Anda di halaman 1dari 5

Wage Nurmaulina dan Dyah Wulan Sumekar |Upaya Pengendalian Vektor Demam Berdarah Dengue, Aedes aegypti L.

Menggunakan Bioinsektisida

Upaya Pengendalian Vektor Demam Berdarah Dengue, Aedes aegypti L.


Menggunakan Bioinsektisida

Dyah Wulan Sumekar1, Wage Nurmaulina2


1
Bagian Epidemiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2
Mahasiswa,Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Nyamuk Aedes aegypti L. merupakan vektor utama penyakit demam dengue dan deman berdarah dengue.Salah satu upaya
untuk mengendalikan vektor demam berdarah dengue, Aedes aegypti L., adalah dengan menggunakan insektisida.
Penggunaan insektisida sintetik secara terus-menerus dalam waktu yang cukup lama dapat menyebabkan resistensi pada
Aedes aegypti.Selain itu penggunaan insektisida sintetik yang mengandung senyawa kimia dapat mencemari lingkungan dan
menyebabkan masalah kesehatan. Resistensi Aedes aegyptiterhadap insektisida Piretroid telah terjadi di Semarang, Jawa
Tengah dan Cimahi, Jawa Barat.Beberapa tumbuhan dilaporkan dapat digunakan sebagai bioinsektisida untuk
mengendalikan nyamuk Aedes aegypti. Bioinsektisida bersifat lebih ramah lingkungan sehingga lebih aman untuk
digunakan.Bioinsektisida diharapkan dapat menggantikan penggunaan insektisida sintetik. Beberapa tumbuhan yang
dilaporkan berpotensi sebagai bioinsektisida adalah daun jeruk purut (Citrus hystrix), akar wangi (Vetiverria zizanoides), dan
biji karika (Vasconcellea pubescens). Insektisida ini digunakan untuk mengendalikan Aedes aegypti pada stadium larva
dikarenakan adanya kandungan senyawa metabolit sekunder yaitu flavonoid, terpenoid, saponin, dan steroid. Senyawa
metabolit ini bersifat sebagai racun saraf dan racun perut.

Kata kunci: Aedes aegypti, Demam Berdarah Dengue, Insektisida

The Effort to Control Vektor of Dengue Haemoraghic fever, Aedes aegypti L.


by Using Bioinsectiside
Abstract
Aedes aegypti L. is the main vector of dengue fever and dengue haemoraghic fever. One of the efforts to control the vector
of dengue haemoraghic fever, Aedes aegypti L., is by using insecticide. The using of insecticide in a long time could cause
Aedes aegypti resistance. Besides, using synthetic insecticide that contains chemical may cause environment problem and
health problems. Insecticide resistance of Aedes aegypti has occured in Semarang, Jawa Tengah and Cimahi, Jawa Barat.
Some plants have been reported to be used as bioinsectiside to control Aedes aegypti. Bioinsectiside is eco-friendly so that
it is safe to use. Bioinsectiside can replace the use of synthetic insecticide. Some plants which have potential as
bioinsectiside are Citrus hystrix, Vetiverria zizanoides, and Vasconcellea pubescens. This insecticide is used to control Aedes
aegyptilarva by its secondary metabollite compounds which are flavonoid, terpenoid, saponin and steroid. These
metabollites act as neurotoxic and enterotoxic.

Keywords: Aedes aegypti, Dengue Haemoraghic Fever, Insecticide

Korespondensi: Wage Nurmaulina, alamat Jl. Purnawirawan No. 57, HP 08996464339, e-mail wagenurmaulina@gmail.com

