Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah unit pelaksana teknik Dinas


Kesehatan Kabupaten/ Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan Pembangunan
kesehatan suatu atau sebagian wilayah kecamatan. Dan Puskesmas sebagai unit organisasi
fungsional dibidang kesehatan dasar yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan,
membina peran serta masyarakat dan pelayanan kesehatan dasar secara menyeluruh dan
terpadu.Untuk mewujudkan pelaksanaan fungsi dan program kegiatan puskesmas, maka telah
dilengkapi dengan sistem menejemen seperti, Mini lokakarya, SP2TP, Monitoring
bulanan,laporan bulanan, laporan triwulan, laporan tahunan dan hal yang menunjang
pelaksaanannya.
Dalam Profil ini memuat berbagai data tentang kesehatan, yang meliputi data derajat
kesehatan, upaya kesehatan dan sumber daya kesehatan. Profil kesehatan juga menyajikan
data pendukung lain yang berhubungan dengan kesehatan seperti data kependudukan, data
sosial ekonomi, data lingkungan dan data lainnya. Data dianalisis dengan analisis sederhana
dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.
Penerbitan profil UPT Puskesmas Non Perawatan Molawe tahun 2017 ini adalah agar
diperoleh gambaran keadaan kesehatan di UPT Puskesmas Perawatan Molawe khususnya
tahun 2017 dalam bentuk narasi, tabel, dan gambar.

Profil UPT PuskesmasNon Perawatan Molawe tahun 2017 diharapkan dapat


memberikan data yang akurat, untuk mengambil keputusan berdasarkan fakta. Selain itu profil
ini dapat digunakan sebagai penyedia data dan informasi dalam rangka evaluasi perencanaan,
pencapaian Program kegiatan di UPT Puskesmas Non Perawatan Molawe tahun 2017dengan
mengacu kepada Visi Indonesia Sehat 2017.

1
1.2 TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Tujuan dari penyusunan Profil UPT Puskesmas Non Perawatan Molawe ini
adalah untuk memperoleh dan menghadirkan informasi kesehatan serta faktor-
faktor kesehatan lainnya yang dapat dijadikan sebagai bahan penilaian tercapai
atau tidaknya target kegiatan, yang kelak dapat dijadikan sebagai dasar
pertimbangan untuk menentukan langkah-langkah perencanaan selanjutnya.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mendapatkan gambaran secara menyeluruh puskesmas dalam rangka mawas diri.
2. Menganalisis tentang masalah, hambatan dan tantangan maupun peluang dalam
pelaksanaan program kesehatan ditingkat puskesmas sebagai masukan untuk
peningkatan kinerja dan akselerasi pembangunan kesehatan diwilayah kerjanya.
3. Sebagai masukan yang sangat penting untuk perencanaan pembangunan kesehatan
pada masa yang akan datang.
BAB II
GAMBARAN UMUM

2.1 LETAK GEOGRAFIS

Puskesmas Molawe merupakan Puskesmas NonPerawatan yang merupakan


pemekaran dari Puskesmas Lasolo pada tahun 2007.Puskesmas Molawe terletak di Kelurahan
Molawe, Kecamatan Molawe, Kabupaten Konawe Utara.Luas Wilayah kerja Puskesmas
2
Perawatan Molawe adalah 94,75 km dengan batas-batas adminsistrasi sebagai berikut :
>Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Asera
>Sebelah Timur : Berbatasan dengan Laut Banda
>Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Lasolo
>Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe

Wilayah kerja puskesmas Molawe terdiri atas 5 desa dan 1 kelurahan Yaitu :

o Desa Mataiwoy
o Desa Bandaeha
o Kelurahan Molawe
o Desa Awila
o Desa Awila Puncak
o Desa Mowundo

Desa yang letaknya dibagian utara pada umumnya memiliki perbukitan dan
pegunungan yang berpotensi dijadikan cadangan untuk ekosistem guna mendukung
pembangunan berwawasan lingkungan.Sedangkan desa yang terletak di bagian selatan yang
memiliki garis pantai adalah dataran rendah yang berpotensi untuk pengembangan pertanian,
perkebunan dan perikanan darat dan laut.

2.2 KEPENDUDUKAN
Wilayah kerja Puskesmas Perawatan Molawe terdiri dari 6 desa (Mataiwoy,
Bandaeha,Kel. Molawe, Awila, Awila Puncak Mowundo) dengan jumlah penduduk 4.126
jiwa.

2. 1. Jumlah Desa Dan Jarak Tempuh Ke Ibukota Kabupaten

NO
1. Mataiwoy
2. Bandaeha
3. Kelurahan Molawe
4. Awila
5. Awila Puncak
6. Mowundo
Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Di Wilayah Kerja
Puskesmas Molawe
No Nama desa

1. Mataiwoy
2. Bandaeha
3. Kel. Molawe
4. Awila
5. Awila Puncak
6. Mowundo
JUMLAH

2.3 SOSIAL EKONOMI


Penduduk wilayah kerja Puskesmas Non Perawatan Molawe terdiri dari berbgai suku
antara lain Tolaki, Jawa, Bali, Kupang, Makassar, Muna Buton, Bungku, Menui, dan lain-
lain. Kergaman suku tersebut selain disebabkan oleh letak geografisnya yang merupakan jalan
menuju Provinsi Sulawesi Tengah, juga disebabkan karena di Wilayah Kecamatan Molawe
saat iini tengah beroperasi pertambangan nikel yang memerlukan tenaga kerja local.
Namun demikian keberadaan perusahaan pertambangan tersebut tidak signifikan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena status masyarakat local saat ini mayoritas
hanya sebagai tenaga buruh harian karena tidak memiliki keterampilan yang memadai
sehingga sebagaian besar masyarakat masih dalam kategori miskin.
Perilaku masyarakat Sangat dipengaruhi oleh adat istiadat setempat, seperti persatuan
yang diwujudkan dalam sikap kegotong royongan yang kokoh.Ini terlihat pada acara-acara
seperti selamatan, pernikahan dan masih banyak lagi acara-acara lain yang sangat
mencerminkan budaya atau adat istiadat setempat.Mata pencaharian penduduk pada umumnya
adalah petani kebun, Nelayan, PNS dan Pegawai Swasta.

