PENDAHULUAN
1
jumlah anak yang diinginkan sesuai dengan keamanan medis serta kemungkinan
kembalinya fase kesuburan (ferundity).
Dari 61,4 persen pengguna metode kontrasepsi di Indonesia, sebanyak 31,6 persen
menggunakan suntik. Sedangkan yang memakai pil hanya 13,2 persen, memakai IUD
(Intra Uterine Device) atau spiral 4,8 persen, implant 2,8 persen, dan kondom 1,3 persen,
sisanya vasektomi dan tubektomi.
Terjadi kenaikan pemakaian metode kontrasepsi suntik dari tahun 1991 sampai
2007 lalu. Menurut survei yang dilakukan leh BKKBN tentang pengguna metode
kontrasepsi suntik pada tahun 1991 hanya 11,7 persen, pada tahun 1994 menjadi 15,2
persen, 1997 menjadi 21,1 persen, 2003 menjadi 27,8 persen, dan pada tahun 2007
mencapai 31,6 persen. Kesadaran akan pentingnya alat kontrasepsi di Indonesia masih
perlu ditingkatkan, selain untuk mengatur jumlah dan jarak anak, kontrasepsi juga
dibutuhkan untuk mencegah terjadinya ledakan penduduk.
Efek sampingya terhadap siklus haid/menstruasi sering "tidak menyenangkan",
namun tidak berbahaya dan bukan tanda kelainan/penyakit ; perubahan pola haid
biasanya pada tahun pertama pemakaian yakni perdarahan bercak, dapat lama, jarang
terjadi perdarahan yang banyak, tidak dapat haid (sering setelah pemakaian berulang),
sering menaikkan berat badan, dapat menyebabkan (tidak pada semua akseptor) sakit
kepala, nyeri payudara, "moodiness", jerawat, kurangnya libido seksual, rambut rontok.
Perlu suntikan ulangan teratur, perlu follow up (kontrol/kunjungan berkala) untuk
evaluasi secara umum. Serta diperlukan konseling efek samping untuk membantu ibu
mengatasi efek samping dari penggunaan suntik KB 3 bulan.
1.2 TUJUAN
1.2.1 Tujuan Umum
Dapat melakukan asuhan kebidanan pada klien akseptor KB suntik progestin dengan
menggunakan manajemen kebidanan menurut Varney.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian pada akseptor KB suntik progestin.
b. Dapat menetapkan diagnosa dan masalah dari hasil pengkajian.
c. Dapat menetapkan tindakan segera.
d. Dapat menetapkan diagnosa potensial.
e. Dapat merencanakan asuhan kebidanan pada akseptor suntik progestin.
f. Dapat melaksanakan asuhan kebidanan yang telah disusun.
2
g. Dapat mengevaluasi asuhan kebidanan yang telah dilakukan.
1.3 MANFAAT
1. Bagi Mahasiswa
a. Mahasiswa mempunyai tanggung jawab atas tugas profesinya.
b. Mahasiswa dapat memberikan suntikan progestin.
c. Mahasiswa dapat bertindak, dapat tanggap dalam menghadapi permasalahan
kebidanan.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
a. Bagi bidan dan tenaga kesehatan yang lainnya dapat lebih terampil dalam
memberikan asuhan kebidanan terutama pada pasien KB.
3. Bagi Masyarakat
a. Meningkatkan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia,
sejahtera.
3
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1.2 Profil
1. Sangat efektif.
2. Aman.
3. Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi.
4. Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata-rata 4 bulan.
5. Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI (Saifuddin, 2006:
MK-41).
2.1.3 Jenis
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestin, yaitu:
1. Depo Medroksiprogesteron Asetat (depoprovera), yang mengnadung 150 mg
DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntikkan intramusklar (di
daerah bokong.
2. Depo Noretisteron enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg
Noretindron nantat, yang diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik
intramuscular (Saifuddin, 2006: MK-41).
2.1.4 Cara Kerja
1. Mencegah ovulasi.
2. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma.
3. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi.
4. Menghambat transportasi gamet oleh tuba (Saifuddin, 2006: MK-41)
4
Mekanisme Kontrasepsi Suntikan:
1. Primer : Mencegah Ovulasi
Kadar FSH dan LH menurun dan tidak terjadi sentakan LH (LH surge). Respons
kelenjar hypophyse terhadap gonadotropin-releasing hormon eksogenous tidak
berubah, sehingga memberi kesan proses terjadi di hipotalamus daripada di
kelenjar hypophyse. Ini berbeda dengan POK, yang tampaknya menghambat
ovulasi melalui efek langsung pada kelenjar hypophyse. Penggunaan kontrasepsi
suntikan tidak menyebabkan keadaan hipo-estrogenik.
2. Sekunder
a. Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan barier terhadap
spermatozoa.
b. Membuat endometrium menjadi kurang baik / layak untuk implantasi dari
ovum yang telah dibuai.
c. Mungkin mempengaruhi kecepatan transpor ovum di dalam tuba fallopi (
Hanafi, 2004: 16 )
Cara kerja KB suntik mencegah kehamilan:
Menghentikan (meniadakan) keluarnya sel telur dari indung telur. Membuat sperma
sulit memasuki rahim karena mengentalkan lendir mulut rahim (serviks). Tidak dapat
mengeluarkan/menghentikan kehamilan yang sudah terjadi.
