PENDAHULUAN
1
1.2 TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Tujuan dari penyusunan Profil UPT Puskesmas Non Perawatan Molawe ini
adalah untuk memperoleh dan menghadirkan informasi kesehatan serta faktor-
faktor kesehatan lainnya yang dapat dijadikan sebagai bahan penilaian tercapai
atau tidaknya target kegiatan, yang kelak dapat dijadikan sebagai dasar
pertimbangan untuk menentukan langkah-langkah perencanaan selanjutnya.
Wilayah kerja puskesmas Molawe terdiri atas 5 desa dan 1 kelurahan Yaitu :
o Desa Mataiwoy
o Desa Bandaeha
o Kelurahan Molawe
o Desa Awila
o Desa Awila Puncak
o Desa Mowundo
Desa yang letaknya dibagian utara pada umumnya memiliki perbukitan dan
pegunungan yang berpotensi dijadikan cadangan untuk ekosistem guna mendukung
pembangunan berwawasan lingkungan.Sedangkan desa yang terletak di bagian selatan yang
memiliki garis pantai adalah dataran rendah yang berpotensi untuk pengembangan pertanian,
perkebunan dan perikanan darat dan laut.
2.2 KEPENDUDUKAN
Wilayah kerja Puskesmas Perawatan Molawe terdiri dari 6 desa (Mataiwoy,
Bandaeha,Kel. Molawe, Awila, Awila Puncak Mowundo) dengan jumlah penduduk 4.126
jiwa.
NO
1. Mataiwoy
2. Bandaeha
3. Kelurahan Molawe
4. Awila
5. Awila Puncak
6. Mowundo
Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Di Wilayah Kerja
Puskesmas Molawe
No Nama desa
1. Mataiwoy
2. Bandaeha
3. Kel. Molawe
4. Awila
5. Awila Puncak
6. Mowundo
JUMLAH
1. Mataiwoy
2. Bandaeha
3. Kel. Molawe
4. Awila
5. Awila Puncak
6. Mowundo
Jumlah
2.4 . KEADAAN FASILITAS PENDIDIKAN
NO DESA/KEL
1. Mataiwoy
2. Bandaeha
3. Molawe
4. Awila
5. Awila Puncak
6. Mowundo
No Nama Desa
1. Mataiwoy
2. Bandaeha
3. Molawe
4. Awila
5. Awila
Puncak
6. Mowundo
Sejak dilantik menjadi Menteri Kesehatan, dr. Endang R. Sedyaningsih, MPH, Dr. PH.
telah menetapkan program jangka pendek 100 hari dan program jangka menengah tahun 2010
– 2016 yang disusun dalam sebuah rencana strategis Depkes.
Program 100 hari Menkes mengangkat 4 isu, yaitu (1) peningkatan pembiayaan
kesehatan untuk memberikan Jaminan Kesehatan Masyarakat, (2) peningkatan kesehatan
masyarakat untuk mempercepat pencapaian target MDGs, (3) pengendalian penyakit dan
penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana, serta peningkatan ketersediaan,
pemerataan dan kualitas tenaga kesehatan terutama di daerah terpencil, tertinggal,
perbatasan dan kepulauan (DTPK).
Untuk meningkatkan kinerja Puskesmas Perawatan Molawe, telah ditetapkan Visi dan
Misi untuk mendukung Rencana Strategis Depkes.
Visi.
MISI.
3.2. TUJUAN
3.3. STRATEGI
Bekerja dengan ikhlas, efisien, profesional dan mempunyai komitmen yang kuat demi
kepuasan pasien.
3.5. BENTUK KEGIATAN
4.4.PENGOBATAN
Program pengobatan di Puskesmas Perawatan Molawe merupakan bentuk pelayanan
kesehatan dasar yang bersifat kuratif.Masyarakat cenderung memanfaatkan pelayanan
Puskesmas hanya untuk mendapat pelayanan pengobatan.Mengirim (merujuk) penderita ke
pusat-pusat rujukan medis sesuai dengan jenis penyakit yang tidak mampu ditangani oleh
Puskesmas.
