Anda di halaman 1dari 9

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

Republik Indonesia

PAKET KEBIJAKAN EKONOMI


Minggu ke-III November 2018
(Tahap XVI)

Jakarta, 16 November 2018


1

Pemerintah Menerbitkan Paket Kebijakan Ekonomi (PKE) XVI

Pertumbuhan ekonomi global diprediksi masih akan melambat pada tahun 2019.
Kebijakan normalisasi moneter di Amerika masih akan berlanjut, perang dagang
US-China mereda, namun mulai muncul potensi perang dagang dengan negara
lain, dan volatilitas harga minyak dan komoditi utama di pasar dunia masih tinggi.
Ekonomi global masih dilanda ketidakpastian.

Membaiknya ekonomi Amerika (naiknya pertumbuhan ekonomi dan turunnya


pengangguran di atas perkiraan), dan kenaikan suku bunga FFR (Fed Fund Rate)
yang masih berlanjut, mempengaruhi aliran modal di pasar dunia, salah satunya
mengakibatkan US Dolar kembali ke Amerika dan keluar (outflow) dari negara-
negara berkembang, termasuk Indonesia.

Meskipun sejak awal tahun terjadi aliran keluar (outflow) modal asing, namun pada
awal November 2018 terjadi aliran masuk (inflow) modal asing ke Indonesia
melalui Surat Berharga Negara (SBN) yang mencapai Rp14,4 triliun, sehingga
antara Januari sd. November 2018 aliran masuk telah mencapai Rp 42,6 triliun.
Selain itu, terdapat juga aliran masuk modal asing ke saham pada bulan
November mencapai Rp 5,5 triliun. Aliran modal yang masuk ke Indonesia ini
menunjukkan bahwa investor asing mempunyai kepercayaan yang tinggi terhadap
kondisi perekonomian Indonesia.

Melihat kepercayaan investor asing mulai meningkat, Pemerintah lebih optimis


untuk semakin mendorong masuknya modal asing yang lebih besar, termasuk
melalui Investasi Langsung. Terjadinya penurunan Investasi Langsung pada
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) Q3 2018, semakin menguatkan tekad
Pemerintah untuk mengembalikan peningkatan Investasi Langsung sehingga
akan mampu menutup kenaikan defisit Transaksi Berjalan. Selain itu, pemerintah
berharap kepercayaan investor akan meningkat dalam jangka pendek.

Oleh karena itu, Pemerintah menerbitkan Paket Kebijakan Ekonomi (PKE) XVI
yang mencakup: (1) Perluasan Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan
(Tax Holiday); (2) Relaksasi Daftar Negatif Investasi (DNI); (3) Peningkatan
Devisa Hasil Ekspor (DHE) Hasil Sumber Daya Alam.
2

Ikhtisar Singkat
Paket Kebijakan Ekonomi (PKE) XVI

1. Perluasan Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan (Tax Holiday)


Dalam rangka meningkatkan kegiatan investasi langsung pada industri pionir
dari tingkat hulu hingga tingkat hilir, Pemerintah memandang perlu untuk
memperluas cakupan bidang usaha yang dapat diberikan fasilitas
pengurangan Pajak Penghasilan Badan (tax holiday) serta menyempurnakan
ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
35/PMK.010/2018 tentang Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak
Penghasilan Badan.

2. Relaksasi Daftar Negatif Investasi (DNI)


Dalam rangka optimalisasi pelaksanaan relaksasi dan keterbukaan bidang
usaha sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016
dan untuk meningkatkan daya tarik dan daya saing investasi, perlu membuka
beberapa bidang usaha yang dapat dimasuki oleh PMA yang membawa
teknologi, inovasi, efisiensi, dan perluasan ekspor, dan memperkuat kemitraan
usaha besar dengan usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) dan koperasi.
Optimalisasi dilakukan melalui perubahan Peraturan Presiden Nomor 44
Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha
yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal.
.
3. Peningkatan Devisa Hasil Ekspor (DHE) Hasil Sumber Daya Alam
Dalam rangka meningkatkan dan menjaga ketahanan ekonomi nasional,
diperlukan kebijakan yang lebih kuat untuk mengendalikan devisa dengan
pemberian insentif perpajakan. Pengendalian berupa kewajiban untuk
memasukkan DHE dari ekspor barang-barang hasil sumber daya alam
(pertambangan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan). Insentif perpajakan
berupa pemberian tarif final Pajak Penghasilan atas deposito, tabungan, dan
diskonto Sertifikat Bank Indonesia. Kewajiban untuk memasukkan DHE ini
tidak menghalangi keperluan perusahaan yang bersangkutan untuk
memenuhi kewajiban-kewajiban valasnya.
1

