Anda di halaman 1dari 91

EFISIENSI PRODUKSI CPO (Crude Palm Oil) DI PT.

AGRO
MASANG PERKASA PLANTATION UNIT PALM OIL
MILL KABUPATEN AGAM

LAPORAN TUGAS AKHIR

FEBRI YUNITA
NBP. 1111311021

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PRODUKSI PERTANIAN


JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH
PAYAKUMBUH
2015
EFISIENSI PRODUKSI CPO (Crude Palm Oil) DI PT. AGRO
MASANG PERKASA PLANTATION UNIT PALM
OIL MILL KABUPATEN AGAM

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh :

FEBRI YUNITA
NBP. 1111311021

Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh


gelar Sarjana Sains Terapan (SST)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PRODUKSI PERTANIAN


JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH
PAYAKUMBUH
2015
PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa isi laporan tugas akhir yang saya tulis

dengan judul ”Efisiensi Produksi CPO(Crude palm oil)di PT.

AgroMasangPerkasa Plantation Unit POM Kabupaten Agam ” merupakan hasil

kerja atau karya saya sendiri dan bukan merupakan ciplakan dari hasil kerja atau

karya orang lain, kecuali kutipan yang sumbernya dicantumkan. Jika dikemudian

hari pernyataan ini ternyata tidak benar, maka saya akan menerima sanksi sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.

Tanjung Pati, 1 Juli 2015

Yang menyatakan,

Febri Yunita

BP. 1111311021
RINGKASAN

FEBRI YUNITA. Efisiensi Produksi CPO (Crude palm oil) DI PT. Agro Masang
Perkasa Plantation Unit Pom Kabupaten Agam. Dibimbing oleh Ir. Nelzi Fati.
MP dan Yuliandri SS, MTESOLLead.

Indonesia adalah negara penghasil CPO nomor satu di dunia setelah itu baru
menyusul Malaysia (United States Departement Of Agriculture, 2015). Minyak
kelapa sawit juga menghasilkan berbagai produk turunan yang kaya manfaat
sehingga dapat dimanfaatkan diberbagai industri. Perusahaan pengolahan kelapa
sawit harus melakukan efisiensi, dimana efisiensi adalah suatu kemampuan untuk
menyelesaikan pekerjaan dengan benar. Tujuan penelitian ini yaitu (1)
Mengetahui efisiensi produksi CPO (2) Mengetahui hubungan antara jumlah
bahan baku dengan jumlah produksi CPO (3) Mengetahui mutu CPO di PT. AMP
Plantation.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18 Maret sampai 11 Mei 2015 yang
dilaksanakan pada PT. AMP Plantation Unit POM desa Tapian Kandis
Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam. Data yang telah diperoleh dianalisis
menggunakan analisis deskriptif untuk melihat efisiensi produksi CPO dan
korelasi dengan SPSS 20 untuk melihat hubungan bahan baku dengan produksi
CPO.

Hasil perhitungan produktivitas bahan baku tahun 2012 belum efisien


namun tahun 2013 dan 2014 telah efisien. Hubungan antara jumlah bahan baku
dan produksi signifikan dengan tingkat kepercayaan korelasi tersebut adalah 98%.
Rata- rata asam lemak bebas pada tahun 2014 adalah 4,11% sedangkan standar
maksimal kandungan asam lemak dalah 5%. Rata- rata mutu berdasarkan kadar
air 0,16% sedangkan standar kadar air dari perusahaan adalah 0,20%. Kadar
kotoran minyak kelapa sawit di PT. AMP plantation adalah 0,18% sedangkan
standar nasional untuk batasan kotoran dalam minyak kelapa sawit adalah 0,50%.

Kesimpulan yang dapat diambil dari analisis produksi CPO di PT. AMP
plantation adalah tahun 2012 belum efisien dan 2013 dan 2014 sudah efisien,
bahan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap volume produksi CPO dan
mutu yang ditargetkan oleh perusahaan sudah tercapai dan memenuhi standar
nasional.

Kata kunci: Efisiensi, Produksi, CPO, Bahan baku


LAPORAN TUGAS AKHIR

EFISIENSI PRODUKSI CPO (Crude Palm Oil) DI PT. AGRO


MASANG PERKASA PLANTATION UNIT PALM
OIL MILL KABUPATEN AGAM

Oleh :

FEBRI YUNITA
NBP. 1111311021

Menyetujui,

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Ir. Nelzi Fati, MP Yuliandri, SS, MTESOLLead


NIP. 196903101993032001 NIP.198507192008121002

Mengetahui,

Direktur Politeknik Pertanian Ketuan Jurusan


Negeri Payakumbuh Budidaya Tanaman Pangan

Ir. Gusmalini, M. Si Ir. Setya Dharma, M.Si


NIP. 195711101987032001 NIP. 196010061987031003
LAPORAN TUGAS AKHIR

EFISIENSI PRODUKSI CPO (Crude Palm Oil) DI PT.


AGROMASANG PERKASA PLANTATION UNIT PALM
OIL MILL KABUPATEN AGAM

Oleh :

FEBRI YUNITA
NBP. 1111311021

Telah diuji dan dipertahankan di depan tim penguji Laporan Tugas Akhir
Program Studi Manajemen Produksi Pertanian
Jurusan Budidaya Tanaman Pangan
Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh tanggal 9 Juli 2015

TIM PENGUJI

No Nama Jabatan Tanda Tangan

1. Silfia, SP, M.Si Ketua

2. Ir. Nin Patri Enati, MP Anggota

3. Ir. Nelzi Fati, MP Anggota

4. Yuliandri,SS, MTESOLLead Anggota


Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan,
maka apabila kamu telah selesai (dari satu urusan),kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh (urusan yang lain) dan hanya kepada
Tuhanmulah Kamu berharap.
(Qs: Al-Insyirah 5-8)

Dengan hati yang tulus dan ikhlas, ku persembahkan karya sederhana


ini kepada Sang Khaliq Allah SWT dan Habibullah Baginda
Muhammad SAW, sebagai langkah untuk meniti dan menuju pintu
gerbang kesuksesan yang hakiki dalam mengharap Ridha-Nya.

Hari tak akan indah tanpa mentari dan rembulan begitu juga hidup
tak akan indah tanpa tujuan, harapan serta tantangan meski terasa
berat namun manisnya hidup justru akan terasa ababila semua
berjalan dengan baik meski memerlukan pengorbanan

Kupersembahkan karya ini kepada Almarhum Ayahanda Mukhnizen


dan Ibunda Gusmaneli sebagai tanda baktiku, sosok pertama dari
tujuan dan motivasi utama hidupku

Terima kasih kepada kakakku Yulia dan ke dua adikku Iza dan Faid
yang telah sama-sama berjuang dan selalu membrikan motivasi
kepadaku
Terima kasih kepada pamanku Rizal dan keluarga besarku yang telah
memberikan dukungan moril berserta materil kepadaku

Terima kasih kepada ibu Ir. Nelzi Fati, MP dan Bapak Yuliandri SS,
MTESOLLead selaku dosen pembimbing yang selalu membimbing
penulis selam 4 tahun sampai akhirnya penulis menyelesaikan
perkuliahan
Untuk Dosen Mapperta yang telah yang memberikan ilmu dan
mendidikku sehingga mendapatkan gelar Sarjana Sains Terapan
kuucapkan terima kasih
Dan terima kasih banyak kepada sahabatku N3I (Neti, Jenit, Intan)
serta Resqi, Rahma, Mila, Ayi, Dila, Taufik, Lina, Yuli, Helni, Fira,
Berlian, Fiza, Ririt, dan Hedri walaupun kita tidak berjuang bersama
lagi. Dan Mapperta angkatan 2011 yang sama-sama berjuang untuk
masa depan kita semoga kita mencapai kesuksesan

Kalau orang bilang masa SMA itu adalah masa terindah segalanya
berubah setelah aku merasakan bangku kuliah terserah mau sepakat
atau tidak tapi 4 tahun ini jauh lebih baik dan jauh lebih indah
bersama Mapperta dan Politani

Ya Allah berilah petunjuk-Mu sehingga aku bisa mencapai cita- cita


dan masa depan yang lebih baik. Semoga ini awal yang baik untuk
meniti karir dan kehidupan yang lebih religis, optimis dan profesional
Amien....
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas berkah dan
rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
Laporan ini ditulis berdasarkan hasil penelitian pada kegiatan Pengalaman Kerja
Praktik Mahasiswa yang berjudul “Efisiensi Produksi CPO (crude palm oil) di PT.
Agro Masang Perkasa Plantation Unit Palm Oil Mill Kabupaten Agam”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada
orang tuaku Ayahanda Mukhnizen (Almarhum) dan Ibunda Gusmaneli serta
keluarga yang telah memberi semangat dan dukungan moril sehingga penulis bisa
menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Selanjutnya penulis mngucapkan terima
kasih kepada:
1. Ibu Ir. Nelzi Fati, MP dan Bapak Yuliandri, SS, MTESOLLead selaku dosen
Pembimbing Akademik yang telah membantu penulis sehingga dapat
menyelesaikan laporan tugas akhir ini.
2. Ibu Ir. Nin Patri Enati, MP dan Ibu Silfia, SP, M.Si selaku dosen penguji
yang telah memberikan masukan dan saran demi kesempurnaan laporan tugas
akhir ini.
3. Bapak Alfikri S.Pt, M.Si selaku ketua program studi Manajemen Produksi
Pertanian Politenik Pertanian Negeri Payakumbuh.
4. Bapak Ir. Setya Dharma M.Si selaku kepala jurusan Budidaya Tanaman
Pangan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.
5. Ibu Ir. Gusmalini M.Si selaku direktur Politeknik Pertanian Negeri
Payakumbuh.
6. Pihak PT. AMP Plantation yaitu Bapak Bambang, Bapak Yuda, Bapak
Jainuddin, Bapak Martias, Bapak Arlendra, Bapak Faisal, Bapak Yono, dan
Abang Rinal serta seluruh tenaga kerja pada perusahaan ini yang telah
memberikan waktu, informasi, bimbingan, motivasi, dan dukungan selama
penulis melaksanakan kegiatan magang disana.
7. Kepada sahabat-sahabat terbaik penulis yaitu Intan, Jenit, Neti, Resqi,
Rahma, Mila, Dila, Hendri dan Taufik yang senantiasa memberikan

i
semangat, dukungan, bimbingan dan motivasi kepada penulis sehingga tugas
akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.
8. Kepada teman-teman seperjuangan MAPPERTA angkatan 2011 yang selalu
mengingatkan satu sama lain, berjuang bersama baik suka maupun duka dan
memberikan semangat, selama menempuh pendidikan empat tahun dikampus
tercinta ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan tugas akhir ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan laporan tugas akhir ini dimasa mendatang.

Tanjung Pati, Juni 2015

FY

ii
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 14 Februari 1992 di Jorong Padang Aro,


Kenagarian Lubuk Gadang, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan, sebagai
anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Alm. Muknizen (Ayah) dan
Gusmaneli (Ibu).
Penulis menamatkan pendidikan dasar di SDN 14 Padang Aro Kabupaten
Solok Selatan pada tahun 2005 di Padang Aro, pendidikan menengah pertama di
SMPN 3 Solok Selatan pada tahun 2008 di Timbulun dan pendidikan menengah
atas di SMAN 3 Solok Selatan pada tahun 2011 di Lubuk Gadang . Pada tahun
2011, penulis melanjutkan kuliah pada program studi Manejemen Produksi
Pertanian, Jurusan Budidaya Tanaman Pangan di Politeknik Pertanian Negeri
Payakumbuh.
Selama mengikuti perkuliahan di perguruan tinggi penulis pernah mengikuti
beberapa perlombaan yang dilaksanakan dalam lingkungan kampus diantaranya
yaitu: peserta Lomba Matematika tingkat mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri
Payakumbuh tahun 2012, finalis lomba karya tulis ilmiah ilmu pertanian tingkat
Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh tahun 2012, finalis lomba pemilihan
mahasiswa berprestasi (MAPRES) tingkat Politeknik Negeri Payakumbuh tahun
2013, finalis Lomba Ilmu Terapan (LIT) tingkat Politeknik Pertanian Negeri
Payakumbuh tahun 2013. Penulis juga aktif disalah satu organisasi
kemahasiswaan yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sebagai staf
Departemen Kesejahteraan Mahasiswa (KESMA) periode 2012 sampai 2013 dan
sekretaris Departemen Rencana Strategi Pengembangan Organisasi (RESPO)
periode 2013 sampai 2014.
Selama kuliah penulis menetap di Tanjung Pati, Kecamatan Harau
Kabupaten Lima Puluh Kota dan domisili orang tua di Jorong Padang Aro,
Kenagarian Lubuk Gadang, Kecamatan Sangir, Kabupaten Solok Selatan,
Sumatera Barat.
e-mail: febriyunita142@gmail.com.

iii
DAFTAR ISI
Halaman

RINGKASAN .......................................................................................... i

KATA PENGANTAR ............................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................ iii

DAFTAR TABEL ................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... v

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... vi

I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 4

II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 6


2.1 Aspek Komoditas ...................................................................... 6
2.1.1 Sejarah kelapa sawit ......................................................... 6
2.1.2 Aspek taksonomi dan morfologi kelapa sawit ................. 7
2.1.3 Tipe kelapa sawit .............................................................. 10
2.1.4 Syarat tumbuh kelapa sawit .............................................. 11
2.2 Proses pengolahan TBS Menjadi CPO ....................................... 11
2.2.1 Penimbangan ..................................................................... 11
2.2.2 Loading ramp .................................................................... 11
2.2.3 Perebusan TBS .................................................................. 12
2.2.4 Pemipilan ........................................................................... 14
2.2.5 Pengepresan ....................................................................... 15
2.2.6 Penyaringan ....................................................................... 15
2.2.7 Pemurnian.......................................................................... 15
2.2.8 Penyimpanan ..................................................................... 16
2.3 Mutu CPO ................................................................................... 17
2.4 Efisiensi....................................................................................... 19
2.5 Efektivitas ................................................................................... 20
2.6 Produksi ...................................................................................... 20

III METODE PENELITIAN ................................................................ 21


3.1 Waktu dan Tempat ...................................................................... 21

iv
3.2 Jenis Data dan Sumber Data ....................................................... 21
3.3 Metode Pengumpulan Data ......................................................... 22
3.4 Teknik Analisis dan Metode Pengujian ...................................... 22

IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ........................................ 26


4.1 Sejarah Perusahaan ..................................................................... 26
4.2 Lokasi Perusahaan ...................................................................... 27
4.3 Visi dan Misi ............................................................................... 28
4.4 Struktur organisasi ...................................................................... 29
4.5 Tugas Pokok dan Fungsi Jabatan ................................................ 30
4.6 Jumlah Tenaga Kerja perusahaan ............................................... 34
4.7 Jam Kerja .................................................................................... 35
4.8 Sistem Pengupahan dan Fasilitas Karyawan ............................... 36
4.9 Mesin dan Peralatan .................................................................... 37
4.10 Proses pengolahan CPO ............................................................. 38

V HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 47


5.1 Efisiensi Produksi ....................................................................... 47
5.2 Hubungan Bahan Baku dengan Produksi CPO .......................... 58
5.5 Mutu CPO di PT. AMP Plantation ............................................. 61

VI KESIMPULAN ................................................................................. 66
6.1 Kesimpulan ................................................................................. 66
6.2 Saran ........................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 68

LAMPIRAN ............................................................................................. 71

v
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Tingkat kematangan buah sawit ...................................................... 19


2. Jumlah tenaga kerja di lingkungan PT.AMP Plantation .................. 34
3. Jumlah operator yang dibutuhkan dalam satu shift pada pabrik ..... 35
4. Jam kerja karyawan PT. AMP Plantation ........................................ 35
5. Jam kerja karyawan bagian pabrik PT.AMP Plantation .................. 36
6. Mesin dan peralatan produksi PT.AMP Plantation ......................... 37
7. Penilaian mutu yang tepat di PT. AMP Plantation .......................... 40
8. Ketentuan dan standar kualitas tandan buah yang ditolak ............... 41
9. Data rencana dan realisasi pemakaian bahan baku dan produksi
CPO tahun 2012 sampai 2013 ......................................................... 48
10. Perhitungan selisih target dan realisasi produktivitas pemakaian
bahan baku tandan buah segar PT. AMP Plantation ...................... 48
11. Perbandingan rendemen yang diperoleh dengan target internal
dan eksternal perusahaan ................................................................. 51
12. Tingkat efektivitas produksi PT. AMP Plantation tahun 2013
sampai 2014 ..................................................................................... 54
13. Proyeksi pemakaian tandan buah segar dan produksi yang efisien
di PT. AMP Plantation tahun 2015 sampai 2017 ........................... 58
14. Pemakaian bahan baku TBS dan produksi CPO yang dihasilkan
pada tahun 2014 ............................................................................... 59
15. Hasil analisis korelasi antara bahan baku dan produksi CPO.......... 59
16. Mutu CPO berdasarka FFA, moisture, dobi dan dirt ...................... 61
17. Perhitungan korelasi dengan menggunakan SPSS 20 ..................... 75
18. Perhitungan proyeksi tandan buah segar untuk tahun 2015 sampai
2016 ......................................................................................................... 77

vi
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Tahapan pelaksanaan penelitian ........................................................ 25


2. Struktur organisasi pabrik kelapa sawit PT.AMP Plantation ............ 29
3. Proses produksi di PT.AMP Plantition .............................................. 38

vii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman

1. Hasil perhitungan korelasi dengan SPSS 20...................................... 71


2. Perhitungan proyeksi tandan buah segar untuk tahun 2015 sampai
2016 ................................................................................................... 72
3. Dokumentasi pelaksanaan penelitian ................................................. 74
4. Dokumentasi pelaksanaan pelaksanaan PKM di perkebunan kelapa
Sawit PT. AMP Plantation............................................................... 75

viii
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan unggulan dan utama

Indonesia. Produk ini memiliki nilai ekonomis tinggi dan menjadi salah satu

penyumbang devisa negara yang terbesar jika dibandingkan dengan komoditas

perkebunan lainnya (Fauzi, Yustina dan Rudi, 2014). Indonesia termasuk negara

penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. Kebutuhan buah kelapa sawit meningkat

tajam seiring dengan meningkatnya kebutuhan CPO (crude palm oil) dunia.

