GAP - GBS 2018 KHP - Bid. Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan
GAP - GBS 2018 KHP - Bid. Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan
Partisipasi :
1. Masih minimnya keterlibatan Masyarakat dalam
perumusan kebijakan terkait hak-hak perempuan
2. Masih minimnya angka partisipasi politik perempuan.
3. Masih kurannya kesadaran masyarakat untuk terlibat dalam
forum-forum pengambilan kebijakan
4. Kurangnya pemahaman Stakerholder.
5. Minimnya SDM terlatih masing-masing OPD yang memiliki
keterampilan PPRG.
Kontrol :
1. Kurangnya daya saing perempuan dalam mengambil posisi
strategis dalam pemerintahan.
2. Masih kurangnya Perempuan mengambil keputusan dalam
kebijakan pembangunan, khususnya di Legislatif.
3. Minimnya regulasi yang memberikan ruang yang luas bagi
perempuan dalam mengontrol proses perumusan kebijakan
pembangunan.
Manfaat :
1. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang
Undang–Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap
Perempuan.
2. Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan tentang
Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang
Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional,
serta regulasi turunannya (Peraturan BAPPENAS, Menteri
Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri PPPA).
3. Meningkatnya angka partisipasi perempuan
(pemberdayaan), khususnya di bidang politik, ekonomi dan
sosial.
4. Meningkatnya pengetahuan tentang Teknis penyusunan
anggaran yang responship gender
5. Meningkatnya Kinerja Kelembagaan PUG
6. Meningkatnya peran serta Lembaga/OPD dalam
penyusunan ARG lewat wadah Coaching Corner.
7. Peningkatan skill kepemimpinan perempuan.
8. Adanya komitemen lembaga usaha khususnya perusahaan-
perusahaan besar untuk mengalokasikan secara khusus
kuota tenaga perempuan.
9. Peningkatan Skill perempuan dalam menghadapi
persaingan dunia kerja.
LANGKAH 4 Sebab 1. Kurangnya SDM yang dimiliki dalam program PPRG
Kesenjangan 2. Masih terbatasnya anggaran yang tersedia dalam
Internal (di SKPD) mensosialisasikan kegiatan
3. Sumber daya yang sudah terlatih biasanya dimutasi ke SKPD
lain
4. Masih minimnya Sumber Daya Manusia yang terlatih
khusus (misalnya TOT).
5. Masih lemahnya koordinasi antar lembaga, terutama sinergi
dunia usaha dan masyarakat.
6. Belum Optimalnya Pokja PUG dan Coaching Corner,
terutama dalam aspek Monev.
7. Minimnya regulasi yang terintegrasi isu gender
8. Minimnya data terpilah yang dimiliki oleh masing-masing
OPD.
LANGKAH 5 Sebab 1. Belum adanya sistem koordinasi yang baku antar OPD
Kesenjangan 2. Pokja PUG kurang optimal.
Eksternal (di luar 3. SDM yang sudah ikut sosialisasi di tiap OPD kurang diberi
SKPD) kesempatan dalam perencanaan anggaran
4. Peran OPD Driver, khususnya Bappeda, Insektorat, dan
Keuangan harus dimaksimalkan, dan membuat kebijakan
khusus untuk menjadikan GAP/GBS sebagai syarat utama
dalam penyusunan RKA.
5. Kurangnya peran serta masyarakat dalam mendorong
percepatan PUG.
6. Partisipasi dunia usaha dan kelompok masyarakat belum
bersinergi dengan baik dalam agenda pembangunan.
LANGKAH 6 Tujuan Responsif Meningkatkan pelaksanaan percepatan PUG yang teritegrasi dalam
Gender kebijakan pembangunan daerah agar lebih sistematis, terarah dan
(Reformulasi Tujuan) sinergis, baik berupa Perencanaan maupun Anggaran resposif
gender yang tertuang dalam dokumen GAP/GBS.
LANGKAH 8 Data Dasar - Jumlah Penduduk Kota Makassar sebanyak 1.408.072 dengan
(lihat Langkah 2, data Jumlah penduduk perempuan 711.986 laki-laki 696.086
yang spesifik) - Indeks Pembangunan Gender (IPG) Kota Makassar yaitu
sebesar 74,54
- Sementara IPM Kota Makassar mengalami peningkatan sejak
tahun 2011 dari 77,82 menjadi 79,94 di tahun 2015.
- Jumlah Korban Kekerasan perempuan dan anak di Makassar
1.025 Terdiri Perempuan 875 dan laki-laki 150
- Angka partisipasi angkatan kerja laki-laki dan perempuan
mengalami perbedaan yang signifikan, yaitu 70,22 dengan
40,84. (Makassar dalam angka 2016).
- Angka partisipasi politik perempuan, khususnya di legislative
masih minim, dimana hanya terisi 8 orang (16%) dari 50 orang
Anggota DPRD.
- Peserta sosialisasi PUG sudah menyasar dunia usaha dan pers.
- Tenaga fasilitator PPRG yang bersertifikat masih terbatas
- Jumlah Anggaran dalam program/kegiatan tiap SKPD di tahun
2018 yang telah menggunakan analisis gender sebesar Rp.
374.023.810.631,-
Output - Bertambahnya SDM yang memahami PPRG
(Indikator - Koordinasi antar OPD dalam kelembagaan OPD semakin
tingkat kegiatan, meningkat dan berkualitas.
1 tahun) - Tersedia Tenaga terlatih untuk penyusunan instrumen PPRG
baik berupa GAP, GBS, TOR dan KAK.
- Kelembagaan PUG makin aktif dan menghasilkan kebijakan
yang resposif gender.
PENGUKURAN HASIL - ASN perempuan yang terlatih skill kepemimpinan
- Adanya komitmen perusahaan untuk alokasi khusus tenaga
LANGKAH 9 perempuan
- Kelembagaan PKK (level Kota, Kecamatan dan Kelurahan)
semakin berkualitas.