Penjelasan
Paket Kebijakan Ekonomi (PKE) XVI

1. Perluasan Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan (Tax Holiday)

a. Latar Belakang
Dalam rangka mendorong peningkatan nilai investasi di Indonesia,
Pemerintah merasa perlu untuk memperluas cakupan KBLI yang dapat
diberikan fasilitas tax holiday. Selain itu, proses pemberian fasilitas tax
holiday perlu juga diselaraskan dengan pelaksanaan Online Single
Submission (OSS). Berangkat dari hal tersebut, Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian bersama Kementerian/Lembaga terkait, khususnya
Kementerian Keuangan, Kementerian Perindustrian, dan BKPM telah
duduk bersama untuk membahas kembali bidang usaha yang dapat
diberikan fasilitas tax holiday.

b. Tujuan dan Manfaat


1) Meningkatkan investasi dan memperkokoh sektor industri dari hulu ke
hilir melalui perluasan cakupan sektor usaha dan KBLI industri pionir
yang dapat diberikan fasilitas tax holiday.
2) Meningkatkan kecepatan dan kemudahan dalam proses pengajuan dan
pemberian fasilitas tax holiday.

c. Pokok-pokok Kebijakan
1) Kriteria industri pionir yang digunakan dalam kebijakan perluasan
cakupan fasilitas tax holiday tetap mengacu pada Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, yaitu industri yang
memiliki keterkaitan yang luas, memberi nilai tambah dan eksternalitas
yang tinggi, memperkenalkan teknologi baru, serta memiliki nilai
strategis bagi perekonomian nasional.
2) Perluasan sektor usaha yang dapat diberikan fasilitas tax holiday
meliputi:
a. penambahan dua sektor usaha (yaitu sektor industri pengolahan
berbasis hasil pertanian, perkebunan, dan kehutanan; serta sektor
ekonomi digital); dan
b. penggabungan dua sektor usaha dalam PMK Nomor
35/PMK.010/2018 (yaitu sektor komponen utama komputer dan
sektor komponen utama smartphone menjadi sektor komponen
utama peralatan elektronika/telematika).
2

sehingga jumlah sektor usaha yang dapat diberikan tax holiday berubah
dari 17 sektor usaha menjadi 18 sektor usaha.
3) Perluasan pemberian fasilitas tax holiday dilakukan dengan
penambahan jumlah KBLI dan penyempurnaan beberapa KBLI pada
industri pionir. Jumlah KBLI yang ditambahkan sebanyak 70 KBLI,
sehingga jumlah KBLI yang mendapatkan fasilitas tax holiday sebanyak
169 KBLI. Sebelumnya jumlah KBLI yang mendapatkan fasilitas tax
holiday sebanyak 99 KBLI yang merupakan penyederhanaan dan
penggabungan dari 153 KBLI.
4) Memberikan kemudahan dan kepastian untuk mendapatkan fasilitas tax
holiday melalui Sistem Online Single Submission (OSS). Pelaku usaha
yang memenuhi kriteria bidang usaha (KBLI) yang mendapatkan
fasilitas tax holiday, diberikan notifikasi mendapatkan tax holiday dan
jangka waktunya oleh Sistem OSS. Sistem OSS selanjutnya
meneruskan kepada sistem DJP (Kementerian Keuangan) untuk dapat
diproses penerbitan surat keputusan penetapan pemberian fasilitas tax
holiday.

2. Relaksasi Daftar Negatif Investasi (DNI)

a. Latar Belakang
1) Berdasarkan data BKPM, perkembangan Foreign Direct Investment
(FDI) ke Indonesia terus meningkat, walaupun di Q3/2018 realisasi
investasi turun sedikit -1,4% (QoQ), tetapi Jan-Sept 2018 (YoY)
meningkat 4,3%, kendati di saat world investment outflow tahun 2017
menurun sebesar -2,9%. Dalam 5 tahun terakhir rata-rata FDI ke
Indonesia mencapai USD 17,2 milyar per tahun dengan porsi 1,2%, di
atas negara-negara ASEAN kecuali Singapura.
2) Pada Tahun 2016 melalui Perpres 44/2016 dilakukan relaksasi dan
keterbukaan bidang usaha yang diatur dalam DNI. Hasilnya dalam 2
tahun minat investasi PMA meningkat 108% dan PMDN meningkat
82,5% (Q3/2016 s.d. Q2/2018).
3) Namun Pemerintah melihat dari 101 Bidang Usaha yang memberikan
lebih keterbukaan bagi PMA, beberapa bidang belum optimal yaitu:
 Terdapat 83 bidang usaha (PMA 100% atau ditingkatkan kepemilikan
asingnya), hanya diminati kurang dari 50% pada periode Q3/2016 s.d.
Q2/2018.
 Dari 83 bidang usaha tersebut, terdapat 51 bidang usaha yang tidak
ada peminatnya.
3