No Nama Obat
1 Vit.b.complex
2 As.mefenamat 500 mg
3 Amoxilin 500 mg
4 Antasida doen
5 Paracetamol 500 mg
6 Prednison
7 Allupurinol
8 Dexamethazon
9 Cefadroxil
10 Ciprofloksasin
11 Metampiron
12 Ranitidine
13 Gliseril Guykolat
14 Nat. diklofenak 25 mg
15 Thiamin ( Vit.B1)
16 Captopril 12,5 mg
17 Metronidazole 250 mg
18 Ampisillin 500 mg
19 VIT. B6
20 Simetidine
4.5.Pelaksanaan Program di Puskesmas Molawe
Upaya pelayanan kesehatan di puskesmas dibagi menjadi empat yaitu upaya pelayanan
program desa, dan upaya pelayanan kesehatan inovasi. Akan tetapi dalam laporan ini hanya
akan menampilkan upaya pelayanan kesehatan wajib yang meliputi program basic six yakni
upaya pelayanan kesehatan yang ditetapkan berdasarkan komitmen nasional, regional, dan
global serta yang mempunyai daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan
masyarakat.
Salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat adalah besar angka kematian ibu dan
anak. Upaya KIA dan KB merupakan salah satu cara menekan angka kematian ibu dan anak.
Untuk mengetahui kegiatan program upaya KIA dan KB dapat dilihat pada tabel 3.2.
Pelayanan Kontrasepsi
3. (KB)
Dari data diatas menunjukan bahwa dari program upaya KIA dan KB belum mencapai
target.Adapun salah satu alasan penyebab tidak tercapainya target pada program pemeriksaan
kehamilan selain faktor kesadaran ibu hamil yang masih rendah untuk mau memeriksakan
kehamilannya adalah karena banyaknya ibu hamil yang sering berpindah tempat tinggal, yakni
ketahui bahwa banyak ibu hamil yang sudah tercatat sebagai sasaran
seperti yang kita
Puskesmas Molawe selama masa kehamilannya keluar atau pergi ke daerah lain. Salah satu
alasan dari seringnya ibu hamil yang keluar daerah tersebut adalah karena mengikuti suami
yang bekerja di daerah lain.
kurang dan infeksi penyakit. Sedangkan penyebab tidak langsung yaitu ketersediaan pangan
lain yang menjadi penyebab utama
ditingkat rumah tangga, asuhan Ibu dan anak . Disisi
, pendidikan, ketersediaan pangaN. Puskesmas harus mengatasi masalah
yakni, kemiskinan
Target program perbaikan gizi telah ditetapkan meliputi, Cakupan distribusi Vitamin
A, cakupan Fe,
a) Cakupan distribusi Vitamin A
Target Cakupan Distribusi Vitamin A tahun 2016pada Bufas adalah 100 %,
sedangkan cakupan distribusi Vitamin A pada ibu nifas dari Januari- September tahun
2014 adalah 59%. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada grafik di bawah ini :
Tabel 4.6DistribusiPemberian Vitamin A menurut desa
di Wilayah kerja Puskesmas Perawatan Molawe Bulan Januari - Mei Tahun 2017
100 76 77
90 68 66
62 59
80
70
60 40
50 PEMBERIAN VITAMIN A
40 NIFAS
30
20
10
0
b) Cakupan Tablet Fe
Target pencapaian Puskesmas Perawatan Molawe pemberian tablet Fe1 pada
dan Fe3 pada Bumil 63 %. Berikut adalah grafi cakupan tablet Fe pada
Bumil 71%
100 93
80 88 86
90 78 80
76 77
80 71
63
70 54 55 63
51
60
50
40 Fe 1
30 Fe 3
20
10
0
penyebab terjadinya BBLR, namun faktor utama adalah gizi ibu selama hamil kurang
(Bumil KEK).
Pada masa kehamilan ibu perlu mendapat perhatian khusus oleh karena dampak yang
ditimbulkan bukan saja pada berat yang tidak cukup, tetapi dengan bayi BBLR
memiliki kemungkinan kecil untuk tumbuh dengan baik, dan akan lebih mudah
terserang penyakit.
d.GAKI
Dalam rangka penanganan kasus Gizi Kurang khususnya Ibu Hamil Puskesmas telah
melakukan beberapa hal antara lain :
Memberikan penyuluhan baik secara perorangan maupun kelompok pada puskesmas
dan posyandu mengenai hal-hal yang akan terjadi apabila kondisi gizi buruk tidak
ditangani atau diatasi dengan tepat.
