Kelompok 1
Kelas D
1. Eka Yuliana Suwondo (1811070223)
2. Niken Mustikasari (1811070291)
Puji syukur kehadiran Tuhan yang maha kuasa atas segala limpahan rahmat,
,taufik dan hidayah Nya sehingga Kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “PANDANGAN TENTANG PERKEMBANGAN” dalam bentuk maupun
isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan dan Petunjuk maupun pedoman bagi pendengar maupun pembaca dalam profesi
keguruan.mata kuliah ilmu pendidikan islam
Penulis,
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang .......................................................................
B. Rumusan Masalah .................................................................
C. Tujuan ...................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Teori Perkembangan Kognitif Piaget ...................................
B. Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky ..............................
C. Teori Perkembangan Psikososial Erikson ............................
D. Teori Perkembangan Moral Kohlberg ..................................
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Satu hal dalam belajar adalah hendaknya menjadi lebih baik untuk melihat ke
masa depan, belajar untuk mengantisipasi realitas hidup. Ini menjadi sangat
penting bagi masa kanak-kanak yang hidup dalam era globalisasi yang menuntut
keterbukaan dan kelunturan dalam pemikiran, serta kemampuan untuk
memecahkan masalah-masalah non rutin secara kreatif dan kritis. Dibutuhkan
Volume III. Nomor 1. Januari – Juni 2017│20 keterampilan-keterampilan tertentu
untuk menyiapkan masa depan kanak-kanak dengan belajar melalui penanaman
nilai-nilai agama dan hidup dengan baik. Orang tua terkadang banyak yang tidak
tahu akan perkembangan yang terjadi pada anaknya, sehingga mereka tidak tahu
akan kecepatan dan keterlambatan yang terjadi pada perkembangan anak mereka.
1
Dosen Fakultas Tarbiyah UIN Ar-Raniry, “Perkembangan Fisik, Kognitif, Dan Psikososial’, Jurnal UIN Ar-
Raniry Vol.III, No 1, Hal 20
1
B. Rumusan Massalah
a. Bagaimanakah Teori Perkembangan Kognitif Piaget ?
b. Bagaimanakah Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky ?
c. Bagaimanakah Teori Perkembangan psikososial Erikson ?
d. Bagaimanakah Teori Perkembangan moral Kohlberg ?
C. Tujuan Penulisan
a. Mengetahui teori Perkembangan kognitif Piaget
b. Mengetahui teori Prkembangan kognitif vygotsky
c. Mengetahui teori Perkembangan psikososial Erikson
d. Mengetahui teori Perkembangan Moral Kohlberg
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
Piaget (1954) percaya bahwa kita beradabtasi dengan dua cara yaitu:
1. Asimilasi
terjadi saat anak menggabungkan informasi kedalam pengetahuan yang
telah mereka miliki.
Contoh :
Anak perempuan 8 tahun yang diberi sebuah palu dan paku untuk
menggantung sebuah lukisan didinding. Ia belum pernah menggunakan
palu tetapi dari pengalaman dan pengamatan ia mengetahui bahwa palu
adalah benda yang harus dipegang, diayun gagangnya untuk memukul
paku, dan bahwa biasanya dipukulkan beberapa kali. Setelah mengetahui
hal ini anak akan menyesuaikan tugas barunya kedalam pengetahuan
yang ia miliki.
2. Akomodasi
terjadi bila anak menyesuaikan pengetahuan mereka agar cocok dengan
informasi dan pengelaman baru.
2
Jhon W. Santrock. Perkembangan anak, PT Glora Aksara Pratama, Jakarta, 2007, hlm.48-50
3
Nilawati Tadjuddin, Meneropong Perkembangan AUD Perspektif Al-quran (Jawa barat:Herya Media,2014
),hlm 107-110
3
Contoh:
Melanjutkan dari kasus asimilasi. Palu adalah benda berat maka ia
memegangnya terlalu keatas, ketika ia mengayun terlalu keras pakunya
akan bengkok, maka ia akan menyesuaikan tekanan pukulannya.
Penyesuaian ini menunjukan pengetahuannya mengubah pengetahuan
yang ia miliki.
1. kematangan
Kematanga sistem syaraf menjadi penting karena memungkinkan anak
memperolah manfaat secara maksimum dari pengalaman fisik. Kematangan
membuka kemungkinan untuk perkembangan sedangkan kalau kurang hal itu
akan membatasi secara luas prestasi kognitif.Perkembangan berlangsung
deengan kecepatan yang berlainan tergantung pada sifat kontak dengan
lingkungan dan kegiatan belajar sendiri
2. Pengalaman
Interaksi antara individu dan dunia luar merupakan sumber pengetahuan baru
tetapi kontak dengan dunia fisik tidak cukup untuk mengembangkan
pengetahuan kecuali jika intelegensi individu dapat memanfaatkan
pengalaman tersebut
3. Interaksi sosial
Lingkungan sosial masuk peran bahsa dan pendidikan.