2.1.5 Efektivitas:
Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektifitas yang tinggi, dengan 0,3
kehamilan per 100 perempuan-tahun, asal penyuntikannya dilakukan secara teratur
sesuai jadwal yang telah ditentukan (Saifuddin, 2006: MK-42)
Efektifitas Kontrasepsi Suntikan.
a. Baik DMPA maupun NET EN sangat efektif sebagai metode kontrasepsi. Kurang
dari 1 per 100 – wanita akan mengalami kehamilan dalam 1 tahun pemakaian
DMPA, dan 2 per 100 – wanita – per tahun pemakaian NET EN.
b. Kontrasepsi suntikan sama efektifnya seperti POK, dan lebih efektif dari pada
IUD.
c. Dosis DMPA dengan daya kerja kontrasepsi yang paling sering dipakai - 150 mg
setiap 3 bulan – adalah dosis yang tinggi. Setelah suntikan 150 mg DMPA,
ovulasi tidak akan terjadi untuk minimal 14 minggu. Sehingga terdapat periode “
tenggang – waktu / waktu – kelonggaran “ ( grace period ) selama 2 minggu
untuk akseptor DMPA yang disuntik ulang setiap 3 bulan.
5
d. Penelitian dalam skala kecil akhir – akhir ini menemukan bahwa dosis lebih
rendah dari DMPA – 100 mg sekali setiap bulan hampir sama efektifnya dengan
suntukan 150 mg, dengan angka kegagalan 0.44 per 100 wanita per tahun.
Sedangkan pemberian sekali setiap 6 bulan dengan dosis 250, 300, 400 atau 450 mg
DMPA umumnya menunjukkan angka kegagalan yang sedikit lebih tinggi, 0 – 3.6
kehamilan per 100 wanita per tahun.
e. NET EN 200 mg lebih efektif bila diberikan dalam jarak waktu yang lebih
pendek. Penyuntikan sekali setiap 8 - minggu : angka kegagalan 0.4 – 1.8 per 100
wanita per 24 bulan.
Penyuntikan sekali setiap 12 minggu : angka kegagalan 6.6 per 100 wanita per 24
bulan.
f. Masa kerja NET EN lebih singkat daripada DMPA, sehingga tidak terdapat “
tenggang-waktu / waktu-kelonggaran “ ( grace period ) untuk akseptor NET EN
yang terlambat disuntik ulang ( Hanafi, 2004; 166 )
Sangat efektif, kegagalan pada pemakai KB suntik hanya sekitar 0.3 kehamilan dari
100 pemakai pada tahun pertama pemakaian. ( 1 dari 333 pemakai masih bisa hamil).
2.1.6 Keuntungan
1. Sangat efektif.
2. Pencegahan kehamilan jangka panjang.
3. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
4. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdamapak serius terhadap penyakit
jantung, gangguan pembekuan darah.
5. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.
6. Sedikit efek samping.
7. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
8. Dapat digunakan oleh perempuan usia . 35 tahun sampai perimenopause.
9. Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik.
10. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
11. Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.
12. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell) (Saifuddin, 2006: MK-42)
2.1.7 Keterbatasan
1. Sering ditemukan gangguan haid, seperti:
a. siklus haid yang memendek atau memanjang,
b. perdarahan yang banyak atau sedikit,
6
c. perdarahan yang tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting),
d. tidak haid sama sekali.
2. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali
untuk suntikan).
3. Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelm suntikan berikutnya.
4. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering.
5. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual,
hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV.
6. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.
7. Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena terjadi kerusakan/kelainan pada
organ genetalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari
deponya (tempat suntikan).
8. Terjadi perubahan pada lipid serum pada penggunaan jangka panjang.
9. Pada penggunaan jangka panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang
(densitas).
10. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina,
menurunkan libido, gangguan emosi (jarang), sakit kepala, nervositas, jerawat
(Saifuddin, 2006: MK-42)
2.1.8 Yang Dapat Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin
1. Usia reproduksi.
2. Nulipara yang telah memiliki anak.
3. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektivitas tinggi.
4. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai. Setelah melahirkan dan
tidak menyusui.
5. Setelah abortus atau keguguran.
6. Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.
7. Perokok.
8. Tekanan darah , 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah
atau anemia bulan sabit.
9. Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturate) atau obat tuberculosis
(rifampisin).
10. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.
11. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
12. Anemia defisiensi besi.
7
13. Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan pil
kontrasepsi kombinasi (Saifuddin, 2006: MK-43)
2.1.9 Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin
1. Hamil atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7 per 100.000 kelahiran).
2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea.
4. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
5. Diabetes mellitus disertai komplikasi (Saifuddin, 2006: MK-43).
2.1.10 Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin
1. Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil
2. Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid.
3. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan saja
ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak oleh melakukan
hubungan seksual.
4. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan
kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi hormonal
sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat
segera diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya datang.
5. Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan ingin menggantinya
dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi, kontrasepsi suntikan yang akan
diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan sebelumnya.
6. Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin menggantinya dengan
kontrasepsi hormonal, suntikan pertama kontrasepsi hormonal yang akan
diberikan dapat segera diberikan, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan
pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu disuntik
setelah hari ke-7 haid, ibu tesebut selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh
melakukan hubungan seksual.
7. Ibu ingin menggantikan AKDR dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama
dapat diberikan pada hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid, asal saja yakin
ibu tersebut tidak hamil.
8. Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan tidak teratur. Suntikan pertama dapat
diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan selama 7 hari setelah
suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual (Saifuddin, 2006: MK-43-44).
8
2.1.11 Cara Penggunaan Kontrasepsi Suntikan
1. Kontrasepsi suntikan DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik
intramuskular dalam di daerah pantat. Apabila suntikan diberikan terlalu dangkal,
penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan efektif.
Suntikan diberikan setiap 90 hari. Pemberian kontrasepsi Noristerat untuk 3 injeksi
berikutnya diberikan setiap 8 minggu. Mulai dengan injeksi kelima diberikan setiap
12 minggu.
2. Bersihkan kullit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang telah dibasahi oleh
etil/isopropil alkohol 60-90%. Biarkan kulit kering sebelum disuntik. Setelah kulit
kering baru disuntik.
3. Kocok dengan baik, dan hindarkan terjadinya gelembung-gelembung udara.
Kontrasepsi suntik tidak perlu didinginkan. Bila terdapat endapan putih pada dasar
ampul, upayakan menghilangkannya dengan menghangatkannya (Saifuddin, 2006:
MK-45).
2.1.12 Informasi Lain yang Perlu Disampaikan
1. Pemberian kontrasepsi suntikan sering menimbulkan gangguan haid (amenorea).
Gangguan haid ini biasanya bersifat sementara dan sedikit sekali mengganggu
kesehatan.
2. Deapat terjadi efek samping seperti peningkatan berat badan, sakit kepala dan nyeri
payudara. Efek-efek samping ini jarang, tidak berbahaya, dan cepat hilang.
3. Karena terlambat kembalinya kesuburan, penjelasan perlu diberikan pada ibu usia
muda yang ingin menunda kehamilan, atau bagi ibu yang merencanakan kehamilan
berikutnya dalam waktu dekat.
4. Setelah suntikan dihentikan, haid tidak segera datang. Haid baru datang kembali
pada umumnya setelah 6 bulan. Selama tidak haid tersebut dapat saja terjadi
kehamilan. Bila setelah 3-6 bulan tidak juga haid, klien harus kembali ke dokter
atau tempat pelayanan kesehatan untuk dicari penyebab tidak haid tersebut.
5. Bila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang telah ditentukan, suntikan
diberikan 2 minggu sebelum jadwal. Dapat juga suntikan diberikan 2 minggu
setelah jadwal yang ditetapkan, asal saja tidak terjadi kehamilan. Klien tidak
dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari, atau menggunakan metode
kontrasepsi lainnya selama 7 hari. Bila perlu dapat juga menggunakan kontrasepsi
darurat.
6. Bila klien, misalnya, sedang menggunakan salah satu kontrasepsi suntikan dan
9
kemudian meminta untuk digantikan dengan kontrasepsi suntikan yang lain,
sebaiknya jangan dilakukan. Andaikata terpaksa juga dilakukan, kontrasepsi yang
akan diberikan tersebut diinjeksi sesuai dengan jadwal suntikan dari kontrasepsi
hormonal yang sebelumnya.
7. Bila klien lupa jadwal suntikan, suntikan dapat segera diberikan, asal saja diyakini
ibu tersebut tidak hamil (Saifuddin, 2006: MK-45)
2.1.13 Peringatan Bagi Pemakai
1. Setiap terlambat haidharus dipikirkan adanya kemungkinan kehamilan.
2. Nyeri abdomen bawah yang berat kemungkinan gejala kehamilan ektopik
terganggu.
3. Timbulnya abses atau perdarahan tempat injeksi.
4. Sakit kepala migrain, sakit kepala berulang yang berat, atau kaburnya penglihatan.
5. Perdarahan berat yang 2 kali lebih panjang dari masa haid atau minimal 2 kali lebih
banyak dalam satu periode masa haid.
Bila terjadi hal-hal yang disebutkan di atas, hubungi segera tenaga kesehatan, atau
klinik (Saifuddin, 2006: MK-46)
2.1.14 Penanganan Gangguan Haid
1. Amenorea
a. Tidak perlu dilakukan tindakan apapun. Cukup konseling saja.
b. Bila klien tidak dapat menerima kelainan tersebut, suntikan jangan
dilanjutkan. Anjurkan pemakaian jenis kontrasepsi yang lain.
2. Perdarahan
a. Perdarahan ringan atau spotting sering dijumpai, tetapi tidak berbahaya.
b. Bila perdarahan atau spotting terus berlanjut atau setelah tidak haid, namun
kemudian terjadi perdarahan, maka perlu dicari penyebab perdarahan tersebut.
