Akuntansi Istishna
Akuntansi Istishna
AKUNTANSI ISTISHNA
Dosen Pengampu :
Drs. Wasito, M.Si., Ak
Disusun oleh :
Dewi Ayu Windrayati 180810102017
Ratna Pitamaladewi 180810102027
Sabila Rizqiyati Musyafaah 180810102039
Dina Rosyida 180810102041
Risca Nurianti 180810102082
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
dengan judul “Akuntansi Istishna”. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Wasito, M.Si., Ak sebagai
dosen pengampu mata kuliah Pengantar Akuntansi Islam dan sebagai pembimbing dalam
proses penyusunan makalah ini.
Penulis berharap makalah yang telah disusun ini dapat memberikan manfaat unutk
menambah pengetahuan para pembaca. Dalam rangka perbaikan, penulis menerima saran dan
kritik yang membangun dari semua pihak karena penulis menyadari makalah yang telah
disusun ini memiliki kekurangan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR …………………………………………………………. ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ……………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………… 1
1.3 Tujuan ……………………………………………………………... 2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Istishna ……………………………………………………. 3
2.2 Perbedaan antara Istishna dan Salam ………………………………… 3
2.3 Jenis Akad Istishna …………………………………………………… 3
2.4 Rukun dan Ketentuan Akad Istishna ………………………………… 5
2.5 Landasan Hukum Pelaksanaan Istishna ……………………………… 7
2.6 Berakhirnya Akad Istishna …………………………………………… 8
2.7 Teknik Penghitungan Transaksi Istishna ……………………………… 8
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan …………………..……………………………………….. 13
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari makalah ini adalah :
1. Mengetahui pengertian dari istishna.
2. Mengetahui perbedaan antar istishna dan salam.
3. Mengetahui jenis-jenis akad istishna.
4. Mengetahui rukun dan ketentuan dari akad istishna.
5. Mengetahui landasan hukum yang menjadi pedoman pelaksanaan istishna.
6. Mengetahui sebab berakhirnya suatu akad istishna.
7. Mengetahui bagaimana teknik penghitungan transaksi istishna.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
(1)
3
Keterangan :
(1) melakukan akad istishna’
(2) barang diserahkan kepada pembeli
(3) pembayaran dilakukan oleh pembeli
2. Istishna’ pararel adalah suatu bentuk akad istisna’ antara penjual dan pemesan,
dimana untuk memenuhi kewajibannya kepada pemesan, penjual melakukan akad
istishna’ dengan pihak lain (subkontraktor) yang dapat memenuhi asset yang dipesan
pemesan.
Skema pararel
(1)
Penjual (4) Pembeli
(5)
(2) (3)
Produsen/
Pemasok
Keterangan :
(1) melakukan akad istishna’
(2) penjual memesan dan membeli pada supplier/produsen
(3) barang diserahkan dari produsen
(4) barang diserahkan kepada pembeli
(5) pembayaran dilaukan oleh pembeli
4
2.4 RUKUN DAN KETENTUAN AKAD ISTISHNA
Rukun Istishna
Adapun rukun-rukun istishna ada tiga, yaitu :
1. Pelaku yang terdiri atas pemesan (mustashni’) dan penjual (shani’).
2. Objek akad berupa barang yang akan diserahkan dan mosal istishna yang
berbentuk harga.
3. Ijab dan qobul atau serah terima.
Menurut pendapat imam Syafi’i Antonio rukun Istishna adalah sebagai berikut :
1. Al- Mustashni (Pembeli atau pemesan).
Hendaknya menentukan jenis bentuk dan sifat yang di pesan.
Tidak boleh menjual barang sebelum menerimanya.
Dalam hal terdapat cacat atau barang tidak sesuai dengan kesepakatan.
Pemesan memiliki hak pemiliki untuk melanjutkan atau membatalkan
akad.
2. As- Shani (Penjual)
Boleh menjual barang yang di buat oleh orang lain yang mempunyai
kualitas atau kuantitas yang di kehendaki oleh pemesan.
Tidak boleh menukar barang kecuali dengan barang yang sejenis sesuai
dengan kesepakatan barang yang di pesan.
3. Al- Mashu (Barang yang di jual).
Harus jelas ciri-cirinya.
Barang yang di pesan hendaknya barang yang bisa di jual belikan secara
pesanan oleh banyak orang.
Harus dapat di jelaskan spesifikasinya.
Penyerahan di lakukan kemudian.
Waktu dan tempat penyerahan barang harus di tentukan berdasarkan
kesepakatan.
Bahan-bahan untuk membuat barang hendaknya dari pihak penjual.
4. Harga.
Harga barang yang di pesan boleh di bayar semua pada saat akad.
Harga barang yang di pesan boleh di bayar semua pada saat penyerahan
barang.
5
Secara angsuran sesuai dengan kesepakatan.
Pembayaran tidak boleh dalam bentuk pembebasan utang.
5. Sighat atau ucapan atau Ijab Qabul.
Kebanyakan ulama masyarakat penyerahan barang harus di tunda pada
waktu kemudian, tetapi melalui Mazhab Syafi’i membolehkan penyerahan
segera.
