Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA

SKIZOFRENIA PARANOID

Di Susun Oleh :

Lina Agustina
017.01.3389

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MATARAM

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
Rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyusun makalah ini yang berjudul
“Harga Diri Rendah Situasional”.

Dalam proses penyusunan makalah ini, tim penyusun mengalami


banyak permasalahan. Namun, berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai
pihak akhirnya makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada
kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penyusun mengucapkan
terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Keperawtan Jiwa, yaitu
bapak dosen yang telah membimbing kami dalam proses penyusunan
makalah ini.

Penyusun menyadari makalah ini masih belum sempurna, baik dari isi
maupun sistematika penulisannya. Maka dari itu, penyusun berterima kasih
apabila ada kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah
ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca danr
ekan-rekan seperjuangan, khususnya rekan-rekan Program Studi S1
Keperawatan STIKES Mataram.

Mataram, 03 Agustus 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................I

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang..........................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian
B. Etiologi
C. Manifestasi Klinis
D. Mekanisme Koping
E. Fase-Fase Kehilangan
F. Intervensi Generalis Pada Pasien
G. Komplikasi
H. Penatalaksanaan
I. Asuhan Keperawatan

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................
B. Saran.............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Skizofrenia adalah suatu diskripsi sindrom dengan variasi penyebab
(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis)
yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan
pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya. Gangguan mental juga akan
berpengaruh pada kondisi kesehatan secara fisik, sosial serta ekonomi dari
masyarakat tersebut, semuanya itu merupakan lingkaran yang tidak bisa
dipisahkan karena saling terkait, diantara berbagai macam permasalahan
gangguan jiwa (Hawari, 2010).

Menurut Melinda Herman, mendefinisikan skizofrenia sebagai


penyakit neurologis yang mempengaruhi persepsi klien, cara berfikir, bahasa,
emosi, dan perilaku sosialnya (Yosep, 2007). Waham adalah suatu keyakinan
yang salah yang dipertahankan secara kuat / terus-menerus, tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan (Keliat, BA, 2010). Waham curiga adalah individu
meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha merugikan atau
mencederai dirinya dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan
(Keliat, 2010). Berdasarkan hasil pengamatan di ruang jiwa A Rumkital
Dr.Ramelan Surabaya, penulis menemukan klien dengan diagnosa medis
Skizofrenia Paranoid mengalami masalah keperawatan waham curiga.

Data WHO, prevelensi (angka kesakitan) penderita skizofrenia sekitar


0,2 - 2 %. Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menyebutkan 14,1%
penduduk indonesia mengalami gangguan jiwa dari ringan hingga berat,
sedangkan lebih dari 80% penderita skizofrenia di Indonesia tidak dapat
diobati dan dibiarkan berkeliaran di jalanan, atau bahkan di pasung.
Diperkirakan, 20-30% dari populasi penduduk diperkotaan mengalami
gangguan jiwa dan berat. Setelah melakukan pengamatan di ruang Jiwa A
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya, didapatkan data pada bulan Januari 2015
sebanyak 12 pasien dengan 4 orang menderita waham.
Pada bulan Februari 2015 meningkat menjadi 13 pasien dengan 3
orang menderita waham. Pada bulan Maret 2015 menurun menjadi 9 pasien
dengan 3 orang pasien menderita waham. Pada bulan April 2015 meningkat
menjadi 14 pasien dengan 2 orang pasien menderita waham. Sedangkan pada
bulan Mei 2015 menurun menjadi 12 pasien dengan 3 orang pasien menderita
waham.

Gangguan proses pikir waham biasanya diawali dengan terbatasnya


kebutuhan-kebutuhan klien baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik klien
dengan waham dapat terjadi pada orang-orang dengan status sosial dan
ekonomi sangat terbatas. Ada juga klien yang secara sosial dan ekonomi
terpenuhi tetapi kesenjangan antara reality dengan self ideal sangat tinggi.
Waham terjadi karna sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis didunia
ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saaat tumbuh
kembang (life span story).

Selain itu, juga dapat dipengaruhi oleh tidak ada pengakuan dari
lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self ideal dan self reality
(kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang tidak terpenuhi
sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuan yang canggih,
berpendidikan tinggi serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap
memasang self ideal yang melebihillingkungan tersebut. Padahal self realty-
nya sangat jauh. Dari aspek pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh
support system semuanya sangat rendah (Yosep, 2007).

