Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alokasi Waktu Kerja

Menurut Syukur (1988), waktu sebagai sumberdaya ekonomi rumah tangga petani
dapat dialokasikan pada kegiatan yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. kegiatan yang menghasilkan pendapatan
2. kegiatan yang tidak menghasilkan pendapatan
3. santai (leisure) dan
4. waktu yang dicurahkan untuk mendapat ketrampilan.
Jumlah jam kerja yang dicurahkan pada suatu kegiatan dipengaruhi oleh
produktivitas tenaga kerja pada kegiatan tersebut, artinya semakin tinggi
produktivitas tenaga kerja mendorong orang untuk mencurahkan waktu kerja lebih
lama. Namun dalam kenyataannya, perilaku pekerja dalam mengalokasikan waktu
kerja tidak hanya dipengaruhi produktivitas tenaga kerja, tetapi dipengaruhi juga oleh
peubah-peubah sosial ekonomi antara lain : struktur pasar tenaga kerja, ketersediaan
kesempatan kerja, karakteristik demografi rumah tangga, tingkat ketrampilan,
pengalaman kerja dan penguasaaan/pemilikan atas faktor-faktor produksi.
Sumaryanto (1988), mengemukakan bahwa curahan waktu kerja dari rumah
tangga petani dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi dan non ekonomi. Faktor-
faktor yang berpengaruh nyata dalam penawaran tenaga kerja ke usahatani padi
dipengaruhi oleh luas lahan garapan, tingkat upah riil, pendapatan luar usahatani,
status garapan, faktor kelembagaan hubngan kerja dan kondisi agroekosistem.
Sementara itu curahan waktu kerja rumah tangga ke sektor luar pertanian dipengaruhi
oleh tingkat upah pada kegiatan luar pertanian, dan pendapatan bersih dari sektor
pertanaian.
Menurut Baruwadi (2008), Alokasi waktu kerja merupakan curahan waktu kerja
oleh petani dan keluarga dalam kegiatan produktif pada sebuah usahatani, yaitu
usahatani tahunan, usahatani tanaman pangan, beternak, buruh tani dan kegiatan lain

5
di luar sektor pertanian. Sedangkan menurut Chamdi (2004), dalam Mastuti (2009),
alokasi waktu kerja adalah proporsi kerja yang dilakukan tenaga kerja baik untuk
rumah tangga, sosial, maupun untuk urusan mencari nafkah, yang dianalisis melalui
nilai waktu dan dihitung dengan melihat banyaknya waktu yang dicurahkan.
Curahan waktu kerja pada usahatani padi menurut Fahmi (2009), merupakan
jumlah jam kerja yang dicurahkan anggota rumah tangga pada usahatani padi.
Curahan kerja pada usahatani padi dibagi menjadi curahan kerja suami dan curahan
kerja istri. Curahan kerja suami pada usahatani padi dipengaruhi oleh curahan kerja
suami pada non usahatani, tenaga kerja luar keluarga, luas lahan, dan pendidikan
suami. Curahan kerja istri pada usahatani padi dipengaruhi oleh curahan kerja istri
pada non usahatani yang meliputi, tenaga kerja luar keluarga, luas lahan, jumlah anak
balita.
Alokasi waktu kerja untuk usahatani padi sawah berhubungan dengan kegiatan
yang dimulai dari pengolahan tanah sampai panen. Jumlah alokasi waktu kerja yang
dicurahkan pada setiap kegiatan pada usahatani padi sawah maupun luar usahatani
padi sawah dapat dilakukan perbandingan dengan potensi tenaga kerja produktif
yang tersedia pada setiap kepala keluarga. Waktu kerja itu sendiri berkaitan dengan
tenaga kerja baik itu tenaga kerja dalam keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga.
Berbicara masalah tenaga kerja Daniel (2004), mengemukakan di Indonesia dan
juga sebagian besar negara-negara berkembang termasuk negara maju pada mulanya
merupakan tenaga yang dicurahkan untuk usahataninya sendiri atau usahatani
keluarga. Keadaan ini berkembang dengan semakin meningkatnya kebutuhan
manusia dan semakin majunya usaha pertanian, sehingga dibutuhkan tenaga kerja
dari luar keluarga yang khusus dibayar sebagai tenaga kerja upahan. Usahatani
keluarga yang berbasis dengan usahatani padi sawah digerakan dan dikelola di bawah
pimpinan sang ayah. Kepala keluarga bertindak sebagai manajer usahatani keluarga.
Selain itu beberapa kasus yang ditemui ada juga sang ibu yang lebih berperan dalam
mengambil keputusan.