Perkebunan kelapa sawit di Indonesia mengalami perkembangan yang

cukup pesat. Tahun 2009 sampai dengan 2014 perkembangan luas areal

perkebunan yaitu 7.125.331 ha menjadi 10.956.231 ha perkembangan ini hampir

mencapai dua kali lipat dan hal ini juga diiringi dengan meningkatnya produksi

CPO di Indonesia (Dirjen Perkebunan, 2015).

Perkembangan perkebunan kelapa sawit juga didukung oleh produk-

produk turunan kelapa sawit yang beraneka ragam dan mempunyai banyak

kegunaan. Produk utamanya terdiri dari minyak sawit (CPO) dan minyak inti

sawit. Minyak kelapa sawit juga menghasilkan berbagai produk turunan yang

kaya manfaat sehingga dapat dimanfaatkan diberbagai industri. Indonesia adalah

negara penghasil CPO nomor satu di dunia (United States Departement Of

Agriculture, 2015). Konsumsi CPO dalam negeri cukup besar mengingat industri

yang menggunakan CPO sebagai bahan baku juga berkembang. Industri yang

menggunakan CPO sebagai bahan baku yaitu industri minyak goreng, margarin

dan sabun.
2

Pengolahan kelapa sawit merupakan salah satu faktor menentukan

keberhasilan usaha perkebunan kelapa sawit. Hasil utama yang dapat diperoleh

ialah minyak sawit mentah / CPO (Crude Palm Oil), minyak inti sawit / PKO

(Palm Kernel Oil), serabut, cangkang, dan tandan kosong sawit. Pengolahan

kelapa sawit melibatkan banyak faktor seperti faktor modal, tenaga kerja, lahan,

dan bahan baku. Faktor-faktor ini saling mempengaruhi satu sama lain sehingga

saling berkaitan (Indah, Melinda, Widya dan Trimei, 2009). Salah satu tujuan

utama perusahaan adalah tercapainya produksi sesuai dengan target perusahaan.

Efisiensi produksi dilihat dari pencapaian target yang telah ditetapkan oleh

perusahaan.

Perusahaan pengolahan kelapa sawit harus melakukan efisiensi, dimana

efisiensi adalah suatu kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan benar.

Dikatakan efisien apabila keluaran (output) yang dicapai lebih tinggi

dibandingkan dengan masukan (input) yang digunakan (Handoko, 2001 cit.

Utami, 2013).

Efisiensi merupakan perbandingan rasio output dan input, seberapa besar

output yang dihasilkan dengan menggunakan sejumlah input yang dimiliki

perusahaan (Bayangkara, 2008 cit. Hijayati, Moch dan Achmad, 2014). Produksi

pada dasarnya memiliki tujuan untuk tercapainya hasil yang efektif dan efisien

dari semua faktor- faktor yang mempengaruhi produksi. Efisiensi produksi dapat

dilihat dari segi pencapaian target produksi dari bahan baku yang sudah

digunakan. Efisiensi produksi melihat apakah dengan bahan baku yang ada sudah

memenuhi kapasitas produksi pabrik.


3

PT. AMP Plantation unit POM (PT. Agra Masang Perkasa Plantation-

Palm Oil Mill) merupakan suatu perusahaan swasta yang tergabung dalam Wilmar

Group. PT. AMP POM bergerak dibidang pengolahan TBS (Tandan Buah Segar)

kelapa sawit menjadi minyak mentah atau disebut juga CPO (Crude Palm Oil) dan

inti sawit. PT. AMP Plantation memiliki kapasitas produksi 80 ton/jam. Pada

pabrik pengolahan kelapa sawit efisiensi produksi perlu diperhatikan dari segi

pencapaian produksi yang sesuai dengan target produksi, rendemen dan mutu

yang diharapkan oleh perusahaan.

Volume produksi, rendemen dan mutu CPO yang dihasilkan tergantung

dengan bahan baku yang masuk ke perusahaan. Dengan demikian untuk melihat

efisiensi produksi CPO di PT. AMP Plantation maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian yang kemudian akan dituangkan dalam bentuk tulisan

ilmiah (tugas akhir) yang berjudul “Efisiensi Produksi CPO di PT. Agra

Masang Perkasa Plantation Unit POM Kabupaten Agam”.

1.2 Rumusan Masalah

PT. AMP Plantation unit POM merupakan unit pengolahan kelapa sawit

yang tegabung ke dalam Wilmar Group. Perusahaan ini bergerak di bidang

pengolahan kelapa sawit yang memiliki kapasitas olah 80 ton/jam sedangkan

bahan baku yang diolah belum memenuhi kapasitas terpasang pabrik. Produk

yang dihasilkannya yaitu minyak kelapa sawit (CPO) dan inti sawit. Volume

produksi, rendemen dan mutu CPO yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh

bahan baku yang masuk ke perusahaan.

Efisiensi adalah ukuran yang menunjukkan bagaimana baiknya sumber-

sumber daya digunakan dalam proses produksi untuk mengkasilkan output


4

(Gasper, 2005). Efisiensi pada pabrik pengolahan kelapa sawit perlu dilihat dari

segi pencapaian produksi, rendemen dan mutu yang diharapkan oleh perusahaan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana efisiensi produksi CPO di PT. AMP Plantation?

2. Bagaimana hubungan antara produksi CPO dengan bahan baku yang

digunakan?

3. Bagaimana mutu CPO di PT. AMP Plantation?

1.3 Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka perlu dilakukan penelitian

yang berjudul “Efisiensi Produksi CPO pada Pabrik Kelapa Sawit PT. AMP

Plantation”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui efisiensi produksi CPO di PT. AMP Plantation

2. Mengetahui hubungan antara jumlah bahan baku dengan jumlah produksi

CPO di PT. AMP Plantation

3. Mengetahui mutu CPO di PT. AMP Plantation.

1.4 Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik bagi pihak

perusahaan (Pabrik Kelapa Sawit PT. AMP Plantation), penulis, maupun bagi

pembaca. Bagi Perusahaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

mengenai proses produksi CPO yang efektif pada masa yang akan datang. Pada

akhirnya dapat menjadi masukan atau informasi sebagai bahan pertimbangan

dalam membuat kebijakan oleh pihak perusahaan. Bagi penulis penelitian ini

diharapkan dapat memberikan pengalaman dan menambah pengetahuan, serta


5

sebagai pengaplikasian ilmu yang telah diperoleh selama kuliah. Bagi pembaca

penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai efisiensi

Produksi CPO pada Pabrik Kelapa Sawit PT. AMP Plantation.


6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aspek Komoditas

2.1.1 Sejarah kelapa sawit

Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman utama

penghasil minyak nabati yang mempunyai produktivitas lebih tinggi dari pada

tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Berdasarkan asal-usulnya kelapa sawit

diperkirakan berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Pertama kali diperkenalkan di

Indonesia oleh pemerintah Belanda pada tahun 1848. Usaha perkebunan kelapa

sawit dirintis oleh seseorang dari Belgia yang bernama Adrien Hallet. Perkebunan

kelapa sawit pertama di Indonesia berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan

Aceh. Luas areal perkebunannya mencapai 5.123 ha (Adi, 2012).

Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesis oleh pemerintah

kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit

yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam untuk ditanam di Kebun Raya Bogor.

Tanaman kelapa sawit mulai dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911

(Fauzi, dkk, 2014).

Masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit mengalami

perkembangan yang cukup pesat. Indonesia menggeser dominasi ekspor negrara

Afrika pada waktu itu. Namun, kemajuan pesat yang dialami oleh Indonesia tidak

diikuti oleh peningkatan perekonomian nasional. Hasil perolehan ekspor minyak

sawit hanya meningkatkan perekonomian Negara asing yang berkuasa di

Indonesia termasuk Belanda. Memasuki masa pendudukan Jepang, perkembangan


7

kelapa sawit mengalami kemunduran. Secara keseluruhan perkebunan kelapa

sawit terhenti (Fauzi, dkk, 2014).

Pemerintah Indonesia mengambil ahli perkebunan kelapa sawit setelah

pemerintah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia. Pada tahun 1957

pemerintah menempatkan perwira- perwira militer disetiap jenjang manajemen

perkebunan yang bertujuan mengamankan jalannya produksi. Pemerintan juga

membentuk BUMIL (buruh militer) yang merupakan wadah kerja sama antara

buruh perkebunan dengan militer. Memasuki orde baru pembangunan kelapa

sawit diarahkan untuk menciptakan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan

masyarakat dan sebagai sumber devisa negara (Fauzi, dkk, 2014).

2.1.2 Aspek taksonomi dan morfologi kelapa sawit

Klasifikasi kelapa sawit adalah sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Family : Palmaceae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq.

Kelapa sawit berbentuk pohon yang tingginya dapat mencapai 24 m. Akar

serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Selain itu juga

terdapat beberapa akar napas yang tumbuh mengarah ke samping atas untuk

mendapatkan tambahan aerase (Adi, 2012).

Menurut Fauzi (2014) ciri fisiologis dari tanaman kelapa sawit bisa dilihat

dari bentuk daun, batang, akar, bunga dan buah.


8

a. Daun

Daun kelapa sawit mirip kelapa, yaitu membentuk susunan daun majemuk,

bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun- daun membentuk satu pelepah yang

panjangnya mencapai lebih dari 7,5 – 9 m. Jumlah anak daun disetiap pelepah

berkisar 250- 400 helai. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat.

Pada tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga makin efektif melakukan

fungsinya sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi.

Jumlah kedudukan dan pelepah daun pada batang sawit disebut filotaksis yang

dapat ditentukan berdasarkan perhitungan susunan anak daun, yaitu dengan

menggunakan rumus duduk daun 1/8. Artinya setiap satu kali berputar melingkari

batang, terdapat duduk daun (pelepah) sebanyak delapan helai.

b. Batang

Kelapa Sawit merupakan tanaman monokotil, yaitu batangnya tidak

mempunyai kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang berfungsi sebagai

struktur tempat melekatnya daun, bunga dan buah. Batang juga berfungsi sebagai

organ penimbun zat makanan yang memiliki sistem pembuluh yang mengangkut

air dan hara mineral dari akar ke tajuk serta fotosintrat (hasil fotosintesis) dari

daun keseluruh bagian tanaman. Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan

diameter 20- 75 cm. Tanaman yang masih muda batangnya tidak terlihat karena

tertutup oleh pelepah daun.

c. Akar

Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat karena

tumbuh kebawah dan kesamping membentuk akar primer, sekunder, tersier dan

kuarter. Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam
9

tanah dan respirasi tanaman. Selain itu, akar tanaman kelapa sawit juga berfungsi

sebagai penyangga berdirinya tanaman kelapa sawit sehingga mampu menyokong

tegaknya tanaman pada ketinggian yang mencapai puluhan meter ketika tanaman

sudah berumur 25 tahun. Akar tanaman kelapa sawit tidak berkuku , ujungnya

runcing dan berwarna putih atau kekuningan.

d. Bunga

Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoecious), arinya bunga

jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman serta masing- masing

terangkai dalam satu tandan. Rangkaian bunga jantan dan bunga betina terpisah.

Setiap rangkaian bunga muncul dari pangkal pelepah daun (ketiak daun). Setiap

ketiak daun hanya menghasilkan satu inflorensen (bunga majemuk). Bunga jantan

bentuknya lonjong memanjang dengan ujung kelopak agak agak meruncing dan

garis tengah bunga lebih kecil, sedangkan bunga betina bentuknya agak bulat

dengan ujung kelopak agak rata dan garis tengah lebih besar.

Rangkaian bunga jantan dihasilkan bergantian dengan rangkaian siklus

bunga betina sehingga pembungaan secara bersamaan sangat jarang terjadi. Pada

umumnya, di alam hanya terjadi penyerbukan silang, sedangkan penyerbukan

sendiri secara buatan dapat dilakukan dengan menggunakan serbuk sari yang

diambil dari bunga jantan dan ditaburkan ke bunga betina.

e. Buah

Kelapa sawit mempunyai warna bervariasi, dari hitam, ungu, hingga merah

tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul

dari setiap pelepah. Buah terdiri dari tiga lapisan:

1. Eksoskarp, bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin.


10

2. Mesoskarp, serabut buah

3. Endoskarp, cangkang pelindung inti

4. Inti sawit (kernel, yang sebetulnya adalah biji) merupakan endosperma dan

embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi. Kelapa sawit

berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang pada kondisi

tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal

akar (radikula) (Setyamidjaja, 1991).

2.1.3 Tipe kelapa sawit

Menurut Adi (2012) tipe kelapa sawit berdasarkan ketebalan cangkang,

yaitu:

a. Dura

Dekripsinya yaitu tempurung tebal (2-8 mm), tidak terdapat lingkaran serabut

pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis, yaitu 35-50% terhadap

buah. Kernel (daging buah) besar dengan kandungan minyak rendah. Dalam

persilangan, dipakai sebagai pohon induk betina.

b. Pisifera

Deskripsinya yaitu ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak

ada, daging buah tebal, lebih tebal daripada daging buah dura. Daging biji

sangat tipis. Tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain

dan dipakai sebagai bahan pohon induk jantan.

c. Tenera

Merupakan hasil dari persilangan dura dan pisifera, memiliki tempurung tipis

(0,5-4 mm) dan terdapat lingkaran serabut di sekeliling tempurung. Daging


11

buah sangat tebal (60-50% dari buah), tandanya lebih banyak, tetapi

ukurannya relatif kecil.

2.1.4 Syarat tumbuh kelapa sawit

Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di antara

120 LU- 120 LS pada ketinggian 0- 500 m dpl. Curah hujan optimum rata- rata

yang diperlukan tanaman kelapa sawit adalah 2.000- 2.500 mm/tahun dengan

distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering (defisit air) yang

berkepanjangan. Tanaman kelapa sawit memerlukan intensitas cahaya yang tinggi

untuk berfotosintesis, kecuali saat kondisi tanaman masih di pre-nurseri. Suhu

optimum yang dibutuhkan agar tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik

adalah 24- 280 C. Kelembaban optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah

80% (Fauzi, dkk, 2014).

2.2 Proses Pengolahan TBS menjadi CPO

Proses yang dilalui dalam pengolahan TBS menjadi CPO adalah

penimbangan, perebusan, pemipilan, pengadukan dan pelumatan, pengepresan,

penyaringan serta pemurnian.

2.2.1 Penimbangan

Sebelum masuk ke loading ramp, TBS ditimbang terlebih dahulu.

