok akan mengendap, jika flok yang terbentuk mengapung maka alat pemisah
yang dipergunakan adalah "bak pengapung yang disertai scraper pada bagian atas".
Pada clarifier waktu pengendapan kurang lebih 4-6 jam dan pengeluaran flok dapat
diatur dengan "Timer". Air limbah hasil pengolahan akan mengalir dari bagian atas
clarifier dan dialirkan menuju tangki "Adsorpsi". Tangki adsorpsi ini diisi karbon aktif
yang granul dan air yang keluar dari proses adsorpsi dialirkan menuju bak ikan dan
akhirnya dibuang kesaluran air menuju sungai.

6. Proses Pemisahan Flok II, Flok yang keluar dari bagian bawah clarifier
dialirkan menuju bak sand filter. Bak sand filter dibuat terdiri dari 2 (dua) bagian, hal ini
dilakukan agar proses pemisahan flok dapat berlangsung secara kontinyu. Satu
beroperasi dan yang satu dibersihkan. Sand filter terbuat dari satu media yaitu pasir
kuarsa dengan tinggi 50-75 cm. Air limbah yang keluar dari sand filter dimasukan ke
tangki "Adsorpsi". Air yang keluar dari proses adsorpsi dialirkan menuju bak ikan dan
akhirnya dibuang kesaluran air menuju sungai.
7. Analisis kualitas air hasil pengolahan, air limbah yang keluar perlu dilakukan
analisis untuk meyakinkan kualitas air limbah aman untuk dibuang.

Dan hasil dari proses pengolahan tersebut adalah :

COD :50 - 75 mg/l

BOD : 30 - 45 mg/l

pH : 6-7

Selain limbah dari hasil kegiatan di Laboratorium, Industri kimia juga merupakan salah
satu penghasil limbah bahan berbahaya dan beracun atau limbah B3. Bahkan
merupakan salah satu penghasil terbesar bila dibandingkan dengan sumber-sumber lain.
Bahan kimia B3 di industri biasanya digunakan sebagai bahan baku, bahan penolong
atau reagen untuk analisa di laboratorium. Sebagai contoh, asam klorida digunakan
sebagai bahan baku pada industri plastik. Sedangkan katalis nikel digunakan sebagai
katalisator pada industri pupuk urea. Limbah bahan kimia yang dihasilkan dari industri
dapat dikelompokkan menjadi limbah padat dan limbah cair. Termasuk di dalamnya
adalah kemasan dan material lain yang terkontaminasi bahan kimia B3 tersebut,
dikelompokkan juga ke dalam limbah B3.

Di Indonesia, pemerintah melalui Departemen Lingkungan Hidup telah menetapkan


aturan yang jelas mengenai penyimpanan, pengangkutan dan pengolahan limbah B3 di
Industri. Salah satu peraturan yang mengatur masalah limbah B3 ini adalah Keputusan
Kepala Bapedal Nomor Kep-01/Bapedal/09/1995, yaitu tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun.

Pengaturan tata cara penyimpanan dan lamanya penyimpanan yang diatur diantaranya
adalah sebagai berikut:

1. menyediakan tempat khusus limbah B3, yang terpisah dari tempat penyimpanan
bahan dan limbah lainnya. Desain dan rancang bangun tempat penyimpanan diatur.
Tempat penyimpanan limbah B3 harus mendapat persetujuan dari pihak terkait.

2. menyimpan semua limbah B3 sesuai dengan jenis dan karakteristiknya, dan


ditempatkan pada tempat yang sudah ditentukan.

3. menghindari tumpahan dan ceceran dari limbah B3, khususnya yang bersifat
mudah terbakar atau meledak. Prosedur house keeping yang baik harus dilaksanakan.
4. mencatat setiap terjadi perpindahan limbah B3, yang masuk dan keluar tempat
penyimpanan sesuai jenis dan jumlahnya ke dalam lembar neraca limbah B3.

5. limbah yang disimpan tidak boleh melebihi jangka waktu 90 hari, sehingga limbah
yang disimpan wajib diupayakan, yaitu:

a. langsung diangkut oleh perusahaan pengumpul yang berizin ke tempat pengolahan.

b. dilakukan upaya 3R atau reuse, recycle dan recycle untuk keperluan sendiri, sesuai
sifat dan karakteristik limbah tersebut, dengan mengacu pada peraturan yang berlaku.

c. dimanfaatkan oleh pihak lain (yang berizin) sebagai bahan baku dan pendukung
aaakegiatan industri tertentu.

6. pemasangan label dan simbol limbah B3 harus sesuai dengan jenis dan sifat limbah
B3.

7. menyediakan peralatan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang sesuai,


termasuk pemadam kebakaran.

8. tidak diperkenankan menerima atau menyimpan limbah B3 dari pihak lain.