Obatilah penyebab perdarahan tersebut dengan cara yang sesuai. Bila tidak
ditemukan penyebab adanya perdarahan, tanyakan apakah klien masih ingin
melanjuutkan suntikan, dan bila tidak, suntikan jangan dilanjutkan lagi, dan
carikan kontrasepsi jenis lain.
c. Bila ditemukan penyakit radang panggul atau penyakit akibat hubungan
seksual, klien perlu diberi pengobatan yang sesuai dan suntikan dapat terus
dilanjutkan.
d. Bila perdarahan banyak atau memanjang (lebih dari 8 hari) atau 2 kali lebih
banyak dari perdarahan yang biasanya dialami pada siklus haid normal,
10
jelasakan bahwa hal tersebut biasa terjadi pada bulan pertama suntikan.
e. Bila gangguan tersebut menetap, perlu dicari penyebabnya dan bila ditemukan
kelainan ginekologik, klien perlu diobati dan dirujuk.
f. Bila perdarahan yang terjadi mengancam kesehatan klien atau klien tidak dapat
menerima hal tersebut, suntikan jangan dilanjutkan lagi. Pilihlah jenis
kontrasepsi yang lain. Untuk mencegah anemia perlu diberi preparat besi dan
anjurkan mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung besi (Saifuddin,
2006: MK-47)
2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Kontrasepsi Suntik Progestin
2.2.1 Pengkajian
1. Data Subjektif
a. Biodata
Dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampai perimenopause
(Saifuddin,2006: MK-42).
Yang dapat menggunakan kontrasepsi suntikan progestin:
1) Usia reproduksi.
2) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh menggunakan
pil kontrasepsi kombinasi (Saifuddin,2006: MK-43).
2. Keluhan utama
Sering ditemukan gangguan haid, seperti:
1) Siklus haid yang memendek atau memanjang.
2) Perdarahan yang banyak atau sedikit.
3) Perdarahan yang tidak teratur atau perdarahan bercak (spotting).
4) Tidak haid sama sekali (Saifuddin,2006: MK-42)
5) Perdarahan yang tidak menentu.
6) Terjadi amenorea (tidak datang bulan) berkepanjangan (IBG Manuaba,
1998: 445)
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Yang dapat menggunakan kontrasepsi suntikan progestin:
1) Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau obat
tuberkulosis (rifampisin).
2) Anemia defisiensi besi.
3) Masalah gangguan pembekuan darah (anemia bulan sabit).
4) Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin:
11
5) Menderita kanker payudara.
6) Diabetes mellitus disertai komplikasi (Saifuddin,2006: MK-43)
7) Penyakit hati akut (virus).
8) Penyakit jantung.
9) Stroke (Saifuddin,2006: MK-47)
4. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin:
1) Riwayat kanker payudara.
2) Diabetes mellitus (Saifuddin,2006: MK-43)
6. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dalam riwayat kesehatan keluarga perlu dikaji adanya penyakit turunan
seperti hipertensi, DM, kanker / keganasan, karena bisa ada anggota keluarga
ibu yang menderita penyakit tersebut tidak menutup kemungkinan bahwa ibu
juga menderita hal yang sama. Padahal keadaan tersebut merupakan kotra
indikasi untuk pemakaian kontrasepsi suntik.
6. Riwayat Haid
Dalam riwayat haid perlu dikaji tentang siklus haid, jumlah perdarahan saat
haid, karena efek samping dari penggunaan kontrasepsi jenis suntik adalah
terjadi gangguan haid berupa spotting. Berkurangnya panjang siklus haid dan
memungkinkan juga bisa terjadi amenorrea oleh karena itu bagi ibu yang
memiliki riwayat haid yang banyak, sangat cocok bila menggunakan
kontrasepsi suntik karena mengurangi resiko terjadinya perdarahan hebat (
Hanafi, Hartanto, 2004 ; 169 )
Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin yaitu bila
mengalami perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
(Saifuddin,2006: MK-43)
7. Riwayat Kehamilan, Persalinan Dan Nifas
Yang dapat menggunakan kontrasepsi suntikan progestin:
1) Nullipara dan yang telah memiliki anak.
2) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
3) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
4) Setelah abortus atau keguguran.
5) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.
12
Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin yaitu hamil
atau dicurigai hamil (risiko cacat pada janin 7 per 100.000 kelahiran)
(Saifuddin,2006: MK-43)
8. Riwayat KB
Kontrasepsi suntik dapat digunakan oleh ibu yang tidak cocok menggunakan
kontrasepsi yang mengandung hormon esterogen seperti kontrasepsi oral,
IUD, KB sederhana, maupun metode alamiah.
9. Riwayat Ketergantungan
Perokok dapat menggunakan kontrasepsi suntikan progestin.
10. Riwayat Psikososial
Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin bila tidak dapat
menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea.
2.. Data Objektif
1. Keadaan Umum
Syarat KB suntik salah satunya adalah keadaan umum ibu harus baik, BB
sekarang juga harus dikaji dan harus dijelaskan pada ibu bahwa efek samping
dari kontrasepsi suntik adalah peningkatan BB 5 kg pada tahun pertama.