Penimbangan bertujuan untuk mengetahui berat muatan (TBS) yang diangkut

sehingga mempermudah dalam proses perhitungan atau pembayaran hasil panen

serta memudahkan dalam proses pengolahan selanjutnya. TBS yang sudah

ditimbang kemudian diperiksa dan disortir terlebih dahulu, terutama dalam tingkat

kematangan buah menurut fraksi- fraksinya. Fraksi dengan kualitas yang

diinginkan adalah fraksi 2 dan 3. Kerena tingkat rendemen minyak yang


12

dihasilkan pada fraksi tersebut maksimum, sedangkan kandungan asam lemak

bebas (free fatty acid) minimum (Pardamean, 2012).

2.2.2 Loading ramp

TBS yang sudah selesai ditimbang selanjutnya dibongkar di loading ramp

dengan menuang langsung dari truk. Loading ramp merupakan suatu bangunan

dengan lantai berupa kisi- kisi pelat besi berjarak 10 cm dengan kemiringan 45

derajat. Kisi- kisi tersebut berfungsi untuk memisahkan kotoran berupa pasir,

kerikil dan sampah yang terikut dalam TBS. loading ramp dilengkapi pintu- pintu

keluaran yang digerakkan secara hidrolisis sehingga memudahkan dalam

pengisian TBS ke dalam lori untuk proses selanjutnya. Setiap lori memuat 2,5 –

2,75 ton (lori kecil) dan 4,5 ton TBS (lori besar) (Adi, 2012). Stasiun loading

ramp di PT. AMP Plantation dapat dilihat dalam lampiran Gambar 1.

2.2.3 Perebusan TBS

Buah sawit kemudian direbus dalam suatu tempat perebusan (sterilizer) atau

dalam ketel rebus. Perebusan dilakukan dengan cara mengalirkan uap panas

selama 1 jam atau tergantung dengan besarnya uap. Perebusan yang terlalu lama

dapat menurunkan kadar minyak dan pemucatan kernel. Sebaliknya, perebusan

dalam waktu yang terlalu pendek menyebabkan semakin banyak buah yang tidak

rontok dari tandannya. Stasiun sterilizer di PT. AMP Plantation dapat dilihat pada

lampiran Gambar 2.
13

Menurut Adi (2012) Tujuan dilakukannya perebusan tandan buah segar

pada pabrik pengolahan kelapa sawit yaitu:

a. Menghentikan aktivitas enzim

Buah yang dipanen mengandung enzim lipase dan oksidase yang tetap

bekerja dalam buah sebelum sebelum enzim itu dihentikan dengan

pelaksanaan tertentu. Enzim lipase bertindak sebagai katalisator dalam

pembentukan trigliserida dan kemudian memecahkannya kembali menjadi

asam lemak bebas (ALB).

b. Menurunkan kadar air

Sterilisasi buah dapat menurunkan kadar air buah dan inti, yaitu dengan cara

penguapan baik pada saat penguapan maupun saat sebelum pemipilan.

Penurunan kandungan air buah menyebabkan penyusutan buah sehingga

terbentuk rongga kosong pada perikarp yang mempermudah proses

pengempaan.

c. Melepaskan serat dari biji

Perebusan buah yang tidak sempurna dapat menimbulkan kesulitan pelepasan

serat dari biji dalam polishing drum, yang menyebabkan pemecahan biji lebih

sulit dalam alat pemecahan biji. Penetrasi uap yang cukup baik akan

membantu proses pemisahan serat perikap dari biji yang dipercepat oleh

proses hidrolisis. Apabila serat tidak lepas, maka lignin yang terdapat

diantara serat akan menahan minyak.

d. Membantu proses pelepasan inti dari cangkang


14

Perebusan yang sempurna akan menurunkan kadar air biji hingga 15%. Kadar

air biji susut sedangkan tempurung biji tetap, maka terjadi inti yang lekang

dari cangkang.

e. Menguraikan zat- zat lendir dari daging buah

Jika tidak diuraikan zat lendir akan menghambat pemisahan minyak dan air

dalam proses klarifikasi.

2.2.4 Pemipilan

Pada proses ini, buah yang telah direbus diangkut dengan dua cara yaitu

hosting crane dan happering. Cara pertama dilakukan dengan menggunakan

hoisting crane dan dituang ke dalaam tresher melalui hooper yang berfungsi

untuk menampung buah rebus. Sementara cara kedua dilakukan dengan

menggunakan happering yang kemudian diangkut dengan elevator (auto feeder).

Pada proses ini, tandan buah segar yang telah direbus kemudian dirontokkan

atau dipisahkan dari janjangnya. Pemipilan dilakukan dengan membanting buah

dalam drum putar dengan kecepatan putaran 23- 25 rpm. Buah yang terpisah akan

jatuh melalui kisi- kisi dan ditampung oleh fruit elevator dibawa dengan

distributing conveyer untuk didistribusikan ke unit- unit digester (Adi, 2012).

Di dalam digester, buah diaduk dan dilumat untuk memudahkan daging

buah terpisah dari biji. Digester terdiri dari tabung silinder yang berdiri tegak

yang di dalamnya dipasang pisau- pisau pengaduk sebanyak 6 tingkat yang di

ikatkan pada poros dan digerakkan oleh motor listrik. Untuk memudahkan proses

pelumatan, diperlukan panas 90- 950C yang diberikan dengan cara

menginjeksikan uap 3 kg/cm2 langsung atau melalui mantel. Proses pengadukan/

pelumatan berlangsung selama 30 menit. Setelah masa buah dari proses


15

pengadukan selesai, kemudian dimasukkan ke dalam alat pengepresan (screw

press) (Pardamean, 2012). Stasiun perontokkan di PT.AMP Plantation dapat

dilihat dalam lampiran 3 Gambar 6.

2.2.5 Pengepresan

Pengepresan berfungsi untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari

daging buah (pericarp). Masa yang keluar dari digester diperas dalam screw

press pada tekanan 50 – 60 bar dengan menggunakan air pembilas. Suhu yang

digunakan berkisar 90 - 950C, dari pengepresan tersebut, akan diperoleh minyak

kasar, ampas dan biji (Pardamean, 2012). Stasiun pengepresan di PT. AMP

Plantation dapat dilihat dalam lampiran 3 Gambar 3.

2.2.6 Penyaringan

Minyak kasar (crude oil) yang dihasilkan kemudian disaring menggunakan

vibrating screen. Penyaringan bertujuan untuk memisahkan beberapa bahan asing,

seperti pasir dan serabut yang masih mengandung minyak dan dapat dikembalikan

ke digester. Vibrating screen terdiri dari 2 tingkat saringan dengan luas

permukaan 2 m2. Tingkat atas menggunakan saringan ukuran 20 mesh,

sedangkaan tingkat bawah memakai saringan 40 mesh. Minyak yang telah

disaring kemudian ditampung ke dalam crude oil tank (COT). Suhu didalam

COT dipertahankan berkisar 90- 950C agar kualitas minyak yang terbentuk tetap

baik (Pardamean, 2015). Oil tank di PT. AMP Plantation dapat dilihat dalam

lampiran 3 Gambar 5.

2.2.6 Permurnian

Tahap selanjutnya, minyak dimasukan ke dalam tangki klarifikasi. Prinsip

dari proses pemurnian minyak didalam tangki pemisah adalah melakukan


16

pemisahan bahan berdasarkan berat jenis bahan sehingga campuran minyak kasar

dapat terpisah dari air. Pada tahapan ini, dihasilkan 2 jenis bahan yaitu crude oil

dan slude. Minyak kasar yang dihasilkan kemudian ditampung sementara di

dalam oil tank.

Minyak kemudian dimurnikan menggunakan purifier. Tujuannya untuk

mengurangi kadar kotoran dan kadar air yang terdapat pada minyak berdasarakan

atas perbedaan densitas dengan menggunakan gaya sentrifugal. Sludge yang

dihasilkan dari clarifier tank kemudiaan dialirkan ke dalam decanter. Di dalam

alat ini terjadi light phase, heavy phase dan solid. Light phase yang dihasiikan

kemudian dialirkan kembali ke dalam crude oil tank, sedangkan heavy phase akan

ditampung dalam bak tampungan ( fat fit).

Sludge yang dihasilkan dari clarifier tank kemudian dialirkan ke dalam

decanter. Di dalam alat ini, terjadi pemisahan antara light phase , heavy phase

dan solid. Light phase yang dihasilkan kemudian akan dialirkan kembali ke

dalam crude oil tank, sedangkan heavy phase akan ditampung dalam bak

penampungan (fat fit). Solid atau padatan yang dihasilkan akan diolah menjadi

pupuk atau bahan penimbun. Minyak yang keluar dari purifier masih mengandung

air. Untuk mengurangi kadar air tersebut, minyak dipompakan ke vacuum drier.

Disini, minyak disemprot dengan menggunakan nozzle sehingga campuran

minyak dan air tersebut akan pecah. Hal ini akan mempermudah pemisahan air

dalam minyak. Minyak yang memiliki tekanan uap lebih rendah dari air akan

turun kebawah dan kemudian dialirkan ke storage tank (Pardamean, 2012).

2.2.7 Penyimpanan
17

CPO yang dihasilkan kemudian dialirkan kedalam storage tank (tangki

timbun). Suhu simpan dalam storage tank dipertahankan antara 45- 550C.

Tujuannya agar kualitas CPO yang dihasilkan tetap terjamin sampai waktu

pengiriman.

2.3 Mutu CPO

Kualitas merupakan faktor utama produsen sebelum membeli barang dan

jasa, sehingga kualitas merupakan faktor utama dalam keberhasilan suatu produk

dipasaran. Produsen yang baik tentu akan mempertahankan mutu supaya tidak

terlalu banyak variasi. Kualitas suatu produk ditentukan oleh mutu suatu produk

tersebut. Segala ciri yang mendukung persyaratan disebut karakteristik kualitas.

Ciri- ciri itu bisa berupa ukuran, fungsi, sifat kimia, daya tahan hidup dan yang

lainnya (Astuti (2007) cit. Julia (2009).

Mutu minyak kelapa sawit bisa diukur dengan angka- angka dari minyak

sawit itu sendiri. Beberapa kriteria yang bisa digunakan untuk mengukur kualitas

minyak kelapa sawit harus dipahami benar oleh produsen jika ingin produknya

diterima oleh konsumen, terutama konsumen luar negeri. Kadar asam lemak bebas

(ALB), kadar air dan kadar kotoran merupakan kriteria untuk melihat mutu CPO

(Julia, 2009).

Berikut ini adalah beberapa pengertian dari beberapa karakteristik mutu

menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2003) cit. Julia (2009):

1. Asam lemak bebas (ALB) adalah asam yang dibebaskan pada hidrolisis

lemak. ALB tinggi adalah suatu ukuran ketidakberesan dalam panen dan

pengolahan.
18

2. Kadar air adalah bahan yang menguap yang terdapat dalam minyak sawit

pada pemanasan 1050C. kadar air tinggi diatas 0,1% membantu hidrolisis .

3. Kadar kotoran adalah bahan- bahan yang tak larut dalam minyak, yang dapat

disaring setelah minyak dilarutkan dalam suatu pelarut dalam kepekatan 10%.

Untuk memperoleh minyak sawit dengan standar serta mutu yang baik,

maka perlu diperhatikan faktor- faktor yang mempengaruhi mutu produksi,

terutama ALB dalam minyak kelapa sawit. ALB adalah faktor mutu yang paling

cepat berubah selama proses terjadi, ALB dalam konsentrasi tinggi yang terikut

dalam minyak kelapa sawit sangat merugikan (Julia, 2009).

Beberapa hal yang menyebabkan kadar ALB tinggi dalam minyak kelapa

sawit menurut Julia (2009) antara lain:

1. Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu

2. Keterlambatan dalam pengumpulan dan pegangkutan buah

3. Proses hidrolisa selama pemprosesan dipabrik

Menurut Pardamean (2012), tingkat kematangan buah akan berpengaruh

pada kualitas buah. Jika panen dilakukan pada keadaan buah lewat matang,

kandungan asam lemak bebas yang terdapat pada minyak akan meningkat.

Sementara jika penen dilakukan pada buah yang masih mentah, akan menurunkan

kandungan minyak dari buah. Kematangan tandan yang dipanen terdiri dari

beberapa tingkatan seperti pada Tabel 1.


19

Tabel 1. Tingkat kematangan buah sawit


Fraksi Jumlah brondolan Tingkat kematangan
00 Tidak ada, buah berwarna hitam Sangat mentah
0 1- 12,5% buah luar membrondol Mentah
1 12,5- 25% buah luar membrondol Kurang matang
2 25- 50% buah luar membrondol Matang I
3 50- 75% buah luar membrondol Matang II
4 75- 100% buah luar membrondol Lewat matang I
5 Buah dalam juga membrondol, ada buah yang Lewat matang II
busuk
Sumber: Pusat Penelitian Marihat (1982) cit. Fauzi, dkk (2014)

2.4 Efisiensi

Efisiensi diartikan sebagai rasio output dan input, seberapa besar output

yang dihasilkan dengan menggunakan sejumlah input yang dimiliki perusahaan

(Bayangkara, 2008 cit. Hijayati, Moch dan Achmad, 2014).

Pengukuran Produktivitas Bahan Baku (PB)

Perhitungan produktivitas bahan baku (PB) sama dengan perhitungan

mencari rendemen minyak kelapa sawit. Perhitungan rendemen yaitu jumlah

produksi yang dihasilkan dibagi jumlah bahan baku yang dipakai lalu dikali

100%. Jadi jika sudah dilakukan perhitungan terhadap produktivitas bahan baku

maka perhitungan rendemen juga sudah didapatkan.

Pemanfaatan segala sumberdaya yang dimiliki perusahaan secara efektif

merupakan salah satu langkah efisien dalam suatu perusahaan, karena sumber

daya dalam suatu perusahaan memberikan kontribusi yang penuh terhadap

kelangsungan hidup perusahaan (Pradhitya, 2010).


20

2.6 Efektivitas

Menurut Bhayangkara (2011) cit. Suryani, Moch dan Dwiatmanto (2015)

efektivitas dapat dipahami sebagai tingkat keberhasilan suatu perusahaan untuk

mencapai suatu tujuannya. Apabila suatu organisasi mencapai suatu tujuan maka

organisasi tersebut dikatakan efektif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

efektivitas merupakan derajat keberhasilan suatu organisasi mencapai tujuannya.

Analisis untuk menilai efektivitas bagian produksi dapat dihitung

menggunakan rumus achievement rate (AR) yaitu:

2.7 Produksi

Produksi diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang

mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output). Pengertian

produksi dan operasi tercakup setiap proses yang mengubah masukan- masukan

(inputs) dan menggunakan sumber- sumber daya yang menghasilkan keluaran-

keluaran (outputs), yang berupa barang- barang dan jasa- jasa. Dengan dasar

pengertian itu, di dalam kegiatan menghasilkan barang atau jasa, dapat diukur

kemampuan mennghasilkan atau transformasinya, yang sering dikenal dengan apa

yang disebut produktivitas untuk setiap masukan (input) yang dipergunakan,

kecuali bahan (Assauri, 1999).


III. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18 Maret sampai 11 Mei 2015

yang dilaksanakan pada PT. Agra Masang Perkasa Plantation Unit Palm Oil Mill

desa Tapian Kandis Kecamatan Palembayan Kabupaten Agam. Penelitian ini

dilakukan selama 53 hari.

3.2 Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan

data sekunder. Data sekunder diperoleh langsung dari PT.AMP Plantation Unit

POM, yang terdiri atas : gambaran umum perusahaan, data produksi CPO tahun

2012 sampai 2014, data bahan baku tandan buah segar 2012 sampai 2014 dan data

mutu CPO tahun 2014. Sedangkan data sekunder lainnya diperoleh dari (bahan

pustaka) buku, hasil laporan penelitian terkait CPO, catatan-catatan yang dimiliki

perusahaan dan literatur mengenai kelapa sawit dan pengolahan CPO.

Data primer dikumpulkan melalui hasil pengamatan, pencatatan langsung di

lapangan dan wawancara dengan responden. Responden dari penelitian ini yaitu

pihak perusahaan antara lain manajer, asisten manejer, supervisor proses,

karyawan, dan pihak perusahaan lainnya yang berkaitan. Data primer yang

dikumpulkan berupa: kapasitas olah pabrik, mengenai produksi CPO dan bahan

baku tandan buah segar. Responden ini dipilih sengaja (purposive) dengan

pertimbangan bahwa responden mengetahui dan dapat memberikan informasi

mengenai kondisi perusahaan dengan baik, khususnya mengenai produksi CPO

dan mutu CPO.