6
Menurut Sitorus (2008), curahan tenaga kerja yang diberikan pada usahatani
keluarga adalah curahan waktu untuk kegiatan penyemaian, persiapan lahan,
penanaman, pengaturan air, pemeliharaan dan panen. Tahapan kegiatan bercocok
tanam yang baik sangat diperlukan untuk mendapatkan produksi yang sesuai dengan
harapan. Curahan tenaga kerja juga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti
yang dikatakan oleh Suratiyah (2006), faktor-faktor tersebut terdiri atas faktor alam
yang meliputi curah hujan, iklim, kesuburan, jenis tanah, dan topografi. Faktor jenis
lahan yang meliputi sawah, tegal, dan pekarangan, serta luas, letak dan
penyebarannya. Faktor-faktor tersebut menyebabkan adanya perbedaan kesibukan
tenaga kerja, misalnya yang terjadi pada usahatani lahan kering yang benar-benar
hanyapada musim hujan. Sebaliknya pada musim kemarau akan mempunyai waktu
luang sangat banyak karena lahannya tidak dapat ditanami. Pada lahan sawah
beririgasi, petani akan sibuk sepanjang tahun karena air bukan merupakan kendala
bagi usahataninya.
Pada dasarnya peningkatan tenaga kerja dapat dikategorikan dalam dua bentuk,
pernyataan ini dikemukakan oleh Simanjuntak dalam Kaslan (1982), yaitu:
1. Intensitas tenaga kerja yang tidak mempengaruhi produksi, justru mengurangi
hasil bersih.
2. Peningkatan intensitas penggunaan tenaga kerja yang sejajar dengan peningkatan
produksi.
Lamanya waktu kerja dipengaruhi oleh seseorang tersebut. Seseorang yang tidak
dalam keadaan cacat atau sakit secara normal mempunyai kemampuan untuk bekerja.
Selain itu, juga dipengaruhi oleh keadaan iklim suatu tempat tertentu. Misalnya,
wilayah tropis seperti Indonesia, untuk melakukan aktivitas lapangan seperti petani
tidak dapat bertahan lama karena cuaca panas.
Menurut Hernanto (1995), satuan yang umum dipakai untuk mengukur tenaga
kerja adalah :

7
a) Jumlah dan hari kerja total
Ukuran ini digunakan untuk menghitung seluruh pencurahan kerja sejak
persiapan lahan sampai panen. Dapat saja menggunakan inventarisasi jam kerja (1
hari = 7 jam kerja) lalu dijadikan hari kerja total (HK total). Apabila terdiri dari
beberapa cabang usaha maka dihitung dengan menjumlahkan setiap cabang yang
diusahakan.
b) Jumlah setara pria (Men Equivalen)
Jumlah kerja yang dicurahkan untuk seluruh proses produksi diukur dengan
ukuran hari kerja pria. Ini berarti harus menggunakan konvensi berdasar upah, untuk
pria dinilai HK pria, wanita 0,8 HK, ternak 2 HK dan seterusnya, sebagaimana telah
diuraikan terdahulu.

2.2 Tenaga Kerja dalam Keluarga dan dari Luar Keluarga


Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahatani, hal ini dikemukakan
oleh Suratiyah (2006), yang menyatakan bahwa tenaga kerja adalah salah satu unsur
penentu, terutama bagi usahatani yang sangat tergantung musim. Kelangkaan tenaga
kerja berakibat mundurnya penanaman sehingga berpengaruh pada tumbuhan
tanaman, produktivitas dan kualitas produk. Rumah tangga tani yang umumnya
sangat terbatas kemampuanya dari segi modal, peranan tenaga kerja keluarga sangat
menentukan. Jika masih dapat di selesaikan oleh tenaga kerja keluarga sendiri maka
tidak perlu mengupah tenaga luar, yang berarti menghemat biaya.
Tenaga kerja seseorang dipengaruhi oleh umur, pendidikan, keterampilan,
pengalaman dan tingkat kesehatan dan dapat dibedakan atas tenaga kerja pria, tenaga
kerja wanita, tenaga kerja anak-anak, tenaga kerja hewan dan tenaga kerja mesin atau
mekanik. Tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak dapat mengerjakan semua jenis
pekerjaan usahatani berdasarkan tingkat kemampuannya. Sedangkan tenaga kerja
hewan dan mesin hanya dapat digunakan pada proses pengolahan tanah dan untuk
angkutan, juga untuk pemupukan, pemberian obat, penanaman serta panen. Tenaga