Mengadakan pemantauan melalui kunjungan rumah.
Mengadakan pengawasan akan kemungkinan-kemungkinan terjadinya kasus-kasus
penyakit sehubungan dengan kondisi kurang gizi.
No Desa
1 MATAIWOY
2 BANDAEHA
3 MOLAWE I
4 AWILA
5 AWILA P
6. MOWUNDO
b). Malaria
Malaria adalah penyakit menular dan menyerang semua golongan umur yaitu bayi,
anak-anak dan orang dewasa.yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Setiap tahun
terdapat 300-500 juta kasus malaria di dunia dan penyebab 1 juta kematian anak. Di
daerah yang terjangkit malaria dapat menjadi penyebab utama kematian dan
penghambat pertumbuhan anak.
Di Indonesia , angka penderita Malaria cukup tinggi, mencapai 70 juta atau 35 %
dari penduduk Indonesia. Dimasa yang akan datang , penderita malaria akan meningkat
akibat mobilitas penduduk yang relative cepat, perubahan lingkungan antara lain karena
pembagunan wilayah yang kurang memperhatikan aspek kualitas lingkungan.
Berdasarkan data dari program P2M tahun 2017 , tidak ditemukan adanya kasus malaria
klinis di wilayah kerja Puskesmas Perawatan Molawe
Tabel 4.11Distribusi Penderita Malaria menurut desa
di Wilayah kerja Puskesmas Non Perawatan Molawe
Januari – Mei,Tahun 2017
No Kelurahan / Desa
1 Mataiwoy
2 Bandaeha
3 Molawe
4 Awila
5 Awila Puncak
6 Mowundo
d). Filariasis
Filariasis atau penyakit kaki gajah yang penularannya melalui nyamuk sebagai
vektor.Endemik pada sebagian besar daerah panas lembab di dunia.Tingginya prevalensi
tergantung kepada besarnya infeksi dari reservoir dan vector yang berlebihan.
Untuk periode tahun 2017, Puskesmas Perawatan Molawe dinyatakan bebas dari
kasus penyakit filariasis.
Infeksi Saluran Pernafasan Atas atau yang lebih dikenal dengan ISPA lebih
banyak mengenai kelompok usia muda yang rawan, khususnya Bayi dan Anak Balita.
Dalam program ISPA Penyakit ini digolongkan menjadi tiga, Bukan Pneumonia,
Pneumonia dan Pneumonia berat.
Di dunia, Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) jadi penyebab kematian dari 2
Juta Anak Balita pada tahun 2000. Di Indonesia , ISPA merupakan penyebab 36,4%
kematian bayi tahun 1992 dan 32,1 % kematian bayi pada tahun 1995, serta penyebab
18,2 % kematian pada balita tahun 1992 dan 38,8% tahun 1995.
Berdasarkan data dari program ISPA Puskesmas Perawatan Molawe tahun 2017,
Cakupan penderita ISPA bukan pneumoniberjumlah 38 kasus,pneumoni dan pneumoni
berat masing-masing 0 kasus.
Penyakit ini ditimbulkan terutama perumahan yang tidak layak, polusi udara
sehingga memungkinkan penularan penyakit ini.Dan faktor resiko lainnya seperti; Gizi
kurang, Status Imunisasi yang tidak lengkap, Pemberian ASI tidak/kurang Memadai,
Riwayat penyakit cronis, dan Orang tua perokok.
d). Tubercolusis (TB)
Penyakit Tuberkulosis disebabkan oleh kuman tuberculosis dengan gejala khas.
Pada umumnya diderita oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah dan menyerang
kelompok usia produktif 15 tahun keatas. Penyakit memiliki daya tular yang tinggi dan
untuk mengetahuinya, dideteksi melalui pemeriksaan dahak di laboratorium terhadap
kuman BTA positif.