2. TTV
Jika tekanan darah <180/110 mmHg dapat menggunakan kontrasepsi suntikan
progestin (Saifuddin,2006: MK-43)
3. Anthopometri
Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering (Saifuddin,2006:
MK-42)
4. Pemeriksaan fisik
a. Kepala
Pada pemakaian jangka panjang dapat menimbulkan sakit kepala.
b. Muka
Pada pemakaian jangka panjang dapat menimbulkan jerawat (Saifuddin,2006:
MK-42)
c. Payudara
Nyeri payudara (Saifuddin,2006: MK-45)
13
d. Abdomen
Jika ada pembengkakan hati mungkin indikasi adanya penyakit hati. Rujuk ke
spesialis. Bantu calon peserta memilih metode kontrasepsi non hormonal
(Saifuddin,2006: MK-39)
e. Genetalia
Perdarahan bercak/spotting atau perdarahan sela sampai 10 hari
(Saifuddin,2006: MK-34)
2.2.2 Diagnosa Masalah Kebidanan
Diagnosa : Ny “….” Papiah umur…. Akseptor KB suntik progestin.
Masalah : - Cemas sehubungan dengan efek samping amenorhoe.
- Gangguan body image sehubungan dengan perubahan bentuk tubuh
2.2.3 Intervensi
Diagnosa : Ny “….” Papiah umur…. Akseptor KB suntik Cyclofem, keadaan
umum…, keluhan….
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 10 menit diharapkan Ibu
mantap menggunakan KB suntik.
Kriteria Hasil : - Tidak ada keluhan / efek samping yang berat.
- Ibu menggunakan kontrasepsi KB suntik kombinasi.
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan ibu tentang KB Suntik.
Rasional : Mengetahui sampai dimana pengetahuan ibu tentang KB suntik.
b. Jelaskan efek samping dan cara mengatasinya yang belum diketahui oleh ibu.
Rasional : Klien mampu mengenali efek samping dan mampu mengatasi
secara mandiri.
c. Anjurkan ibu untuk periksa apabila keluhan bertambah berat atau timbul masalah
baru.
Rasional : Deteksi adanya kelainan dan pencegahan komplikasi.
d. Beri suntikan progestin.
Rasional : Suntikan progestin mencegah terjadinya kehamilan selama 3 bulan.
e. Anjurkan ibu datang kembali suntik KB sesuai dengan jadwal yaitu 12 minggu ( 3
bulan ) kemudian.
Rasional : Jadwal penyuntikan yang terlambat dapat menyebabkan kadar
hormon dalam tubuh menurun yang memungkinkan terjadinya
kehamilan.
14
Masalah I
Cemas sehubungan dengan efek samping amenorhoe.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 10 menit diharapkan
cemas berkurang / hilang
Kriteria hasil : - Pasien dapat beradaptasi dengan keadaannya.
- Pasien lebih tenang.
Intervensi :
a. Lakukan pendekatan secara therapeutik.
Rasional : Membantu menumbuhkan kepercayaan pasien.
b. Kaji pengetahuan pasien tentang amenorhoe.
rasional : Mengetahui tingkat pengetahuan pasien.
c. Beri kesempatan pasien untuk mengungkapkan masalahnya.
Rasional : Meningkatkan harga diri pasien.
d. Jelaskan pada pasien penyebab amenorhoe.
Rasional : Penyebab amenorhoe adalah karena pengaruh dari hormon
progesteron.
e. Jelaskan pada ibu efek amenorhoe dapat mengurangi terjadinya anemia.
Rasional : Ibu memahami efek non kontraseptif dari KB suntik.
Masalah II
Gangguan body image sehubungan dengan perubahan bentuk tubuh.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 10 menit diharapkan Ibu
mampu beradaptasi dengan perubahan bentuk tubuh.
Kriteria hasil : - Pasien mampu beradaptasi
- Pasien lebih tenang
- Harga diri pasien meningkat.
Intervensi :
a. Lakukan pendekatan pada ibu dan identifikasi masalah yang dihadapi.
Rasional : Meningkatkan harga diri klien sehingga ibu mau dan mampu
mengungkapkan masalahnya.
b. Diskusikan dengan ibu tentang BB ideal ibu.
Rasional : Meningkatkan pengetahuan ibu tentang BB ideal.
c. Jelaskan pada ibu penyebab peningkatan BB.
Rasional : Mengurangi kecemasan ibu.
15
d. Anjurkan ibu ganti kontrasepsi apabila mengalami kenaikan BB yang terlalu
banyak pada tahun kedua dan seterusnya.
Rasional : Menghindari masalah perubahan bentuk tubuh.
e. Anjurkan ibu untuk beraktifitas sesuai kemampuan.
Raional : Aktifitas membantu mengurangi BB.
16
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
Tanggal pengkajian : 03 September 2019 Jam 10.00 WIB
Nomor Register : 0000434
Tempat pengkajian : RB Mutiara
A. Data Subjektif
1. Biodata
Istri Suami
Nama : Ny “ A “ Tn “ A “
Umur : 25 tahun 28 tahun
Pendidikan : SMP SLTA
Pekerjaan :- Swasta
Agama : Islam Islam
Kawin ke- :I I
Alamat : Madiun Madiun
2. Keluhan Utama
Ibu datang untuk suntik KB, ibu mengeluh tidak menstruasi selama menggunakan
KB suntik .