8
kerja mesin ini bersifat substitusi karena merupakan tenaga pengganti ternak atau
manusia.
Menurut Hernanto (1995), ada ahli usahatani yang mengkonversikan tenaga kerja
pria berdasarkan upah yang diterima. Ukuran ini dapat disebut rasional dan banyak
digunakan. Meskipun dasar upah itu sendiri masih harus dipersoalkan.
Tohir (1983), mengatakan bahwa dalam usahatani sering ditemui istilah intensif
dan ekstensif yang tidak mudah untuk menetukan perbedaannya karena tidak
memiliki sifat yang mutlak. Usahatani dikatakan intensif jika menggunakan banyak
tenaga kerja dan atau modal per satuan luas. Sedangkan jika dikatakan ekstensif jika
usahatani tersebut tidak banyak menggunakan tenaga kerja dan atau modal.
Pengertian intensif dan ekstensif tidak ada hubungannya dengan perluasan lahan
karena dengan memperluas lahan maka seseorang dapat mengusahakanya secara
intensif maupun ekstensif. Usahatani Indonesia pada umumnya dari segi tenaga kerja
bukan merupakan usahatani keluarga yang murni, betapa pun kecilnya usahatani
tersebut, pasti menggunakan tenaga kerja luar keluarga. Bahkan kadang kala pada
usahatani padi sawah penggunaan tenaga kerja luar lebih besar dari tenaga kerja
keluarga. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya waktu, misalnya pada kegiatan tanam,
penyiangan, dan panen.

2.2.1 Tenaga Kerja Dalam Keluarga


Petani sebagai anggota masyarakat yang hidup dalam suatu ikatan keluarga
akan selalu berusaha memenuhi kebutuhan keluarganya. Disamping itu, petani juga
harus berusaha memenuhi kebutuhan masyarakat atas diri dan keluarganya.
Sebaliknya, petani juga membutuhkan bantuan masyarakat disekelilingnya. Peranan
anggota keluarga yang lain adalah sebagai tenaga kerja di samping juga tenaga luar
yang diupah. Banyak sedikitnya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam usahatani
berbeda-beda tergantung pada jenis tanaman yang diusahakan. Banyak sedikitnya
tenag luar yang dipergunakan tergantug pada dana yang tersedia untuk membiayai
tenaga luar tersebut. Besar kecilnya kebutuhan bantuan terhadap masyarakat

9
disekelilingnya tergantug pada teknologi yang digunakan dan sifat masyarakat
setempat. Tenaga kerja dalam usahatani memiliki karakteristik yang sangat berbeda
dengan tenaga kerja dalam usaha bidang lain yang bukan pertanian.
Menurut Hernanto (1995), potensi tenaga kerja keluarga petani adalah jumlah
tenaga kerja potensial yang tersedia pada satu keluarga petani. Dengan demikian,
semua jenis tenaga kerja yaitu pria, wanita, anak-anak, ternak dan mekanik yang
dimiliki dihitung. Tenaga kerja pria umumnya dapat mengerjakan semua pekerjaan
dalam usahatani begitu juga dengan tenaga kerja wanita. Akan tetapi pada umumnya
tenaga kerja wanita untuk menanam, memelihara tanaman dan panen. Sedangkan
tenaga kerja anak-anak itu hanya membantu pekerjaan tenaga kerja pria dan wanita.
Tenaga kerja dalam keluarga pada umumnya oleh para petani tidak di perhitungkan
dan sulit pengukuran penggunaanya. Akan tetapi kebutuhan tenaga kerja dalam
maupun luar keluarga tergantung dari tiap-tiap kegiatan usahatani. Upah tenaga kerja
dalam keluarga diperoleh dari hasil perkalian antara upah minimum regional (UMR)
dengan jumlah HKSP.

