Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Teori mikro ekonomi selalu didefinisikan oleh ahli-ahli ekonomi sebagai


suatu bidang studi dalam ilmu ekonomi yang menerangkan tentang kegiatan dalam
bagian-bagian kecil dari keseluruhan perekonomian, salah satunya teori penawaran.
Berbicara tentang teori penawaran dalam kerangka ekonomi Islam merupakan
kelanjutan pembahasan tentang teori permintaan dalam ekonomi Islam. Sama halnya
dalam ilmu ekonomi konvensional, dalam ilmu ekonomi Islam pembahasan persoalan
ini menyangkut factor-faktor atau variabel-variabel yang berpengaruh terhadap
kedudukan penawaran suatu barang atau jasa tertentu.
Penawaran (supply), dalam ilmu ekonomi adalah banyaknya barang atau jasa
yang tersedia dan dapat ditwarkan oleh produsen kepada konsumen pada setiap
tingkat harga selama periode waktu tertentu. Teori penawaran yaitu teori yang
menerangkan sifat penjual dalam menawarkan barang yang akan di jual.
Seperti halnya pada permintaan dalam islam yang diturunkan dari fungsi
konsumsi, maka teori penawaran hakikatnya adalah derivasi dari perilaku individu-
individu perusahaan dalam analisis biayanya. Pada bagian-bagian di muka telah
diterangkan bahwa tidak ada perusahaan yang bersedia berproduksi ketika tingkat
harga yang berlaku lebih kecil dari biaya variabel rata-rata. Jadi, setiap perusahaan
hanya akan berproduksi jika harga yang berlaku lebih tinggi daripada biaya variable
rata-ratanya. Pada dasarnya terdapat garis haga yang tak terbatas jumlahnya diatas
titik perpotongan antara kurva biaya marginal dengan kurva biaya variabel rata-rata,
dan dari sinilah kita dapat menemukan berapa kuantitas yang dapat ditawarkan pada
setiap tingkatan harga. Oleh karena itu, untuk menjelaskan bagaimana kurva
penawaran di bentuk perlu terlebih dahulu kita mempelajari kurva penawaran jangka
pendek perusahaan pada setiap tingkatan harga.

11
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konsep Penawaran


Penawaran adalah barang atau jasa yang ditawarkan pada jumlah dan
tingkat harga tertentu dan dalam kondisi tertentu. Penawaran islam pun ada hal
yang membedakannya dengan penawaran hedonis, bahwa barang atau jasa
ditawarkan harus transparan dan rinci spesifikasinya. Bagaimana keadaan barang
tersebut, ada kelebihan dan kekurangan barang tersebut. Jangan sampai
penawaran yang kita lakukan merugikan pihak yang mengajukan permintaan.
Adapun Rasulullah Saw. Dalam memlakukan penawaran aelalu merinci tentang
spesifikasi barang dagangannya, sampai-sampai harga belinya pun disebutkan dan
menawarkan dengan harga berapa barang tersebut dibeli dan yang akan diperoleh
olehnya.
Ibnu Khaldun menjelaskan pengaruh naik dan turunnya penawaran
terhadap harga. Ia mengatakan . “ketika barang-barang yang tersedia sedikit,
maka harga-harga akan naik. Namun bila jarak antarkota dekat dan aman untuk
melakukan perjalanan, maka akan banyak barang diimpor sehingga ketersediaan
barang akan melimpah, dan harga-harag akan turun.
Dalam pandangan Ibnu Khaldun, dalam konteks supply, ada faktor-faktor
penentu, diantaranya :
1. Harga
2. Permintaan
3. Laju keuntungan
4. Buruh
5. Keamanan
6. Tingkat kesejahteraan masyarakat

Ibnu Taimiyah menyatakan alasan harga itu naik dapat disebabkan karena
turunnya penawaran atau kenaikan populasi jumlah pembeli yang berarti ada