Upaya terbaik dalam pengelolaan limbah kimia B3 tentu adalah dengan mengurangi dari
sumbernya. Artinya pihak industri harus melakukan waste prevention, waste
elimination, waste reduction atau material replacement bahan kimia B3 yang digunakan
dengan bahan kimia tidak berbahaya atau yang tingkat bahayanya lebih rendah.

Sebagai rujukan utama pengelolaan limbah kimia B3 selain peraturan yang dikeluarkan
pemerintah, adalah Lembar Keselamatan Bahan atau MSDS. Di dalam MSDS dijelaskan
tata cara pengelolaan limbah kimia tersebut.

http://www.academia.edu/4098800/PENANGANAN_LIMBAH_LABORATORIUM_KIMIA_
Endang_Widjajanti_Jurusan_Pendidikan_Kimia_FMIPA_UNY_Pendahuluan

http://ahmadmustofakimiabahaya.blogspot.co.id/
LIMBAH

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun
domestik (rumah tangga). Dimana masyarakat bermukim, disanalah berbagai jenis
limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black water), dan ada air buangan
dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water). [1]

Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki
kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara kimiawi, limbah
ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa anorganik. Dengan
konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap
lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan
terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung
pada jenis dan karakteristik limbah.

Beberapa faktor yang memengaruhi kualitas limbah adalah volume limbah, kandungan
bahan pencemar, dan frekuensi pembuangan limbah. Untuk mengatasi limbah ini
diperlukan pengolahan dan penanganan limbah. Pada dasarnya pengolahan limbah ini
dapat dibedakan menjadi:

pengolahan menurut tingkatan perlakuan

pengolahan menurut karakteristik limbah

Untuk mengatasi berbagai limbah dan air limpasan (hujan), maka suatu kawasan
permukiman membutuhkan berbagai jenis layanan sanitasi. Layanan sanitasi ini tidak
dapat selalu diartikan sebagai bentuk jasa layanan yang disediakan pihak lain. Ada juga
layanan sanitasi yang harus disediakan sendiri oleh masyarakat, khususnya pemilik atau
penghuni rumah, seperti jamban misalnya. [1]

Layanan air limbah domestik: pelayanan sanitasi untuk menangani limbah Air kakus.
[1]

Jamban yang layak harus memiliki akses air besrsih yang cukup dan tersambung ke
unit penanganan air kakus yang benar. Apabila jamban pribadi tidak ada, maka
masyarakat perlu memiliki akses ke jamban bersama atau MCK.[1]
Layanan persampahan. Layanan ini diawali dengan pewadahan sampah dan
pengumpulan sampah. Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan gerobak atau truk
sampah. Layanan sampah juga harus dilengkapi dengan tempat pembuangan sementara
(TPS), tempat pembuangan akhir (TPA), atau fasilitas pengolahan sampah lainnya.
Dibeberapa wilayah pemukiman, layanan untuk mengatasi sampah dikembangkan
secara kolektif oleh masyarakat. Beberapa ada yang melakukan upaya kolektif lebih
lanjut dengan memasukkan upaya pengkomposan dan pengumpulan bahan layak daur-
ulang.[1]

Layanan drainase lingkungan adalah penanganan limpasan air hujan menggunakan


saluran drainase (selokan) yang akan menampung limpasan air tersebut dan
mengalirkannya ke badan air penerima. Dimensi saluran drainase harus cukup besar
agar dapat menampung limpasan air hujan dari wilayah yang dilayaninya. Saluran
drainase harus memiliki kemiringan yang cukup dan terbebas dari sampah.[1]

Penyediaan air bersih dalam sebuah pemukiman perlu tersedia secara berkelanjutan
dalam jumlah yang cukup. Air bersih ini tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan makan,
minum, mandi, dan kakus saja, melainkan juga untuk kebutuhan cuci dan pembersihan
lingkungan.[1]

JENIS LIMBAH BERACUN

Jenis-jenis limbah beracun antara lain:

Limbah mudah meledak adalah limbah yang melalui reaksi kimia dapat menghasilkan
gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat dapat merusak lingkungan.

Limbah mudah terbakar adalah limbah yang bila berdekatan dengan api, percikan api,
gesekan atau sumber nyala lain akan mudah menyala atau terbakar dan bila telah
menyala akan terus terbakar hebat dalam waktu lama.

Limbah reaktif adalah limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepaskan atau
menerima oksigen atau limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.

Limbah beracun adalah limbah yang mengandung racun yang berbahaya bagi manusia
dan lingkungan. Limbah B3 dapat menimbulkan kematian atau sakit bila masuk ke dalam
tubuh melalui pernapasan, kulit atau mulut.