2.2.2 Tenaga Kerja Luar Keluarga

Banyak sedikitnya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam usahatani tergantung


pada jenis tanaman ataupun komoditi yang di usahakan. Menurut Suratiyah (2006),
peranan anggota keluarga yang lain adalah sebagai tenaga kerja disamping juga
tenaga luar yang diupah. Banyak atau sedikitnya tenaga luar yang dipergunakan
tergantung pada dana yang tersedia. Namun ada beberapa hal yang dapat
membedakan antara tenaga kerja luar keluarga dan tenaga kerja dalam keluarga
antara lain adalah komposisi menurut umur, jenis kelamin, kualitas dan kegiatan kerja
(prestasi kerja). Kegiatan kerja tenaga luar keluarga sangat dipengaruhi oleh sistem
upah, lamanya waktu kerja, kehidupan sehari-hari, kecakapan, dan umur tenaga kerja.
Umur seorang tenaga kerja menentukan prestasi kerja atu kinerja orang tersebut.
Semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin

10
menurun pula prestasinya. Namun dalam hal tanggung jawab semakin tua umur
tenaga kerja tidak akan berpengaruh karena justru semakin berpelangaman.
Sementara untuk tenaga kerja keluarga karena tidak diupah, tingginya prestasi kerja
dipengaruhi oleh yang paling utama yaitu besarnya kebutuhan keluarga disamping
faktor-fakor yang lain.
Adapun menurut Hernanto (1995), tenaga kerja luar keluarga dapat diperoleh
dengan beberapa cara, antara lain :

1. Upahan
Tenaga upahan itu bervariasi, dari satu tempat ke tempat lainnya. Upah umumnya
tidak rasional karena daya mampu tidak diukur secara jelas, tetapi dihitung sama
untuk setiap tenaga kerja. Upah untuk pria berbeda dengan wanita maupun anak-
anak. Upah tenaga kerja ini berbeda untuk satu dan lain pekerjaan. Untuk ternak
biasanya berdasarkan hari kerja untuk satu tahapan pekerjaan. Upah ini
diperhitungkan untuk sepasang ternak dan tenaga operatornya. Sedangkan tenaga
mekanik hampir sama dengan tenaga ternak tersebut. Pembayaran upah itu dapat
berupa harian, mingguan atau setelah seusai pekerjaan, bahkan borongan.
2. Sambatan
Tenaga kerja luar keluarga dengan sistem sambatan atau tolong menolong
diantara para petani umumnya tidak berdasarkan pertimbangan ekonomi. Sistem ini
lebih terikat dengan adat istiadat. Dengan sulitnya tenaga kerja dan kesulitan
ekonomi, sistem ini mulai ditemukan.
3. Arisan Tenaga Kerja
Arisan tenaga kerja oleh tenaga kerja luar keluarga ini menganut sistem yang
dimana setiap peserta arisan akan mengembalikan dalam bentuk tenaga kerja kepada
anggotanya.
Ada beberapa hal yang membedakan antara tenaga kerja keluarga dan tenaga
kerja luar atara lain adalah komposisi menurut umur, jenis kelamin, kualitas, dan

11
kegiatan kerja (prestasi kerja). Kegiatan kerja tenaga luar sangat dipengaruhi sistem
upah, lamanya waktu kerja, kehidupan sehari-hari, kecakapan, dan umur tenaga kerja.
1. Sistem upah
Sistem upah dibedakan menjadi 3 yaitu upah borongan, upah waktu, dan upah
premi. Masing-masing sistem tersebut akan mempengaruhi prestasi seorang tenaga
luar.
2. Upah borongan
Adalah upah yang diberikan sesuai dengan perjanjian antara pemberi kerja
dengan pekerja tanpa memperhatikan lamanya waktu kerja. Upah borongan ini
cederug membuat para pekerja untuk secepatya menyelesaikan pekerjaanya agar
segera dapat mengerjakan pekerjaan borongan lainya. Contohnya borongan
menggarap lahan sawah sebesar Rp. 150.000 per petak sawah.
3. Upah waktu
Adalah upah yang diberikan berdasarkan lamanya waktu kerja. Sistem upah
waktu kerja ini cenderung membuat pekerja untuk memperlama waktu kerja dengan
harapan mendapat upah yang semakin besar. Contohnya upah pekerja untuk
menggarap sawah sebesar Rp. 25.000/HKO. Jika dia bekerja selam lima hari maka
upah yang diterima sebesar Rp. 125.000.
4. Upah premi
Adalah upah yang diberikan dengan memperhatikan produktivitas dan prestasi
kerja. Sebagai contoh, dalam satu hari pekerja diharuskan menyelesaikan 10 unit
pekerjaan. Jika dia bisa menyelesaikan lebih dari 10 unit maka dia akan
mendapatkan upah tambahan. Sistem upah premi cenderung meningkatkan
produksivitas pekerja.
5. Lamanya waktu kerja
Lamanya waktu kerja seseorang dipengaruhi oleh seseorang tersebut. Seseorang
yang tidak dalam keadaan cacat atau sakit secara normal mempunyai kemampuan
untuk bekerja. Selain itu, juga dipengaruhi oleh keadaan iklim suatu tempat tertentu.