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular, menurun, menahun
seperti batuk lama dan keluar darah (TBC), banyak makan, banyak minum, sering
menurun, maupun menahun seperti batuk lama dan keluar darah (TBC), sesak
nafas, jantung berdebar– debar (jantung) banyak makan, banyak minum, sering
17
Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga ibu maupun suami tidak ada yang menderita penyakit menular, menurun,
menahun seperti batuk lama dan keluar darah (TBC), sesak nafas, jantung berdebar
debar (jantung), banyak makan, minum, sering kencing (Kencing manis), Tekanan
darah Tinggi (Hipertensi).
5. Riwayat Obstetri
- Haid
Ibu mengatakan haid pertama (Menarche) umur 12 tahun. Siklus haid teratur
kurang lebih 28 hari, lama kurang lebih 7 hari, ganti pembalut 2 x / hari, darah
berwarna merah segar, konsentrasi cair kadang ada gumpalan, nyeri perut ringan
pada hari pertama haid. Tidak ada perdarahan diluar siklus haid. Keputihan
beberapa hari sebelum dan setelah haid berwarna putih, kental, tidak berbau.
- Riwayat Kehamilan, Persalinan Dan Nifas Yang Lalu.
Ibu mengatakan mempunyai anak satu. Usia kehamilannya 9 bulan lebih 10 hari.
Selama hamil muda ibu mengeluh mual dan muntah yang menghilang pada usia
kehamilan 3 bulan. Ibu periksa teratur ke bidan kurang lebih 10 kali selama
kehamilan, imunisasi TT 2 kali, diberikan tablet tambah darah dan kapsul
iodium. Kelahiran ditolong oleh bidan, normal jenis kelamin laki – laki dengan
BB 2700 gram, panjang badan 48 cm, tidak ada cacat bawaan. Ibu tidak
mengalami perdarahan demam ataupun gangguan laktasi selama nifas, usia anak
sekarang 2 tahun.
7. Riwayat KB
Ibu mengatakan 6 bulan setelah kelahiran anak pertamanya langsung menggunakan
kontrasepsi suntik dan ibu mengatakan sudah ikut KB suntik selama 1 ½ tahun.
8. Pola Kebiasaan Sehari – Hari Sebelum dan Selama Menggunakan KB Suntik
- Nutrisi
Sebelum : Makan 3 x sehari porsi sedang dengan komposisi nasi, lauk pauk,
sayur serta terkadang makan buah.
Selama : Nafsu makan bertambah, makan 3 kali sehari dengan porsi lebih
banyak, dengan komposisi nasi, lauk pauk, sayur dan buah. Minum
6-8 gelas air putih per hari.
18
- Eliminasi
Sebelum : BAB 1x / hari, warna kekuningan, bau khas, konsistensi lunak,
tidak ada gangguan. BAK 4-5x / hari, warna kuning jernih, bau
khas, tidak ada keluhan nyeri saat kencing.
Selama : BAB 1x / hari, warna kekuningan, bau khas, konsistensi lunak,
tidak ada gangguan. BAK 4-5x / hari, warna kuning jernih, bau
khas, tidak ada keluhan nyeri saat kencing.
- Istirahat/Tidur
Sebelum : Tidur malam 8 jam sehari pukul 21.00-05.00 WIB, terkadang tidur
siang kurang lebih 1 jam. Tidak sering terbangun saat tidur.
Selama : Tidur malam 8 jam sehari pukul 21.00-05.00 WIB, terkadang tidur
siang kurang lebih 1 jam. Tidak sering terbangun saat tidur.
- Aktivitas
Sebelum : Aktifitas sebagai ibu rumah tangga seperti memasak, menyapu,
mengepel, mencuci serta mengasuh anak.
Selama : Aktifitas sebagai ibu rumah tangga seperti memasak, menyapu,
mengepel, mencuci serta mengasuh anak.
- Personal Hygiene
Sebelum : Mandi 2x/ hari, gosok gigi 2x/ hari, keramas 2x/ minggu, ganti baju
2x/ hari.
Selama : Mandi 2x/ hari, gosok gigi 2x/ hari, keramas 2x/ minggu, ganti baju
2x/ hari.
9. Latar Belakang Budaya
Ibu terkadang minum jamu. Di lingkungan masyarakat, kontrasepsi suntik
diperbolehkan.
10. Keadaan Psikososial Dan Spiritual
Ibu mengatakan khawatir karena tidak pernah mendapat menstruasi sejak
menggunakan KB suntik dan ibu juga mengatakan takut kalau berat badannya naik
terus. Ibu seorang pemeluk agama Islam dan menjalankan sholat 5 waktu.
B. DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum baik.
Kesadaran compos mentis.
19
2. TTV
T : 120 / 80 mmHg
N : 84 x / menit
S : 36,5 0C
R : 20 x / menit
3. Anthopometri
BB sebelumnya : 46 kg
BB sekarang : 50 kg
TB : 153 cm
Lila : 24 cm
4. Pemeriksaan Fisik
- Kepala
* Inspeksi : Rambut bersih, kulit kepala bersih, tidak ada luka, rambut
tidak rontok.
* Palpasi : Tidak ada benjolan abnormal, tidak ada nyeri tekan.
- Muka:
* Inspeksi : simetris, tidak pucat, tidak oedema, tidak ada cloasma
gravidarum.
* Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
- Mata
* Inspeksi : Simetris, konjungtiva merah muda, sklera putih,
pandangan tidak kabur.
