Anda di halaman 1dari 3

TUGAS FINAL

MATA KULIAH FIQIH MUAMALAH


Tgl : 9 Juni 2018

Disusun Oleh :

RISKA NANDA 1701203010032

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2018
Soal: 10 praktek bisnis, serta hukumnya di dalam Islam, pilih salah satu praktek
yang membolehkan atau tidak boleh kaitkan ke 9 sahnya jual beli.
Jawab:

1. Jual beli ijon, menjual hasil pertanian misalnya tanaman sebelum pantas
dipanen atau dalam istilah lain adalah ijon. Jual beli seperti ini dilarang
dengan alasan masih mengandung unsur ketidak pastian karena hasil
panen belum jelas berapa banyaknya, hasil panennya baik atau tidak. Pada
kasus jual beli ijon ini tidak sesuai dengan prinsip syariah, karena
mengandung gharar atau ketidak pastian. Seperti yang di jelaskan dalam
hadits dari Ibnu Umar, “Nabi Muhammad SAW. Telah melarang menjual
buah-buahan sehingga nyata patutnya (pantas dipetik)” (H.R. Al-Bukhari).
2. Menjual sperma dari hewan jantan, yaitu mencampurkan hewan jantan
dengan betina yang kemudian disyaratkan untuk membayar. Pada praktek
bisnis ini tidak sesuai dengan prinsip syariah, ini termasuk riba karena
mengharapkan imbalan. Seperti sabda Rasulullah : “Nabi Muhammad
SAW melarang upah persetubuhan penjantan”(H.R.Muslim). Kecuali
apabila hewan jantan tersebut dipinjamkan kepada orang yang memiliki
hewan betina dalam hal ini dimaksudkan pinjam meminjam atau saling
tolong menolong. “barang siapa mencampurkan hewan penjantan dengan
bertina, kemudian pencampuran itu mendapatkan anak maka baginya
mendapatkan pahala sebanyak 70 hewan”(H.R. Ibnu Hibban).
3. Menjual suatu benda atau barang yang masih dalam proses pembelian.
Contohnya ialah, seorang A menjual motor yang belum lunas kreditnya
kepada si B, kendaraan tersebut masih menjadi milik dealer dan juga milik
si A. Jual beli seperti ini tidak sesuai dengan prinsip syariah, karena tidak
ada kejelasan barang dan ada unsur gharar. Rasulullah bersabda yang
artinya “janganlah engkau jual sesuatu yang engkau beli sebelum engkau
terima (sebelum menjadi hakmu secara penuh)” (H.R. Ahmad).
4. Menjual suatu barang kepada seorang pembeli yang akan menggunakan
untuk kejahatan atau maksiat, misalnya menjual senjata kepada perampok.
Transaksi tersebut tidak sesuai dengan prinsip syariah, karena menjual
barang yang haram atau dapat memudharatkan orang lain. Firman Allah
SWT dalam surat al maidah ayat 2 yang artinya “ dan tolong menlonglah
kamu dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa, dan janganlah kamu
tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan” (Q.S. Al-
Maidah:2)
5. Jual beli dengan cara menipu atau mengecoh, contohnya ialah bagian atas
permukaan ditampakkan barang-barang atau benda yang bagus, sedangkan
dibawahnya terisi benda yang tidak bagus atau jelek. Ini bertentanga
dengan prinsip syariah, karena mengelabui pembeli dan menjadikan
ketidakjelasan barang. “dari Abu Hurairah r.a. Bahwasanya Rasulullah
SAW, pernah melalui satu onggokan makanan yang bakal dijula, lantas
beliau memasukkan tangannya kedalam onggokan tersebut, tiba-tiba jari
beliau meraba yang basah didalamnya. Beliau mengeluarkan tangannya
yang basah itu sambil berkata apa ini? Pemilik makanan menjawab basah
karena kehujanan ya rasulullah”. Beliau bersabda lagi “ mengapa tidak
engkau taruk dibagian atas supaya dapat dilihat orang?” barang siapa yang
mengecoh berati dia bukan umatku” (H.R. Muslim)
6. Jual beli yang bertujuan menghambat penjual sehingga tidak sampai di
pasar dengan demikian penjual tidak tahu harga pasaran yang sebenarnya.
Jual beli seperti ini tidak sesuai dengan prinsip syariah, karena jual beli
dengan modus seperti itu disebut jual beli untung untungan sehingga salah
satu pihak ada yang dirugikan. Rasulullah bersabda yang artinya
“janganlah kamu menghambat orang-orang kepasar” (H.R. An- Nasa’i).
7. Jual beli janin hewan yang masih di dalam perut ibunya, karena bisa jadi
janin tersebut terlahir dalam keadaan hidup atau mati, terlahir cacat atau
sempurna, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada suatu pihak. Jual
beli seperti itu tidak sesuai syariah, karena megandung ketidakpastian atau
gharar.
8. Menjual buah yang belum masak atau dapat dimakan di pohonnya, karena
masih mentah kecuali jika bermaksud menjual sekalian dengan pohonnya
maka sah. Jika menjual buah yang belum masak atau bisa panen itu tidak
sesuai dengan prinsip syariah karena mengandung gharar.
9. Jual beli pada waktu terlarang, banyak masih di temukan praktek jual beli
saat pelaksanaan sholat jumat, sedangkan pada waktu sholat jumat tidak
boleh adanya transaksi jual beli. Jual beli pada saat sholat jumat tidak
sesuai dengan prinsip syariah karena melakukan transaksi pada waktu
terlarang dalam bermuamalah.
10. Jual beli dengan paksaan, Baiy Mulamasah yaitu jual beli dikaitkan
dengan sentuhan misalnya si penjual berkata “kapan kamu menyetnuh
baju itu maka kamu telah membelinya dariku sebesar harga yang
ditentukan oleh penjual, ini tidak sesuai dengan prinsip syariah karena ada
paksaan dari jual beli tersebut.

Anda mungkin juga menyukai