12
Misalnya, wilayah tropis seperti Indonesia, untuk melakukan aktivitas lapangan
seperti petani tidak dapat bertahan lama karena cuaca panas.
6. Kehidupan sehari-hari
Kehidupan sehari-hari seorang tenaga kerja dapat dilihat pada keadaan makanan/
menu dan gizi, perumahan, kesehatan, serta keadaan lingkunganya. Jika keadaanya
jelek dan tidak memenuhi persyaratan maka akan berpegaruh negatif terhadap
kinerja.
7. Kecakapan
Kecakapan seseorang menentukan kinerja seseorang, seseorang yang lebih cakap
tentu saja prestasinya lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang kurang cakap,
kecakapan ditentukan oleh pendidikan, pengetahuan, dan pengalaman.
8. Umur tenaga kerja
Umur seorang menentukan prestasi kerja atau kinerja seorang tersebut. Semakin
berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin turun pula
prastasi tenaga kerjanya. Namun dalam beberapa hal tanggung jawab semakin tua
umur tenaga kerja tidak akan berpengaruh karena justru semakin berpengalaman.
Sementara itu untuk tenaga kerja keluarga karena tidak diupah, tingginya prestasi
kerja dipengaruhi oleh yang paling utama yaitu besarnya kebutuhan keluarga
disamping faktor-faktor yang lain.
Besarnya prestasi kerja tenaga keluarga dipengaruhi oleh perbandingan antara
besarnya keluarga dalam keluarga dengan jumlah tenaga kerja yang tersedia. Jika
semakin tinggi kebutuhan kelurga dengan tenaga kerja tetap maka keluarga tersebut
harus bekerja lebih lama. Dengan adanya pertambahan tenaga kerja keluarga, jumlah
jam keluarga yang dicurahkan untuk bekerja justru menunjukkan penurunan.
Kecenderungan ini disebabkan keputusan keluarga untuk bekerja, ditentukan oleh
besarnya kebutuhan keluarga. Begitu jumlah kebutuhan terpenuhi (ekuivalen 21 jam/
hari), meskipun dalam keluarga terjadi pertambahan persediaan tenaga kerja (pada
saat umur perkawinan 15 tahun), jumlah tenaga per keluarga yang dicurahkan untuk
bekerja besarnya tetap.