- Hidung
* Inspeksi : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada polip.
* Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
- Telinga
* Inspeksi : Simetris, bersih, tidak ada serumen
* Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
- Mulut dan gigi
* Inspeksi : Mukosa mulut dan bibir tidak kering, tidak pucat, lidah
bersih, tidak ada caries gigi.
- Leher
* Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, dan tidak ada
pembendungan vena jugularis.
20
- Dada
* Inspeksi : Payudara simetris, tidak ada hiperpigmentasi areola
mammae dan papila mammae.
* Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada benjolan abnormal.
* Auskultasi : Bunyi jantung normal, whezing (–), ronki (–)
* Perkusi : Normal
- Abdomen
* Inspeksi : Tidak ada pembesaran perut, tidak ada strie gravidarum.
* Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
* Auskultasi : Bunyi tymphani
* Perkusi : Perut tidak kembung
- Genetalia
* Inspeksi : bersih, vulva lochea rubra, odema (–) tidak ada varices,
terdapat luka jahitan pada perinium, kondisi baik.
* Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar bartholini dan tidak ada
jaringan parut.
- Anus
* Inspeksi : bersih, tidak ada varices dan haemoroid.
- Ekstrimitas
* Ekstrimitas Atas : tidak oedem, bentuk normal, tidak ada kelainan,
tidak ada keterlambatan gerak.
* Ekstrimitas Bawah: tidak oedema, bentuk normal, tidak ada varices,
reflek patella +/+ tidak ada keterbatasan gerak, akral normal.
21
3.2 Identifikasi Diagnosa Dan Masalah
Diagnosa : Ny ”E” P10001 umur 25 tahun, akseptor KB suntik progestin, keluhan
amenorhoe, keadaan umum baik.
DS : - Ibu mengatakan mempunyai seorang anak.
- Ibu mengatakan sudah menjadi akseptor KB suntik selama 1 tahun.
- Ibu mengatakan selama menggunakan KB suntik 3 bulan tidak pernah
menstruasi.
DO : - TTV
T : 120 / 80 mmHg
N : 84 x / menit
S : 36,5 0C
R : 20 x / menit
- TB :150 cm
BB : 50 kg
- Suntik KB progestin
- Tidak menderita penyakit yang menjadi kontraindikasi suntik 3 bulan
yang ditandai pemeriksaan fisik normal seperti tidak ada sekret, leher
tidak ada pembesaran vena jugularis, pengembangan dada saat
bernapas normal, napas teratur, payudara simetris, tidak ada
hiperpigmentasi areola mammae dan papila mammae, tidak ada nyeri
tekan pada payudara, tidak ada benjolan abnormal pada payudara,
tidak ada suara napas tambahan, tidak ada pembesaran jantung, tidak
ada tanda-tanda kehamilan pada perut (pembesaran perut dan strie
gravidarum), tidak ada condilomatalata/acuminata pada genetalia, tidak
ada nyeri tekan pada kelenjar skene dan bartholini, ekstremitas tidak
ada varises, tidak ada oedem pada tungkai.
Masalah I
Diagnosa : Cemas sehubungan dengan efek samping amenorhoe.
DS : - Ibu mengatakan kurang lebih 1 tahun menggunakan KB suntik 3 bulan
dan selama itu pula ibu tidak menstruasi.
- Ibu mengatakan khawatir karena tidak menstruasi.
DO : - Suntik KB progestin kurang lebih 1 tahun.
- Wajah cemberut
22
- Saat pengkajian ibu sering mengganti posisi duduk
Masalah II
Diagnosa : Gangguan body image sehubungan dengan perubahan bentuk tubuh.
DS : - Ibu mengatakan nafsu makannya meningkat.
DO : - Ibu tidak nyaman setelah melihat hasil penimbangan
- BB sekarang : 50 kg
- BB sebelum : 46 kg
- Akseptor KB suntik Progestin selama 1 tahun
3.3 Intervensi
Tanggal 13 Juli 2019 jam 10.00 WIB
Diagnosa : Ny ”P” P10001 umur 25 tahun, akseptor KB suntik progestin, keadaan
umum baik, keluhan amenorhoe.
Tujuan : Setelah dilakukan asuham kebidanan selama 10 menit diharapkan
klien mampu beradaptasi dengan keluhannya.
Kriteria hasil : - Mampu mengatasi efek samping secara sederhana.
- Keluhan tidak bertambah berat.
Intervensi :
a. Kaji pengetahuan ibu tentang KB Suntik.
Rasional : Mengetahui sampai dimana pengetahuan ibu tentang KB suntik.
b. Jelaskan efek samping dan cara mengatasinya yang belum diketahui oleh ibu.
Rasional : Klien mampu mengenali efek samping dan mampu mengatasi
secara mandiri.
c. Anjurkan ibu untuk periksa apabila keluhan bertambah berat atau timbul masalah
baru.
Rasional : Deteksi adanya kelainan dan pencegahan komplikasi.
d. Beri suntikan progestin.
Rasional : Suntikan progestin mencegah terjadinya kehamilan selama 3 bulan.
e. Anjurkan ibu datang kembali suntik KB sesuai dengan jadwal yaitu 12 minggu ( 3
bulan ) kemudian.