Pendahuluan terjadi pendarahan, syok, dan menyebabkan


Nyamuk Aedes aegyptiL. merupakan kematian. Jumlah kasus akibat virus dengue
vektor utama penyakit demam dengue (DD) semakin bertambah setiap tahunnya. Kasus
dan demam berdarah dengue (DBD). Vektor DBD pertama di Indonesia terjadi di Surabaya
sekunder penyakit ini adalah nyamukAedes dan Jakarta pada tahun 1968.1 Penyakit ini
albopictus.Demam dengue dan demam menjadi endemik dan jumlah kasus tiap
berdarah dengue disebabkan oleh virus tahunnya terus meningkat.
Dengue (genus Flavivirus,familiFlaviviridae). Sampai saat ini belum ada vaksin
Penyebaran virus dengue terjadi ketika nyamuk ataupun obat untuk penyakit demam berdarah
Aedes aegyptibetina menggigit penderita, dengue. Salah satu cara yang dianggap efektif
sehingga virus dengue akan berpindah ke liur untuk mengendalikan persebaran penyakit ini
nyamuk. Ketika nyamuk ini menggigit orang adalah dengan mengendalikan laju
lain maka virus akan berpindah ke yang lain. pertumbuhan Aedes aegypti. Berdasarkan
Penyakit DD dan DBD merupakan salah penelitian yang dilakukan oleh Islamiyah et al.
satu masalah kesehatan yang serius di (2013)2, Aedes aegypty merupakan spesies
Indonesia. Penderita penyakit ini sering kali nyamuk yangdominan ditemukan di Mojokerto

Majority | Volume 5 | Nomor 2 | April 2016 |131


Wage Nurmaulina dan Dyah Wulan Sumekar |Upaya Pengendalian Vektor Demam Berdarah Dengue, Aedes aegypti L.
Menggunakan Bioinsektisida

dengan Indeks Nilai Penting (INP) sebesar dilakukanpemerintah dan masyarakat umum
70,48%. Upaya pengendalian nyamuk Aedes untuk mengendalikan vektor demam berdarah
aegypti dapat dilakukan melalui pengendalian dengue, Aedes aegypti. Insektisida yang
fisik, pengendalian hayati, pengendalian digunakan tersebut dapat berbentuk padatan,
kimiawi, pengendalian genetik, maupun gas, atau cairan. Penggunaan insektisida ini
pengendalian terpadu.3 dianggap cukup efektif apabila belum terjadi
Foggingdan abatisasi dengan resistensi terhadap serangga sasaran.
menggunakan insektisida sintetikmasih Penelitian-penelitian yang telah dilakukan
menjadi pilihan utama dalam upaya untuk melaporkan bahwa penggunaan insektisida
mengendalikan penyebaran nyamuk Aedes secara terus menerus dapat menyebabkan
aegypti.Insektisida sintetik yang umumnya resistensi pada serangga sasaran. Penggunaan
dipakai adalah organoklorin, organofosfat, satu jenis insektisida selama 2 – 20 tahun
karbamat, dan piretroid. Penggunaan memungkinkan terjadinya resistensi pada
insektisida secara terus menerus dapat serangga. Resistensi dapat terjadi karena Aedes
menyebabkan resistensi pada serangga aegypti mempunyai kemampuan untuk
sasaran. Di kota Cimahi dilaporkan bahwa mengembangkan sistem kekebalan tubuhnya.
nyamuk Aedes aegypti telah resisten terhadap Untuk selanjutnya mekanisme kekebalan ini
cypermethrin sebesar 0,2% dan 0,4%.4 Di kota dapat diturunkan pada generasi selanjutnya.4
Semarang juga dilaporkan Aedes aegypti Di Jawa Tengah, insektisida Piretroid
telahresisten terhadap insektisida Piretroid.5 jenis cypermethrintelah digunakan lebih dari 10
Selain menyebabkan resistensi penggunaan tahun. Data hasil penelitian melaporkan bahwa
insektisida kimiawi juga dapat mencemari telah terjadi resistensi Aedes aegypti yang
lingkungan. Berdasarkan anjuran WHO berasal dari Semarang. Hasil penelitian
penggunaan bioinsektisida dianggap lebih menunjukkan bahwa setelah dikontakkan
ramah lingkungan.6Beberapa penelitian selama 24 jam dengan insektsida
diketahui bahwa beberapa tumbuhan cypermethrinpasca holding terjadi kematian
mempunyai senyawa bioaktif berupa metabolit sebesar 0,8% – 13,6% dengan rerata 5,88
sekunder yang dapat digunakan sebagai (gambar 1).Selain disebabkan penggunaan satu
bioinsektisida untuk pengendalian Aedes jenis insektisida secara terus menerus,
aegypti. resistensi juga dapat disebabkan karena
penggunaan dosis insektisida yang tidak sesuai
Isi standar.5
Penggunaan insektisida sintetik melalui
fogging dan abatisasi masih sering