13
2.3 Telaah Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelitian Simanjuntak (2007), tentang curahan tenaga kerja dan
pendapatan petani DAFEP pada usahatani padi sawah di Desa Karang Anyer,
Kabupaten Simalungun bahwa tenaga kerja pria lebih banyak mencurahkan
waktunya pada kegiatan uasahatani padi sawah yaitu sebesar 54,6 HOK/Ha
sedangkan tenaga kerja wanita mencurahkan waktu kerjanya hanya sebesar 11,38
HOK/Ha.
Baruwadi (2008), meneliti alokasi waktu kerja pada usahatani kelapa di Provinsi
Gorontalo, pada penelitian ini Baruwadi (2008) mengemukakan bahwa panen kelapa
di Provinsi Gorontalo dilakukan 3-4 kali dalam setahun, dari empat wilayah sampel
alokasi waktu kerja pada usahatani kelapa yang terendah berada di Kecamatan Kabila
yaitu rata-rata 54,38 HOK per tahun dan tertinggi berada di Kecamatan Tibawa
dengan jumlah alokasi waktu kerja rata-rata pertahun adalah 99,98 HOK. Total
keseluruhan alokasi waktu yang dicurahkan oleh petani pada usahatani kelapa setiap
tahunya rata-rata 83,95 HOK pertahun. Hal ini dilakukan untuk menunjukan waktu
kerja keluarga yang dimanfaatkan dengan potensi waktu kerja tersedia dalam 1
tahun. Untuk analisis ini digunakan asumsi: HOK pria, 1 HOK wanita setara dengan
0,8 HOK pria, I HOK anak-anak setara dengan 0,5 HOK pria, hari kerja dalam
setahun 300 hari.
Harton (2010), meneliti tentang alokasi waktu tenaga kerja keluarga pada usaha
ternak kambing. Data yang diperoleh dengan survey dan wawancara mendalam serta
dianalisa dengan diskriptif dan regresi double logarithmic natural. Alokasi tenaga
kerja untuk aktivitas pertanian bagi suami, istri dan anggota keluarga lain masing-
masing 1.402,43 jam/tahun -- 421,17 jam/tahun dan 694,22 jam/tahun, sedang pada
aktivitas non pertanian masing-masing 706,49 jam/tahun -- 151,51 jam Tahun dan
408,72 jam/tahun. Berdasarkan kenyataan ini, usaha ternak kambing merupakan
alternatif untuk menyerap curahan tenaga kerja keluarga walaupun pendapatan yang
diperoleh lebih sedikit.

14
Penelitian lain dilakukan oleh Sari (2010), tentang partisipasi tenaga kerja
perempuan dalam pasar kerja semakin hari semakin menonjol. Dua penyebab
utamanya adalah desakan ekonomi dan gerakan emansipasi perempuan. Namun
demikian, karakteristik tenaga kerja perempuan berbeda dengan tenaga kerja laki-
laki, dimana tenaga kerja perempuan menghadapi kompleksitas fungsi dan peranan,
yaitu peran sebagai ibu rumah tangga (ranah domestik) dan peran sebagai tenaga
kerja yang bekerja mencari nafkah (ranah publik).

2.4 Kerangka Pikir


Petani adalah setiap orang yang melakukan usahatani sebagai mata pencaharian
pokoknya. Dalam hal ini objek yang akan diteliti adalah Usahatan padi sawah.
Usahatani padi sawah memiliki beberapa tahapan kegiatan produksi. Kegiatan
produksi ini terdiri dari pengolahan tanah, penanaman, pemupukan I,pemupukan II,
Pemupukan III, penyiangan, pengendalian hama penyakit dan panen. Delapan
tahapan proses produksi tersebut membutuhkan salah satu faktor produksi usahatani
yaitu tenaga kerja. Karena keberhasilan dari sebuah usahatani tergantung dari tenaga
kerja.
Tenaga kerja terdiri dari tenaga kerja pria, tenaga kerja wanita, tenaga kerja
anak-anak, tenaga kerja mesin dan tenaga kerja hewan. Keseluruhan tenaga kerja
tersebut berasal dari dalam dan luar keluarga. Penggunaan tenaga kerja tersebut
bervariasi, tergantung dari luas lahan. Semakin luas lahan dimiliki maka semakin
besar pula penggunaan tenaga kerja serta waktu yang dibutuhkan dalam mengelola
usahatani padi sawah. Untuk lebih jelasnya Penelitian ini dapat di lihat pada gambar 1
di bawah ini.

15
Usahatani Sumber
Padi Sawah Tenaga Kerja

Pengolahan tanah
Dalam
Keluarga
Penanaman

Pemupukan I
Curahan
Luar Tenaga
Penyiangan Keluarga Keja

Pemupukan II

Pemberantasan HP Mesin/Hewan

Pemupukan III

Panen

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

Keterangan :

: Hubungan

16
2.5 Hipotesis

Berdasarkan teori-teori di atas maka peneliti mengambil beberapa kesimpulan


sementara, yaitu :
1. Alokasi waktu kerja pada usahatani padi sawah yang terbesar berada pada
kegiatan penanaman dan panen.
2. Persentase penggunaan tenaga kerja luar keluarga pada usahatani padi sawah
lebih besar dibandingkan dengan tenaga kerja dalam keluarga.

17

Anda mungkin juga menyukai