Boleh menentukan tanggal waktu di masa yang akan datang untuk
penyerahan barang.
Tempat penyerahan.
6
Dalam hal pemesanan sudah dikerjakan sesuai dengan kesepakatan,
hukumnya mengikat, tidak boleh dibatalkan sehingga penjual tidak
dirugikan karena ia telah menjalankan kewajibannya sesuai dengan
kesepakatan.
3. Ijab Kabul
Adanya pernyataan dan espresi saling ridha/rela diantara pihak-pihak akad
yang dilakukan secara verbal, tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan
cara-cara komonikasi modern
7
maka Secaba umum landasan syariahnya yang berlakunya pada salam juga berlaku pada
istishnâ’.
Selanjutnya ulama’ Hanafi menggolongkan istishnâ’ termasuk akad yang dilarang
karena bertentangan dengan semangat bai’ secara qiyas. Mereka mendasarkan pada
argumentasi bahwa pokok Montreal penjualan harus ada dan dimiliki oleh penjual.
Sementara dalam istishna, pokok kontrak itu belum ada atau tidak dimiliki penjual.
Meskipun demikian, mazhab Hanafi menyetujui kontrak istishna atas dasar alasan-
alasan berikut.
a. Masyarakat telah mempraktekkan istishna secara luas dan terus menerus tanpa
ada keberatan sama sekali. Hal demikian menjadikan istishnâ’ sebagai kasus
ijma’ atau 8able8sus umum.
b. Dalam Syariah dimungkinkan adanya kemungkinan adanya penyimpangan
terhadap qiyas berdasarkan ijma’.
c. Keberadaan didasarkan pada kebutuhan masyarakat, banyak orang yang sering
kali memerlikan barang yang tidak tersedia dipasar, sehingga mereka cenderung
melakukan kontrak agar orang lain membuatkan barang untuk mereka.
d. Istishnâ’ sah sesuai dengan aturan umum mengenai kebolehan kontrak selama
tidak bertentangan dengan Nash atau Syariah.
PENJURNALAN
a. Transaksi Biaya Pra Akad (Bank sebagai Penjual)
Misal, pada tanggal 5 Februari 2019, untuk keperluan survey dan pembuatan
desain bangunan yang akan dijadikan acuan spesifikasi barang, Bank Berkah
Syariah telah mengeluarkan kas sebesar RP 20.000.000 maka jurnal untuk
transaksi ini adalah sebagai berikut :
Tanggal Nama Akun Debet (Rp) Kredit (Rp)
5 / 2 / 2019 Beban pra akad ditangguhkan 20.000.000
Kas 20.000.000
9
istishna kepada pembeli dan penerimaan pembayaran dari pembeli tersebut
adalah sebagai berikut :
Tanggal Nama Akun Debet (Rp) Kredit (Rp)
10 / 8 / 2019 Piutang istishna 30.000.000
Termin istishna 30.000.000
*(150.000.000 : 5 termin = 30.000.000 per termin)
10
PENJURNALAN
Pembuatan Akad Istishna Paralel dengan Pembuat Barang (Bank sebagai
Pembeli)
Berdasarkan PSAK No 104 paragraf 29 disebutkan bahwa biaya perolehan
istishna pararel terdiri dari :
Biaya perolehan barang pemesan sebesar tagihan produsen atau kontraktor
kepada entitas.
Biaya tidak langsung yaitu biaya overhead termasuk biaya akad dan pra akad.
Semua biaya akibat produsen atau kontraktor tidak dapat memenuhi
kewajibannya, jika ada.
11
c. Lanjutan Transaksi di Atas
Misal, tagihan kedua diterima pada tanggal 15 Mei 2019 dan diikuti dengan
pembayaran oleh bank pada tanggal 22 Mei 2019. Jurnal untuk transaksi tersebut
adalah sebagai berikut :
Tanggal Nama Akun Debet (Rp) Kredit (Rp)
15 / 5 / 2019 Aset istishna dalam penyelesaian 39.000.000
Utang istishna 39.000.000
*(50% - 20%) x Rp 130.000.000 = Rp 39.000.000
12
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Akad istishna' adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan
(pembeli/mustashni') dan penjual (pembuat/shani'). lstishna' dapat dilakukan langsung
antara dua belah pihak antara pemesan atau penjual seperti, atau melalui perantara. Iika
dilakukan melalui perantara maka akad disebut dengan akad istishna' paralel.
Walaupun istishna' adalah akad jual beli, tetapi memiliki perbedaan dengan salam
maupun murabahah. lstishna' lebih ke kontrak pengadaan barang yang ditangguhkan dan
dapat dibayarkan secara tangguh pula.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://husna-syakur.blogspot.com/2012/05/akuntansi-syariah-akad-istishna.html?m=1
https://www.kompasiana.com/dian83175/5adcaf7816835f5e236e0922/akuntansi-
istishna?page=all
https://www.academia.edu/30617469/rukun_dan_syarat_istishna
https://www.slideshare.net/madureh/akuntansi-istishna
https://slideplayer.info/slide/12662819/
14