B. Rumusan Masalah
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi Skizofrenia
Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik, dengan
gangguan dasar pada kepribadian, distorsi khas pada proses pikir. Kadang-
kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh
kekuatan dari luar (Ibrahim, 2011).

Menurut Melinda Hermann (2008) dalam buku Yosep (2011),


mendefinisikan skizofrenia sebagai penyakit neurologis yang mempengaruhi
persepsi klien, cara berpikir, bahasa, emosi, dan perilaku sosialnya
(Neurological disease that affects a person’s perception, thinking, language,
emotional, and social behavior).

Menurut Faisal (2008) dalam buku Prabowo (2014), penyakit


Skizofrenia atau Schizophrenia artinya kepribadian yang terpecah, antara
pikiran, perasaan, dan perilaku. Dalam artian apa yang dilakukan tidak sesuai
dengan pikiran dan perasaannya. Secara spesifik Skizofrenia adalah orang
yang mengalami gangguan emosi, pikiran, dan perilaku.

B. Etiologi
Menurut (Ibrahim, 2011) etiologi skizofrenia adalah sebagai berikut :
1. Model diatesis-stress
Suatu model untuk integrasi faktor biologis dan faktor psikososial dan
lingkungan yang merupakan model diatesis. Model ini mengendalikan
bahwa seseorang memiliki suatu kerentanan spesifik (diatesis).

Faktor biologis
Dasar untuk timbulnya abnormalitas mungkin terletak pada
perkembangan abnormal (sebagai contohnya, migrasi abnormal neuron di
sepanjang sel glia radial selama perkembangan) atau dalam generasi neuron
setelah perkembangan.
2. Prinsip riset umum
Suatu rancangan dasar dalam riset biologis pada skizofrenia yaitu
mengukur beberapa variabel biologis dalam suatu kelompok pasien
skizofrenik dan dalam kelompok pasien psikiatrik non skizofrenik.
3. Integrasi teori biologis
Daerah otak utama terlibat dalam struktur skizofrenia adalah sturktur
imbik, lobus frontalis dannganglia basalis, talamus, dan batang otak.
Peranan talamus sebagai mekanisme pengintregasian antara batang otak dan
otak tengah, merupakan operasi utama bagi neuron aminergik asenden.
Sistem limbik merupakan perhatian untuk membangun teori (theory-bulding
exercise).
4. Hipotesis dopamin
Rumusan yang paling sederhana dari hipotesis dopamin untuk
skizofrenia menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan karen aterlalu
banyaknya aktivitas dopaminergik.
5. Norepineprin
Pemberian jangka panjang anti psikotik menunjukkan aktivitas neuron
noradrebergik di lobus sereleus dan efek teraupetik yang terdapat pada anti
psikotik mungkin akan melibatkan aktivitasnya pada reseptor adrenergik 1
dan 2.
6. Asam amino
Neurotransmitter asam amino GABA inhibitor juga terlibat dalam
patofisiologi skizofrenia. Data yang tersedia menunjukkan konsisten dengan
hipotesis bahwa beberapa pasien skizofrenia mengalami kehilangan neuron
GABA energik di dalam hipokampus. Hilangynya inhibitor GABA energik
secara teoritas dapat menyebabkan hiperaktivitas neuron dopaminergik dan
noradrenergik
7. Aliran darah sereblar CBF (cerebral blood flow)
Aliran frontal turun, aliran darah pariental naik, dan aliran darah otak
keseluruhan turun. Bila pengujian PET dan CBF digabungkan dengan CT
scan, dapat dilihat adanya disfungsi lobus frontal.
8. Elektrofisiologi
Penelitian elektroensefalografi (EEG) pada pasien skizofrenia
menunjukkan sejumlah besar pasien mempunyai rekaman yang abnormal,
yang disertai dengan peningkatan kepekaan terhadap prosedur aktivasi akan
terlihat penurunan aktivitas alfa, peningkatan aktivitas delta dan teta, dengan
kemungkinan aktivitas epileptiformis yang lebih dari biasanya. Kelainan sisi
kiri lebih banyak dari biasanya.
9. Genetika
Penelitian tentang genetika dari skizofrenia, dilakukan di tahun 1930-an.
Ditemukan bahwa kemungkinan seseorang akan menderita skizofrenia jika
anggota keluarga lainnya juga menderita skizofrenia.
10. Teori psikoanalitik
Sigmund Freud mendalilkan bahwa skizofrenia disebabkan oleh fiksasi
dalam perkembangan yang terjadi lebih awal dari fase yang menyebabkan
terjadinya neurosis. Freud juga mendalilkan bahwa adanya defek ego yang
berperan dalam gejala skizofrenia.
11. Teori belajar
Hubungan interpersonal yang buruk, menurut teori belajar, berkembang
karena telah dipelajarinya model yang buruk selama masa kanak-kanak.
12. Teori tentang keluarga
Beberapa pasien skizofrenia memang berasal dari keluarga yang
disfungsional, demikian juga banyak orang sakit yang nonpsikiarik bersal
dari keluarga disfungsional. Penting bagi para klinis untuk mengenali
perilaku keluarga patologis, karena perilaku tersebut dapat secara bermakna
meningkatkan stress emosional yang harus dihadapi pleh pasien skizofrenik
yang rentan.
13. Teori sosial
Beberapa ahli menyatakan bahwa industrialisasi dan urbanisasi terlibat
dalam penyebab skizofrenia. Walaupun beberapa data mendukung teori
tersebut, namun stress sebenarnya dianggap dapat menimbulkan efek utama
dalam menentukan waktu onset dan keparahan penyakit.
C. Tanda Dan Gejala
Secara general gejala skizofrenia menurut Yosep (2010) dibagi
menjadi 2, yaitu gejala positif dan negatif.
1. Gejala positif
Halusinasi selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak tidak
mampu mengintrepretasikan dan meresponspesan atau rangsangan yang
datang. Klien skizofrenia mungkin mendengar suara-suara atau melihat
seusatu yang sebenarnya tidak ada, atau mengalami suatu sensasi yang tidak
biasa pada tubuhnya. Auditory hallucinations, gejala yang biasanya timbul,
yaitu klien merasakan ada suara dari dalam dirinya. Kadang suara itu
dirasakan menyejukkan hati, memberi kedamaian, tapai kadang suara itu
menyuruhnya melakukan sesuatu yang sangat berbahaya, seperti bunuh diri.