Rasional : Jadwal penyuntikan yang terlambat dapat menyebabkan kadar
hormon dalam tubuh menurun yang memungkinkan terjadinya
kehamilan.
23
Masalah I
Cemas sehubungan dengan efek samping amenorhoe.
Tujuan : Setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 10 menit diharapkan
cemas berkurang / hilang
Kriteria hasil : - Pasien dapat beradaptasi dengan keadaannya.
- Pasien lebih tenang.
Intervensi :
a. Lakukan pendekatan secara therapeutik.
Rasional : Membantu menumbuhkan kepercayaan pasien.
b. Kaji pengetahuan pasien tentang amenorhoe.
Rasional : Mengetahui tingkat pengetahuan pasien.
25
e. Menganjurkan ibu datang kembali untuk suntik KB sesuai dengan jadwal yaitu 12
minggu ( 3 bulan ) kemudian.
Masalah I
a. Melakukan pendekatan secara therapeutik dengan sikap ramah, murah senyum,
percaya diri dan mempunyai rasa empati yang besar.
b. Mengkaji pengetahuan pasien tentang amenorrhoe.
Ibu mengatakan salah satu efek dari KB suntik yaitu gangguan haid sampai tidak haid
sama sekali. Namun ibu tidak tahu mengapa hal tersebut dapat terjadi.
c. Memberi kesempatan pasien untuk mengungkapkan masalahnya.
d. Menjelaskan pada pasien penyebab amenorrhoe, dimana amenorrhoe disini
disebabkan oleh hormon progestin di dalam tubuh ibu.
e. Menjelaskan pada ibu efek amenorrhoe dapat mengurangi terjadinya anemia.
Amenorrhoe disini berarti ibu mengalami flek-flek dan selama itu ibu tidak
mengeluarkan darah banyak mengandung hemoglobin dan tidak keluarnya
hemoglobin berarti mencegah terjadinya anemia.
Masalah II
a. Melakukan pendekatan pada ibu dan identifikasi masalah yang dihadapi.
b.Mendiskusikan dengan ibu tentang BB ideal ibu yaitu :
= ( TB – 100 ) – 10 % ( TB – 100 )
= ( 153 – 100 ) – 10 % ( 153 – 100 )
= 53 – 5,3
= 47,7 kg
c. Menjelaskan pada ibu penyebab peningkatan BB
Suntikan progestin menyebabkan efek anabolik.
d. Menganjurkan ibu untuk beraktifitas.
e. Menganjurkan ibu untuk mengatur diet sehari – hari.
3.5 Evaluasi
Tanggal 13 Juli 2019 jam 10.30 WIB
Diagnosa :
S : Ibu mengatakan mengerti tentang penjelasan yang diberikan.
O : - Injeksi progestin.
- Ibu mampu menjelaskan kembali keterangan yang diberikan secara
sederhana.
A : Klien mantap menjadi akseptor KB suntik.
26
P : 3 bulan saat kontrol ( Tanggal 05 Oktober 2009 ).
- Berikan suntikan progestin.
- Evaluasi efek samping.
- Rencanakan pap smear.
Masalah I
S : Ibu mengatakan kecemasan berkurang.
O : Wajah ibu sudah tidak cemberut lagi dan lebih tenang.
A : Klien mantap menjadi akseptor KB suntik progestin.
P : 3 bulan saat kontrol ( Tanggal 05 Oktober 2009 )
- Kaji pengetahuan ibu tentang amenorrhoe.
- Evaluasi efek samping amenorrhoe.
Masalah II
S : Ibu mengatakan mengerti penjelasan yang diberikan.
O : BB meningkat 4 kg selama 1 tahun pemakaian KB suntik.
BB sekarang 50 kg, BB sebelumnya 46 kg.
A : Dampak psikologis dari peningkatan BB dapat berkurang.
P : - Observasi peningkatan BB pada kunjungan berikutnya.
- Rencanakan ganti cara KB bila peningkatan BB terus bertambah dan tidak
stabil
27
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Ny “E” berumur 25 thn, berarti masih mempunyai kriteria untuk menggunakan
kontrasepsi suntik progentin. Amenorrhoe selama ikut KB suntik yang merupakan hal
fisiologis dalam penggunaan KB suntik. Ibu sedang tidak menderita penyakit yang
merupakan kontraindikasi untuk pemakaian kontrasepsi suntik. Dalam riwayat
kesehatan keluarga tidak ada yang menderita penyakit menurun dan menular dan
penyakit yang merupakan kontraindikasi untuk pemakaian kontrasepsi suntik. Ibu telah
mempunyai anak sehingga diperbolehkan menggunakan KB suntik. Dilihat dari
keadaan umum, TTV, pemeriksan fisik dan pemeriksaan penunjang ibu diperbolehkan
memakai KB suntik.
Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan mengacu pada perencanaan yang telah
dibuat. Evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui seberapa jauh tindakan
yang kita lakukan memenuhi kriteria hasil dan evaluasi yang digunakan menggunakan
metode SOAP.
4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan ilmu
pengetahuannya tentang kontrasepsi suntik sehingga mampu memberikan asuhan
kebidanan pada pasien KB.
28
DAFTAR PUSTAKA
29