22

3.3 Metode Pengumpulan Data

3.3.1 Studi Kepustakaan (Library Research)

Studi kepustakaan digunakan untuk mengumpulkan data sekunder. Studi

kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan data yang bersumber dari literatur-

literatur, jurnal, dan hasil penelitian lainnya yang berhubungan dengan objek

penelitian. Studi kepustakaan ini dilakukan untuk mendapatkan materi penunjang

mengenai masalah yang sedang dibahas.

3.3.2 Studi Lapangan (Field Research)

Studi lapangan yaitu melakukan pengumpulan data yang dibutuhkan dengan

cara melakukan pengamatan langsung pada perusahaan yang bersangkutan yang

dalam penelitian ini yaitu pabrik kelapa sawit PT. AMP Plantation. Bentuk studi

lapangan yang dilakukan yaitu dengan melakukan pengamatan langsung pada PT.

AMP Plantation, baik melalui pencatatan, observasi dan wawancara.

1. Pencatatan, dilakukan dengan cara mencatat data-data yang diperoleh dari

sumber yang bersangkutan, dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan

penelitian ini.

2. Observasi, merupakan teknik pengumpulan data dengan cara melakukan

pengamatan langsung terhadap obyek penelitian yang diamati, kemudian

mencatat informasi yang diperoleh selama pengamatan.

3. Wawancara, merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara mengajukan pertanyaan atau tanya jawab secara langsung kepada pihak-

pihak yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. wawancara dilakukan

dengan asisten, supervisor, karyawan perusahaan dan pihak lain yang terkait

dalam penelitian ini.


23

3.3 Teknik Analisis dan Metode Pengujian

1. Metode Deskriptif

Metode deskriptif berfungsi untuk memberikan gambaran terhadap obyek

yang diteliti sebagaimana adanya, tanpa melakukan anlisis dan membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum (Sugiyono, 2008). Penyajian data

menggunakan tabel.

Efisiensi produksi dilihat dengan menilai efisiensi produktivitas bahan baku

(Pb) dan efektivitas produksi menggunakan rumus Achievement Rate (AR) yaitu:

Perhitungan produktivitas bahan baku (PB) sama dengan perhitungan

mencari rendemen minyak kelapa sawit. Efisiensi produksi dilihat dari segi

produktivitas pemakaian bahan baku tandan buah segar, efektivitas produksi dan

kapasitas olah pabrik dibandingkan dengan bahan baku yang diolah. Efisensi

produksi dilihat secara teknik dan tidak melihat secara efisiensi biaya.

2. Metode trend kuadrat terkecil

Menurut Sondang, Alfikri dan Wiwik (2012) metode trend merupakan suatu

metode analisis yang ditunjukkan untuk melakukan suatu estimasi atau peramalan

pada masa yang akan datang. Metode kuadrat terkecil yang digunakan kasus data

genap. Data yang digunakan yaitu data bahan baku tandan buah segar dan

produksi CPO sebanyak 12 bulan pada tahun 2014. Metode ini digunakan untuk

meramal penggunaan bahan tandan buah segar di PT. AMP Plantation untuk

beberapa tahun yang akan datang.


24

Metode kuadrat terkecil diperoleh persamaan Y= a + bx dimana

a= ∑Y/n

b= ∑XY/∑X2

n= banyak data

3. Metode analisis korelasi

Korelasi merupakan angka yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan

antar dua variabel atau lebih. Arah dinyatakan dalm bentuk hubungan positif atau

negatif, sedangkan kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefision

korelasi (Sugiyono, 2008). Koefision korelasi terbesar = 1 dan koefision korelasi

negatif terbesar = -1, sedangkan terkecil adalah 0.

Jika koefision korelasi (r) positif (r > 0) berarti hubungan positif atau searah.

Artinya terjadi kenaikan pada rank x, maka akan diikuti kenaikan variabel y, atau

jika terjadi penurunan variabel x maka akan diikuti dengan penurunan variabel y.

koefisien korelasi (r) negatif (r < 0) berarti apabila terjadi kenaikan pada variabel

x maka akan diikuti penurunan variabel y atau apabila penurunan pada variabel x

maka akan diikuti dengan kenaikan variabel y. Dalam penelitian ini bertujuan

untuk melihat hubungan antara jumlah tandan buah segar dengan volume produksi

CPO. Variabel dalam penelitian ini yaitu:

X= bahan baku (Tandan buah segar)

Y= Produksi CPO
25

Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap dan sistematis. Langkah-langkah

penelitian yang dilakukan untuk menyusun laporan penelitian dapat dilihat pada blok

diagram penelitian Gambar 1.

Mulai penelitian PT. AMP


Plantation Unit POM

Penetapan rumusan masalah

Penetapan tujuan dan manfaat penelitian

Studi pustaka

Pengumpulan data

Pengolahan data

Analisis dan evaluasi

Kesimpulan

Gambar 1. Tahapan pelaksanaan penelitian


IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Sejarah Perusahaan

PT. AMP Plantation unit POM (PT. Agra Masang Perkasa Plantation-

Palm Oil Mill) merupakan suatu perusahaan swasta yang tergabung dalam Wilmar

Group. PT. AMP POM bergerak dibidang pengolahan TBS (Tandan Buah Segar)

kelapa sawit menjadi minyak mentah atau disebut juga CPO (Crude Palm Oil)

dan inti sawit. Perusahaan ini juga mengelola usaha perkebunan kelapa sawit.

Perusahaan ini terletak di daerah Tapian Kandis Kecamatan Palembayan

Kabupaten Agam Provinsi Sumbar. Daerah ini sangat potensial untuk dijadikan

kawasan perkebunan kelapa sawit. Selain area perkebunan yang luas tanahmya

juga subur dengan geografis yang mendukung. Kawasan ini semakin berkembang

karena dilalui nagari Manggopoh menuju Simpang Empat Kabupaten Pasaman

barat.

Pabrik ini mulai dibangun selama periode April 1995 sampai Desember

1996 (masa survey pembangunan hingga commissioning pabrik). Dalam

relisasinya PT. AMP Plantation Unit POM menggunakan fasilitas penanaman

modal asing (PMA) dengan nomor surat persetujuan dari presiden No.13-

109/press/5/1993, tanggal 31 Mei 1993 sesuai dengan surat pemberitahuan

tentang persetujuan presiden dari MANIVES/ ketua BKMP No 99/1/PMA/1993,

tanggal 11 Agustus perihal persetujuan usaha dan jenis kapasitas produksi dan

perkebunan secara investasi.

Perusahaan PMA ini terdiri 89,75% saham nasional dan 10,25% saham

asing. Sesuai dengan keputusan bupati kepala daerah tingkat II Agam No


27

04/006/Tapem/1997, maka diberikan izin mendirikan perusahaan industri

pengolahan TBS (Tandan Buah Segar) kelapa sawit yaitu Crude Palm Oil (CPO)

dan inti kernel kepada PT. AMP Plantation unit POM.

4.2 Lokasi Perusahaan

PT. AMP Plantation unit POM terletak di Tapian Kandis Kecamatan

Palembayan Kabupaten Agam Sumatera Barat yang terletak diatas tanah milik

adat dengan batas- batas sebagai berikut:

1. Sebelah timur berbatasan dengan tanah Erfat (jalan kebun PT. AMP Plantation

POM)

2. Sebelah barat berbatasan dengan tanah Jaliryah/ Amai

3. Sebelah utara berbatasan dengan tanah Ali Umar

4. Sebelah selatan berbatasan dengan tanah Ali Umar/ Kurar

Faktor- faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi PT. AMP Plantation

POM ini antara lain:

1. Faktor penyediaan bahan baku

Lokasi pabrik harus dekat dengan sumber bahan baku utama karena kelapa

sawit mudah membusuk dan harus segera diolah setelah panen. Bahan baku

tersebut dikelola oleh bagian perkebunan (estate) dari PT. AMP Plantation POM

dan perkebunan masyarakat lainnya.

2. Faktor penyediaan air

Pabrik ini didirikan dengan lokasi dekat sungai yang bernama sungai

Masang, sehingga mudah dalam proses produksi. Air merupakan sumber daya

yang sangat penting untuk proses produksi di pabrik ini.


28

3. Faktor domisili penduduk

Dalam hal ini pabrik harus jauh dari lingkungan tempat tinggal penduduk,

untuk menghindari pencemaran lingkungan bagi penduduk sekitar.

4.3 Visi dan Misi

Visi PT. AMP Plantation (Wilmar Group) adalah menjadi perusahaan

terbaik, dikagumi, diakui dan bertaraf internasional dalam bidang perkebunan

kelapa sawit.

Misi dari perusahaan ini adalah mengelola usaha perkebunan kelapa sawit

dan industri pengolahan minyak sawit lestari dengan mengutamakan mutu dan

kelestarian lingkungan melalui doktrin “good corporate governance” demi

menjamin seluruh stakeholder perusahaan.

Etos kerja perusahaan ini adalah sebagai berikut:

1. Disiplin

2. Bekerja keras

3. Jujur

4. Kreatif

5. Berpikir positif

6. Bertindak cepat dan tepat


29

4.4 Struktur Organisasi

Struktur organisasi PT. AMP Plantation Unit POM, dari tingkat pimpinan

tertinggi sampai kepala dari beberapa asisten, dapat dilihat pada Gambar 2.

Mill Manajer
Ir. Syafrial Tanjung

Asmil KTU EHS


Iskandar Erman Hartono Afrizal

Asst. SPC Sortasi


SPC Process Oficer Maintenace QC Labor Ahmad
Arlendra Salimun Faisal Nur Armansyah.S

SPC Logistik PGA SPV Store Account


Elva Zuriati Gustina Dewi Anto Sugito Samsuar

Asst. SPC
Process
Sunardi Asst. SPC Maint Foremen Elektrian
Idris Ilham Sri Dastarto
Masrianto
Tri Sri Santoso

Gambar 2 . Struktur Organisasi Pabrik Kelapa Sawit PT. AMP Plantation


30

4.5 Tugas Pokok dan Fungsi Jabatan di PT. AMP Plantation Unit POM

Struktur organisasi perusahaan dibuat dengan tujuan memberikan

gambaran tentang jalur-jalur perintah dan koordinasi serta birokrasi di perusahaan,

dan terlihat jabatan yang menjalankan perintah.

Tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing bagian dalam

struktur organisasi dapat dijelaskan pada uraian di bawah ini :

a) Manajer

Manajer adalah pimpinan tertinggi di pabrik. Tugas dan wewenangnya

adalah mengambil kebijaksanaan dan keputusan, melaksanakan dan mengawasi

proses pengolahan produksi sehingga tujuan perusahaan tercapai

Tugas dan tanggung jawabnya :

1. Menjabarkan dan melaksanakan langkah kebijakan Direksi dibidang tanaman,

teknik, administrasi, tenaga kerja dan agraris serta menjalin hubungan baik

dengan instansi terkait sesuai dengan kebijakan perusahaan.

2. Merencanakan dan mengawasi penempatan karyawan secara efektif dan

efesien.

3. Mengawasi dan menilai hasil kerja bagian atau divisi secara terus menerus dan

membandingkan hasil nyata dan norma kerja serta mengambil tindakan untuk

mangatasi terjadinya penyimpangan.

4. Memberikan saran atau usul kepada direksi baik diminta ataupun tidak untuk

efektifitas dan efesiensi dalam rangka penggelolaan perusahaan.

5. Menerima tugas khusus dan pelimpahan wewenang Direksi.

6. Menyusun usulan budget bersama–sama dengan Head Assistent.

7. Memimpin kegiatan perusahaan baik ke dalam maupun di luar.


31

8. Mengawasi dan terjun langsung pada semua kegiatan personil dari setiap

organisasi.

Wewenang dari Manajer yaitu :

1. Membuat langkah kebijakan yang tidak bertentangan dengan peraturan

perusahaan

2. Mengambil keputusan untuk tanggung jawab

3. Melakukan tindakan pembinaan terhadap bawahan yang indisipliner

(membuat teguran, peringatan dan PHK) dan mutasi antar divisi dalam rangka

pembinaan jenjang karir/tugas.

4. Mengambil langkah pengamanan untuk menghindari penyimpangan

5. Mengeluarkan biaya yang berhubungan dengan bidangnya sebatas anggaran

yang telah ditetapkan

6. Melakukan penilaian prestasi kerja dan pengaturan cuti bawahan

b) Asisten manajer

Asisten manajer membantu Manager dalam melaksanakan rencana yang

telah ditetapkan, mengawasi kegiatan proses produksi, memberikan penjelasan

kepada supervisor baik pada rapat kerja maupun ditempat tugas masing-masing

mengenai tugas-tugas yang diberikan.

Fungsi utama dari asisten manager yaitu membantu manajer mengelola

perusahaan dalam rangka mengoptimalkan produksi sesuai dengan kualitas yang

telah ditentukan serta pengendalian biaya untuk pencapaian tujuan perusahaan.

Tugas dan tanggung jawab asisten manajer adalah :

1. Mengkoordinir dan merekapitulasi laporan manajemen setiap bulan

2. Mengkoordinir laporan produksi untuk dilaporkan ke kantor direksi.


32

3. Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan supervisor/ asisten supervisor

untuk peningkatan prestasi dan kesejahteraan hidupnya.

4. Mengkoordinir, meneliti dan memberi petunjuk kepada supervisor dalam

menyusun rencana kerja tahunan, serta rencana kerja operasional.

5. Membantu Manajer untuk mengidentifikasi persyaratan Sumber Daya Manusia

(SDM) dan menugaskan personil terlatih terhadap seluruh posisi yang

mempengaruhi mutu.

6. Membimbing supervisor dalam semua aspek kegiatan produksi.

c) Supervisor

1. Menyampaikan kebijakan yang disampaikan oleh jabatan diatasnya kepada

seluruh bawahan dan groupnya

2. Mengatur kelompok kerja pada group yang dipegangnya

3. Memberikan tugas kepada bawahannya

4. Melaksanakan tugas, proyek dan pekerjaan secara langsung

5. Memberikan training kepada bawahannya

6. Memimpin dan memotivasi bawahannya

7. Menegakkan aturan yang telah ditentukan oleh perusahaannya

8. Mendisiplinkan bawahannya

9. Memecahkan dan mencari solusi masalah sehari-hari yang rutin

10. Membuat rencana jangka pendek untuk tugas yang telah ditetapkan oleh

atasannya

11. Mengontrol dan mengevaluasi kinerja bawahannya

12. Memberikan info kepada manajemen mengenai kondisi bawahan atau

menjadi perantara antara pekerja dan manajemen.


33

d) Asisten laboratorium

Asisten laboratorium bertanggung jawab atas analisis hasil- hasil produksi

PKS berupa CPO dan PK dan pengwasan atas limbah PKS. Tugas utama

laboratorium adalah memastikan kualitas produk yang dihasilkan (CPO dan PK)

sesuai dengan standar yang ditentukan dan menympaikan saran- saran perbikan.

Tugas asisten labor meliputi hal- hal sebagai berikut:

- Dalam hal analisis TBS, yaitu memonitor dan memeriksa TBS yang dikirim

dari kebun untuk keperluan grading, memonitor pelaksanaan grading untuk

mengetahui kualitas TBS yang dikirim, serta memastikan bahwa pelaksanaan

grading telah dilakukan dengan benar dan akurat.

- Dalam hasil analisis pelaksanaan proses pengolahan TBS, yaitu memeriksa

pengambilan sampel CPO dan kernel yang dilakukan oleh petugas sampel

untuk memastikan bahwa sampel yang diambil sesuai dengan titik

pengambilan, waktu pengambilan, dan jumlahnya, memonitor pelaksanaan

pencampuran dari sampel yang diambil untuk mendapatkan sampel

representative untuk dianalisis.

- Melakukan analisis untuk mengetahui kandungan minyak dalm TBS sebagai

acuan terhadap pencapaian rendemen

- Menganalisa kualitas air

- Menyusun anggaran tahuanan bagian laboratorium

- Memonitor hasil kerja bawahan dan mengidentifiksi ketidaksesuaian dalam

pelaksanaan pekerjaan.
34

e) Asisten maintenance

Asisten teknik bertanggung jawab terhadap perawatan dan pemeliharaan

mesin- mesin PKS. Tugas utama asisten teknik adalah menjagaa agar peralatan

dan mesin- mesin pabrik terjaga dengan baik dan dapat beroperasi secara optimal.

f) KTU

KTU bertanggung jawab atas pengolahan keuangan, administrasi, dan

akuntansi PKS. KTU mengkoordinir bagian keuangan, pembukuan, kepala

gudang (logistik), administrasi TBS, CPO dan PK, serta administrasi kantor.