Penyesatan pikiran (delusi) adalah kepercayaan yang kuat dalam


mengintepretasikan sesuatu yang kadang berlawanan dengan kenyataan.
Misalnya, pada penderita skizofrenia, lampu trafik di jalan raya yang
berwarna merah-kuning-hijau, dianggap sebagai suatu isyarat dari luar
angkasa. Beberapa penderita skizofrenia berubah menjadi seorang paranoid.
Mereka selalu merasa sedang diamati-amati, diintai, atau hendak orang.

Kegagalan berfikir mengarah kepada masalah dimana klien skizofrenia


tidak mampu meproses dan mengatur pikirannya. Kebanayakan klien tidak
mampu memahami hubungan antara kenyataan dan logika. Karena klien
skizofrenia tidak mampu mengatur pikirannya membuat mereka berbicara
secara serampangan dan tidak bisa ditangkap dengan logika.
Ketidakmampuan dala berpikir mengakibatkan ketidakmampuan
mengendalikan emosi dan perasaan. Hasilnya, kadang penderita skizofrenia
tertawa atau berbicara sendiri denga keras tanpa memedulikan
sekelilingnya. Semua itu membuat penderita skizofrenia tidak bisa
memahami siapa dirinya, tidak berpakaian, dan tidak bisa mengerti apa itu
manusia. Dia juga juga tidak bisa menegrti kapan dialahir, dimana ia
berasda, dan sebagainya.
2. Gejala negatif
Klien skizofrenia kehilangan motivasi dan apatis berarti kehilangan
energi dan minat dalam hidup yang membuat klien menjadi orang yang
malas. Karena klien skizofrenia hanya memiliki energi yang sedikit, mereka
tidak bisa melakukan hal-hal yang lain selain tidur dan makan. Perasaan
yang tumpul membuat emosi klien skizofrenia menjadi datar.