Indikator yang digunakan dalam Progam TB diantaranya ; Proporsi Suspek yang
diperiksa dahaknya, Angka konversi (Conversion Rate), Angka Kesembuhan (Cure
Rate) dan Angka Kesalahan Baca (Error Rate).Fenomena yang terjadi pada penyakit
TBC ini dikenal dengan istilah IceBerg Phenomena ,dimana jumlah penderita yang
tidak terlaporkan (muncul) lebih banyak dari pada yang terlaporkan,sehingga
memerlukan perhatian khusus dalam upaya penemuan kasus.
Ada tujuh penyakit infeksi pada anak-anak yang dapat menyebabkan kematian atau
cacad, walaupun sebagian anak dapat bertahan dan menjadi kebal. Ketujuh penyakit
tersebut adalah Poliomyelitis (kelumpuhan), Measles( Campak ), Difteri (indrak), Pertusis
(batuk rejan ; batuk seratus hari), Tetanus, Tuberculosis (TBC), Hepatitis –B.
a). Poliomyelitis
Penyakit ini adalah merupakan suatu infeksi menular yang terutama mengenai dan
merusak sel-sel motorik dikurno anterior medulla spinalis dan inti motorik batang otak
sehingga menimbulkan kelumpuhan dan atrofi otot.
Menteri Kesehatan melakukan upaya penanggulangan KLB Poliomyelitis di Indonesia
dengan :
1. Memutuskan mata rantai penularan polio (1) dengan
a. Outbreak Response Immunizattion (ORI) :
b. Mopping Up
2. Memutuskan mata Rantai yaitu dengan PIN ( Pekan Imunisasi Nasional)
b). Campak
Campak Ialah infeksi akut menular yang disebabkan oleh virus.Terutama mengenai
anak umur 6 bulan – 5 tahun.
c). Diftheri
Ialah suatu penyakit infeksi mendadak yang disebabkan oleh kuman Corynebacterium
Diftheriae.Sangat mudah menular terutama mengenai anak-anak umur 2 bulan – 5
tahun.
d). Pertusis
Adalah penyakit saluran nafas yang disebabkan oleh Bordetella Pertusis. Nama lain
penyakit ini adalah tussis quinta, whooping cough, batuk rejan, batuk seratus hari.
e). Tetanus
Adalah penyakit toksemia akut yang disebabkan oleh Clostridium Tetani yang
mengeluarkan eksotoksin.Seperti halnya penyakit Rabies, Penyakit tetanus juga
memiliki kasus yang jarang namun mempunyai CFR yang tinggi.
f). TBC
Tuberkulosis anak masih merupakan problema yang kompleks terutama di Negara yang
sedang berkembang.Morbiditas tuberculosis anak merupakan parameter daripada
berhasil atau tidaknya pemberantasan tuberculosis di suatu daerah atau suatu Negara.
g). Hepatitis-B
Ialah penyakit infeksi akut dengan gejala utama berhubungan erat dengan adanya
nekrosis pada hati.
.1 TT.2
% Abs
19 14 13,
,6
b. Jamban keluarga
Jamban penting dalam kehidupan kita, seperti pentingnya makan dan minum,
karena kita setiap hari makan dan minum, maka kitapun harus mengeluarkannya setiap
hari.Untuk mengeluarkannya harus mempunyai tempat khusus, tempat itulah yang
disebut jamban.
Membuang tinja di sembarang tempat dapat menularkan penyakit , seperti
Diare, Disentri dan Kolera. Penyakit tersebut dapat terjadi karena binatang/ serangga
yang kontak dengan tinja yang di buang ke sembarang tempat akan membawa kuman
yang diperolehnya dari kotoran tinja, kemudian serangga/ binatang tersebut hinggap
pada makanan kita, bila kita makan makanan tersebut, akan mendatangkan penyakit
seperti yang disebutkan di atas.
c. Sarana Pembuangan Air Limbah ( SPAL )
Menurut Anwar (2001) yang dimaksud degan air limbah atau air kotor adalah air
yang tidak bersih dan mengandung berbagai zat yang bersifat membahayakan
kehidupan manusia atau hewan dan lasimnya muncul karena hasil perbuatan manusia
dan industrialisasi.
Berdasarkan pengertian di atas maka secara umum dapat dikatakan bahwa
limbah cair adalah air bekas pakai yang dihasilkan akibat aktivitas manusia baik yang
berasal dari rumah tangga, pertanian, perdagangan, dan industri maupun tempat-tempat
umum lainnya yang harus di buang yang dapat mebahayakan manusia atau kelestarian
lingkungan.