Gambar 1. Persentase Kematian Aedes aegypti Berdasarkan Kelurahan di Semarang.5

Majority | Volume 5 | Nomor 2 | April 2016 |132


Wage Nurmaulina dan Dyah Wulan Sumekar |Upaya Pengendalian Vektor Demam Berdarah Dengue, Aedes aegypti L.
Menggunakan Bioinsektisida

ResistensiAedes aegypti terhadap setelah kontak selama 30 menit, terjadi


insektisida Piretroid jenis cypermethrin juga kematian sebesar 46,7% pada konsentrasi 0,2%
telah terjadi di kota Cimahi, Jawa Barat yaitu dan 73,3% pada konsentrasi 0,4% (tabel 1).
pada konsentrasi 0,2% dan 0,4%.Untuk Status kerentanan serangga terhadap jenis
mengetahui status kerentanan dapat dilakukan insektisida tertentu ditentukan berdasarkan
dengan menggunakan uji hayati (uji bioassay) standar WHO yaitu rentan (kematian > 98%),
menggunakan test kit yang telah sesuai dengan toleran (kematian 80% – 97%), dan resisten
standar WHO. Hasil penelitian menunjukkan (kematian < 80%).Ada tiga faktor yang
bahwa setelah kontak dengan cypermethrin mempengaruhi status kerentanan serangga
selama 15 menit belum terjadi kematian pada terhadap insektisida yaitu faktor genetik, faktor
sampel uji, sedangkan pada konsentrasi 0,4% biologis, dan faktor operasional.4
telah terjadi kematian sebesar 6,7%. Namun

Tabel 1. Prosentase Kematian Nyamuk Uji Terhadap Cypermethrin 0,2% dan 0,4%
Cypermethrin 0,2 % Cypermethrin 0,4 %
Waktu Lokasi
% kematian Kategori % kematian Kategori
15 menit Kontrol 100 rentan 100 rentan
Perlakuan 0 resisten 6,7 resisten
30 menit Kontrol 100 rentan 100 rentan
Perlakuan 46,7 resisten 73,3 resisten
45 menit Kontrol 100 rentan 100 rentan
Perlakuan 46,7 resisten 73,3 resisten
60 menit Kontrol 100 rentan 100 rentan
Perlakuan 46,7 resisten 73,3 Resisten

Pengendalian Aedes aegypti bekerja sebagai racun kontak dan racun perut.
menggunakan bioinsektisida lebih ramah Hasil penelitian Ansori et al. (2014)7,
lingkungan dibandingkan insektisida sintetik, menunjukkan bahwa ekstrak fraksi non polar
akan tetapi cara kerja bioinsektisida biasanya daun Citrus hystrix berpotensi sebagai
lebih lambat dibandingkan insektisida sintetik. bioinsktisida Aedes aegypti larva instar III
Bioinsektisida merupakan insektisda alami dengan nilai letal konsentrasi 90% (LC90)
yang salah satunya bisa berasal dari tumbuh- sebesar 2.885 ppm. Hasil pengujian setelah
tumbuhan. Senyawa metabolit sekunder yang dikontakkan selama 24 jam dengan insektisida
dikandung oleh beberapa tumbuhan dari ekstrak fraksi non polar daun Citrus hystrix
berpotensi sebagai bioinsektisida. menunjukkan bahwa semakin tinggi
Ekstrak fraksi nonpolardaun jeruk purut konsentrasi ekstrak yang digunakan maka
(Citrus hystrix) mengandung metabolit semakin tinggi pula jumlah larva Aedes aegypti
sekunder seperti minyak atsiri, flavonoid, yang mati (Gambar 2).
saponin, steroid, dan terpen. Senyawa ini

Gambar 2. Jumlah mortalitas Larva Aedes aegypti Instar III yang Diberi Ekstrak Fraksi Nonpolar
Daun Citrus hystrix.7

Majority | Volume 5 | Nomor 2 | April 2016 |133


Wage Nurmaulina dan Dyah Wulan Sumekar |Upaya Pengendalian Vektor Demam Berdarah Dengue, Aedes aegypti L.
Menggunakan Bioinsektisida