Klien skizofrenia tidak memiliki ekspresi baik dari raut muka maupun
gerakan tangannya, seakan akan dia tidak memiliki emosi apapun. Tapi ini
tidak berarti bahwa klien skizofrenia tidak bisa merasakan perasaan apapun.
Mereka mungkin bisa menerima pemberian dan perhatian orang lain, tetapi
tidak bisa mengekspresikan perasaan mereka.

Depresi yang tidak mengenal perasaan ingin ditolong dan berharap,


selalu menjadi bagian dari hidup klien skizofrenia. Mereka tidak merasa
memiliki perilaku yang menyimpang, tidak bisa membina hubungan relasi
dengan orang lain, dan tidak mengenal cinta. Perasaan depresi adalah
sesuatu yang menyakitkan. Disamping itu, perubahan otak secara biologis
juga memberi andil dalam depresi. Deperesi yang berkelanjtan akan
membuat klien skizofrenia menarik diri dari lingkungannya. Mereka selalu
merasa aman bila sendirian.

Dalam beberaa kasus, skizofrenia menyerang manusia usia muda antara


15 hingga 30 tahun, tetapi serangan kebanyakan pada usia 40 tahun keatas.
Skizofrenia bisa menyerang siapa saja tanpa mengenal jenis kelamin, ras,
maupun tingkat sosial ekonomi. Siperkirakan penderita skizofrenia
sebanyak 1% dari jumlah manusia yang ada di bumi.
D. Macam-Macam Skizofrenia
Pembagian Skizofrenia yang dikutip dari Maramis (2005) dalam buku
Prabowo (2014), antara lain :
1. Skizofrenia Simplex
Sering timbul pertama kali pada masa pubertas. Gejala utama pada jenis
simplex adalah kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan, gangguan
proses berpikir sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang sekali
terdapat.
2. Skizofrenia Hebefrenia
Permulaannya perlahan-lahan atau sebakut dan sering timbul pada masa
remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan
proses berfikir, gangguan kemauan dan adanya depersenalisasi atau double
personality. Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau
perilaku kekanak-kanakan sering terdapat pada heberfenia.Waham dan
halusinasi banyak sekali.
3. Skizofrenia Katatonia
Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta
sering didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah
katatonik atau stupor katatonik.
4. Skizofrenia Paranoid
Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham
sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya
gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi dan kemauan. Mereka
mudah tersinggung, suka menyendiri, agak congkak dan kurang percaya
pada orang lain.
5. Skizofrenia akut
Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam
keadaan mimpi.Kesadarannya mungkin berkabut.Dalam keadaan ini timbul
perasaan seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya
seakan-akan mempunyai suatu arti yang khusus baginya.
6. Skizofrenia Residual
Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas
adanya gejala-gejala sekunder.Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali
serangan Skizofrenia.

E. Pengobatan
Obat yang digunakan untuk mengobati psikosis memiliki banyak
sebutan yaitu anti psikotik, neuroleptik, dan mayor trangquiles. Anti psikotik
digunakan untuk mengatasi psikosis, termasuk skiozofrenia. Efek terapi dari
obat-obatan ini terlihat sewaktu dipakai pada psikosis akut. Efeknya
mengurangi gejala positif, antar lain halusinasi, tidak mau makan, tidak
kooperatif, dan ganguan pikiran. Gejala positif pada skizofrenia bereaksi
bahwa secara responsif terhadap obat anti psioktik, sedang gejal negatif
seperti misalnya: pendataran afek, apatis, anhedonia dan blokade diri sangat
kurang (Ibrahim, 2011).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN SKIZOFRENIA
PARANOID
A. Pengkajian
Menurut Kusumawati dan Yudi (2011), Pengkajian merupakan tahap
awal dan dasar utama bagi tahap berikutnya dari proses keperawatan. Tahap
pengkajian terdiri pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah
klien berdasarkan seperangkat data yang ada.
1 Identifikasi klien
 Nama :
 Umur :
 Agama :
 Suku/bangsa :
 Pendidikan terakhir :
 Pekerjaan :
 Alamat :