4.6 Jumlah Tenaga Kerja Perusahaan

Tenaga kerja merupakan orang yang mau dan mampu melakukan pekerjaan

guna dapat menghasilkan barang dan jasa baik dalam memenuhi kebutuhan

sendiri dan masyarakat. Data jumlah karyawan PT. AMP Plantation Unit POM

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah tenaga kerja di lingkungan PT.AMP Plantation Unit POM

No Bagian Jumlah tenaga kerja


1 Mill head 1
2 Asisten manager 1
3 Security 23
4 Weight bridge 4
5 Sortase 16
6 Laboratorium 13
7 Office admin 23
8 Process 95
9 Maintenance 25
10 Office girl 1
Jumlah 202
Sumber: PT. AMP Plantation Unit POM
35

Tabel 3. Jumlah Operator yang dibutuhkan dalam satu shift pada pabrik
No Stasiun Jumlah tenaga kerja Jumlah shift

1 Penerimaan TBS 1 2
2 loading ramp 6 2
3 Sterilizer 3 2
4 Capstant 6 2
5 Hoisting Crane 2 2
6 Pressan 3 2
7 Kernel 4 2
8 Klarifikasi 3 2
9 Boiler Operator 6 3
10 Engine drum 5 2
11 Laboratorium 5 2
12 Limbah 1 2
Sumber: Pabrik kelapa sawit PT. AMP Plantation

4.7 Jam Kerja di PT. AMP Plantation Unit POM

Dengan berlakunya peraturan Dinas Tenaga Kerja bahwa jam kerja seorang

karyawan dalam perusahaan adalah 40 jam kerja per minggu, selebihnya akan

dikira sebagai jam lembur. Sedangkan pengaturan jam kerja karyawan yang

berlaku di PT. AMP Plantation dibagi atas 2 bagian, yaitu sebagai berikut :

a. Jam kerja kantor

Untuk bagian kantor hanya ada 1 shift dengan 7 jam kerja per hari dan 40

jam kerja per minggu dengan bagian seperti pada Tabel 3.

Tabel 4. Jam kerja karyawan kantor PT. AMP Plantation Unit POM
No Hari Waktu kerja Istirahat
1 Senin- Jumat 07.30 - 17.00 12.00 - 13.00/ 13.00 - 14.00
2 Sabtu 07.30 - 13.00 13.00
Sumber: Pabrik kelapa sawit PT. AMP Plantation
36

b. Jam kerja karyawan bagian pabrik

Jam kerja karyawan pabrik dapat dilihat pada Tabel 5 dibawah ini:

Tabel 5. Jam kerja karyawan bagian pabrik PT. AMP Plantation


No Shift Waktu Kerja
1 1 07.30 - 17.00
2 2 17.00 - 07.00
Sumber: Pabrik kelapa sawit PT. AMP Plantation

4.6 Sistem Pengupahan dan Fasilitas Karyawan

Dalam pembagian upah yang dilakukan oleh pihak perusahaan kepada

karyawan dilakukan 1 kali setiap bulannya yaitu setiap tanggal 8. Jumlah gaji

yang diberikan kepada karyawan disesuaikan dengan golongan. Selain mendapat

gaji bulanan, karyawan mendapat upah lembur bagi yang telah melaksanakan

lembur.

Dalam meningkatkan kesejahteraan karyawan, perusahaan juga

menyediakan fasilitas sebagai berikut :

- Perumahan untuk setiap karyawan pimpinan dan karyawan pelaksana yang

berada di lokasi perkebunan yang tinggal di sekitar pabrik.

- Air untuk keperluan rumah tangga.

- Tunjangan keselamatan kerja, duka cita dan tunjangan hariannya.

- Adanya tempat ibadah yang berada di sekitar perumahan karyawan.

- Sarana olahraga yang tersedia.

- Adanya sarana transportasi.


37

4.7 Mesin dan Peralatan

Mesin dan peralatan yang terdapat di PT. AMP Plantation adalah sebagai

berikut pada Tabel 6.

Tabel 6. Mesin dan peralatan produksi yang digunakan oleh PT. AMP Plantaion
Unit POM
Jumlah
No Mesin/Peralatan Fungsi
(Unit)
1 Timbangan Menimbang berat TBS yang akan diangkut oleh truk ke 2
loading ramp
2 Loading Ramp Sebagai wadah penimbunan sementara, juga berperan 2
untuk memuat buah ke dalam lori. Penimbunan buah
yang sampai bermalam di loading ramp dapat
menutunkan mutu minyak sawit bahkan lebih sepat dari
penurunan mutu akibat penimbunan di lapangan
3 Tresher Memisahkan buah dari tandan 3
4 Turbin uap Pembangkit listrik 3
5 Ketel uap Menghasilkan uap panas dalam proses perebusan 3
6 Hoisting crane Mengangkut buah hasil rebusan dari sterilizer ke threser 3
7 Screw press Alat kempa adonan yang berasal dari digester 8
8 Sludge separator Memisahkan minyak dari air dan kotoran 10
9 Vacuum dryer Untuk mengurangi kadar air 2
10 Sand trap tank Untuk mengendapkan pasir dan kotoran yang terdapat 1
dalam minyak kasar
11 Crude oil tank Untuk tempat penempungan minyak kasar sementara 1
12 Storange tank Untuk penampungan minyak kelapa sawit yang sudah 2
selesai diolah
13 Vibrating screen Untuk menyaring lumpur dan kotoran yang terdapat 4
dalam minyak kasar
14 Oil tank Untuk menanpung minyak bersih 2
15 Slude tank Untuk menanpung slude 2
16 Lori Menampung TBS ke perebusan dengan kapasitas 2,7 132
ton
17 Sterilizer Merebus TBS 4
18 Autopider Alat transport untuk buah yang sudah direbus untuk 3
dipipil
19 Digester Pengadukan pasca brondolan 8
20 Fruit elevator Mengangkat brondolan ke elevator 3
21 Cake breaker Memecahkan gumpalamn ampas yang terdiri dari biji 2
conveyor dan serat
(CBC)
22 Polishing drum Memidahkan fraksi ringan dan berat dari CBC 2
23 Nut silo drayer Untuk mengeringkan nut 2
24 Nut silo Memeram biji 2
25 Ripple mill Untuk memecahkan ut 4
26 Separating colum Untuk memisahkan inti dari cangkang 2
27 Clay bath Untuk cangkang dalam kernel berdasarkan berat jenis 2
28 Kernel silo Wadah mengeringkan inti 4
Sumber: PT. AMP Plantation Unit POM
38

4.8 Uraian proses produksi CPO

Proses produksi CPO di PT. AMP Plantation dapat dilihat pada Gambar 3.

Stasiun penerimaan buah

Stasiun sortasi buah

Stasiun loading ramp

Stasiun sterilizer

Stasiun perontokan ( Threshing)

Stasiun pengempaan (press)

Stasiun klarifikasi

Storage tank

0
Penumpukan CPO dalam tangki timbun
9

Gambar 3. Proses produksi CPO di PT. AMP Plantation

Pada prinsipnya proses pengolahan TBS kelapa sawit adalah proses untuk

memperoleh minyak dan inti sawit dari buah sawit. Secara keseluruhan proses

yang berjalan di pabrik kelapa sawit terjadi secara berkesinambungan dan terkait

satu sama lain. Kegagalan pada satu tahap akan berpengaruh pada proses

berikutnya. Oleh karena itu setiap tahap proses harus berjalan dengan lancar
39

sesuai dengan prosedur operasional kerja (SOP). Adapun proses pengolahan

tandan buah segar menjadi CPO adalah sebagai berikut:

1. Stasiun penerimaan buah

Buah sawit yang dibawa dari perkebunan diterima pertama kalinya di

stasiun penerimaan buah. Stasiun ini dilengkapi dengan jembatan penimbangan

yang berfungsi untuk menimbang berat TBS yang masuk kedalam pabrik untuk

diolah lebih lanjut. Jembatan timbangan dipakai menggunakan sistem komputer

untuk menentukan berat. Jembatan timbangan ada 2 dengan kapasitas maksimum

timbangan ini adalah 40 ton dan 60 ton.

Prinsip kerja dari jembatan timbang yaitu truk yang melewati jembatan

timbang berhenti 5 menit, kemudian dicatat berat truk awal (berat bruto) sebelum

TBS dibongkar dan disortir, kemudian setelah dibongkar truk kembali ditimbang

untuk mendapatkan selisih berat awal dan berat akhir dari truk sebagai berat sawit

(berat bersih) yang diterima oleh pabrik. Hal ini sesuai dengan tujuan

penimbangan yaitu untuk mengetahui berat muatan TBS sehingga memudahkan

dalam perhitungan atau pembayaran hasil panen serta memudahkan untuk proes

pengolahan selanjutnya (Pardamean, 2012).

2. Stasiun sortasi Buah

Kegiatan sortasi pada stasiun ini sangat mempengaruhi hasil yang akan

diperoleh pada pengolahan selanjutnya, sehingga dengan pelaksanaan sortasi

sebaik mungkin akan mempengaruhi kualitas minyak yang akan diolah. Penilaian

mutu TBS yang tepat atas kualitas di pabrik kelapa sawit di PT. AMP Plantation

dapat dilihat pada Tabel 7.


40

Tabel 7. Penilaian mutu TBS yang tepat atas kualitas di PT. AMP Plantation
Tindakan
Kualitas buah Kriteria
TBS Inti/ Plasma Lokal
Buah mentah - Tanpa brondolan Dipulangkan Dipulangkan
- Warna buah hitam
- Warna mesocarp
- Warna kuning
Buah mengkal - Brondolan 1- 9 Inti diterima Dipulangkan
- Warna buah hitam atau sedikit Plasma diterima
merah dengan potongan
- Warna mesocarp kuning
Buah matang - Brondolan 10- 50% dari Diterima Diterima
permukaan luar
- Warna mesocarp mesti merah
kekuningan
- Tangkai harus segar
Buah terlalu Bronolan 50- 90% dari Inti diterima Dipulangkan
matang permukaan luar Plasma diterima
dengan potongan
Tandan kosong < 10% brondolan tinggal Diterima dengan Dipulangkan
dipermukaan luar potongan
Buah restan - Buah sampai di PKS > 24 jam Inti tidak diterima Dipulangkan
selepas panen Plasma diterima
- Tangkai sudah sedikit kering dengan potongan
buah belum busuk
Buah busuk - Tandan sudan berbau busuk Dipulangkan Dipulangkan
- Tangkai sudah kering dan hitam
- Tandan >48 jam selepas panen
buah berasal dari buah restan
Buah tangkai Tangkai <2,5 cm Dipulangkan Diterima
panjang dengan
potongan
Buah basah Mengandung air karena sengaja Inti diterima Diterima
disiram atau terkena air hujan Plasma diterima dengan
dengan potongan air potongan air
Buah berpasir Pasir sengaja disiram atau Inti diterima Tidak diterima
dicampur dengan brondolan Plasma diterima
dengan potongan
Sumber: Bagian sortasi PT. AMP Plantation Unit POM

Berdasarkan Tabel 7 maka dapat dilihat standar kriteria dan kualitas tandan

buah segar yang telah ditentukan oleh perusahaan.

Ketentuan dan standar kualitas TBS yang ditolak di PT. AMP Plantation

dapat dilihat pada Tabel 8.


41

Tabel 8. Ketentuan dan standar quality tandan buah yang ditolak di


No Kriteria Penolakan Keterangan
1 TBS mentah - Tidak membrondol
- Warna buah hitam
- Warna daging buah putih
2 TBS bekas sortir
3 TBS kecil BJR ≤ 5,99 kg
4 TBS yang disiram air dan pasir - TBS disiram air tidak diterima
- TBS kena air hujan dipotong
5 TBS tangkai panjang Buah diterima jika
- TBS tangkai panjang tidak boleh lewat 5 cm
- Jika lebih wajib dipotong 1 kg/tandan
6 TBS campur sampah Buah diterima dengan potongan minimal 5%
Sumber: Pabrik kelapa sawit PT. AMP Plantation

Proses selanjutnya setelah dilakukan sortasi terhadap tandan buah segar

dilakukan pembongkaran buah.

3. Stasiun loading ramp

TBS yang sudah selesai disortasi ditampung di loading ramp kemudian

diisikan kedalam lori yang akan membawa TBS ke sterilizer untuk perebusan.

Loading ramp mempunyai pintu- pintu yang berjumlah 20 buah. Pintu- pintu

tersebut berfungsi sebagai tempat penampungan dan mempermudah pengisian

TBS kedalam lori. Untuk menggerakkan pintu digunakan double blanks handle

control, setelah lori penuh maka pintu loading ramp akan ditutup kembali.

Kapasitas loading ramp adalah 200 ton.

Loading ramp di pabrik kelapa sawit PT. AMP Plantation ini yaitu ada 2

yang terdiri dari penampungan tandan buah segar yang berasal dari kebun inti/

plasma dan tandan buah segar yang berasal dari kebun masyarakat lokal.

4. Stasiun sterilizer

Sterilizer merupakan alat untuk merebus TBS. Sterilizer berbentuk tabung

horizontal yang menampung 12 unit lori. Lori yang sudah terisi TBS dimasukkan

kedalam sterilizer dengan menggunakan transfer cariage dan capstand.


42

Kapasitas 1 sterilizer adalah 40 ton/jam. Perebusan dilakukan dengan

menggunakan uap panas dari boiler yang dialirkan pada suhu antara 120- 1300C

selama 90 menit.

Pola perebusan yang digunakan pada stasiun sterilizer di PT. AMP

Plantation adalah sistem perebusan triple peak (tiga puncak) yaitu puncak I

dengan tekanan 1,2 kg/cm, puncak II dengan tekanan 2,0 kg/cm, kemudian

puncak III tekanan 2,7 kg/cm ditahan selama 39,5 menit. Jumlah puncak dalam

pola rebusan ditunjukkan dari jumlah pembukaan atau penutupan dari uap masuk

atau uap keluar selama perebusan berlangsung yang diatur secara otomatis. Hal ini

sesuai dengan pendapat Adi (2012) perebusan yang dilakukan dengan tekanan uap

2,8 kg/cm2 dan waktu antara 80-90 menit merupakan yang paling optimal karena

menghasilkan minyak dan inti yang memuaskan. Selain itu, pada proses

perebusan juga perlu dilakukan pengurasan udara agar udara bisa keluar dan

digantikan oleh uap air sebagai media perebusan.

5. Stasiun perontokan

Buah dalam lori yang telah direbus dikeluarkan dari sterilizer dengan

menggunakan capstand. Kemudian lori yang berisi buah tersebut dicurahkan ke

autofeeder. Dari autofeeder, buah rebusan tersebut menuju tresher (mesin

perontok). Perontokan ini bertujuan untuk memisahkan/ melepaskan buah dari

tandannya.

Cara kerja alat ini didasarkan pada sentakan- sentakan yang ditimbulkan

oleh adanya bantingan TBS. TBS yang masuk ke dalam thresher yang sedang

berputar akan terletak pada dinding thresher karena adanya gaya sentrifugal dan
43

gravitasi maka tandan akan ikut terangkat dan jatuh, lalu terangkat kembali dan

jatuh selama perontokan.

Buah yang telah membrondol akan keluar dan masuk ke screw conveyor

menuju hopper, tandan kosong di cek kembali jika ada tandan yang masih

terdapat brondolan maka akan diambil dan direbus kembali untuk menghindari

losis dengan batas minimal brondolan yang tersisa untuk dikembalikan sekitar

3%.

6. Stasiun pengempaan (press)

Pada stasiun ini terjadi 2 proses yaitu proses pelumatan dan proses

pengempaan minyak dari daging buah pada screw press.

a. Digester (ketel aduk)

Digester (ketel aduk) dilengkapi dengan perajang atau pisau dengan tujuan

lain agar mudah ditempa dalam screw press. Proses pengadukan akan berjalan

lebih baik bila suhu dan volume di dalam digester dikontrol dengan baik. Faktor

temperatur sangat berpengruh dalam proses pelumatan. Temperatur dalam tabung

digester adalah 90-95 0C yang didapat dari uap dan dialirkan ketabung digester.