Tabel 2.3 Rekapitulasi Penduduk Puskesmas Molawe


No Nama Desa

1. Mataiwoy
2. Bandaeha
3. Kel. Molawe
4. Awila
5. Awila Puncak
6. Mowundo
Jumlah
2.4 . KEADAAN FASILITAS PENDIDIKAN

Tingkat pendidikan/Sumber Daya Manusia sangat berpengaruh terhadap kesehatan, baik


kesehatan secara personal maupun kesehatan lingkungan.Untuk menunjang sumber daya
manusia maka diperlukan sarana pendidikan sebagai sarana pengembangan sumber daya
manusia secara formal.
Berikut adalah tabel distribusi sarana pendidikan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Non
Perawatan Molawe.

Tabel 2.4Distribusi Sarana Pendidikan

NO DESA/KEL

1. Mataiwoy
2. Bandaeha
3. Molawe
4. Awila
5. Awila Puncak
6. Mowundo

Sebagai faktor predisposisi terhadap perubahan perilaku khususnya bagi pengetahuan


tentang kesehatan, maka diharapkan masyarakat yang berpendidikan tinggi memiliki
kesadaran yang tinggi pula dalam perilaku hidup sehat.Kondisi wilayah kerja puskesmas
Molawe masih banyak yang tingkat pendidikan rendah sehingga menjadi tantangan bagi
petugas kesehatan dalam penyampaian informasi-informasi ataupun inovasi-inovasi kesehatan
2.5 SUMBER DAYA PUSKESMAS
2.5.1 Sumber Daya Manusia

Tabel 2.5 Jumlah Tenaga Kesehatan Di Puskesmas Molawe


NO
1. DOKTER
2. SI. Kesehatan Masyarakat
3. SI.Keperawatan
4. DIII. Kebidanan
5. DIII. Keperawatan
6. DIII Analis Kesehatan
7. DIII. Farmasi
8. DIII Keperawatan Gigi
9. DIII. Gizi
10. SMA/ SMK
\
Tabel 2.6 Penanggung Jawab Bidan Di Puskesmas Molawe

No Nama Desa

1. Mataiwoy
2. Bandaeha

3. Molawe

4. Awila

5. Awila
Puncak
6. Mowundo

2.5.2 Sarana dan Prasarana Kesehatan


Puskesmas Perawatan Molawe berlokasi di Jl. Poros Kendari - Asera, Kelurahan
Molawe, Kecamatan Molawe Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Puskesmas
Perawatan Molawe terdiri dari beberapa ruangan, diantaranya :
 Ruang Kepala Puskesmas / Kepala Tata Usaha.
 Ruang Kartu
 Ruang Periksa/ Poli Umum
 Ruang Apotik
 Ruang Imunisasi
 Ruang P2M
 Ruang KIA/KB
 Ruang /Gudang Obat
 Ruang Pemeriksaan Gigi
 Ruang Kesling dan Promkes
 Ruang Gizi
 Kamar mandi/ WC 2 buah

Untuk menunjang peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, maka sangat


dibutuhkan fasilitas kesehatan. Fasilitas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Molawe terdiri
atas :
1. Selain gedung puskesmas, Puskesmas Molawe juga memiliki 1 Unit Polindes yang
terletak di desa Bandaeha.
2. 7 Posyandu masing-masing :
 1 Posyandu di Desa Mataiwoy
 1 Posyandu di Desa Bandaeha
 2 Posyandu di Kelurahan Molawe
 1 Posyandu di Desa Awila
 1 Posyandu di Desa Awila Puncak
 1 Posyandu di Desa Mowundo
3. 1 Unit kendaraan roda empat sebagai Ambulance Puskesmas
4. 15 Unit kendaraan roda dua ( motor dinas )
BAB III PEMBANGUNAN
KESEHATAN

3.1. VISI, MISI PUSKESMAS MOLAWE

Sejak dilantik menjadi Menteri Kesehatan, dr. Endang R. Sedyaningsih, MPH, Dr. PH.
telah menetapkan program jangka pendek 100 hari dan program jangka menengah tahun 2010
– 2016 yang disusun dalam sebuah rencana strategis Depkes.
Program 100 hari Menkes mengangkat 4 isu, yaitu (1) peningkatan pembiayaan
kesehatan untuk memberikan Jaminan Kesehatan Masyarakat, (2) peningkatan kesehatan
masyarakat untuk mempercepat pencapaian target MDGs, (3) pengendalian penyakit dan
penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana, serta peningkatan ketersediaan,
pemerataan dan kualitas tenaga kesehatan terutama di daerah terpencil, tertinggal,
perbatasan dan kepulauan (DTPK).
Untuk meningkatkan kinerja Puskesmas Perawatan Molawe, telah ditetapkan Visi dan
Misi untuk mendukung Rencana Strategis Depkes.

 Visi.

 Menjadikan Puskesmas sebagai Pusat Pelayanan Kesehatan Yang Terdepan

Yang Menyeluruh Profesional dan Terjangkau

 MISI.

 Memberikan Pelayanan secara prima

 Meningkatkan Peran serta aktif masyarakat terhadap kesehatan

 Memberikan pelayanan yang bermutu,adil dan merata serta mudah dijangkau

 Bersilaturahmi dan berkoordinasi

3.2. TUJUAN

Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat serta memberikan


pelayanan kesehatan yang bermutu bagi masyarakat Molawe.

3.3. STRATEGI

1. Meningkatkan pelayanan kesehatan (kuratif dan rehabilitatif) di Puskesmas induk


2. Meningkatkan pelayanan promotif dan preventif.
3. Meningkatkan pelayanan kesehatan (kuratif dan rehabilitatif)
4. Memperkuat jaringan komunikasi dan koordinasi dengan stake holder
5. Memperkuat jaringan peran serta masyarakat di bidang kesehatan
3.4. BUDAYA PUSKESMAS

Bekerja dengan ikhlas, efisien, profesional dan mempunyai komitmen yang kuat demi
kepuasan pasien.
3.5. BENTUK KEGIATAN

1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan (kuratif dan rehabilitatif) di