4. Ekuilibrasi
Proses pengaturan diri dan penngoreksi diri atau (ekuilibrasi) mengatur
interaksi spesifik dari individu dengan lingkungan maupun pengalaman fisik
,pengalaman sosial dan perkembangan yang menyebabkan perkembangan
kognitif berjalan secara terpadu dan tersusun baik
4
1. Tahap sensorimotor
4
Berlangsung mulai dari lahir hingga usia 2 tahun. Dalam tahap ini anak
membangun pemahaman mengenai dunia dengan mengkoordinasikan
pengalaman sensoris (melihat dan mendengar) dengan tindakan fisik dan
motorik, karena itulah disebut sensorik motorik.Pada awal tahap ini bayi
yang baru lahir memiliki lebih dari sekadar pola-pola reflektif untuk dapat
melakukan sesuatu. Pada akhir tahap ini anak umur 2 tahun memiliki pola
sensorik motor komplek dam mulai menggunakan simbol-simbol
sederhana.
2. Tahap praoprasional
Yang berlangsung sekitar usia 2-7 tahun.Pada tahap ini anak mulai
menjelaskan dunia dengan kata-kata,gambar, dan tulisan. Meskipun
demikian menurut piaget anak prasekolah masih kurang mampu
melakukan operasi. Istilah piaget untuk tindakan mental yang
terinternalisasi, yang memungkinkan anak melakukan secara mental apa
yang sebelumnya hanya dapat dilakukan secara riset.
4
Nilawati Tadjuddin, Meneropong Perkembangan AUD Perspektif Al-quran,hlm 110-127
5
bagaimana orang tua ideal seharusnya dan membandingkan orang tua
mereka dengan standar idela tersebut.Mulai mempertimbangkan
kemungkinan masa depan dan takjub mereka dapat menjadi apa saja.
Dalam memecahkan masalah pemikir oprasional lebih sistematis
mengembangkan hipotensis mengenai mengapa sesuatu terjadi dengan
cara tertentu kemudian menguji hipotensis ini degan cara deduktif.
5
Yusuf LN.H.Syamsu.Dr.M.pd.2006. Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya hlm.1-5
6
Masganti Sit, M. Ag. psikologi perkembangan anak usia dini. Kencana.hlm 45-48
6
Tahap ini adalah tahap psikososial Erikson yang dialami pada tahapan
pertama kehidupan. Pada masa ini bayi mengembangkan ketergantungan
kepada orang atau objek didunia mereka. Mereka harus menyeimbangkan
anatar rasa percaya dan ketidakpercayaan. Erikson (1968) mendefinisikan
percayaan dasar sebagai “kepercayaan penuh terhadap orang-orang lain dan
juga rasa kelayakan diri sendiriyang mendasar untuk dipercaya”.
7
Kerisis ini mempunyai dua sifat yaitu pertama, bayi tidak hanya
membutuhkan kebutuhan yang harus dipenuhi, tetapi mereka juga membantu
untuk memenuhi kebutuhan ibunya. Kedua, Ibu harus memenuhi kebutuhan
bayi tersebut baik makanan maupun kasih syang, apabila ibu menolak,maka
ia akan menjadi sumber kekecewaan pada bayi tersebut dan menciptakan
suatu rasa ketidakpercayaan sepanjang hidupnya.
2.) Otonomi versus malu dan ragu (autonomy versus doubt and shame)
Tahap ini merupakan tahap prkembangan Erikson yang kedua.Tahap ini
terjadi pada masa bayi akhir dan masa kanak-kanak awal (1-3 tahun). Setelah
mendapatkan rasa percaya, bayi mulai mengetahui bahwa perilaku mereka
adalah milik mereka sendiri. Mereka mulai menunjukkan kamandiriannya,
atau disebut otonomi. Mereka menyadari keinginan mereka, jika anak terlalu
dibatasi atau dihukum secara keras karena suatu kegagalan, semua itu akan
menimbulkan rasa malu dan ragu-ragu pada diri anak.
3.) Inisiatif versus rasa bersalah (initiative versus guilt)
Tahap perkembanngan Erikson yang ketiga,terjadi selama tahun
prasekolah.Begitu anak prasekolah memasuki dunia sosial yang lebih luas,
mereka lebih banyak menghadpi tantangan daripada ketika mereka masih
bayi. Perilaku aktif anak ditunjukkan untuk menghadapi tantangan ini. Anak
diminta untuk tanggung jawab terhadap tubuh,perilaku,mainan, dan hewan
peliharaan mereka.Mengembangkan rasa tanggung jawab dan meningkatkan
inisiatif. Orang tua yang dengan kejam menghukum upaya-upaya inisiatif
anak akan menjadikan anak tersebut merasa bersalah dengan dorongan alami
mereka selama tahap ini maupun kemudian hari dalam kehidupannya.