Pemberian uap dengan suhu 90-95 0C ini bertujuan pada suhu tersebut minyak

sudah mencair sedangkan yang masih berbentuk emulsi akan pecah menjadi

minyak dan cairannya lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Pardamean (2012)

suhu yang digunakan dalam screw press berkisar 90-95 0C. Pengadukan ini

berjalan selama 15 menit kemudian pintu digester yang menuju ke csrew press

dibuka.
44

b. Pengepresan

Dalam proses pengepresan tekanan hidrolik sangat menentukn keberhasilan

pemisahan minyak dari serat. Pada saat pengepresan terlalu rendah maka akan

mengakibatkan oil lossis dan sebaiknya jika terlalu kuat maka akan menyebabkan

presentasi kernel pecah semakin meningkat. Hasil pengepresan berupa minyak

kasar kemudian masuk ke sand trap tank. Minyak kasar tersebut selanjutnya akan

masuk ke stasiun pemurnian, sedangkan ampas pengempaan berupa serabut keluar

melalui celah- celah cone dikirim ke depericarter menggunakan cake break

conveyer. Oil lossis pada pengempaan sebesar 4% per ons sampel. Kapasitas press

adalah 15 ton/jam.

7. Stasiun klarifikasi

Minyak kasar hasil stasiun pengempaan dikirim kestasiun klarifikasi untuk

diproses lebih lanjut hingga mendapat hasil CPO yang sesuai dengan standar yang

diharapkan perusahaan.

a. Pemisahan pasir dari minyak (sand trap tank)

Minyak yang sudah keluar dari screw press melalui oil gutter dialirkan

kedalam sand trap tank dengan tujuan pemisahan minyak dengan kotoran/

mengendapkan pasir. Untuk memudahkan pengendapan maka suhu minyak harus

diatur antara 85-96 0C. Selanjutnya minyak masuk ke crude oil tank yang

sebelumnya disaring pada vibrating screen yang bergetar secara horizontal.

b. Vibrating screen

Minyak kasar yang disaring pada vibrating screen yang terdiri dari dua

tingkat yaitu berukuran 20 mesh untuk saringan atas dan 40 mesh untuk saringan

bawah. Saringan tersebut digunakan untuk memisahkan partikel- partikel padat


45

seperti pasir, serabut, lumpur dan kotoran- kotoran lainya. Kotoran dari proses

penyaringan ini dikembalikan lagi fruit elevator untuk di ekstrak kembali.

c. Pemisahan lumpur, air dan kotoran- kotoran yang terbawa pada minyak kasar

(clarifier tank)

Fungsi clarifier tank adalah untuk mengendapkan lumpur yang masih

terkandung dalam minyak kasar. Untuk mempermudah adanya proses

pengendapan maka suhu operasi didalam clarifier tank dipertahankan 950C.

Tangki ini dilengkapi stirrer yang berputar 3-5 rpm supaya miyak akan terpisah

sendirinya karena pengaruh panas. Lama proses pengendapan pada tangki ini

sekitar 3 jam sehingga minyak yang naik akan membentuk lapisan tersendiri dan

selanjutnya akan keluar melalui pipa oil tank. Sedangkan air, solid dan sludge

akan mengendap kebagian dasar tangki dan keluar melalui pipa akibat tekanan

menuju sludge tank.

d. Tangki penampungan minyak (oil tank)

Minyak yang telah dipisahkan pada tangki pemisah, kemudian ditampung

dalam tangki ini untuk dipanaskan lebih lanjut sebelum diproses pada sentrifugasi

minyak. Operasi kerja alat ini berkisar pada suhu 90-95 0C. Sistem pemanasannya

dilakukan dengan alat heat excharger dibuat dari sebuah pipa dengan posisi

melingkar dan dialiri uap dengan tekanan kerja uap ±3kg/cm2.

e. Pengurangan kadar air pada minyak (vacum drier)

Berfungsi untuk memisahkan air dan minyak dengan pompa vacum drier

dengan suhu antara 90-95 0C. Sehingga didapat minyak yang standar untuk dijual

dipasaran. Minyak masuk kedalam vacum drier melalui nozzle untuk

memercikkan minyak kedalam vacum, akibat adanya kandungan air yang larut
46

dalam minyak akan menguap dan akan keluar keatas vacuum drier yang

disebabkan hisapan pompa vacum, sedangkan minyak yang telah murni

dipompakan ke storange tank.


V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Efisiensi Produksi

Efisiensi diartikan sebagai rasio output dan input, seberapa besar output

yang dihasilkan dengan menggunakan sejumlah Input yang dimiliki perusahaan

(Bayangkara, 2008 cit. Hijayati, dkk, 2014). Untuk menilai efisiensi bagian

produksi dapat dilakukan dengan mengukur produktivitas bahan baku, efektivitas

produksi dan mesin.

5.1.1 Produktivitas bahan baku

Efisiensi produksi dapat dilakukan dengan mengukur produktivitas bahan

baku. Menurut Bayangkara (2008) cit. Hijayati, Moch dan Achmad (2014) Untuk

pengukuran produktivitas bahan baku (PB) digunakan rumus:

Perhitungan produktivitas bahan baku tandan buah segar pada dasarnya

sama dengan perhitungan rendemen CPO. Perhitungan rendemen CPO diperoleh

dengan cara membandingkan produksi CPO dengan tandan buah segar yang

diolah dan dijadikan dalam bentuk persentase. Dengan demikian apabila telah

didapatkan produktivitas bahan baku dan rendemen CPO akan sama dengan hasil

produktivitas bahan baku. Produktivitas bahan baku tandan buah segar dilihat dari

rencana dan realisasi bahan baku yang digunakan dan produksi CPO yang

dihasilkan. Berikut ini data pemakaian bahan baku tandan buah segar dan

produksi CPO yang dihasilkan tahun 2012- 2013.


48

Tabel 9. Data rencana dan realisasi pemakaian bahan baku tandan buah segar dan
produksi CPO tahun 2012- 2013
Rencana Rencana Realisasi Realisasi
Tahun Bahan Baku Produksi CPO Bahan Baku Produksi CPO
(ton) (ton) (ton) (ton)
2012 429.600 81.624 416.749 78.265
2013 428.560 81.426 373.665 75.921
2014 423.960 80.552 359.821 69.397
Sumber: PKS PT. AMP Plantation

Perhitungan target produktivitas bahan baku tandan buah segar tahun 2012

sampai 2013 dibawah ini:

Perhitungan aktual produktivitas bahan baku tandan buah segar tahun 2012

sampai 2013 dibawah ini:

Tabel 10. Perhitungan selisih target dan realisasi produktivitas pemakaian bahan
baku tandan buah segar PT. AMP Plantation
Tahun Target (T) Realisasi (R) Selisih (R- T) Keterangan
2012 19% 18,77% -0,23% Belum efisien
2013 19% 20,31% 1,31% Sudah efisien
2014 19% 19,28% 0,28% Sudah efisien
Sumber: Data diolah
49

Produktivitas pemakaian bahan baku tandan buah segar dapat dilihat pada

tabel 10. Tahun 2013 sampai 2014 dinilai telah efisien. Hal ini dikarenakan

produktivitas penggunaan bahan baku tandan buah segar aktual melebihi

persentase produktivitas yang dianggarkan sehingga selisihnya bernilai positif.

Namun pada tahun 2012 produktivitas bahan baku belum efisien karena

produktivitas penggunaan bahan baku aktual selisihya bernilai negatif. Suryani,

Moch dan Dwiatmanto (2015) menyatakan pemakaian bahan baku dikatakan

efisien jika persentase realisasi produktivitas sama dengan persentase target

produktivitas atau jika persentase realisasi produktivitas lebih tinggi daripada

persentase target produktivitas. sebaliknya selisih yang bernilai negatif (-)

dianggap belum efisien.

Tahun 2012 produktivitas pemakaian bahan baku tandan buah segar di PT.

AMP Plantation belum efisien. Penyebab belum efisiennya produktivitas

pemakaian bahan baku tandan buah segar ini disebabkan oleh bahan baku itu

sendiri. Kualitas bahan baku tandan buah segar mempengaruhi rendemen, jika

rendemen rendah maka produksi yang didapatkan juga rendah dan sebaliknya jika

rendemen tinggi maka produksi juga akan tinggi. Kualitas tandan buah segar

dilihat tingkat kematangannya, hal ini sesuai dengan pendapat Fauzi, dkk (2014)

apabila panen dilakukan dalam keadaan lewat matang rendemen minyaknya sudah

mulai menurun. Sebaliknya, jika pemanenan dilakukan dalam keadaan buah

belum matang, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah. Jika rendemen

minyak kelapa sawit yang diperoleh rendah maka produktivitas pemakaian bahan

baku juga tidak efisien.


50

Faktor lain yang menyebabkan tidak efisiennya pemakaian bahan baku

tandan buah segar adalah mesin pengolahan TBS menjadi CPO. Hal ini didukung

oleh Putri (2012) cit. Devani dan Marwiji (2014) melakukan penelitian tentang

analisis kehilangan minyak (oil losses) yang terdapat pada empty bunch, press dan

final effluent dengan cara ekstraksi menggunakan alat sokletasi. Dari hasil

penelitian diperoleh kadar kehilangan minyak yang tinggi mempengaruhi efisiensi

produksi pengolahan. Hal ini disebabkan oleh setiap peralatan yang tidak

memiliki kemampuan dan kapasitas design yang optimal, dan kualitas tandan

buah segar, sehingga kehilangan minyak yang dihasilkan menjadi tinggi dan

rendemen yang dihasilkan semakin menurun.

Perhitungan rendemen dan produktivitas pada dasarnya sama sehingga

berdasarkan Tabel 10 rendeman CPO dapat dilihat pada kolom realisasi

pemakaian bahan baku. Rendemen merupakan perolehan dari minyak sawit

mentah/crude palm oil (CPO) ataupun inti sawit/palm kernel dari proses

pengolahan tandan buah segar (TBS) yang seharusnya dicapai pada produksi

kelapa sawit yang dinyatakan dengan satuan persen (Naibaho (1996) cit. Julia

(2009). Rendemen didapatkan dengan cara produksi CPO yang didapatkan dibagi

dengan jumlah bahan baku yang dipakai dan dikali 100%.

Rendemen yang ditargetkan oleh group Wilmar adalah 19 %. Pada tahun

2012 rendemen yang dicapai oleh perusahaan adalah 18,78% jika dibandingkan

dengan target perusahaan maka belum mencapai target. Rendemen tahun 2013

adalah 20,32% jika dibandingkan dengan target maka sudah melebihi target yang

ditetapkan perusahaan. Dan pada tahun 2014 rendemen yang didapat sudah

memenuhi target perusahaan yaitu 19%. Namun jika dibandingkan dengan


51

rendemen yang seharusnya diperoleh berdasarkan literatur belum tercapai.

Menurut Fauzi (2014), rendemen tertinggi terdapat pada varietas tenera (22-

24%). Hasil CPO yang diharapkan oleh setiap pengelola sawit adalah rendemen

minyak yang tinggi (20-24%) dengan kadar ALB yang rendah (< 5%) serta kadar

air yang rendah (< 0,15%). Rendemen minyak yang tinggi dapat diperoleh dari

buah yang matang (fraksi 2 dan 3) selain itu buah yang telah lepas dari tandan

buah (berondolan) akan memiliki kandungan minyak yang tinggi (Budiyanto,

Devi dan Faren, (2003) cit. Julia (2009). Perbandingan rendemen minyak yang

diperoleh perusahaan dan dibandingkan dengan target internal dan eksternal

perusahaan dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Perbandingan rendemen yang diperoleh dengan target internal dan
eksternal perusahaan
Target
Tahun Realisasi
Internal Eksternal
2012 19% 22% 18,77%
2013 19% 22% 20,31%
2014 19% 22% 19,28%
Sumber: PT. AMP Plantation

Rendemen minyak kelapa sawit tahun 2013 di PT. AMP Plantation adalah

20,32% dengan perbandingan antara pemakaian bahan 373.665 ton dengan

produksi CPO 75.921 ton. Jika dibandingkan dengan rata- rata rendemen minyak

kelapa sawit PT. Incasi raya Group tahun 2013 adalah 18,84% dari jumlah total

tandan buah segar 335.306,18 ton dan produksi CPO 63.174,36 ton. Jika

dibandingkan dengan PT. Incasi Raya Group rendemen minyak di PT. AMP

Plantation lebih tinggi.

Persentase minyak pertandan adalah 24,4% dengan jenis Deli dura dan

Psifera Marihat (Tim penulis PS, 1993). Varietas kelapa sawit yang di pakai di
52

PT. AMP Plantation adalah Marihat yang rata- rata berat tandan buah segar 22 kg.

Jika dikonversikan dalam 1 ton tandan buah segar terdapat 45 buah tandan buah

segar. Kandungan minyak dalam 1 tandan buah adalah 5,388 kg, dengan demikian

kandungan minyak dalam 1 ton tandan buah segar adalah 241,5 kg/ton.

Jika produksi CPO dihitung berdasarkan kandungan minyak pertandan

yaitu 24,4% dan dibandingkan dengan produksi CPO yang tercapai oleh

perusahaan memiliki selisih produksi yang tinggi. Jika rendemen CPO yang

dicapai oleh perusahaan berdasarkan kandungan minyak pertandan maka produksi

CPO akan meningkat. Tetapi untuk mencapai rendemen 24,4% tidak mudah untuk

dicapai karena ada beberapa hal yang bisa menyebabkan rendahnya rendemen

yaitu:

1. Penyebab utama rendahnya rendemen adalah kualitas tandan buah segar

yang tidak bagus. Tandan buah segar yang belum matang dan lewat matang

akan mempengaruhi rendemen yang diperoleh. Hal ini didukung oleh

pendapat (Tim Penulis PS, 1993) pemanenan pada buah yang mentah akan

menurunkan kandungan minyak. Tandan buah yang masih mentah sangat

sedikit mengandung minyak. Pengolahan tandan buah mentah akan

menghasilkan minyak dalam jumlah kecil. Hal ini menyebabkan pasokan

TBS dengan proporsi buah mentah yang tinggi akan menyebabkan turunnya

rendemen.

2. Mesin yang digunakan untuk pengolahan bisa menyebabkan kehilangan

minyak. Kehilangan minyak bisa saja terjadi pada proses pengepresan, jika

mesin pengepresan daging buah sawit mengalami kerusakan hal itu akan

menyebabkan minyak terbuang di ampas. Dengan demikian setiap 2 jam


53

sekali dilakukan pengambilan pengambilan sampel untuk melihat kehilangan

minyak di setiap mesin. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Putri ((2012)

cit. Devani dan Marwiji (2014) bahwa setiap peralatan yang tidak memiliki

kemampuan dan kapasitas desain yang optimal sehingga kehilangan minyak

yang dihasilkan menjadi tinggi dan rendemen yang dihasilkan semakin

menurun.

3. Kesalahan lain bisa disebabkan bagian sortasi yang kurang teliti dalam

memisahkan buah. Sehingga buah yang masuk ke pabrik tidak seragam

kualitasnya maka hal ini bisa bisa menyebabkan rendemen rendah.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan penyebab kurang optimalnya

bagian sortasi memisahkan buah karena buah yang dibongkar dalam jumlah

banyak.

5.1.2 Efektivitas bagian produksi

Menurut Hijayati, dkk (2014), efektivitas bagian produksi menggambarkan

tingkat ketercapaian (achievement rate) tujuan dengan ukuran yang telah

ditetapkan sebelumnya oleh perusahaan. Efektivitas dapat dipahami sebagai

tingkat keberhasilan suatu perusahaan untuk mencapai tujuannya. Apabila suatu

organisasi mencapai tujuan, maka organisasi tersebut dapat dikatakan efektif.

Analisis untuk menilai efektivitas bagian produksi dapat dihitung

menggunakan rumus Achievement Rate (AR), yaitu :


54

Tingkat efektivitas bagian produksi PT. AMP Plantation dapat dilihat pada

Tabel 12.

Tabel 12. Tingkat efektivitas bagian produksi PT. AMP Plantation tahun 2013-
2014
Tahun Tingkat efektivitas bagian produksi (AR)
2012 95,38%
2013 93,23%
2014 86,15%
Sumber: Data diolah

Tingkat efektivitas bagian produksi tahun 2012 sampai tahun 2013 belum

efektif, karena nilai AR kurang dari 100%. Tingkat ketercapaian produksi CPO

yang dihasilkan berdasarkan target produksi CPO belum tercapai. Suryani, dkk

(2015) menyatakan hasil perhitungan Achievement Rate (AR) digunakan sebagai

tolok ukur efektivitas bagian produksi. Jika hasil perhitungan AR sama dengan

atau lebih dari 100%, maka aktivitas produksi yang dilaksanakan oleh perusahaan

telah efektif. Tingkat efektivitas bagian produksi CPO di PT. AMP Plantation

selama 3 tahun terakhir belum tercapai. Hal tersebut bisa terlihat dari persentase

efektivitas produksi belum mencapai 100%.