Untuk mencegah penyakit serta pencemaran akibat air limbah, maka perlu
dibuatkan Saluran Pembuangan Air Limbah dari rumah-rumah/ sumber-sumber air
limbah sebelum di lakukan pengolahan lebih lanjut. Air limbah yang dibiarkan
tergenang, akan menimbulkan pencemaran tanah serta menjadi tempat berkembang
biaknya bibit penyakit.
Penghematan energi
Sumber penyakit
Pencemaran lingkungan
a. Melakukan pemeriksaan kesehatan gigi dan perawatan gigi secara rutin untuk anak-
anak sekolah
b. Penyuluhan kesehatan gigi di sekolah
c. Pelayanan medik gigi dasar, meliputi ;
5.1 MASALAH
Pencatatan : Sejalan dengan perkembangan teknologi masa kini, sistem pencatatan
semua unit kegiatan masing program harusnya suda dilakukan dengan sistem
koputerisasi, namum dalam pengoperasiannya dibutuhkan latihan untuk bisa
melakukan pencatatan dengan baik, hal inilah yang menjadi kendala di Puksemas
Perawatan Molawe bahwa tidak semua penanggung jawab program mampu
mengoperasikan komputer dengan baik, sehingga pencatan masi dilakukan secara
manual.
Pembinaan dan Pelatihan staf : Perlu adanya peningkatan pembinaan staf puskesmas
baik dalam bentuk bimbingan maupun dalam bentuk pelatihan pada semua program.
Walaupun sudah ada pelatihan yang dilaksanakan oleh dinas kesehatan kabupaten
dan dinas kesehatan Propinsi, tapi tidak semua program sehingga hanya beberapa
staf yang dapat mengikuti pelaksanaannya.
5.2 HAMBATAN
Lintas Sektor : kerja sama lintas sector belum terpadu dengan sempurnah antara
instansi terkait seperti Pertanian, Depag, Diknas, serta PKK sehingga kegiatan
belum berjalan sebagai mana yang diharapkan. Selain institusi terkait yang
dimaksud di atas, kerjasama dengan pemerintah setempat juga perlu lebi di
tingkatkan untuk mendukung setiap program kesehatan di lapangan.
Tokoh Masyarakat : Masih kurangnya partisipasi masyarakat untuk menjadi kader
serta banyaknya kader yang drop out sehingga ada beberapa posyandu yang kurang
maju dalam perkembangan kegiatan kesehatan.
Data Penduduk : Pencatatan jumlah penduduk menurut golongan umur baik
ditingkat kecamatan maupun ditingkat desa tidak sesuai dengan data yang ada di
Puskesmas, hal ini disebabkan oleh karena kerjasama dalam melakukan validasi
data sasaran setiap tahun antara data Puskesmas dengan pemerintah setempat belum
berjalan dengan baik.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. KESIMPULAN
Pengukuran pencapaian hasil kegiatan untuk beberapa program seperti KIA telah
dapat dievaluasi karena adanya target yang telah ditetapkan oleh Dinas kesehatan tetapi
untuk program-program lainnya yang belum punya target agak sulit dievaluasi sehingga
pelaksanaan evaluasi hanya dengan menggunakan perbandingan hasil kegiatan tahun lalu
untuk mengukur keberhasilan program tersebut.
o Perlu adanya motivasi atau pembinaan bagi setiap petugas program dalam bentuk
pelatihan baik dipuskesmas maupun di Dinas Kesehatan pada masing-masing
penanggung jawab program.
o Untuk pelaksanaan pencatatan dan pelaporan sekiranya dilakukan pelatihan
komputer untuk penanggungjawab tiap-tiap program dalam rangka pencapaian
faliditas data.
o Peningkatan supervisi dan bimbinngan dari setiap seksi dari dinas kesehatan dalam
upaya peningkatan kualitas dan cakupan program.
o Diharapakan kepada pemerintah setempat ( Camat dan kepala desa ) serta institusi
lintas sektor untuk senantisa mendukung dan menjalin kerjasama yang baik dalam
melaksanakan program kesehatan di masyarakat.