11
kenaikan jumlah dalam permintaan pasar. Oleh karena itu sebuah harga dapat saja
naik, karena penawaran turun (pergeseran kurva ke kiri), atau permintaan naik
(pergeseran kurva ke kanan) yang di ekspresikan sebagai “tindakan Allah”,
sebenarnya melambangkan sebuah fenomena alamiah yang berkait dengan
fluktuasi harga. Tetapi sebagaimana yang tercermin dari pernyataan diatas, naik
turunnya harga juga terjadi, karena tindakan-tindakan curang dalam pasar seperti
aksi penimbunan yang dilakukan oleh spekulan (Hoetoro, 2007:83).1
Imam Ghazali juga membicarakan tentang penawaran dan permintaan,
bahwa harga berlaku seperti yang ditentukan dalam praktik pasar, sebuah konsep
yang kemudian di kenal sebagai as-tsaman al-adil (harga yang adil). Kemudian
diungkapkan secara konsepsional pengertian penawaran adalah banyaknya barang
yang ditawarkan oleh penjual pada suatu pasar tertentu, pada periode tertentu dan
pada tingkat harga tertentu. Atau dengan kata lain bahwa penawaran adalah
jumlah barang dan jasa yang tersedia untuk dijual pada berbagai tingkat harga dan
situasi. Sebagaimana juga halnya dengan permintaan, maka pada teori penawaran
juga di kenal apa yang dinamakan jumlah barang yang ditawarkan dan
penawaran. Penawaran adalah gabungan seluruh jumlah barang yang ditawarkan
oleh penjual pada pasar tertentu, perode tertentu, dan pada berbagai tingkat harga
tertentu. (Karim, 2004:325)
Berbagai factor yang mempengaruhi produsen dalam menawarkan
produknya pada suatu pasar diantaranya sebagai berikut:
a. Harga barang itu sendiri.
b. Harga barang-barang lain.
Dalam membahas teori permintaan bahwa barang-barang ada yang saling
bersaingan (barang-barang pengganti) satu sama lain dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat. Barang-barang seperti itu dapat menimbulkan
pengaruh yang penting kepada penawaran sesuatu barang. Sebagai contoh,

1 Ismail Nawawi, Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Dwiputra Pustaka Jaya, 2010),
hal.33

11
oleh karena kenaikan biaya produksi di luar negeri maka buku tulis yang
diimpor bertambah mahal harganya. Beberapa konsumen buku tulis impor
sekarang lebih suka membeli buku tulis buatan dalam negeri dan menaikkan
permintaan terhadapnya. Kenaikan permintaan ini akan memberi dorongan
kepada produsen dalam negeri untuk menaikkan produksi dan penawaran
buku tulis.
c. Ongkos dan biaya produksi.
Pembayaran kepada faktor-faktor produksi merupakan pengeluaran yang
sangat penting dalam proses produksi berbagai perusahaan. Pengeluaran
tersebut mempunyai peranan yang sangat besar dalam menentukan biaya
produksi. Tanpa adanya kenaikan produktivitas dan efisiensi, kenaikan harga
faktor-faktor produksi akan menaikkan biaya produksi. Di beberapa
perusahaan kenaikan pengeluaran untuk memperoleh faktor-faktor produksi
akan menyebabkan biaya produksi melebihi hasil penjualannya dan mereka
mengalami kerugian. Ini dapat menimbulkan penutupan usaha tersebut dan
jumlah penawaran barang menjadi berkurang.
d. Tujuan produksi dari perusahaan.
Dalam teori ekonomi selalu dimisalkan perusahaan berusaha
memaksimumkan keuntungan. Dengan pemisalan ini tiap perusahaan tidak
berusaha untuk menggunakan kapasitas memproduksinya secara maksimal,
tetapi akan menggunakannya pada tingkat kapasitas yang memaksimumkan
keuntungannya. Tetapi dalam prakteknya perusahaan-perusahaan banyak yang
mempunyai tujuan lain. Tujuan yang berbeda-beda tersebut menimbulkan
efek yang berbeda terhadap penentuan tingkat produksi. Dengan demikian
penawaran sesuatu barang akan berbeda sifatnya sekiranya terjadi perubahan
dalam tujuan yang ingin dicapai perusahaan.
e. Teknologi yang digunakan.
Tingkat teknologi memegang peranan penting dalam menentukan banyaknya
jumlah barang yang dapat ditawarkan. Kemajuan teknologi telah dapat
mengurangi biaya produksi, mempertinggi produktifitas, mempertinggi mutu