Limbah biji karika (Vasconcellea Ekstrak etanol penyulingan limbah akar


pubescens) diketahui mengandung senyawa wangi (Vetiveria zizanoides) diketahui efektif
metabolit sekunder terpenoid. Adanya untuk digunakan sebagai biolarvasida untuk
kandungan senyawa ini menyebabkan biji Aedes aegypti,Anopheles sundaicus, dan Culex
karika berpotensi untuk digunakan sebagai sp.Ekstrak ini paling efektif digunakan untuk
larvasida untuk pengendalian Aedes aegypti. larva nyamuk Anopheles sundaicus. Pembuatan
Untuk mendapatkan ekstrak dilakukan proses ekstrak dilakukan dengan metode maserasi.
maserasi bertingkat menggunakan pelarut n- Berdasarkan hasil skrining fitokimia diketahui
heksana, etil asetat, dan etanol 70%. Setelah bahwa limbah penyulingan minyak akar wangi
pemaparan selama 24 jam dan 48 jam ekstrak mengandung senyawa metabolit sekunder
biji karika pada ketiga pelarut menunjukkan terpenoid, flavonoid, dan saponin. Dan
kematian pada sempel uji. Fraksi non polar n- berdasarkan hasil GC-MS diketahui bahwa
heksana menyebabkan kematian paling ekstrak etanol limbah penyulingan minyak akar
efektifdibandingkan fraksi lainnya. Nilai LC50 wangi mengandung 10 komponen dengan
pada paparan 24 jam sebesar 148,30 ppm dan komponen utamanya adalah asam isokhusinik
pada paparan 48 jam sebesar 103,99 ppm.8 (tabel 2).9

Tabel 2. Komposisi senyawa yang terdapat pada Ringkasan


ekstrak etanol limbah penyulingan akar wangi.9 Pengendalian vektor penyebab demam
Waktu Kelim- berdarah dengue, Aedes aegypti yang telah
Pun- Kemungkinan
Retensi pahan dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat
cak Senyawa
(menit) (%)
pada umumnya adalah dengan cara fogging
1-bromo
1 8.422 1.80 dan abatisasi menggunakan insektisida sintetik.
dekana
2 13.083 1.74 Vanilin Insektisida sintetik yang umumnya digunakan
3 13.659 1.38 Isoeugenol adalah organophospat, organoklorin,
Asam karbamat, dan piretroid.Penggunaan
4 18.489 35.25 insektisida sintetik dalam waktu lama dan terus
isokhusenik
Isomer asam menerus dapatmenyebabkan resistensi pada
5 18.858 26.09
isokhusenik serangga sasaran. Disamping resistensi
Trisiklo asam penggunaan insktisida sintetik juga
6 18.976 3.64
propanoat menyebabkan masalah kesehatan dan masalah
Isomer asam lingkungan. Beberapa penelitian melaporkan
7 19.666 1.99
isokhusenik
bahwa telah terjadi resistensi Aedes
Oktahidro-
8 19.786 1.67 aegypti.Resistensi terhadap insektisida
nafto
9 20.241 11.18 Asam palmitat Piretroid jenis cypermethrin telah terjadi di
10 22.145 15.25 Asam oleat Semarang, Jawa Tengah. Di Cimahi, Jawa Barat
juga telah terjadi resistensi terhadap
Pembuatan biolarvasida dari insektisida piretroid jenis cypermethrin.
tumbuhandengan cara ekstraksi menggunakan Bioinsektisida dapat digunakan sebagai
metode maserasi membutuhkan pelarut. alternatif pengganti penggunaan insektisida
Pelarut yang dapat digunakan adalah etanol, n- sintetik. Bioinsektisida bersifat lebih ramah
heksana, atau etil asetat. Etanol merupakan lingkungan sehingga lebih aman untuk
pelarut yang dapat melarutkan semua senyawa digunakan. Berdasarkan penelitian yang telah
metabolit sekunder. Dalam proses maserasi dilakukan diketahui bahwa juruk purut, limbah
sampel tumbuhan yang akan diekstraksi biji karika, dan limbah akar wangi berpotensi
direndam dengan pelarut selama 24 jam. sebagai biolarvasida. Kemampuan tumbuhan
Pelarut tersebut selanjutnya akan menembus ini untuk digunakan sebagai biolarvasida
dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel. adalah karena adanya kandungan senyawa
Senyawa metabolit sekunder yang terdapat di metabolit sekunder yaitu flavonoid, terpenoid,
dalam rongga sel akan larut ke luar sel saponin, dan steroid. Senyawa metabolit ini
disebabkan perbedaan konsentrasi antara bersifat sebagai racun syaraf dan racun perut.
bagian dalam dan bagian luar sel. Cairan di
dalam sel akan terus keluar sampai terjadi Simpulan
kesetimbangan antara dalam dan luar sel.9