Limbah yang menyebabkan infeksi adalah limbah laboratorium yang terinfeksi


penyakit atau limbah yang mengandung kuman penyakit, seperti bagian tubuh manusia
yang diamputasi dan cairan tubuh manusia yang terkena infeksi.
Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang menyebabkan iritasi pada kulit atau
mengkorosikan baja, yaitu memiliki pH sama atau kurang dari 2,0 untuk limbah yang
bersifat asam dan lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR

Industri primer pengolahan hasil hutan merupakan salah satu penyumbang limbah cair
yang berbahaya bagi lingkungan. Bagi industri-industri besar, seperti industri pulp dan
kertas, teknologi pengolahan limbah cair yang dihasilkannya mungkin sudah memadai,
namun tidak demikian bagi industri kecil atau sedang. Namun demikian, mengingat
penting dan besarnya dampak yang ditimbulkan limbah cair bagi lingkungan, penting
bagi sektor industri kehutanan untuk memahami dasar-dasar teknologi pengolahan
limbah cair.

Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian


lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah domestik maupun industri
yang dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh masyarakat setempat. Jadi
teknologi pengolahan yang dipilih harus sesuai dengan kemampuan teknologi
masyarakat yang bersangkutan.

Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya telah
dicoba dan dikembangkan selama ini. Teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah
dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan:

1. pengolahan secara fisika

2. pengolahan secara kimia

3. pengolahan secara biologi

Untuk suatu jenis air buangan tertentu, ketiga metode pengolahan tersebut dapat
diaplikasikan secara sendiri-sendiri atau secara kombinasi.

Pengolahan Secara Fisika

Pada umumnya, sebelum dilakukan pengolahan lanjutan terhadap air buangan,


diinginkan agar bahan-bahan tersuspensi berukuran besar dan yang mudah mengendap
atau bahan-bahan yang terapung disisihkan terlebih dahulu. Penyaringan (screening)
merupakan cara yang efisien dan murah untuk menyisihkan bahan tersuspensi yang
berukuran besar. Bahan tersuspensi yang mudah mengendap dapat disisihkan secara
mudah dengan proses pengendapan. Parameter desain yang utama untuk proses
pengendapan ini adalah kecepatan mengendap partikel dan waktu detensi hidrolis di
dalam bak pengendap.

Pengolahan Secara Kimia


Pengolahan air buangan secara kimia biasanya dilakukan untuk menghilangkan partikel-
partikel yang tidak mudah mengendap (koloid), logam-logam berat, senyawa fosfor, dan
zat organik beracun; dengan membubuhkan bahan kimia tertentu yang diperlukan.
Penyisihan bahan-bahan tersebut pada prinsipnya berlangsung melalui perubahan sifat
bahan-bahan tersebut, yaitu dari tak dapat diendapkan menjadi mudah diendapkan
(flokulasi-koagulasi), baik dengan atau tanpa reaksi oksidasi-reduksi, dan juga
berlangsung sebagai hasil reaksi oksidasi.

Pengolahan secara biologi

Semua air buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Sebagai pengolahan
sekunder, pengolahan secara biologi dipandang sebagai pengolahan yang paling murah
dan efisien. Dalam beberapa dasawarsa telah berkembang berbagai metode pengolahan
biologi dengan segala modifikasinya.

KLASIFIKASI LIMBAH KIMIA

Klasifikasi limbah menurut peraturan untuk bahan-bahan berbahaya (the Ordinance for

Dangerous Goods)

Dasar untuk penilaian limbah menurut peraturan tentang bahan berbahaya adalah sifat-
sifat

bahaya seperti:

Sifat mudah terbakar (flammability/combustibility)

Sifat pengoksidasi

Toksisitas

Korosifitas

Pembentukan gas mudah terbakar jika kontak dengan air

Kontaminasi dengan bahan penyebab infeksi dan patogenik

Radiasi radioaktif

Sifat polusi air

Melepaskan debu berbahaya

Diferensiasi lanjut di antara golongan bahan berbahaya dapat dibuat melalui daftar
bahan.
Daftar ini tidak hanya mengandung bahan yang terdefinisi dengan baik (misalnya
gasoline,

titik didih 60-100oC) tetapi juga meringkas kategori, seperti produk petroleun, tidak
dijelaskan

lebih lanjut. Klasifikasi dan penilaian limbah berbahaya dibuat menurut sifat fisiko-
kimianya

(padat/cair, titik didih, titik nyala, data toksisitas).

Klasifikasi limbah menurut organisasi kerjasama dan pengembangan ekonomi, OECD

(Organization for Economic Cooperation and Development)

Di dalam OECD ada istilah yang disebut ‘traffic light lists’ yang harus diikuti selagi

transboundary transportasi limbah. Untuk limbah yang dapat di daur ulang ada kontrol
yang

berorientasi pada sifat bahaya limbah dan yang didaftar dalam 3 warna (daftar hijau,
kuning

dan merah)

Daftar hijau

Limbah yang dikategori ke dalam daftar hijau menurut persetujuan OECD tidak akan

dikontrol. Kategori ini terdiri dari material seperti potongan logam, baja, logam non-besi,

plastic, kertas, kaca, tekstil dan kayu. Bahan berbahaya seperti limbah kimia tidak
termasuk

dalam kategori ini.