11
barang dan menciptakan barang-barang yang baru. Dalam hubungannya
dengan penawaran suatu barang, kemajuan teknologi menimbulkan dua efek,
yaitu (1) produksi dapat ditambah dengan lebih cepat, dan (2) biaya produksi
semakin murah. Dengan demikian keuntungan menjadi bertambah tinggi.
Apabila beberapa factor yang mempengaruhi tingkat penawaran diatas di
anggap tetap selain harga barang itu sendiri (harga barang substitusi tetap, ongkos
dan biaya produksi relative tidak berubah, tujuan perusahaan tetap pada
orientasinya, teknologi yang digunakan tidak berkembang, dan lainnya dianggap
tidak berubah), maka penawaran hanya ditentukan oleh harga. Artinya, besar
kecilnya perubahan penawaran di determinasi/ditentukan oleh besar kecilnya
perubahan harga. Dalam hal ini berlaku perbandingan lurus antara harga terhadap
penawaran. Sebagai mana konsep asli dari penemunya (Alfred Marshall), maka
perbandingan lurus antara harga terhadap penawaran di sebut hukum penawaran.2

2.2. Faktor-faktor Penawaran dalam Islam


Dalam khasanah pemikiran ekonomi Islam klasik, penawaran telah
dikenali sebagai kekuatan penting di dalam pasar. Penawaran sebagai
ketersediaan barang di pasar. Penawaran barang atau jasa dapat berasal dari hasil
impor (barang dari luar) dan produksi lokal. Kegiatan ini dilakukan oleh produsen
maupun penjual. Nilai tawar dalam islam didasarkan pada:

 Mashlahah
Pengaruh mashlahah terhadap penawaran pada dasarnya akan tergantung
pada tingkat keimanan dari produsen jika jumlah mashlahah yang terkandung
dalam barang yang diproduksi semakin meningkat maka produsen muslim akan
memperbanyak jumlah produksinya (cateris paribus).
 Keuntungan

2 Ibid. hal 35

11
Keuntungan merupakan bagian dari mashlahah karena ia dapat
mengakumulasi modal yang pada akhirnya dapat digunakan untuk berbagai
aktivitas lainnya. Dengan kata lain, keuntungan akan menjadi tambahan modal
guna memperoleh mashlahah lebih besar lagi untuk mencapai falah. faktor-
faktor yang mempengaruhi keuntungan adalah anatra lain :
a. Harga Barang, Jika harga turun, maka produsen akan cenderung
mengurangi penawarannya, sebab tingkat keuntungan yang diperoleh
juga akan turun.
b. Biaya Produksi, Jika biaya turun, maka keuntungan produsen pada
penjualan akan meningkat yang seterusnya akan mendorongnya untuk
meningkatkan jumlah pasokan pasar.
Dalam ekonomi Islam diketahui bahwa ada 4 hal yang dilarang dalam
menjalankan aktivitas ekonomi, yaitu: Mafsadah, Gharar, Maisir , dan Transaksi
Riba. Mafsadah, Gharar dan Maisir sebagai tindakan yang menyebabkan
kerusakan (negative externalities) sebagai akibat yang melekat dari suatu
aktivitas produksi yang hanya memperhatikan keuntungan semata, walaupun
sudah dikemukakan, namun tidak tercerminkan dengan baik di dalam konsep
dan model dalam ekonomi Islam, sehingga sisi ini akan mendapat perhatian
lebih banyak. Sedangkan pelarangan terhadap transaksi riba tidak akan begitu
mewarnai pembahasan tentang konsep biaya produksi dalam Islam, karena
sudah dijelaskan dengan lebih detail pada buku ataupun paper makalah dan
jurnal lainnya.
2.3. Kurva Penawaran Jangka Pendek
Pada gambar 1.1 dibawah ini tampak bahwa MC, MR, dan kurva biaya
variabel rata-rata (AVC: Average Variable Cost). Pada setiap harga yang berada
diatas P1, maka berapapun penjualan yang dilakukan oleh produsen, harga selalu
melebihi AVC sehingga produsen masih mendapatkan laba ekonomis positif.