Majority | Volume 5 | Nomor 2 | April 2016 |134


Wage Nurmaulina dan Dyah Wulan Sumekar |Upaya Pengendalian Vektor Demam Berdarah Dengue, Aedes aegypti L.
Menggunakan Bioinsektisida

Berdasarkan hasil telaah jurnal yang cimahi terhadap cypermethrin. J.


telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai Aspirator. 2011;3(1): 18–24.
berikut. 5. Sayono, D. Syafruddi, dan D. Sumanto.
1. Resistensi Aedes aegypti terhadap Distribusi resistensi nyamuk aedes aegypti
insektisida piretroid telah terjadi di terhadap insektisida cypermethrin di
Semarang, Jawa Tengah dan Cimahi, Jawa semarang. J. Unimus. 2012; 263–269.
Barat. 6. Sundari, S dan Tri, W.K. Efikasi fase air
2. Bioinsektisida dari daun jeruk purut (Citrus ekstrak biji srikaya (annona squamosa,
hystrik), biji karika (Vasconcellea l)sebagai larvasida terhadap larva nyamuk
pubescens), dan akar wangi (Vetiveria aedes aegypti. J.Kedokteran Yarsi. 2005;
zizanoides) berpotensi untuk pengendalian 13(1):56.
Aedes aegypti. 7. Ansori, A.N.M., A.P. Supriyadi, M.P.
Kartjiko, F. Rizki, H. Adrianto, dan
Daftar Pustaka Hamidah.Pemanfaatan ekstrak fraksi
1. Sanjaya, Y., Adisenjaya, Yusuf, H. dan nonpolar daun jeruk purut (cytrus hystrix)
Wijayanti, L. 2014.Efektivitas daya tolak sebagai biolarvasida nyamuk aedes
ekstrak geranium radula cavan terhadap aegypti instar iii. Pros Sem Nas Biodivers
nyamuk aedes aegypti (Linn.). J. Bionatura. V. 2014; 512–516.
2014; 16(2):62–67. 8. Supono, Sugiyanto, A. Susilowati, S.
2. Islamiyah, M., A. S. Leksono, Z. P. Gama. Purwantisari, F. N. Kurniawati. Biokontrol
Distribusi dan Komposisi Nyamuk Larva nyamuk aedes aegypti
diwilayah Mojokerto. J. Bitropika. 2003; menggunakan limbah biji karika
1(2):80–85. (vasconcellea pubescens). Pros Sem Nas
3. Widawati, M. dan H. Prasetyowati. Biodiv Indon. 2015;1(5):27-31.
Efektivitas ekstrak buah beta vulgaris l. 9. Lailatul, L. K., A. Kadarohman, dan R. Eko.
(buah bit) dengan berbagai fraksi pelarut Efektivitas biolarvasida ekstrak etanol
terhadap mortalitas larva aedes aegypti. limbah penyulingan minyak akar wangi
J. Aspirator.2013; 5(1):23-29. (vetiveria zizanoides) terhadap larva
4. Pradani, F.Y., M. Ipa, R. Marina, dan Y. nyamuk aedes aegypti, culex sp., dan
Yuliasih. Status resistensi aedes aegypti anopheles sundaicus. J. Sains dan
dengan metode susceptibility di kota Teknologi Kimia. 2010;1(1):59–65.

Majority | Volume 5 | Nomor 2 | April 2016 |135

Anda mungkin juga menyukai