Puskesmas induk
2. Mengoptimalkan bentuk pelayanan kesehatan sesuai dengan fasilitas dan kemampuan
yang tersedia
a. Pelayanan registrasi
b. Pelayanan Umum
c. Pelayanan KIA / KB
d. Pelayanan gigi
e. Pelayanan imunisasi
f. Pelayanan laboratorium
g. Pelayanan farmasi
3. Mengoptimalkan pelayanan UGD 24 Jam
4. Mengoptimalkan peran SDM sesuai dengan tupoksi pelayanan yang ada
5. Melengkapi fasilitas penunjang pelayanan medis secara bertahap
6. Mengoptimalkan pelayanan : secara tepat waktu, standar mutu, efisien dan dengan
keramah tamahan
7. Mengoptimalkan pelayanan rujukan terutama rujukan horisontal (antar lini pelayanan
di puskesmas) dalam rangka mendorong optimaliasi pelayanan dengan tetap
mengoptimalkan pelayanan rujukan vertikal.
8. Mengoptimalkan koordinasi pada semua lini pelayanan puskesmas.
9. Meningkatkan pelayanan promotif dan preventif.
· 10. Mengoptimalkan petugas jaga layanan klinik sehat meliputi :
a. Konsultasi gizi
b. Konsultasi sanitasi
c. Konsultasi PHBS
d. Konsultasi medis
e. Konsultasi gigi
f. Konsultasi KIA dan KB dll.
11. Meningkatkan pelayanan kesehatan (kuratif dan rehabilitatif) di Puskesmas Pembantu
dan Puskesmas Keliling.
12. Mengoptimalkan peranan SDM sesuai dengan tupoksi pelayanan yang ada
13. Mengoptimalkan pelayanan di Pustu secara tepat waktu, peningkatan mutu, efisien
dan dengan keramahtamahan
14. Mengoptimalkan pelayanan Puskesmas keliling terutama pada dusun yang kesulitan
mengakses pelayanan kesehatan ke Puskesmas induk/Pustu
15. Memperkuat jaringan komunikasi dan koordinasi dengan stake holder
16. Mengoptimalkan koordinasi lintas sektoral tingkat kecamatan , secara aktif maupun
pasif
17. Membangun komunikasi dengan aparat dan lembaga tingkat desa dalam rangka
memperoleh dukungan untuk implementasi program kesehatan di tingkat desa.
18. Membangun dan meningkatkan tingkat kepercayaan pelayanan puskesmas pada
masyarakat melalui tokoh masyarakat.
19. Membangun komunikasi dan koordinasi dengan kader sebagai jaringan program dan
layanan kesehatan pada masyarakat.
20. Mengoptimalkan pembinaan petugas puskesmas ke posyandu
21. Mengoptimalkan peran petugas penanggunjawab wilayah desa
22. Mengoptimalkan kerja sama lintas program dalam memberdayakan masyarakat
23. Mengoptimalkan jaringan komunikasi dan koordinasi serta pelayanan kesehatan pada
institusi pendidikan
BAB IV
DATA PENYAKIT DAN EVALUASI PROGRAM

4.1.UPAYAKESEHATAN WAJIB ( BASIC SIX ) PUSKESMAS


Upaya kesehatan wajib ( basic six ) puskesmas meliputi :
1. Kesehatan Ibu, Anak dan KB
2. Peningkatan Gizi
3. Promosi Kesehatan
4. Pemberantasan Penyakit Menular
5. Kesehatan Lingkungan
6. Pengobatan

4.2. UPAYA KESEHATAN PENGEMBANGAN PUSKESMAS


Upaya kesehatan pengembangan puskesmas dilaksanakan sesuai dengan masalah
kesehatan masyarakat yang ada dan kemampun puskesmas.Upaya laboratorium (medis dan
kesehatan masyarakat) dan Perkesmas, pencatatan dan pelaporan merupakan kegiatan
penunjang dari tiap upaya wajib atau pengembangan. Untuk dapat melihat gambaran keadaan
Puskesmas Perawatan Molawe ,maka puskesmas memaparkan hasil cakupan upaya program
kesehatan Puskesmas Perawatan Molawe mulai bulan Januari sampai dengan Mei 2017
sebagai berikut :

4.3. DATA PENYAKIT


Derajat kesehatan masyarakat suatu wilayah salah satunya dapat dilihat dari angka
morbiditas suatu penyakit. Adapun sepuluh penyakit terbesar yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Molawe pada Bulan januari sampe Mei tahun 2017dapat dilihat pada gambar 4.1

Tabel 4.1. Daftar 10 Penyakit Terbesar Di Puskesmas Molawe


Bulan Januari s/d Mei 2017
No Nama Penyakit
1 Hipertensi
2 Peny. Kulit dan jaringan bawah kulit
3 Gastritis
4 Ispa
5 Rematik
6 Influenza
7 Mialgia
8 Kecelakaan
9 Diare
10 Peny. Kulit lainnya krn jamur
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penyakit terbesar yang ada di Puskesmas Molawe
selama Januari sampai denganJuli tahun 2016 adalah Hipertensi.Kemudian diikuti dengan
Peny.Kulit dan jaringan bawah kulit.

4.4.PENGOBATAN
Program pengobatan di Puskesmas Perawatan Molawe merupakan bentuk pelayanan
kesehatan dasar yang bersifat kuratif.Masyarakat cenderung memanfaatkan pelayanan
Puskesmas hanya untuk mendapat pelayanan pengobatan.Mengirim (merujuk) penderita ke
pusat-pusat rujukan medis sesuai dengan jenis penyakit yang tidak mampu ditangani oleh
Puskesmas.

Tabel 4.2. Daftar pemakaian 20 Obatterbanyak Di Puskesmas Molawe


Bulan Januari s/d Mei 2016

No Nama Obat
1 Vit.b.complex
2 As.mefenamat 500 mg
3 Amoxilin 500 mg
4 Antasida doen
5 Paracetamol 500 mg
6 Prednison
7 Allupurinol
8 Dexamethazon
9 Cefadroxil
10 Ciprofloksasin
11 Metampiron
12 Ranitidine
13 Gliseril Guykolat
14 Nat. diklofenak 25 mg
15 Thiamin ( Vit.B1)
16 Captopril 12,5 mg
17 Metronidazole 250 mg
18 Ampisillin 500 mg
19 VIT. B6
20 Simetidine
4.5.Pelaksanaan Program di Puskesmas Molawe

Upaya pelayanan kesehatan di puskesmas dibagi menjadi empat yaitu upaya pelayanan

kesehatan wajib, upaya pelayanan kesehatan pengembangan, upaya kesehatan pelayanan

kesehatan berupa penggerakan dan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan melalui

program desa, dan upaya pelayanan kesehatan inovasi. Akan tetapi dalam laporan ini hanya

akan menampilkan upaya pelayanan kesehatan wajib yang meliputi program basic six yakni

upaya pelayanan kesehatan yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional, dan

global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan

masyarakat.