4.) Kerja keras versus rasa inferior (industry versus inferiority)
7
Nilawati Tadjuddin, Meneropong Perkembangan AUD Perspektif Al-quran. hlm 176-182
7
Tahap perkembangan erikson yang keempat,terjadi sekitar tahun sekolah
dasar. Inisiatif anak membawa mereka berhubungan dengan banyak
pengalaman baru saat mereka berpindah ke masa kanak-kanak tengan dan
akhit, mereka mengarahkan energi mereka menuju penguasaan pengetahuan
dan keterapilan intelektual. Diwaktu yang sama pula anak menjadi lebih
antusias mengenai belajar dibandingkan dengan akhir periode kanak-kanak
awal yang penuh imajinasi. Kemungkinan lain dalam tahun sekolah dasar
adalah anak dapat memunculkan rasa inferior-merasa tidak kompeten dan
tidak produktif. Erikson percaya bahwa guru memiliki tanggung jawab
khusus bagi perkembangan keaktifan anak, Guru harus dengan lembut tetapi
tegas mengajak anak kedalam petualangan menemukan bahwa seseorang
dapat belajar mencapai sesuatu yang tidak pernah terbayangkan
sebelumnya.(Erikson, 1968.hlm.127)
5.) 8Identitas versus kebingungan identitas (identity versus identity confusion)
Tahap perkembangan Erikson yang kelima, yang dialami seseorang selama
masa remaja. Remaja dihadapkan pada banyak peran baru dan status
kedewasaan-pekerjaan dan cinta. Jika remaja menjelajahi peran tersebut
dengan cara baik, dan sampai jalan positif untuk diikuti dalam hidup, maka
identitas positif akan tercapai. Tetapi jika remaja tidak cukup menjelajahi
banyak peran dan masa depan yang positif tidak jelas maka terjadilah
kebingungan identitas.
6.) Keintiman versus isolasi (intimacy versus isolation)
Tahap perkembangan Erikson yang keenam, yang dialami seseorang selama
masa dewasa awal. Pada masa ini, individu menghadapi tugas perkembangan
yaitu membentuk hubungan baik dengan orang lain. Erikson menggambarkan
jika para dewasa muda membentuk persahabatan yang sehat dan hubungan
akrab dengan orang lain keintiman akan tercapai, jika tidak akibatnya adalah
isolasi diri.
7.) Generativitas versus stagnasi
Tahap perkembangan Erikson yang ketujuh, yang dialami pada masa dewasa
tengah. Pada tahap ini, kepedulian utamanya adalah membantu generasi yang
lebih muda dalam mengembangkan dan mengarahkan kehidupan menjadi
8
Jhon W. Santrock. Perkembangan anak.hlm 45-47
8
berguna, ini yang disebut Erikson sebagai generativitas. Perasaan bahwa
dirinya tidak berbuat apa-apa untuk membantu generasi mendatang disebut
stagnasi.
8.) Integritas versus keputusasaan (integrity versus despair)
Tahap perkembangan kedelapan dan terakhir dari Erikson, yang dialami
seseorang pada masa dewasa akhir. Dalam tahap ini, seseorang bercermin
pada masa lalu dan menyimpulkan bahwa ia telah menjalani hidup dengan
baik, atau sebaliknya menyimpulkan bahwa hidupnya belum bermanfaat
dengan baik.
9
Nilawati Tadjuddin, Meneropong Perkembangan AUD Perspektif Al-quran. hlm 194-198
9
Contohnya: bersama-sama membersihkan kelas semua anggota wajib
membawa alat kebersihan.
3.) Moralitas pascakonvensional
Pada tingakatan ini seseorang menyadari adanya jalur moral alternatif, dapat
memberikan pilihan, dan memutuskan bersama tentang peraturan, dan
moralitas didasari pada prinsip-prinsip yang diterima sendiri. Tingkatan ini
memiliki dua tahapan yaitu tahap hak individu dan tahap prinsip universal.
Tahap pertama, individu menalar bahwa nilai, hak, dan prinsip lebih utama.
contohnya: pada awal tahun ajaran, oarang tuas diperkenankan menunggu
anaknya selama kurang lebih satu minggu, setelah itu anak harus berani
ditinggal. Tahap kedua, seseorang menyesuaikan dengan standar sosial dan
cita-cita internal terutama untuk menghindari rasa tidak puas dengan diri
sendiri dan bukan menghindari kecaman sosial. Contohnya, anak secara sadar
merapikan kamar sendiri segera setelah ia bangun tidur dengan harapan agar
kamarnya terlihat selalu dalam keadaan rapi.
10
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
11
DAFTAR PUSTAKA
12