11
Apabila harga berada pada saat MC sama denngnan AVC, maka titik
perpotongan ini disebut titik impas jangka pendek (short-run break-even point).
Di mana pada harga ini produsen tidak mendapatkan laba ekonomis, namun
hanya mencapai titik BEP saja. Dengan demikian, titik impas tersebut hanya akan
beroperasi pada saat harga diatas AVC. Untuk mendapat tingkat keuntungan
optimal produsen akan berproduksi ketika MC=MR, apabila kita asumsikan pasar
bersifat persaingan sempurna maka harga (P) juga berfungsi sebagai MR. Dengan
demikian, MC = P = MR, pada gambar 1.1 bila harga yang berlaku di pasar dalam
jangka pendek adalah P* maka produsen akan memperoleh keuntungan ekonomis
sebesar P*E*QS. Dengan demikian, kita dapat mengatakan bahwa kurva MC
yang berada diatas kurva AVC adalah garis yang menerangkan produsen bersedia
berproduksi. Untuk memperjelas, kurva pada gambar 1.1 apabila U1 dan U2
dihubungkan, maka kita akan mendapat kurva penawaran.

2.4. Total Cost dan Marginal Cost

11
Fungsi total cost menunjukkan, untuk setiap kombinasi input dan untuk
setiap tingkat output, minimum total cost yang muncul adalah TC = TC(r,w,q).
meskipun fungsi total cost menggambarkan secara menyeluruh biaya yang harus
dikeluarkan, namun akan lebih memudahkan dalam kaitannya dengan kurva
permintaan, bila analisis biaya dilakukan pada biaya perunit. Ada dua konsep
biaya perunit yang di kenal:3
 Average Cost
Fungsi average total cost atau average cost adalah biaya per unit atau
dihitung dengan rumus total cost dibagi dengan jumlah output yang
dihasilkan. Secara sistematis di tulis: ATC = ATC (r,w,q) = TC (r,w,q) / q
 Marginal Cost
Fungsi marginal cost adalah tambahan biaya yang muncul untuk setiap
tambahan output yang dihasilkan atau di hitung dengan rumus perubahan
total biaya dibagi perubahan output. Secara sistematis ditulis:
MC = MC (r,w,q) = ðTC (r,w,q) / ðq
Jadi fungsi total cost diturunkan dari fungsi total produksi, dan fungsi
marginal cost diturunkan dari fungsi total cost. Begitu pula dengan fungsi
average cost diturunkan dari fungsi total cost. Tabel berikut ini memberikan
ilustrasi numeric dari hubungan komponen-komponen tersebut.4 Fixed cost of
capital diasumsikan $ 30/jam, dan biaya variabel yaitu biaya per unit tenaga kerja
adalah $ 10/jam.