2 Keluhan utama / alasan masuk


3 Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan keluarga
datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan keluarga untuk mengatasi
masalah dan perkembangan yang di capai.
4 Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan
jiwa pada masa lalu, pernah melakukan, mengalami, penganiayaan fisik,
seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan
kriminal.
Dapat dilakukan pengkajian pada keluarga faktor yang mungkin
mengakibatkan terjadinya gangguan:
a. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
psikologis dari klien.
b. Biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak atau SSP, pertumbuhan dan
perkembangan individu pada prenatal, neonates dan anak-anak.
c. Sosial Budaya
Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan,
kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk.
5 Aspek fisik / biologis
Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital:
 Tekanan darah :
 Nadi :
 Suhu :
 Pernafasan :
 Ukur Tinggi Badan :
 Berat Badan :
 Kalau Perlu Kaji Fungsi Organ Kalau Ada Keluhan.
6 Aspek psikososial
a. Membuat genogram yang memuat paling sedikit tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dan keluarga, masalah yang terkait
dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
b. Konsep diri
 Citra tubuh: mengenai persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian
yang disukai dan disukai.
 Identitas diri: status dan posisi klien sebelum dirawat, kepuasan
klien terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai
laki-laki/perempuan.
 Peran: tugas yang diemban dalam keluarga / kelompok dan
masyarakat dan kemampuan klien dalam melaksanakan tugas
tersebut.
 Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, statu, tugas, lingkungan
dan penyakitnya.
 Harga diri: hubungan klien dengan orang lain, penilaian dan
penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya terjadi
pengungkapan kekecewaan terhadap dirinya sebagai wujud harga
diri rendah.
c. Hubungan sosial dengan orang lain yang terdekat dalam kehidupan.
Kelompok yang diikuti dalam masyarakat.
d. Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.

7 Status mental
Nilai penampilan klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas
motorik klien, alam perasaan klien (sedih, takut, khawatir), afek klien,
interaksi selama wawancara, persepsi klien, proses pikir, isi pikir, tingkat
kesadaran, memori, tingkat konsentrasi dan berhitung dan berhitung,
kemampuan penilaian dan daya tilik diri.
8 Kebutuhan persiapan pulang
a. Kemampuan makan klien, klien mampu menyiapkan dan membersihkan
alat makan.
b. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC
serta membersihkan dan merapikan pakaian.
c. Mandi klien dengan cara berpakaian, observasi kebersihan tubuh klien.
d. Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah.
e. Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksi yang dirasakan setelah
minum obat.
9 Masalah psikososial dan lingkungan
Dari data keluarga atau klien mengenai masalah yang dimiliki klien.
10 Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian
yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah.
11 Aspek medis
Terapi yang diterima oleh klien: ECT, terapi antara lain seperti terapi
psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi
okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan
perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar
dalam kehidupan bermasyarakat.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Perilaku kekerasan berhubungan dengan waham yang dialami

C. Pohon Masalah

Resiko tinggi

mencederai diri dan


Kerusakan komunikasi
orang laian
verbal

Permasalahan

Perilaku kekerasan
Gangguan Halusinasi
pola tidur pendengaran
Permasalahan proses
fikir

Isolasi sosial menarik Defisit perawatan diri

diri

Koping
koping Individu
Keluarga Harga Diri rendah
Tidak Efektif
Tidak Efektif

STRESOR
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Skizofrenia merupakan sekelompok gangguan psikotik, dengan gangguan
dasar pada kepribadian, distorsi khas pada proses pikir. Kadang-kadang
mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan oleh kekuatan dari
luar (Ibrahim, 2011).

Menurut (Ibrahim, 2011) etiologi skizofrenia adalah sebagai berikut :


Model diatesis-stress :
1. Model diatesis-stress
2. Prinsip riset umum
3. Integrasi teori biologis
4. Hipotesis dopamin
5. Norepineprin
6. Asam amino
7. Aliran darah sereblar CBF (cerebral blood flow)
8. Elektrofisiologi
9. Genetika
10.Teori psikoanalitik
11.Teori belajar
12.Teori tentang keluarga
13.Teori sosial
DAFTAR PUSTAKA

1. Stuart GW, Sundeen, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th


ed.). St.Louis Mosby Year Book, 1995
2. Keliat Budi Ana, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi I, Jakarta :
EGC, 1999
3. Keliat Budi Ana, Gangguan Konsep Diri, Edisi I, Jakarta : EGC, 1999
4. Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD
Dr. Amino Gonohutomo, 2003
5. Tim Direktorat Keswa, Standar Asuhan Keperawatan Jiwa, Edisi 1,
Bandung, RSJP Bandung, 2000

Anda mungkin juga menyukai