4.5.1.Upaya Promosi Kesehatan (Promokes)


Program promosi kesehatan merupakan salah satu program terpenting dalam rangka
peningkatan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya upaya peningkatan
derajat kesehatan masyarakat.Program promosi kesehatan sangat penting karena keberhasilan
pelaksanaan program promosi kesehatan turut mempengaruhi keberhasilan program-program
pelayanan kesehatan yang lainnya.
Tujuan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat adalah untuk meningkatkan kesadaran ,
melalui upaya promosi kesehatan sehingga masyarakat dengan sadar mau mengubah
perilakunya menjadi perilaku sehat.
Di tingkat Puskesmas Perawatan Molawe, semua kegiatan penyuluhan kesehatan
dikoordinir oleh petugas Promkes.Koordinator membantu para petugas puskesmas dalam
mengembangkan teknik dan materi penyuluhan Kegiatan-kegiatan promosi kesehatan yang
dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Molawe antara lain:
Penyuluhan kesehatan di
 Jumlah Penyuluhan Kes. di Posyandu
 Jumlah Penyuluhan kesehatan PHBS
 Posyandu
Walaupun dalam pelaksanaannya program promkes masih banyak menemui hambatan
diantaranya adalah kurangnya partisipasi masyarakat yang ditandai dengan persentase
kehadiran masyarakat yang masih kurang pada saat penyuluhan dilaksanakan.Hal ini salah
satunya disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat dan sulitnya mencari waktu yang
tepat yakni waktu pelaksanaan penyuluhan tidak bertepatan dengan waktu aktivitas
masyarakat.

4.5.2. Upaya KIA dan KB


Kegiatan KIA terdiri dari kegiatan pokok dan integratif. Kegiatan integratif adalah
kegiatan program lain (misalnya kegiatan imunisasi merupakan kegiatan pokok P2M) yang
dilaksanakan pada program KIA karena sasaran penduduk program P2M (ibu hamil dan anak-
anak) juga menjadi sasaran program KIA. Ruang lingkup kegiatan :
 Pemeriksaan Kesehatan Bumil (ANC).
kehamilan diukur berdasarkan jumlah pemeriksaan kehamilan ibu di
Pemeriksaan

tempat pelayanan kesehatan. Untuk pertama ( kontak pertama ) disingkat dengan K1


sedangkan yang lengkap K4. Berdasarkan data tahun 2014 dari Program KIA diperoleh
K1 dengan persentase cakupan 71 % dan K4 dengan persentase cakupan 63 %. Kondisi
ini memberikan gambaran pencapaian masih belum mencapai target yang harus dicapai
yakni K1 100 % dan K4 95 %. Berikut adalah grafik pencapaian program KIA hingga
bulan September 2016 :

Tabel 4.3Distribusi Data KIA


100
90
80 65 69 67
63 63 63 62
70 59 58
56
60
2 43
50
40
30
20
10
0

Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah besar angka kematian ibu dan
anak. Upaya KIA dan KB merupakan salah satu cara menekan angka kematian ibu dan anak.
Untuk mengetahui kegiatan program upaya KIA dan KB dapat dilihat pada tabel 3.2.

Tabel 4.4. Pelaksanaan Program Upaya KIA dan KB di Puskesmas Molawe


Bulan Januari s/d Mei Tahun 2017
No. Kegiatan yang dilaksanakan
1.
ibu & anak :
 Pemeriksaan kehamilan :
kunjungan I (K1)
 Pemeriksaan kehamilan :
kunjungan lengkap (K4)
 Pertolongan persalinan tenaga kesehatan (Nakes)
 Pemeriksaan Neonatus
2. (KN1)
 Pemeriksaan Neonatus (KN Lengkap)

 Pelayanan Kontrasepsi
3. (KB)
Dari data diatas menunjukan bahwa dari program upaya KIA dan KB belum mencapai
target.Adapun salah satu alasan penyebab tidak tercapainya target pada program pemeriksaan
kehamilan selain faktor kesadaran ibu hamil yang masih rendah untuk mau memeriksakan
kehamilannya adalah karena banyaknya ibu hamil yang sering berpindah tempat tinggal, yakni
ketahui bahwa banyak ibu hamil yang sudah tercatat sebagai sasaran
seperti yang kita

Puskesmas Molawe selama masa kehamilannya keluar atau pergi ke daerah lain. Salah satu
alasan dari seringnya ibu hamil yang keluar daerah tersebut adalah karena mengikuti suami
yang bekerja di daerah lain.

Tabel 4.5. Grafik Kelahiran Hidup, Kematian Maternal Dan Neonatal


100
90 76 77
68
80 66
70 59
60
50 Kelahiran Hidup
40
Kematian Maternal
30
20 5 Kematian Neonatal
10
0 00 00 00 03
0

4.5.3. Upaya Perbaikan Gizi


Masalah gizi masih cukup rawan di beberapa wilayah Indonesia, tidak terkecuali
wilayah kerja Puskesmas Perawatan Molawe.Penyebab langsung adalah komsumsi zat gizi

kurang dan infeksi penyakit. Sedangkan penyebab tidak langsung yaitu ketersediaan pangan
lain yang menjadi penyebab utama
ditingkat rumah tangga, asuhan Ibu dan anak . Disisi
, pendidikan, ketersediaan pangaN. Puskesmas harus mengatasi masalah
yakni, kemiskinan

gizi, khususnya pada kelompok ibu hamil dan balita.


Tujuan Upaya Peningkatan Gizi di Puskesmas yaitu meningkatkan status gizi
masyarakat melalui usaha pemantauan status gizi kelompok-kelompok masyarakat yang
mempunyai risiko tinggi (ibu hamil dan balita), pemberian makanan tambahan (PMT) baik
yang bersifat penyuluhan maupun pemulihan.
Ruang lingkup kegiatan program gizi:
1. Menimbang berat badan Balita untuk memantau pertumbuhan anak. Dilakukan secara
rutin setiap bulan, baik di Puskesmas maupun di Pos timbang/Posyandu.
2. Pemeriksaan HB (dan BB) pada ibu hamil secara rutin. Kunjungan ibu hamil ke

Puskesmas untuk ANC dilakukan minimal 4 kali sepanjang kehamilannya.


3. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk balita yang kurang gizi. PMT

penyuluhan (pemberian makanan tambahan) dilakukan melalui demonstrasi pemilihan


bahan makanan yang bergizi dan cara memasaknya. PMT pemulihan dilakukan
melalui pemberian makanan yang sifatnya suplementasi (Vitamin A, Sulfas Ferrosus,
Susu dan sebagainya).
4. Memberikan
penyuluhan gizi
kepada masyarakat.
Kegiatan gizi
diintegrasikan ke
dalam program KIA baik di gedung Puskesmas maupun di Posyandu.
5. Pembagian vitamin A untuk Balita 2 x setahun, suplemen tablet besi (sulfas ferrosus)
untuk ibu hamil yang datang ke puskesmas untuk ANC dan pemberian obat cacing
untuk anak yang kurang gizi karena gangguan parasit cacing.

Target program perbaikan gizi telah ditetapkan meliputi, Cakupan distribusi Vitamin
A, cakupan Fe,
a) Cakupan distribusi Vitamin A
Target Cakupan Distribusi Vitamin A tahun 2016pada Bufas adalah 100 %,
sedangkan cakupan distribusi Vitamin A pada ibu nifas dari Januari- September tahun
2014 adalah 59%. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada grafik di bawah ini :
Tabel 4.6DistribusiPemberian Vitamin A menurut desa
di Wilayah kerja Puskesmas Perawatan Molawe Bulan Januari - Mei Tahun 2017

100 76 77
90 68 66
62 59
80
70
60 40
50 PEMBERIAN VITAMIN A
40 NIFAS
30
20
10
0

b) Cakupan Tablet Fe
Target pencapaian Puskesmas Perawatan Molawe pemberian tablet Fe1 pada
dan Fe3 pada Bumil 63 %. Berikut adalah grafi cakupan tablet Fe pada
Bumil 71%

Bumil tahun 2016.


Tabel 4.7.Distribusi Pemberian Fe pada BUMIL menurut desa
di Wilayah kerja Puskesmas Perawatan Molawe Bulan Januari – Mei Tahun 2017

100 93
80 88 86
90 78 80
76 77
80 71
63
70 54 55 63
51
60
50
40 Fe 1
30 Fe 3
20
10
0

c.) Komsumsi Garam Beryodium


Berdasarkan hasil pendataan dan survey penggunaan garam beryodium tahun 2016
di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Molawe kec.Molawe menununjukkan keberhasilan
yang berarti.Hal ini terlihat dari tingkat komsumsi garam beryodium cukup di kecamatan
Molawe tahun 2016.
Akibat dari kekurangan Yodium akan menurunkan tingkat kecerdasan anak,
menciptakan generasi yang lemah. Untuk mengatasi kondisi ini dilakukan upaya Program
penyuluhan PUGS, GAKI, Penggunaan Garam Beryodium, Pemberian Kapsul Yodium.
Indikator status kesehatan juga diukur berdasarkan gizi penduduk menurut ;Status Gizi,
Anemia, KEK, BBLR, GAKI.
a. Status Gizi
Berdasarkan data petugas gizi, dari jaunuari – Mei 2017 status gizi balita paling banyak
adalah Baik.
b.Anemia
Salah satu penyebab kematian pada ibu melahirkan adalah anemia yang disebabkan
kekurangan zat besi (Fe).Dari data KIA diperoleh informasi bahwa tahun 2016 angka
kematian ibu menurun.Upaya penanggulangan tersebut dilakukan dengan pemberian

tablet Fe selama hamil sebanyak 90 tablet.


c. Bumil KEK dan BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
dilahirkan dibawah 2500 gram disebut dengan BBLR.Berbagai faktor
Bayi yang

penyebab terjadinya BBLR, namun faktor utama adalah gizi ibu selama hamil kurang
(Bumil KEK).
Pada masa kehamilan ibu perlu mendapat perhatian khusus oleh karena dampak yang
ditimbulkan bukan saja pada berat yang tidak cukup, tetapi dengan bayi BBLR
memiliki kemungkinan kecil untuk tumbuh dengan baik, dan akan lebih mudah
terserang penyakit.

d.GAKI
Dalam rangka penanganan kasus Gizi Kurang khususnya Ibu Hamil Puskesmas telah
melakukan beberapa hal antara lain :
 Memberikan penyuluhan baik secara perorangan maupun kelompok pada puskesmas
dan posyandu mengenai hal-hal yang akan terjadi apabila kondisi gizi buruk tidak
ditangani atau diatasi dengan tepat.
 Mengadakan pemantauan melalui kunjungan rumah.
 Mengadakan pengawasan akan kemungkinan-kemungkinan terjadinya kasus-kasus
penyakit sehubungan dengan kondisi kurang gizi.

Tabel 4.8. Indikator Kinerja Pembinaan Gizi Masyarakat (f1)


Bulan Januari – Mei 2017

No Desa

1 MATAIWOY
2 BANDAEHA
3 MOLAWE I
4 AWILA
5 AWILA P
6. MOWUNDO

Bayi Dan Balita


 Pada tahap awal kami melakukan registrasi akan adanya kasus gizi buruk yang terjadi
disetiap desa pada Wilayah Puskesmas melalui pendataan dan pemantauan status gizi
pada anak.
 Melakuakan penyuluhan baik secara perorangan maupun kelompok yang dilaksanakan
diposyandu, puskesmas maupun kelompok masyarakat, dengan materi khusus mengenai
pemenuhan gizi pada anak melalui pemberian makanan seimbang serta mengadakan
demonstrasi makanan seimbang.
 Mengadakan pendampingan pada kasus gizi buruk anak balita oleh TPG, Puskesmas
yang bertujuan memberikan bimbingan kepadaa keluarganya cara hidup dengan pola
makan yang seimbang.
 Pengawasan akan kemungkinan-kemungkinan adanya kasus penyakit sehubungan
dengan kondisi gizi agar mendeteksi secara cepat.
 Pemberian bantuan paket makanan pendamping kepada Anak Gizi Buruk yang ada
diwilayah kerja Puskesmas Perawatan Molawe berupa
 Pemberian Biskuit dan susu formula (peket diberikan 3 bulan)

4.5.4.Hasil Cakupan Pemberantasan Penyakit Menular (P2M)


Tujuan P2M adalah menemukan kasus penyakit menular sedini mungkin, dan
mengurangi berbagai faktor resiko lingkungan masyarakat yang memudahkan terjadinya
penyebaran penyakit menular di suatu wilayah, memberikan proteksi khusus kepada
kelompok masyarakat tertentu agar terhindar dari penularan penyakit.
Secara umum penyakit menular yang masih endemis di Indonesia adalah TBC,
kolera, thypus abdominalis, demam berdarah, malaria, frambusia, filariasis, poliomyelitis,
batuk rejan dan cacingan.