b. Tujuan dan Manfaat


1) Kebijakan DNI 2018 dimaksudkan untuk meningkatkan daya tarik dan
daya saing yang dapat menjadi selling point dalam memperluas sumber
investasi baru dan pengembangan kegiatan ekonomi masyarakat:
 mempercepat pengurangan bidang-bidang usaha yang masih diatur
dengan memperluas peluang kegiatan investasi UMK, UMKM dan
Koperasi;
 mendorong penyebaran investasi melalui kawasan-kawasan
ekonomi;
 menyederhanakan dan memperjelas ketentuan pelaksanaan DNI;
 melakukan pengawalan pelaksanaan investasi.
2) Perubahan DNI 2018 bertujuan untuk mempercepat peningkatan dan
perluasan investasi langsung secara signifikan, meningkatkan
kemampuan UMK, UMKM dan Koperasi. Disamping itu diharapkan
dapat diproduksinya produk baru yang memiliki jaringan pasar
internasional, sehingga peran ekspor Indonesia dapat meningkat.
3) Perubahan DNI 2018 diharapkan bermanfaat sebagai salah satu
instrumen kebijakan yang dapat berkontribusi menyelesaikan secara
fundamental beberapa permasalahan utama perekonomian nasional
dalam menghadapi globalisasi ekonomi belakangan ini, antara lain
defisit Neraca Pembayaran, perlambatan ekspor, ketergantungan impor,
serta mahalnya biaya logistik.

c. Pokok-pokok Kebijakan
1) Setiap DNI tidak boleh mundur (rollback) menjadi lebih protektif. DNI
dalam perjalanannya harus semakin berkurang Bidang Usaha yang
diatur, baik karena Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal, maupun untuk meningkatkan dan memperluas
investasi. Sebagai contoh dalam DNI 2018 telah dikeluarkan sebanyak
54 Bidang Usaha, dan 138 Bidang Usaha digabung, sehingga yang
masuk dalam DNI 2018 adalah sebanyak 392 Bidang Usaha.
2) Berdasarkan ketentuan, Bidang Usaha yang Tertutup adalah semata
kerena pertimbangan keamanan, keselamatan, kesehatan, dan
lingkungan hidup (K3L), sedangkan Bidang Usaha Terbuka dengan
Persyaratan harus semakin sederhana pengaturannya yang terbatas
pada pertimbangan pengaturan: Dicadangkan untuk UMKK,
Dicadangkan untuk UMKMK, Kemitraan dengan UMKMK, Ketentuan
Lokasi Investasi, Besaran Kepemilikan Modal Asing, perlunya Perizinan
Khusus, atau hanya dapat dilakukan oleh PMDN.
4

3) Untuk meningkatkan dan memperluas penanaman modal, DNI harus


lebih promotif. Oleh sebab itu perlu relaksasi persyaratan
keterbukaan berbagai Bidang Usaha dan pemberian fasilitas agar
keterbukaan DNI 2016 yang lalu dapat lebih optimal. Perlu pula
dilakukan ekspansi terhadap Bidang Usaha yang berorientasi ekspor,
substitusi impor, serta menarik investasi dengan pola Merger dan
Akuisisi maupun Greenfield FDI yang Indonesia memiliki keunggulan
komparatif. Misal Bidang Usaha Industri Farmasi Obat Jadi (investasi
di atas Rp 100 miliar); Jasa Survei Migas; Jasa Pemboran Migas di
Laut; Industri Pengolahan Susu; Industri Kayu Lapis; Pengusahaan
Pariwisata Alam.
4) Untuk memberikan kepastian invetasi dan efektivitas pelaksanaan
DNI dilakukan penguatan ketentuan mengenai:
a. Grandfather Clause;
b. Perpanjangan masa berlaku Masterlist;
c. Perluasan Fasilitas Inland Free Trade Agreement (FTA) untuk
Kawasan Ekonomi non KEK.

3. Peningkatan Devisa Hasil Ekspor (DHE) Hasil Sumber Daya Alam

a. Latar Belakang
1) Transaksi Berjalan Indonesia pada umumnya selalu mengalami defisit.
Defisit tersebut tentu lebih buruk apabila tidak semua Devisa Hasil
Ekspor (DHE) dimasukkan dan ditempatkan di dalam Sistem Keuangan
Indonesia (SKI).
2) Pengaturan DHE pada saat ini hanya mewajibkan DHE untuk dilaporkan
dan dimasukkan, tanpa ada kewajiban untuk ditempatkan di dalam SKI.
3) Oleh karena itu diperlukan kebijakan yang mewajibkan untuk
memasukkan dan menyimpan DHE di SKI. Kewajiban ini tidak perlu
diberlakukan untuk seluruh komiditi ekspor, karena jumlah nilai
ekspornya lebih kecil dari nilai impor. Untuk itu, pengaturan kewajiban
ini hanya diberlakukan untuk komoditi hasil sumber daya alam (SDA)
yang nilai ekspornya lebih besar daripada impor.

b. Tujuan dan Manfaat


Meningkatkan dan menjaga ketahanan ekonomi nasional dan
meningkatkan persepsi positif terhadap perekonomian nasional.
5

c. Pokok-pokok Kebijakan
1) Kebijakan peningkatan DHE hasil SDA didasarkan atas ketentuan Pasal
2 ayat (1) UU Nomor 24 Tahun 1999 Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai
Tukar, dimana setiap penduduk dapat dengan bebas memiliki dan
menggunakan Devisa.
2) Konsepsi dasar kebijakan adalah:
a) Penegasan kewajiban DHE khususnya SDA masuk ke dalam
Sistem Keuangan Indonesia (SKI) yang mencakup DHE dari ekspor
SDA, yaitu: pertambangan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan.
b) DHE SDA tidak diwajibkan dikonversi ke Rupiah (dijual kepada
negara).
c) Pemberian insentif Pajak Penghasilan final.
d) Pemilik DHE SDA tetap berhak untuk menggunakannya ketentuan
peraturan perundang-undangan (UU Penanaman Modal).
e) Dikenakan sanksi administratif kepada eksportir barang SDA yang
tidak mengikuti ketentuan DHE SDA.
3) Pengaturan kebijakan DHE SDA diatur dengan Peraturan Pemerintah
(PP) dengan substansi pokok berupa:
a) DHE dari ekspor SDA pertambangan, perkebunan, kehutanan, dan
perikanan wajib dimasukkan ke dalam SKI dan ditempatkan dalam
Rekening Khusus pada Bank Devisa.
b) Penempatan DHE dilaksanakan paling lama pada akhir bulan ketiga
setelah bulan pendaftaran pemberitahuan ekspor.
c) Bunga deposito untuk DHE SDA yang ditempatkan pada Bank
Devisa diberikan insentif pajak penghasilan yang bersifat final
sesuai peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
Ketentuan tersebut diatur dalam PP Nomor 131 Tahun 2000 jo PP
Nomor 123 Tahun 2015 yaitu:
 Bunga Deposito DHE SDA yang dikonversi ke Rupiah, yaitu: 1
bulan 7,5%, 3 bulan 5%, 6 bulan atau lebih 0%.
 Bunga Deposito DHE SDA yang tidak dikonversi ke Rupiah
(dalam mata USD), yaitu: 1 bulan 10%, 3 bulan 7,5%, 6 bulan
2,5%, dan lebih 6 buan 0%.
d) DHE SDA tetap dapat digunakan untuk keperluan: pinjaman luar
negeri, impor, keuntungan/deviden, dan/atau keperluan lain dari
penanam modal sesuai Pasal 8 UU Penanaman Modal dengan
menyampaikan dokumen pendukung.
6

e) Pinjaman dari luar negeri yang dibuat oleh pemilik DHE SDA wajib
dibuat dalam kontrak pinjaman.
f) Penggunaan DHE SDA yang dilakukan melalui escrow account di
luar negeri wajib dipindahkan ke Bank Devisa dalam negeri paling
lama 90 hari sejak PP DHE SDA diterbitkan.
g) Pengawasan dan pengaturan ketentuan lebih lanjut DHE SDA
ditetapkan oleh Kementeriam Keuangan dan Bank Indonesia,
sesuai dengan kewenangan masing-masing.
h) DHE SDA yang tidak dimasukkan ke SKI, menggunakan DHE tidak
sesuai ketentuan, dan tidak memindahkan escrow account di luar
negeri pada Bank Devisa dikenakan sanksi administratif berupa:
tidak dapat melakukan ekspor, denda, dan/atau pencabutan izin
usaha, sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Anda mungkin juga menyukai