Efektivitas produksi yang belum tercapai di PT. AMP Plantation selama 3

tahun terakhir disebabkan oleh faktor bahan baku yang masuk ke perusahaan tidak

sesuai antara rencana dan realisasi. Bahan baku tandan buah segar yang

direncanakan lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah bahan baku tandan buah

segar yang aktual masuk keperusahaan. Berdasarkan hasil wawancara dengan

bapak Arlendra supervisor proses mengatakan bahwa pasokan bahan baku dari

kebun inti dalam jangka waktu 3 tahun terakhir ini lebih sedikit dari tahun

sebelumnya, karena sebagian lahan di kebun inti sudah memasuki tahap

replanting. Dengan demikian buah yang berasal dari kebun inti sudah berkurang
55

dan hal ini menyebabkan bahan baku tandan buah segar yang masuk ke pabrik

tidak sesuai dengan rencana.

5.1.3 Pengukuran kapasitas mesin

Kapasitas terpasang pabrik saat ini yaitu 80 ton/jam. Rata- rata dalam 1 hari

mesin berproduksi 18 jam dengan demikian dalam 1 hari kapasitas pabrik

terpasang adalah 1.440 ton/hari. Jika dibandingkan dengan rata- rata bahan baku

tandan buah segar yang masuk ke pabrik 900 ton/hari. Dengan demikian bahan

baku yang masuk ke pabrik belum mencukupi kapasitas olah pabrik. Hal ini

menyebabkan tidak efisiennya produksi karena bahan baku yang masuk ke pabrik

masih jauh dari kapasitas olah pabrik.

Kapasitas olah mesin di pabrik kelapa sawit PT. AMP Pantation dalam 1

hari adalah 1.440 ton/hari jika dibandingkan dengan rata- rata bahan baku yang

masuk ke pabrik hanya 900 ton/hari maka memiliki selisih 540 ton. Dengan

demikian kapasitas menganggur mesin adalah 540 ton/hari. Menurut Sahara,

Nengah dan Nila (2015) tingkat efisiensi mesin produksi akan semakin besar

apabila nilai kapasitas menganggur semakin kecil dan berlaku sebaliknya apabila

tingkat efisiensi mesin produksi kecil.

Kapasitas menganggur mesin rata- rata perhari adalah lebih kurang 37,5%.

Jika kapasitas menganggur bisa dikurangi hal ini akan meningkatkan efisiensi

mesin produksi dalam menghasilkan CPO di PT. AMP Plantation. Jika semakin

besar persentase menganggur mesin maka akan semakin tidak efisien mesin dalam

berproduksi karena mesin juga beroperasi seperti biasanya. Dengan demikian

pemakaian energi serta bahan bakar mesin akan tetap sama sedangkan bahan baku

yang diolah masih kurang dari kapasitas olah mesin tersebut dan tentunya
56

produksi yang dihasilkan juga rendah. Hal ini yang menyebabkan mesin belum

efisien dalam berproduksi.

Efisiensi mesin akan tercapai apabila bahan baku yang digunakan sudah

mencukupi kapasitas olah yang dimiliki oleh pabrik. Upaya yang dilakukan pabrik

kelapa sawit PT. AMP Plantation untuk meningkatkan efisiensi pemakaian mesin

adalah dengan meningkatkan jumlah bahan baku yang diolah sehingga bisa

mencukupi kapasitas olah yang dimiliki pabrik.

5.1.4 Solusi yang bisa diterapkan untuk efisiensi produksi

Efisiensi produksi dilihat dari produktivitas bahan baku, efektivitas produksi

dan kapasitas olah mesin. Perbandingan pemakaian bahan baku tandan buah segar

dengan produksi CPO yang dihasilkan akan sangat menentukan produktivita

bahan baku itu sendiri. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Purba (2013), salah

satu faktor produksi yaitu jumlah tandan buah segar (TBS) berpengaruh positif

terhadap produksi CPO yaitu banyak TBS yang diolah maka produksi CPO yang

dihasilkan akan semakin tinggi. Sehingga diperlukan manajemen yang tepat untuk

meningkatkan produktivitas bahan baku tandan buah segar. Berdasarkan hasil

penelitian Hijayati, dkk (2014), diperlukan kebijakan mengenai perencanaan dan

pengendalian bahan baku untuk meningkatkan efisiensi.

Tandan buah segar adalah faktor utama yang mempengaruhi produksi CPO.

Dengan demikian untuk meningkatkan produktivitas pemakaian bahan baku maka

diperlukan suatu kebijakan yaitu kontrol kualitas dan kuantitas tandan buah segar

di PT. AMP Plantation. Penerapan kontrol kualitas tandan buah segar yaitu

dengan cara lebih meningkatkan pengawasan dibagian penerimaan tandan buah


57

segar khususnya bagian sortasi. Sehingga kualitas buah sawit yang diterima sesuai

dengan kriteria dan standar yang ditetapkan oleh perusahaan.

Efisiensi pemakaian mesin dapat dilihat dari terpenuhinya kapasitas olah

yang dimiliki oleh mesin. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hijayati, dkk

(2014) penggunaa kapasitas mesin hendaknya dioptimalkan untuk menghindari

kapasitas mesin menganggur yang tinggi. Dengan demikian untuk tercapianya

kapasitas olah mesin di pabrik kelapa sawit PT. AMP Plantation yaitu 80 ton/jam

atau 1.440 ton/hari maka diperlukan penambahan pasokan tandan buah segar yang

masuk ke pabrik. Berdasarkan pengamatan dilapangan tandan buah segar yang

diolah pabrik berasal dari kebun inti, kebun plasma dan kebun masyarakat sekitar

PT. AMP Plantation. Rata- rata buah yang masuk ke pabrik belum memenuhi

kapasitas olah mesin. Salah satu alternatif yang bisa meningkatkan pasokan

tandan buah segar adalah memperluas area kebun inti. Dengan demikian perlu

adanya sebuah perencanaan oleh perusahaan untuk patokan produksi dimasa yang

akan dating.

Perencanaan produksi dan perencanaan pengadaan bahan baku tandan buah

segar merupakan salah sutu kebijakan yang bisa diterapkan perusahaan untuk

meningkatkan efisiensi produksi. Perencanaan produksi bisa diramalkan dengan

menggunakan proyeksi berdasarkan data yang telah ada pada tahun sebelumnya.

Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyono (2000) cit. Tohir (2011) peramalan

adalah suatu proses memperkirakan secara sistematik tentang apa yang terjadi

dimasa depan berdasarkan informasi dimasa lalu dan sekarang yang dimiliki agar

kesalahannya dapat diperkecil. Perencanaan tandan buah segar yang masuk ke

pabrik dapat menggunakan persamaan regresi linear.


58

Proyeksi bahan baku tandan buah segar yang digunakan pada masa yang

akan datang serta produksi CPO yang dihasilkan berdasarkan target perusahaan

dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Proyeksi pemakaian tandan buah segar dan produksi yang efisien di PT.
AMP Plantation tahun 2015 sampai 2017
Tandan buah segar yang diolah Produksi minimal Keterangan
Tahun (ton) (ton)
2015 369.900 > 70.281 Efisien
2016 379.980 > 72.196 Efisien
2017 392.510 > 74.576 Efisien
Sumber: Data diolah

Table 13 menggambarkan proyeksi pemakaian tandan buah segar dan

produksi CPO untuk 3 tahun kedepannya berdasarkan data yang telah ada ditahun

sebelumnya. Tandan buah segar yang diolah berdasarkan data tersebut pada tahun

2015 sampai 2015 terus mengalami peningkatan. Pemakaian bahan baku

dikatakan efisien di PT. AMP Plantation apabila produksi CPO yang dihasilkan

pada tahun 2015 besar dari 70.281 ton begitu juga tahun 2016 dan 2017 produksi

CPO yang dihasilkan besar dari 72.576 ton dan 74.576 ton. Produksi tersebut

berdasarkan target rendemen yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu 19%. Jika

rendemen CPO yang didaptkan sudah mencapai 19% maka produktivitas bahan

baku telah efisien. Berdasrkan proyeksi tersebut dapat digunakan perusahaan

sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dimasa yang akan datang.

5.2 Hubungan Bahan Baku dengan produksi CPO

Data pemakaian tandan buah segar dan produksi CPO yang dihasilkan di

PT. AMP Plantation pada tahun 2014 pada Tabel 14.


59

Tabel 14. Pemakaian bahan baku (tandan buah segar) dan produksi CPO yang
dihasilkan pada tahun 2014
Bulan Bahan Baku (Ton) Produksi CPO (Ton) Rendemen (%)
Januari 30.609 5.846 19,10
Februari 25.784 5.146 19,96
Maret 30.661 6.015 19,62
April 28.238 5.418 19,19
Mei 30.663 5.914 19,29
Juni 31.637 5.982 18,91
Juli 26.696 5.080 19,03
Agustus 35.635 6.838 19,19
September 33.413 6.702 20,06
Oktober 32.380 6.242 19,28
November 27.102 5.108 18,85
Desember 27.003 5.106 18,91
Total 359.821 69.397 19
Sumber: Pabrik kelapa sawit PT. AMP Plantation

Berdasarkan data diatas maka dapat dianalisis hubungan antara bahan

dengan produksi CPO yang dihasilkan di PT. AMP plantation menggunakan

korelasi dengan SPSS 20.

Tabel 15. Hasil analisis korelasi antara bahan baku dan produksi CPO yang
dihasilkan.
Produksi Bahan baku
Produksi 0.982**
Bahan baku 0.982**
Sumber: Hasil pengolahan SPSS 20

Berdasarkan Tabel 15 tingkat kepercayaan korelasi tersebut adalah 98%

dengan α = 0,01 (1%). Tabel 15 diatas memperlihatkan bahwa hasil korelasi

pearson 0,982 artinya terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah bahan

baku yang digunakan dengan jumlah produksi yang dihasilkan. Hubungan antara

bahan baku dengan produksi CPO terdapat hubungan yang sangat kuat

ditunjukkan dengan angka korelasi mendekati (+1). Hal ini menandakan bahan

baku dan produksi terdapat hubungan yang berbanding lurus artinya semakin
60

banyak jumlah bahan baku (tandan buah segar) yang diolah maka produksi yang

dihasilkan semakin meningkat.

Bahan baku sangat berperan penting dalam suatu proses produksi. Pasokan

bahan baku yang tidak lancar akan menghambat kelancaran proses produksi.

Tandan Buah Segar (TBS) merupakan bahan baku utama dalam kegiatan proses

produksi CPO, sehingga ketersediaannya sangat mempengaruhi kegiatan

produksi. Bahan baku utama untuk CPO adalah tandan buah segar. Hal ini sesuai

dengan hasil penelitian Purba (2013), yang menyatakan bahwa jumlah tandan

buah segar (TBS) berpengaruh positif terhadap produksi CPO; semakin banyak

TBS yang diolah maka produksi CPO yang dihasilkan akan semakin tinggi.

Dengan demikian apabila perusahaan menambah jumlah pasokan bahan baku

maka produksi CPO juga akan meningkat karena besarnya jumlah bahan baku

yang digunakan berbanding lurus dengan produksi yang dihasilkan.

Bahan baku mempengaruhi produksi hal didukung oleh hasil penelitian

Tahura (2013) bahwa bahan baku berpengaruh signifikan terhadap produksi CPO

pada PTP Nusantara III kebun Sungai Daun. Begitu juga dengan PT. AMP

Plantation harus terus mempertahankan kualitas bahan bakunya secara

berkelanjutan.

Bahan baku pada pabrik kelapa sawit di PT. AMP Plantation POM adalah

buah kelapa sawit yang berasal dari perkebunan rakyat yang berada disekitar

pabrik dan juga dari perkebunan sendiri. PT. AMP Plantation memiliki standar

bahan baku tersendiri karena bahan baku berpengaruh terhadap mutu minyak

kelapa sawit.
61

5.3 Mutu CPO PT. AMP Plantation

Mutu suatu produk adalah keadaan fungsi, fisik dan sifat suatu produk yang

bersangkutan yang dapat memenuhi selera dan kebutuhan konsumen yang

memuaskan sesuai dengan nilai uang yang dikeluarkan (Julia, 2009). Mutu

minyak kelapa sawit dapat dilihat dari nilai FFA (free fatty acid), Moisture (kadar

air) dan dobi.

Mutu minyak kelapa sawit pada tahun 2014 di PT. AMP Plantation dapat

dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Mutu CPO berdasarkan FFA, moisture, DOBI dan dirt di PT.AMP
Plantation pada tahun 2014
Indikator Standar maksimal Realisasi
FFA 5% 4,11%
Moisture 0,20% 0,16%
DOBI >2,50% 2,24%
Dirt 0,02% 0,18%
Sumber: Pabrik kelapa sawit PT. AMP Plantation

Adapun indikator dari mutu CPO di PT. AMP plantation adalah sebagai

berikut:

1. FFA (free fatty acid)

Tabel 16 diatas maka dapat dilihat rata- rata kandungan asam lemak bebas

yang terkandung dalam minyak kelapa sawit pada tahun 2014 di PT. AMP

plantation. Rata- rata asam lemak bebas pada tahun 2014 adalah 4,11% sedangkan

standar maksimal kandungan asam lemak adalah 5%. Berdasarkan data tersebut

maka dapat dikatakan kand\ungan asam lemak bebas dalam CPO cukup tinggi

karena sudah mendekati standar maksimal ALB. Tingginya ALB mengakibatkan

rendemen minyak turun (Tim Penulis PS, 1993). Kenaikan kadar ALB ini

ditentukan mulai dari saat tandan dipanen sampai tandan diolah di pabrik.
62

Tingginya kandungan asam lemak bebas dalam minyak kelapa sawit

disebabkan oleh beberapa faktor antara lain pemenenan buah sawit yang tidak

tepat waktu, keterlambatan dalam pengumpulan dan pegangkutan buah,

pemupukan buah yang terlalu lama dan proses hidrolisa selama pemprosesan di

pabrik.

a. Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu

Hal ini berkaitan dengan tingkat kematangan buah yang dipanen. Hal ini

sesuai dengan teori Pardamean (2012), jika panen dilakukan pada keadaan buah

lewat matang, kandungan asam lemak yang terdapat pada minyak akan

meningkat. Sementara jika panen dilakukan pada buah yang masih mentah akan

menurunkan kandungan minyak dari buah. Kandungan asam lemak bebas di PT.

AMP Plantation tahun 2014 adalah 4,11%. Menurut Mangoensoekarjo dan

Semangun (2003) cit. Julia (2009) TBS yang diharapkan adalah fraksi 2 dan 3

yaitu rendemennya tinggi sedangkan ALBnya cukup rendah.

b. Keterlambatan pengangkutan buah

Keterlambatan pengangkutan buah ke lapangan dapat mengakibatkan buah

restant. Batas buah diangkut ke pabrik setelah pemanenan adalah 24 jam, jika

lebih dari 24 jam maka akan mengakibatkan buah tersebut restant dan akan

berdampak sehingga bisa meningkatkan kadar asam lemak bebas minyak kelapa

sawit. Hal ini sesuai dengan pendapat Pardamean (2012), kandungan ALB akan

meningkat sebesar 0,9-1,0% setiap 24 jam. Dengan demikan apabila semakin

cepat buah diangkut ke pabrik maka akan semakin baik.

Asam lemak bebas yang terkandung dalam minyak kelapa sawit di PT.