4.5.5. Penyakit Menular bersumber pada binatang / Zonosis Disease


a). Rabies
Penyakit ini menular melalui gigitan hewan penular rabies ( anjing, kucing, kera
dan hewan lainnya). Penyakit Rabies ini adalah penyakit yang memiliki IR yang rendah
tetapi memiliki CFR ( Case Fatality Rate ) yang tinggi sehingga penyakit ini sangat
berbahaya bila tidak segera diatasi.
Dari Surveylans Puskesmas Molawe pada tahun 2016 tidak ditemukan adanya penderita
gigitan anjing.

b). Malaria
Malaria adalah penyakit menular dan menyerang semua golongan umur yaitu bayi,
anak-anak dan orang dewasa.yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Setiap tahun
terdapat 300-500 juta kasus malaria di dunia dan penyebab 1 juta kematian anak. Di
daerah yang terjangkit malaria dapat menjadi penyebab utama kematian dan
penghambat pertumbuhan anak.
Di Indonesia , angka penderita Malaria cukup tinggi, mencapai 70 juta atau 35 %
dari penduduk Indonesia. Dimasa yang akan datang , penderita malaria akan meningkat
akibat mobilitas penduduk yang relative cepat, perubahan lingkungan antara lain karena
pembagunan wilayah yang kurang memperhatikan aspek kualitas lingkungan.
Berdasarkan data dari program P2M tahun 2017 , tidak ditemukan adanya kasus malaria
klinis di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Molawe
Tabel 4.11Distribusi Penderita Malaria menurut desa
di Wilayah kerja Puskesmas Non Perawatan Molawe
Januari – Mei,Tahun 2017
No Kelurahan / Desa
1 Mataiwoy
2 Bandaeha
3 Molawe
4 Awila
5 Awila Puncak
6 Mowundo

c). Demam Berdarah Dengue ( Dengue fever )


Penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD ) merupakan penyakit memiliki kasus
yang rendah namun memiliki CFR yang tinggi. Lokasi yang paling sering mewabah
adalah daerah yang berpenduduk padat dengan sanitasi yang buruk.
Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang menular yang sifatnya
akut dan disebabkan oleh virus dengue, yang ditularkan melalui perantaraan vector
nyamuk Aedes Aegypti.
Angka CFR yang tinggi dari penyakit ini sehingga dengan 1 penderita saja dinyatakan
KLB.Sepanjang tahun 2017, tidak ada ditemukan kasus demam berdarah (DBD) di
wilayah kerja Puskesmas Perawatan Molawe.

d). Filariasis
Filariasis atau penyakit kaki gajah yang penularannya melalui nyamuk sebagai
vektor.Endemik pada sebagian besar daerah panas lembab di dunia.Tingginya prevalensi
tergantung kepada besarnya infeksi dari reservoir dan vector yang berlebihan.
Untuk periode tahun 2017, Puskesmas Perawatan Molawe dinyatakan bebas dari
kasus penyakit filariasis.

4. 5.6. Penyakit Menular langsung ( Direct Communicable Disease )


a). Diare
Penyakit diare adalah penyakit yang disebabkan antara lain vibrio, “E.Choli”,
klostridia dan intoksikasi / keracunan makanan.Merupakan penyakit yang mudah
menular dan sering menimbulkan wabah penyakit terutama pada awal musim
penghujan.Lingkungan yang terkendali, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat sangat
berpengaruh terhadap kesehatan seseorang.
Untuk tahun 2017, kasus diare yang ditangani sebanyak 39 kasus, namun semuanya
dapat diatasi dengan baik tanpa menimbulkan korban jiwa.
Tabel 4.12
Distribusi Kasus Diare Yang Tangani
di Wilayah Kerja Puskesmas Molawe
Tahun 2016
No Kelurahan / Desa
1 Mataiwoy
2 Bandaeha
3 Molawe
4 Awila
5 Awila puncak
6 Mowundo

b). Kusta ( Lepra )


Penyakit Kusta adalah penyakit menular cronis dan disebabkan oleh kuman kusta
mycobacterium leprae yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya.
Tidak ditemukan kasus penyakit kusta di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Molawe
selama tahun 2016.

c). ISPA ( Infeksi Saluran Pernafasan Akut )

Distribusi Kasus IspaYang Tangani


di Wilayah Kerja Puskesmas Molawe
Tahun 2016
No Kelurahan / Desa
1 Mataiwoy
2 Bandaeha
3 Molawe
4 Awila
5 Awila puncak
6 Mowundo

Infeksi Saluran Pernafasan Atas atau yang lebih dikenal dengan ISPA lebih
banyak mengenai kelompok usia muda yang rawan, khususnya Bayi dan Anak Balita.
Dalam program ISPA Penyakit ini digolongkan menjadi tiga, Bukan Pneumonia,
Pneumonia dan Pneumonia berat.
Di dunia, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) jadi penyebab kematian dari 2
Juta Anak Balita pada tahun 2000. Di Indonesia , ISPA merupakan penyebab 36,4%
kematian bayi tahun 1992 dan 32,1 % kematian bayi pada tahun 1995, serta penyebab
18,2 % kematian pada balita tahun 1992 dan 38,8% tahun 1995.
Berdasarkan data dari program ISPA Puskesmas Perawatan Molawe tahun 2017,
Cakupan penderita ISPA bukan pneumoniberjumlah 38 kasus,pneumoni dan pneumoni
berat masing-masing 0 kasus.
Penyakit ini ditimbulkan terutama perumahan yang tidak layak, polusi udara
sehingga memungkinkan penularan penyakit ini.Dan faktor resiko lainnya seperti; Gizi
kurang, Status Imunisasi yang tidak lengkap, Pemberian ASI tidak/kurang Memadai,
Riwayat penyakit cronis, dan Orang tua perokok.
d). Tubercolusis (TB)
Penyakit Tuberkulosis disebabkan oleh kuman tuberculosis dengan gejala khas.
Pada umumnya diderita oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah dan menyerang
kelompok usia produktif 15 tahun keatas. Penyakit memiliki daya tular yang tinggi dan
untuk mengetahuinya, dideteksi melalui pemeriksaan dahak di laboratorium terhadap
kuman BTA positif.
Indikator yang digunakan dalam Progam TB diantaranya ; Proporsi Suspek yang
diperiksa dahaknya, Angka konversi (Conversion Rate), Angka Kesembuhan (Cure
Rate) dan Angka Kesalahan Baca (Error Rate).Fenomena yang terjadi pada penyakit
TBC ini dikenal dengan istilah IceBerg Phenomena ,dimana jumlah penderita yang
tidak terlaporkan (muncul) lebih banyak dari pada yang terlaporkan,sehingga
memerlukan perhatian khusus dalam upaya penemuan kasus.