L Q FC VC TC AFC AVC ATC MC*


0 0 30 0 30 ∞ - ∞
1 4 30 10 40 7.50 2.50 10.00 2.50
2 14 30 20 50 2.14 1.43 3.57 1.0
3 27 30 30 60 1.11 1.11 2.22 0.77
3 Penjelasan matematis dapat dilihat di Walter Nicholson. Microeconomic Theory: Basic Principles
and Extensions 6th ed. (New York: The Dryden Press, 1995)
4 Penjelasan numeric dapat di lihat di Roberrt Frank. Microeconomis and Behavior 2nd ed. (New York:
Mc Graw Hill, 1994).

11
4 43 30 40 70 0.70 0.93 1.63 0.63
5 58 30 50 80 0.52 0.86 1.38 0.67
6 72 30 60 90 0.42 0.83 1.25 0.71
7 81 30 70 100 0.37 0.86 1.23 1.11
8 84 30 80 110 0.36 0.95 1.31 3.33

Kurva marginal cost akan memotong dari bawah kurva average total cost
pada titik minimalnya. Titik Q2 adalah jumlah output pada saat VC mencapai titik
minimilnya yang juga titik minimilnya yang juga adalah persinggungan kurva VC
dengan rental cost per unit ( r ). Titik Q3 adalah jumlah output pada saat ATC
mencapai titik minimalnya juga titik di mana kurva MC memotong dari bawah
kurva ATC. Titk Q1 adalah jumlah output dimana kurva MC mencapai titik
minimalnya, yaitu pada saat perubahan returns to scale kurva variable cost yang
juga perubahan returns to scale kurva total cost.

2.5. Pengaruh Pajak Penjualan


Pajak penjualan adalah pajak yang di kenakan oleh pemerintah dan di
bayar pada waktu jual beli ke atas barang-barang yang dikenakan pajak penjualan
itu dilakukan. Pada umumnya pajak penjualan dikenakan dalam bentuk suatu
persentasi tertentu dari hasil penjualan. Misalnya pajak penjualan adalah 10
persen dari harga atau hasil penjualan. Pungutan pajak penjualan akan
menyebabkan para pembeli harus membayar lebih tinggi untuk memperoleh
barang-barang yang dikenakan pajak tersebut.
Pengenaan pajak penjualan atau pajak pertambahan nilai sebesar, akan
meningkatkan average total cost. ATC secara langsung juga berarti peningkatan
MC. Bila harga tetap pada tingat harga semula, maka peningkatan biaya ini
berarti penurun profit. Karena total revenue tetap sedangkan total cost meningkat.
Sebelum adanya pajak penjualan, tingkat profit sebesar profit1. Dengan adanya
pengenaan pajak penjualan, tingkat profit menurun jadi profit2.

11
Jadi pengenaan pajak penjualan akan membawa pengaruh:
1. Turunnya total profit dari profit1 menjadi profit2.
2. Turunnya tingkat profit maksimal yang digambarkan oleh puncak gunung
kurva profit. Secara grafis, puncak kurva profit1 lebih tinggi daripada puncak
kurva profit2.
 Pengaruh Zakat Perniagaan
Pengenaan zakat perniagaan memberikan pengaruh yang berbeda di
bandingkan dengan pengenaan pajak penjualan. Dalam konsep Islam, zakat
perniagaan dikenakan bila telah terpenuhinya dua hal: nisab(batas minimal harta
yang menjadi obyek zakat, yaitu setara 96 gram emas) dan haul (batas minimal
waktu harta tersebut di miliki yaitu satu tahun). Bila nisab dan haul telah
terpenuhi, maka wajiblah dikeluarkan zakatnya sebesar 2,5%.
Obyek zakat perniagaan adalah barang yang di perjualbelikan.5 Dalam
ilmu ekonomi, ini berarti yang menjadi objek zakat perniagaan adalah revenue
minus cost. Ulama berbeda pendapat mengenai komponen biaya.6 Sebagian
berpendapat bahwa biaya tetap boleh diperhitungkan, sedang sebagian lainnya
berpendapat bahwa hanya biaya variabel saja yang boleh diperhitungkan. Dalam
ilmu ekonomi pendapat pertama berarti yang menjadi objek zakat adalah
economic rent, sedangkan pendapat kedua berarti yang menjadi objek zakat
adalah quasi rent atau producer surplus.