AMP plantation adalah 4,11% sedangkan standar nasional untuk batasan


63

maksimal asam lemak dalam minyak kelapa sawit adalah 5%. Hal ini

menandakan bahwa mutu minyak kelapa sawit di PT. AMP plantation telah

memenuhi standar mutu minyak kelapa sawit secara nasional.

c. Banyaknya buah yang luka selama proses pegangkutan

Luka pada buah diusahakan seminimal mungkin, baik waktu memotong,

membawa ke tempat pengumpulan hasil (TPH) atau mengangkut ke truk. Buah

juga harus dijaga agar tidak terlalu kotor terkena tanah atau debu. Tandan kosong

yang buahnya telah rontok sebaiknya ditinggalkan di TPH. Luka pada buah akan

mempercepat peningkatan asam lemak bebas. Kandungan ALB pada buah yang

belum dipotong sebesar 0,2-0,7% dan ketika jatuh ke tahan kandungan ALB akan

meningkat (Pardamean, 2012).

d. Proses hidrolisa selama pemprosesan di pabrik

Menurut Tim Penulis PS (1993), peningkatan kadar ALB juga dapat terjadi

pada proses hidrolisa di pabrik. Pada proses tersebut terjadi penguraian kimiawi

dibantu oleh air dan berlangsung pada kondisi suhu tertentu. Air panas dan uap

air pada suhu tertentu merupakan bahan pembantu dalam proses pengolahan.

Akan tetapi, proses pengolahan yang kurang cermat mengakibatkan efek samping

yang tidak diinginkan, mutu minyak menurun sebab air pada kondisi suhu

tertentu bukan membantu proses pengolahan tetapi malah menurunkan mutu

minyak.

2. Moisture (kadar air)

Rata- rata mutu berdasarkan kadar air 0,16% sedangkan standar kadar air

dari perusahaan adalah 0,20%. Kandungan air dalam minyak sawit merupakan

salah faktor yang mempengaruhi kualitas minyak kelapa sawit (CPO). Menurut
64

Aziz (2009), minyak kelapa sawit yang memiliki mutu (< 0,15%) akan

memberikan kerugian pada mutu minyak, dimana pada tingkat kadar air yang

demikian kecil akan sangat memudahkan terjadinya proses oksidasi minyak itu

sendiri. Proses oksidasi ini dapat terjadi dengan adanya oksigen atau udara, baik

pada suhu kamar dan proses pengolahan dengan suhu tinggi akan menyebabkan

rasa dan bau tidak enak (tengik) akibatnya mutu minyak menjadi turun. Dan jika

kadar air dalam minyak sawit tinggi (>0,15%) maka akan terjadi hidrolisa lemak,

dimana hidrolisa dari minyak sawit ini akan menghasilkan gliserol dan asam

lemak bebas.

Kadar air yang terealisasi di PT. AMP Plantation adalah 0,16% sedangkan

standar nasional CPO untuk kadar air batasannya adalah 0,50% hal ini

menandakan bahwa kadar air yang terkandung dalam minyak kelapa sawit di PT.

AMP plantation sudah memenuhi kriteria nasional untuk memenuhi kriteria mutu

kelapa sawit secara nasional.

3. Dirt (kadar kotoran)

Kualitas minyak sawit harus dijaga dengan memperhatikan kadar kotoran.

Kadar kotoran yang tinggi dalam minyak CPO dapat berasal dari sisa- sisa

pemprosesan buah. kadar kotoran yang tinggi sangat merugikan dalam

perdagangan karena konsumen tidak menyukai minyak yang kotor. Menurut Tim

Penulis PS (1993) kadar kotoran minyak 0,0005% dalam kondisi ini minyak sawit

sudah dianggap mempunyai daya tahan mantap. Kadar kotoran minyak kelapa

sawit di PT. AMP plantation adalah 0,18% sedangkan standar nasional untuk

batasan kotoran dalam minyak kelapa sawit adalah 0,50%. Hal ini menandakan
65

bahwa mutu minyak kelapa sawit di PT. AMP Plantation sudah memnuhi kriteria

mutu minyak kelapa sawit secara nasional.

4. DOBI (deteration of bleachability index)

DOBI merupakan index derajat kepucatan minyak mentah. DOBI itu

merupakan angka perbandingan serapan atom terhadap asam lemak bebas

(Afriani, 2009). Analisa dari asam lemak bebas, kelembaban dan kotoran sendiri

tidak mencukupi untuk mengidentifikasi CPO yang baik sedangkan analisis DOBI

dapat memberikan indikasi yang lebih baik serta memberikan dalam pengolahan

CPO. Menurut PORIM dalam penelitian Afriani (2009), hubungan DOBI dengan

kualitas minyak kelap sawit ada 5 kriteria yaitu:

- CPO dengan angka DOBI <1,68 termasuk dalam CPO yang memiliki

kualitas buruk

- CPO dengan angka DOBI 1,78- 2,30 memiliki mutu kurang baik

- CPO dengan angka 2,30- 2,92 mengindikasikan bahwa CPO ini memiliki

mutu cukup baik

- CPO dengan angka 2,93- 3,23 memperlihatkan CPO dengan indikasi mutu

baik

- CPO dengan angka DOBI diatas 3,24 merupakan mutu CPO yang terbaik.

Angka DOBI di PT. AMP plantation adalah 2,24 maka berdasarkan kriteria

DOBI diatas maka mutu minyak kelapa sawit pada perusahaan ini adalah cukup

baik. Menurut Afriani (2009), penyebab angka DOBI rendah adalah persentase

buah yang berwarna hitam lebih banyak (belum masak), penundaan pengolahan

karena hari hujan, kontaminasi CPO dengan kondensasi Sterilizer, sterilizer yang

terlalu lama dari tandan buah dan pemanasan (>550C) dalam tangki penyimpanan.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah didapatkan maka kesimpulan dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Efisiensi produksi CPO di PT. AMP Plantation dilihat dari produktivitas

penggunaan bahan baku, tahun 2012 belum efisien dan tahun 2013 dan 2014

produktivitas penggunaan bahan baku sudah efisien. Efektivitas bagian

produksi belum tercapai dari tahun 2012 sampai 2014 dan kapasitas olah

pabrik belum terpenuhi oleh pasokan bahan tandan buah segar.

2. Jumlah bahan baku yang digunakan memiliki hubungan yang signifikan

terhadap volume produksi yang dihasilkan dengan hasil analisis korelasi

antara bahan baku dan produksi adalah 98%.

3. Mutu CPO di PT. AMP Plantation terdiri dari empat indikator yaitu FFA,

moisture, dirt dan DOBI. Kadar FFA CPO adalah 4,11%, moisture adalah

0,16%, dirt adalah 0,18% dan DOBI adalah 2,24%. Berdasarkan rata- rata

indikator mutu tersebut PT. AMP Plantation sudah memenuhi standar

nasional mutu yang telah ditetapkan.


67

6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut maka penulis memberi saran kepada

perusahaan supaya lebih menfisienkan penggunaan bahan baku supaya

mendapatkan produksi yang maksimal dengan memperhatikan kualitas bahan

baku tandan buah segar yang masuk ke pabrik . Mutu kelapa sawit sangat

dipengaruhi oleh kualitas bahan baku yang digunakan dengan demikian untuk

mempertahankan mutu yang baik dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan

maka sebaiknya perusahaan lebih mengawasi bagian sortasi tandan buah segar

saat buah tiba di pabrik.

Saran penulis kepada peneliti selanjutnya yang memgambil judul penelitian

mengenai efisiensi produksi untuk dapat mengamati efisiensi produksi dari segi

biaya produksi.
DAFTAR PUSTAKA

Adi, P. 2012. Kaya dengan bertani kelapa sawit. Pustaka Baru Press. Yogyakarta.
146 hal.

Afriani, M. 2009. Hubungan analisa DOBI (Deteration of bleanchability index)


dan β-karoten dalam CPO (crude palm oil) dengan menggunakan
spekrofotometri uv-visible. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789
/13943/1/09E00382.pdf. (29 Mei 2015).

Assauri, S. 1999. Manajemen produksi dan operasi. Fakultas ekonomi universitas


Indonesia. Jakarta. 264 hal.

Aziz, A.,A. 2009. Penentuan kadar air dan kadar kotoran minyak sawit mentah
(CPO) pada tangki peyimpanan di pabrik kelapa sawit PTPN. IV kebun
Adolina. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13861/1/10E00450
.pdf. (1 Juni 2009).

Devani dan Marwiji. 2014. Analisis kehilangan minyak pada Crude palm oil
(CPO) dengan metode statistical process control. Jurnal ilmiah Teknik
Industri. Vol 3 (01). https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle
/11617/4849/JITI-13-01-04%20-%20Vera%20Devani%20-OK.pdf
?sequence=1. (1 Juli 2015).

Dirjen perkebunan. 2015. http://ditjenbun.pertanian.go.id/. (29 Mei 2015).

Fauzi, Yustina dan Rudi. 2014. Budidaya, pemamfaatan hasil limbah dan analisa
usaha dan pemasaran kelapa sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 235 Hal.

Herawati, E. 2008. Analisis pengaruh faktor produksi modal, bahan baku, tenaga
kerja dan mesin terhadap produksi glycine pada PT. Flora Sawita
Chemindo. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/4259/1/067
01904 4.pdf. (28 Mei 2015).

Hijayati, Moch dan Achmad. 2014. Analisis audit operasional dalam upaya
meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan ekonomisasi bagian produksi (studi
pada pt. Semen gresik (persero). Vol 12 (01) http://administrasi
.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jab/article/view/496. (26 Juni 2015).

Indah, V., M., Melinda, N., Widia, F. dan Trimei, R. 2009. Strategi perencanaan
produksi dan pengendalian bahan baku pada pabrik kelapa sawit (PKS) PTP
Nusantara VI Rimbo Dua Kabupaten Tebo Provinsi Jambi. http://
frepository.unand.ac.idartikel_DIPA_VONNY_INDAH_M_2009.doc/ -.
(28 Mei 2015).
Julia, H. 2009. Analisis konsistensi mutu dan rendemen CPO di pabrik
pengolahan kelapa sawit Tamiang PT. Padang Palma Permai.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7526/1/10E00088.pdf. (30
Mei 2015).

Pardamean, M. 2012. Sukses membuka kebun dan pabrik kelapa sawit. Penebar
Swadaya. Bogor. 300 hal.

Purba, D.,K. 2013. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi crude


palm oil (cpo) Unit Adolina PT. Perkebunan Nusantara IV Sumatera Utara.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/63850/h13dkp.pdf?s
equence=1. (3 Juni 2015).

Sahara, Nengah dan Nila. 2015. Analisis audit operasional untuk menilai efisiensi
dan efektivitas produksi. Jurnal administrasi bisnis. Vol 20 (01).
http://administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jab/article/viewFi
le/827/1012. (1 Juli 2015).

Setyamidjaja, D. 1991. Budidaya kelapa sawit. Kanisius. Yogyakarta.

Sondang, Y, Alfikri, Wiwik, H. 2012. Buku praktek kerja mahasiswa statistic.


Politenik Pertanian Negeri Payakumbuh.

Sugiyono. 2008. Statistika untuk penelitian. Alfabeta. Bandung. 390 hal.

Suryani, Moch dan Achmad. 2015. Analisis audit operasional dalam upaya
meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan ekonomisasi bagian produksi (studi
pada PT. Sindu Amritha Pasuruan). Vol 19 (01).
http://administrasi.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jab/article/view/827.
(26 Juni 2015).

Tahura, L.,C. 2013. Analisis pengaruh faktor produksi terhadap produksi CPO
pada perseroan perkebunan Nusantara (PTPN) III kebun Sei Daun Labuhan
Batu. http . Jurnal E maksi vol.1 (1). http://ojs-stie.harapan.ac.id/index.php
/e-maksi/article/view/120/88. (29 Mei 2015).

Tim Penulis PS. 1993. Kelapa sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 218 hal.

Tohir, A. 2011. Analisis peramalan penjualan minyak sawit kasar atau CPO pada
PT. Kharisma Pemasaran Bersama (KPB) Nusantara di Jakarta.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/1485/1/AKHMAT
%20TOHIR-FST.PDF. (4 Juli 2015).

United Stated Of Agribisnis. 2015. http://www.stcresources.com/wp-


content/uploads/2010/11/r-0279-panduansawit.pdf. (29 Mei 2015).
Utami, S. 2013. Analisa efisiensi produksi pada pabrik pengolahan kelapa sawit di
PT. Gersindo Minang Plantation Kecamatan Lingkung Aur Kabupaten
Pasaman Barat. http://repository.unand.ac.id/20516/1/Jurnal%20Siska
%20Utami%20%2807914014%29.pdf.(28 mei 2015).
Lampiran 1. Perhitungan korelasi dengan menggunakan SPSS 20

Tabel 16. Perhitungan korelasi dengan menggunakan SPSS 20

Correlations
Produksi Bahan baku
Pearson Correlation 1 .982**
Produksi Sig. (2-tailed) .000
N 12 12
Pearson Correlation .982** 1
bahan baku Sig. (2-tailed) .000
N 12 12
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Lampiran 2. Perhitungan proyeksi tandan buah segar untuk tahun 2015
sampai 2016

Tabel 17. Perhitungan proyeksi tandan buah segar untuk tahun 2015 sampai 2016
Tahun Bulan Tandan buah segar (ton) X Xy x2
(Y)

2014 Januari 30.609 -11 -336.699 121


Februari 25.784 -9 -232.056 81
Maret 30.661 -7 -214.627 49
April 28.238 -5 -141.190 25
Mei 30.663 -3 -91.989 9
Juni 31.637 -1 -31.637 1
Juli 26.696 1 26.696 1
Agustus 35.635 3 106.905 9
September 33.413 5 167.065 25
Oktober 32.380 7 226.660 49
November 27.102 9 243.918 81
Desember 27.003 11 297.033 121
Total 359.821 0 20.079 572
Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat hal-hal sebagai berikut :

ΣY = 359.821 ton

ΣXY = 20.079 ton

ΣX² = 572

Data ini dapat digunakan untuk menghitung nilai-nilai variabel a dan variabel b.

Maka :

Persamaan regresi linear sederhana untuk penggunaan bahan baku untuk tahun

2015 sampai dengan tahun 2017 adalah Y = 29.985 + 35 X.


Tabel 18. Perhitungan regresi sederhana untuk proyeksi bahan baku dan produksi
tahun 2015 sampai 2017
Tahun Bulan X B a Y= 29.985+ 35 x Produksi
(ton) (ton)
2015 Januari 13 35 29.985 30.440 5.783
Februari 15 35 29.985 30.510 5.796
Maret 17 35 29.985 30.580 5.810
April 19 35 29.985 30.650 5.823
Mei 21 35 29.985 30.720 5.836
Juni 23 35 29.985 30.790 5.850
Juli 25 35 29.985 30.860 5.863
Agustus 27 35 29.985 30.930 5.876
September 29 35 29.985 31.000 5.890
Oktober 31 35 29.985 31.070 5.903
November 33 35 29.985 31.140 5.916
Desember 35 35 29.985 31.210 5.929
Total 369.900 70.281
2016 Januari 37 35 29.985 31.280 5.943
Februari 39 35 29.985 31.350 5.956
Maret 41 35 29.985 31.420 5.969
April 43 35 29.985 31.490 5.983
Mei 45 35 29.985 31.560 5.996
Juni 47 35 29.985 31.630 6.009
Juli 49 35 29.985 31.700 6.023
Agustus 51 35 29.985 31.770 6.036
September 53 35 29.985 31.840 6.049
Oktober 55 35 29.985 31.910 6.062
November 57 35 29.985 31.980 6.076
Desember 59 35 29.985 32.050 6.089
Total 379.980 72.196
2017 Januari 61 35 29.985 32.120 6.102
Februari 63 35 29.985 32.190 6.116
Maret 65 35 29.985 32.260 6.129
April 67 35 29.985 32.330 6.142
Mei 69 35 29.985 32.400 6.156
Juni 71 35 29.985 32.820 6.235
Juli 73 35 29.985 32.890 6.249
Agustus 75 35 29.985 32.960 6.262
September 77 35 29.985 33.030 6.275
Oktober 79 35 29.985 33.100 6.289
November 81 35 29.985 33.170 6.302
Desember 83 35 29.985 33.240 6.315
Total 392.510 74.576
Sumber: data diolah
Lampiran 3. Dokumentasi peralatan dan mesin di PT.AMP Plantation.

Gambar 1. Stasiun loading Ramp Gambar 2. Stasiun sterilizer

Gambar 3. Stasiun press Gambar 4. Lori

Gambar 5. Oil tank Gambar 6. Stasiun perontokkan


Lampiran 4. Dokumentasi pelaksanaan kegiatan PKPM di perkebunan
kelapa sawit PT. AMP Plantation

Gambar 1. Pemberian tandan kosong Gambar 2. Panen


untuk TBM

Gambar 3. Loading buah di TPH Gambar 4. Tanaman penutup tanah

Anda mungkin juga menyukai