4.5.7 Penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi

Ada tujuh penyakit infeksi pada anak-anak yang dapat menyebabkan kematian atau
cacad, walaupun sebagian anak dapat bertahan dan menjadi kebal. Ketujuh penyakit
tersebut adalah Poliomyelitis (kelumpuhan), Measles( Campak ), Difteri (indrak), Pertusis
(batuk rejan ; batuk seratus hari), Tetanus, Tuberculosis (TBC), Hepatitis –B.
a). Poliomyelitis
Penyakit ini adalah merupakan suatu infeksi menular yang terutama mengenai dan
merusak sel-sel motorik dikurno anterior medulla spinalis dan inti motorik batang otak
sehingga menimbulkan kelumpuhan dan atrofi otot.
Menteri Kesehatan melakukan upaya penanggulangan KLB Poliomyelitis di Indonesia
dengan :
1. Memutuskan mata rantai penularan polio (1) dengan
a. Outbreak Response Immunizattion (ORI) :
b. Mopping Up
2. Memutuskan mata Rantai yaitu dengan PIN ( Pekan Imunisasi Nasional)
b). Campak
Campak Ialah infeksi akut menular yang disebabkan oleh virus.Terutama mengenai
anak umur 6 bulan – 5 tahun.
c). Diftheri
Ialah suatu penyakit infeksi mendadak yang disebabkan oleh kuman Corynebacterium
Diftheriae.Sangat mudah menular terutama mengenai anak-anak umur 2 bulan – 5
tahun.
d). Pertusis
Adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh Bordetella Pertusis. Nama lain
penyakit ini adalah tussis quinta, whooping cough, batuk rejan, batuk seratus hari.
e). Tetanus
Adalah penyakit toksemia akut yang disebabkan oleh Clostridium Tetani yang
mengeluarkan eksotoksin.Seperti halnya penyakit Rabies, Penyakit tetanus juga
memiliki kasus yang jarang namun mempunyai CFR yang tinggi.
f). TBC
Tuberkulosis anak masih merupakan problema yang kompleks terutama di Negara yang
sedang berkembang.Morbiditas tuberculosis anak merupakan parameter daripada
berhasil atau tidaknya pemberantasan tuberculosis di suatu daerah atau suatu Negara.
g). Hepatitis-B
Ialah penyakit infeksi akut dengan gejala utama berhubungan erat dengan adanya
nekrosis pada hati.

Tabel 4.13. Cakupan Pencapaian Imunisasi di bulan Januari- Juni 2017

.1 TT.2

% Abs

19 14 13,
,6

4.5.8 Upaya Kesehatan Lingkungan

Selain faktor genetika (keturunan), pelayanan kesehatan, dan pelayanan kesehatan


maka faktor yang terpenting mempengaruhi status kesehatan masyarakat adalah faktor
kesehatan lingkungan.Untuk itu perlu ada upaya peningakaan kualitas kesehatan lingkungan
yang salah satunya adalah melalui program-program yang masuk dalam upaya
kesehatan
lingkungan.
Environment atau Lingkungan adalah situasi atau kondisi diluar host dan agent
yang memudahkan interaksi antara keduanya. Faktor ini juga dapat menjadi risiko
timbulnya gangguan penyakit pada host karena lingkungan memberikan peluang agent
untuk berkembang (breeding).
Tujuan Upaya Kesehatan Lingkungan adalah menanggulangi dan menghilangkan
unsur-unsur fisik pada lingkungan sehingga faktor lingkungan yang kurang sehat tidak
menjadi faktor resiko timbulnya penyakit menular di masyarakat.
Ruang lingkup kegiatan ;

 Inspeksi Sarana Air Bersih


 Pemeriksaan dan Pengawasan system pembuangan kotoran manusia.
 Inspeksi Sanitasi Ruma
 Pemeriksaan dan Pengawasan Sarana pengolahan sampah yang baik
 Pemeriksaan dan Pengawasan Sarana Pembuangan Air Limbah
 Pemeriksaan dan Pengawasan terhadap Tempat-Tempat Umum

a. Sarana Air Bersih


Air adalah benda berbentuk cair dan sangat dibutuhkan oleh manusia untuk
minum, mandi dan mencuci serta berbagai kebutuhan lainnyauntuk dapat bertahan
hidup.
Air merupakan unsur yang sangat esensial bagi pemeliharaan berbagai bentuk
kehidupan semua mahluk termasuk manusia.Hampir semua organisme hidup hanya
dapat bertahan hidup dalam perioda yang pendek tanpa air. Pemenuhan kebutuhan akan
air haruslah memenuhi dua syarat yaitu kuantitas dan kualitas.
Kuantitas air yang diperlukan untuk berbagai penggunaan oleh masyarakat
adalah berbeda-beda, tergantung pada tingkat sosial budaya, suhu atau iklim, dan
ketersediaanya yang ditentukan oleh berbagai faktor. Syarat kualitas meliputi
persyaratan fisik, kimiawi dan bakteriologik. Pemakaian air yang tidak memenuhim
baku kualitas air tersebut dapat menimbulkan berbagai gangguan antara lain kesadaran,
estetika dan ekonomis.