2.6. Internalisasi Biaya Eksternal


Perilaku memaksimalkan profit sering kali mendorong prosuden untuk
berlaku aniaya. Salah satu cara untuk meningkatkan profitnya adalah dengan
memindahkan biaya-biaya yang seharusnya ditanggung produsen kepada pihak
lain. Biaya yang paling mudah untuk dialihkan adalah biaya yang tidak

5 Istilah fiqihnya ‘arudhul tijarah’. Lihat misalnya Ibnu Qudamah. Al-Mughni, (Makkah: Maktabah
Tijariyah, 1984) vol 2 hlm.623.
6 Lihat misalnya Baqir al Hasani and Abbas Mirakhor (eds). Essays on Iqtisad: The Islamic Approach to
Economic Problems, (Silver Spring: Nur Corp, 1989).

11
mempunyai kaitan langsung proses produksi. Misalnya biaya pembuatan
penampungan limbah pabrik yang seharusnya di tanggung produsen karena
merupakan konsekuensi dari proses produksinya, dialihkan kepada masyarakat
dengan cara membuang begitu saja limbah pabrik ketempat-tempat umum.
Tindakan ini jelas aniaya, karena produsen jelas-jelas mendapat keuntungan dari
proses produksi, namun tidak mau bertanggungjawab atas akibatnya, yaitu
menanggung biaya penanganan limbah. Dalam ilmu ekonomi, tindakan produsen
ini di sebut negative externalities.7
Pada pembahasan tentang garis besar ekonomi islam kita telah membahas
bahwa konsep adil dalam ekonomi islam diterjemahkan menjadi empat hal, yaitu
dilarang melakukan mafsadah, di larang melakukan transaksi gharar, di larang
melakukan transaksi maisir, dilarang melakukan transaksi riba. Salah satu bentuk
mafsadah adalah melakukan kerusakan yang dalam istilah ekonominya disebut
negative externalities. Dalam konteks utility function, mafsadah juga dapat
diartikan bahwa islam hanya membolehkan utility function dibangun dalam
pilihan ‘’good‘’ X dan ‘’good’’ (‘’hal baik’’ X dan ‘’hal baik’’ Y). Pada prinsipnya
utility function yang dibangun dalam pilihan ‘’good X dan ‘’bad’’ Y (‘’hal baik’’
X dan ‘’hal buruk’’ Y), atau dalam pilihan ‘’ bad’’ X dan ‘’good Y’’, tidak
dibolehkan karena tergolong tindakan mafsadah. Dalam pembahasan tentang teori
permintaan islami kita pun telah membahas tentang corner solution bila kita
dihadapkan pada pilihan haram X Dan halal Y. Corner solution ini menunjukan
bahwa kalaupun kita dihadapkan pada pilihan ‘’good’’ dan ‘’bad’’, kita akan
memilih seluruhnya’’good’’, dan meninggalkan ‘’bad’’ sama sekali. Solusi lain
selain meninggalkan ‘’bad’’ sama sekali (misalnya pada saat darurat), selalu
menghasilkan solusi yang tidak optimal.

2.7. Penerapan Biaya Kompensasi, Batas Ukuran atau Daur Ulang?

7 Lihat Robert Pindyck and Daniel Rubinfield. Microeconomic 3rd ed. (New Jersey: Prentice Hall, 1995)

11
Dalam sejarah perekonomian Amerika Serikat, emission standards
merupakan pilihan dalam mengontrol negative externalities. Sedangkan di
Jerman, emissions fees yang merupakan pilihan. Secara teoritis, sebenarnya kedua
instrument ini dapat memberikan hasil yang sama. Misalnya suatu perusahaan
multi nasional company yang mempunyai dua pabrik masing-masing di Amerika
Serikat dan Jerman. Di Amerika Serikat di tentukan bahwa emissions standard
adalah 12 unit. Di atas standar ini produsen akan dikenakan denda yang besar atau
bahkan di kategorikan melakukan tindakan criminal. Untuk menjaga agar proses
produksi yang dilakukannya tidak melebihi 12 unit, produsen harus mengeluarkan
biaya $36 ribu. Sedangkan di jerman di tentukan emissions fees untuk setiap unit
polusi adalah setara $ 3 ribu. Maka ia pun akan berproduksi tingkat polusi 12 unit
dan membayar $36 ribu.
Dalam konsep Islam, mencegah mafsadah lebih diutamakan daripada
memperbaiki dampak buruk mafsadah, meskipun dampak buruk tersebut timul
sebagai akses dari suatu produksi yang bermanfaat.8 Itu sebabnya penggunaan
mekanisme recycling lebih diutamakan daripada instrument fees dan standards.
BAB III
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
Dari uraian di atas pemakalah dapat menyimpulkan bahwa :
Pertama, konsep penawaran yang dikemukan oleh Ibnu Khaldun
menjelaskan pengaruh naik dan turunnya penawaran terhadap harga. Ia
mengatakan . “ketika barang-barang yang tersedia sedikit, maka harga-harga
akan naik. Ibnu Taimiyah menyatakan alasan harga itu naik dapat disebabkan

8 Dalam kaidah fiqhi disebutkan “Dar ul mafasid aula min jalbi al manaf” (mencegah kerusakanlebih utama
daripada mengambil manfaat). Lihat Suyuti. Al. Ashbah wan Naza ir. Untuk pembahasan rinci hal ini lihat Ahmad
Nuryadi. Fiqih Legal Maxims, (Jakarta: Muamalat Institute, 2001) dan Anwar Ibrahim. Norma-norma Kontrak,
(Jakarta: Muamalat Institute, 2001)

11
karena turunnya penawaran atau kenaikan populasi jumlah pembeli yang berarti
ada kenaikan jumlah dalam permintaan pasar.
Kedua, ada beberapa factor yang mempengaruhi penawaran yaitu: harga
barang itu sendiri, harga barang lain, ongkos atau biaya produksi, tujuan
produksi dari perusahaan dan teknologi yang digunakan. Sedangkan factor
penawaran dalam islam adalah mashlahah dan keuntungan. Dimana, Pengaruh
mashlahah terhadap penawaran pada dasarnya akan tergantung pada tingkat
keimanan dari produsen. Jika jumlah mashlahah yang terkandung dalam barang
yang diproduksi semakin meningkat maka produsen muslim akan
memperbanyak jumlah produksinya. Sedangkan keuntungan merupakan bagian
dari mashlahah karena ia dapat mengakumulasi modal yang pada akhirnya dapat
digunakan untuk berbagai aktivitas lainnya. Dengan kata lain, keuntungan akan
menjadi tambahan modal guna memperoleh mashlahah lebih besar lagi untuk
mencapai falah.
Ketiga, Dalam ekonomi Islam diketahui bahwa ada 4 hal yang dilarang
dalam menjalankan aktivitas ekonomi, yaitu : mafsadah, gharar, maisir, dan
transaksi riba. Mafsadah, gharar dan maisir sebagai tindakan yang
menyebabkan kerusakan (negative externalities) sebagai akibat yang melekat
dari suatu aktivitas produksi yang hanya memperhatikan keuntungan semata.

DAFTAR PUSTAKA

Karim, Adiwarman Azwar. Ekonomi Mikro Islami. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Edisi
Kelima. 2012
Sukirno, Sadono. Mikro Ekonomi: Teori Pengantar. Jakarta: PT RajaGrafindo. Edisi Ketiga
2014.
Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI). 2007. Ekonomi Islam. Jakarta:
PT Rajagrafindo Persada

11
11

Anda mungkin juga menyukai