Daftar kuning

Limbah ini perlu suatu kontrol terbatas dan perlu persetujuan dari negara penerima.
Limbah

dalam kelompok ini antara lain abu, kotoran/endapan, debu logam non-besi, arsen,
merkuri,

limbah minyak, dan limbah lain yang mengandung kurang dari 50 mg/kg polychlorinated
biphenyl (PCB), polychlorinated terphenyl (PCT) dan polybrominated biphenyl (PBB).

Daftar merah

Limbah dalam kategori ini harus dikelola sebagaimana limbah untuk tujuan
pembuangan.

Transportasi hanya diijinkan jika negara penyedia maupun negara penerima telah
menyetujui

dan dinyatakan dalam pernyataan tertulis. Limbah ini terutama terdiri dari limbah yang

mengandung lebih dari 50 mg/kg PCB/PCT, dan yang mengandung polyhalogenated


dibenzop-

dixon, furan, sianida, dan asbes.


Nama : Adi Fitra

Stambuk : 03120180189

Kelas : A5

Mata kuliah : Ilmu Lingkungan

1. Jelaaskan tentang 3 jenis lingkungan hidup dan contohnya!

Jawaban:

- lingkungan alami = lingkungan yang masih belum ada campur tangan manusia
(hutan hujan tropis)

- lingkungan binaan = lingkungan alami yang sudah dimasuki kegiatan manusia di


dalamnya (pantai sebagai objek wisata)

- lingkungan budaya = lingkungan hasil cipta manusia (perumahan, perkotaan)

2. Jelaskan tentang faktor kerusakan lingkungan hidup!

Jawaban:

- Faktor alami = karena fenomena alam (erupsi, gempa, angin siklon, tsunami dll)

- Faktor manusia = karen aktifitas manusia (ilegal logging, perang, industri,


ledakan nuklir dll)

3. Apa bedanya daya tampung dengan daya dukung lingkungan?

Jawaban:

Daya tampung adalah kapasitas maksimum sebuah lingkungan untuk


menampung mahluk hidup didalamnya. Daya dukung adalah kemampuan
lingkungan untuk mendukung keberlanjutan hidup mahluk di dalamnya.
4. Apa perbedaan cagar alam dengan suaka margasatwa?

Jawaban:

Cagar alam adalah suatu lokasi yang dikhususkan untuk menjaga dan
melestarikan habitat flora dan fauna endemik di dalamnya. Suaka margastwa
adalah tempat perlindungan hewan-hewan yang dibuat manusia.

5. Apa perbedaan reuse, reduce, dan recycle?

Jawaban:

reuse adalah penggunaan kembali barang yang sudah dipakai

reduce adalah upaya mengurangi penggunaan produk tertentu seperti plastik

recycle adalah proses daur ulang sebuah produk

6. Apa yang dimaksud dengan pembangunan berkelanjutan?

Jawaban:

Pembangunan dengan memperhatikan kelangsungan hidup generasi di masa


depan.

7. Sebutkan perbedaan usaha konservasi DAS Hulu dengan DAS Hilir?

Jawab:

DAS Hulu

- tidak melakukan penebangan liar di pegunungan

- tidak membangun industri di daerah pegunungan

- merebosiasi perbukitan

DAS Hilir

- tidak membangun bangunan di sempadan sungai

- tidak buang sampah ke sungai


- pengerukan sedimen lumpur berkala

8. Sebutkan beberapa faktor penyebab pencemaran tanah!

Jawaban:

- limbah domestik rumah tangga

- penggunaan pestisida berlebihan

- limbah pabrik

- longsor dan banjir

- buang sampah anorganik di tanah

9. Jelaskan tentang proses efek rumah kaca!

Jawaban:

Efek rumah kaca adalah suatu proses memanasnya permukaan bumi oleh
bantuan gas rumah kaca sehingga suhu di permukaan bumi menjadi hangat dan
memungkinkan mahluk hidup bisa tumbuh berkembang diatasnya.

10. Sebutkan beberapa dampak global warming di bidang pertanian, ekonomi,


kelautan dan kesehatan!

Jawaban:

- Pertanian = gagal panen, musim tanam berubah

- Ekonomi = sulitnya lapangan kerja, penurunan pendapatan

- Kelautan = naiknya muka air laut, kematian massal ikan

- Kesehatan = wabah penyakit, menurunnya kekebalan tubuh

Anda mungkin juga menyukai