b. Jamban keluarga
Jamban penting dalam kehidupan kita, seperti pentingnya makan dan minum,
karena kita setiap hari makan dan minum, maka kitapun harus mengeluarkannya setiap
hari.Untuk mengeluarkannya harus mempunyai tempat khusus, tempat itulah yang
disebut jamban.
Membuang tinja di sembarang tempat dapat menularkan penyakit , seperti
Diare, Disentri dan Kolera. Penyakit tersebut dapat terjadi karena binatang/ serangga
yang kontak dengan tinja yang di buang ke sembarang tempat akan membawa kuman
yang diperolehnya dari kotoran tinja, kemudian serangga/ binatang tersebut hinggap
pada makanan kita, bila kita makan makanan tersebut, akan mendatangkan penyakit
seperti yang disebutkan di atas.
c. Sarana Pembuangan Air Limbah ( SPAL )
Menurut Anwar (2001) yang dimaksud degan air limbah atau air kotor adalah air
yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan
kehidupan manusia atau hewan dan lasimnya muncul karena hasil perbuatan manusia
dan industrialisasi.
Berdasarkan pengertian di atas maka secara umum dapat dikatakan bahwa
limbah cair adalah air bekas pakai yang dihasilkan akibat aktivitas manusia baik yang
berasal dari rumah tangga, pertanian, perdagangan, dan industri maupun tempat-tempat
umum lainnya yang harus di buang yang dapat mebahayakan manusia atau kelestarian
lingkungan.
Untuk mencegah penyakit serta pencemaran akibat air limbah, maka perlu
dibuatkan Saluran Pembuangan Air Limbah dari rumah-rumah/ sumber-sumber air
limbah sebelum di lakukan pengolahan lebih lanjut. Air limbah yang dibiarkan
tergenang, akan menimbulkan pencemaran tanah serta menjadi tempat berkembang
biaknya bibit penyakit.

d. Sarana Pengolahan Sampah


Pengelolaan sampah merupakan proses yang diperlukan dengan dua tujuan:

 Mengubahsampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis


 Mengolah sampah agar menjadi material yang tidak membahayakan bagi
lingkungan hidup.
Manfaat Pengelolaan Sampah
 Penghematan sumber daya alam

 Penghematan energi

 Penghematan lahan TPA

 Lingkungan asri (bersih, sehat, nyaman)

Bencana Sampah Yang Tidak Dikelola Dengan baik


 Longsor tumpukan sampah

 Sumber penyakit

 Pencemaran lingkungan

e. Pemeriksaan dan Pengawasan TTU

Tempat-tempat umum merupakan lingkungan dimana banyak dilakukan


interaksi/ aktifitas oleh banyak orang, sehingga perlu dilakukan pembinaan dan
pengawasan untuk menjaga agar tempat-tempat umum tersebut tetap terpelihara
kebersihan lingkungannya. Lingkungan yang tidak saniter akan memudahkan penularan
penyakit yang membahayakan keselamatan banyak orang.
4.5.9 Kesehatan Gigi

Tujuan Usaha Kesehatan Gigi adalah untuk menghilangkan dan mengurangi


gangguan kesehatan gigi dan mempertinggi kesadaran kelompok-kelompok masyarakat
tentang pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi.
Ruang lingkup kegiatan ;

a. Melakukan pemeriksaan kesehatan gigi dan perawatan gigi secara rutin untuk anak-
anak sekolah
b. Penyuluhan kesehatan gigi di sekolah
c. Pelayanan medik gigi dasar, meliputi ;

o Pengobatan gigi pada penderita yang berobat maupun yang dirujuk


o Merujuk kasus-kasus yang tidak dapat ditanggulangi ke sasaran yang lebih
mampu
o Memberikan penyuluhan secara individu dan kelompok
o Memelihara kebersihan (hygiene klinik)
o Memelihara atau merawat peralatan atau obat-obatan
BAB V
MASALAH DAN HAMBATAN

5.1 MASALAH
 Pencatatan : Sejalan dengan perkembangan teknologi masa kini, sistem pencatatan
semua unit kegiatan masing program harusnya suda dilakukan dengan sistem
koputerisasi, namum dalam pengoperasiannya dibutuhkan latihan untuk bisa
melakukan pencatatan dengan baik, hal inilah yang menjadi kendala di Puksemas
Perawatan Molawe bahwa tidak semua penanggung jawab program mampu
mengoperasikan komputer dengan baik, sehingga pencatan masi dilakukan secara
manual.
 Pembinaan dan Pelatihan staf : Perlu adanya peningkatan pembinaan staf puskesmas
baik dalam bentuk bimbingan maupun dalam bentuk pelatihan pada semua program.
Walaupun sudah ada pelatihan yang dilaksanakan oleh dinas kesehatan kabupaten
dan dinas kesehatan Propinsi, tapi tidak semua program sehingga hanya beberapa
staf yang dapat mengikuti pelaksanaannya.

5.2 HAMBATAN
 Lintas Sektor : kerja sama lintas sector belum terpadu dengan sempurnah antara
instansi terkait seperti Pertanian, Depag, Diknas, serta PKK sehingga kegiatan
belum berjalan sebagai mana yang diharapkan. Selain institusi terkait yang
dimaksud di atas, kerjasama dengan pemerintah setempat juga perlu lebi di
tingkatkan untuk mendukung setiap program kesehatan di lapangan.
 Tokoh Masyarakat : Masih kurangnya partisipasi masyarakat untuk menjadi kader
serta banyaknya kader yang drop out sehingga ada beberapa posyandu yang kurang
maju dalam perkembangan kegiatan kesehatan.
 Data Penduduk : Pencatatan jumlah penduduk menurut golongan umur baik
ditingkat kecamatan maupun ditingkat desa tidak sesuai dengan data yang ada di
Puskesmas, hal ini disebabkan oleh karena kerjasama dalam melakukan validasi
data sasaran setiap tahun antara data Puskesmas dengan pemerintah setempat belum
berjalan dengan baik.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN

Pengukuran pencapaian hasil kegiatan untuk beberapa program seperti KIA telah
dapat dievaluasi karena adanya target yang telah ditetapkan oleh Dinas kesehatan tetapi
untuk program-program lainnya yang belum punya target agak sulit dievaluasi sehingga
pelaksanaan evaluasi hanya dengan menggunakan perbandingan hasil kegiatan tahun lalu
untuk mengukur keberhasilan program tersebut.

6.2. SARAN - SARAN

o Perlu adanya motivasi atau pembinaan bagi setiap petugas program dalam bentuk
pelatihan baik dipuskesmas maupun di Dinas Kesehatan pada masing-masing
penanggung jawab program.
o Untuk pelaksanaan pencatatan dan pelaporan sekiranya dilakukan pelatihan
komputer untuk penanggungjawab tiap-tiap program dalam rangka pencapaian
faliditas data.
o Peningkatan supervisi dan bimbinngan dari setiap seksi dari dinas kesehatan dalam
upaya peningkatan kualitas dan cakupan program.
o Diharapakan kepada pemerintah setempat ( Camat dan kepala desa ) serta institusi
lintas sektor untuk senantisa mendukung dan menjalin kerjasama yang baik dalam
melaksanakan program kesehatan di masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai