1. Devi Veronica
2. Fitria Islamia
3. Sinta Lumongga Siregar
(1801120005.P)
4. Tri Randini
5. Yosie Yosefa (1801120007.P)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur sudah sepantasnya kita panjatkan ke hadirat Tuhan yang
Maha Esa sehingga saat ini masih berkenan memberikan kepercayaan-Nya kepada
makalah mata kulia Akuntansi Topik Khusus yang berjudul Akuntansi Sumber
Daya Manusia.
Adapun makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Topik
dan pemahaman diri penyusun tentang mata kuliah ini. Demi kesempurnaannya,
penyusun selalu mengharapkan adanya saran dan masukan dari berbagai pihak.
Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah
Akuntansi Topik Khusus Bapak Baidowi Abdhie, S.E., M.P.dan kepada semua
bagi penyusun sendiri dan umumnya bagi siapa saja yang membacanya.
`Palembang
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
1. Faktorial ................................................................................... 17
2. Permutasi ................................................................................. 17
3. Kombinasi ................................................................................ 18
F. Kaidah Bayes (Teorema Bayes) .................................................... 19
i
PROBABILITAS
Contoh yang lain misalnya pada saat ini suku bunga tabugan dan
deposito di bank cukup rendah. Apakah Anda mersa tertantang untuk
berinvestasi dipasar saham? Coba lihat misalnya saja saham Bank Lippo,
pada tahun 2003 harganya hanya Rp 370 per lembar, namun pada bulan
juli 2007 sudah mencapai Rp1900 per lembar. Dalam empat tahun nilai
saham telah berkembang 313 % atau meningkat 78% pertahun. Anda
juga bisa melihat saham pada tahun 2007 yang memberikan prospek baik.
Ada lima eminten terbaik yaitu Aneka Tambang, Suryainti Permata, Bumi
Resources, Berlian Laju Tangker dan Ricky Putra Globalindo. Kelima
perusahaan tersebut memilik kinerja yang sangat baik sebagaimana
tercermin pada angka penjualan tiga tahun terakhir, margin operasi bersih,
tingkat pengembalian atas ekuitas, perputaran aktiva, dan lain-lain. Apa
keputusan Anda? Apakah Anda tetap menabung, membeli saham, atau
membeli properti Investasi
A. PENGERTIAN PROBABILITAS
Lind (2002) mendefinisikan probabilitas sebagai berikut “Probabilitas
adalah suatu ukuran tentang kemungkinan suatu peristiwa yang akan
terjadi di masa mendatang. Probabilitas dinyatakan antara 0 sampai 1
atau dalam persentase”.
Ada tiga hal penting dalam membicarakan probabilitas yaitu
percobaan (experiment), hasil (outcome), dan peristiwa (event).
Percobaan (experiment) adalah aktivitas yang melahirkan suatu
peristiwa. Contohnya saja kegiatan melempar uang koin akan melahirkan
peristiwa muncul gambar atau angka, kegiatan jual beli saham akan
melahirkan peristiwa membeli atau menjual, perubahan harga – harga
akan melahirkan inflasi dan deflasi, mahasiswa yang giat belajar akan
melahirkan prestasi yang memuaskan, sangat memuaskan atau terpuji.
Pertandingan sepak bola akan melahirkan peristiwa menang, kalah, atau
1
seri. Kegiatan-kegiatan yang melahirkan peristiwa tersebut dikenal dengan
percobaan.
Hasil (outcome) adalah suatu hasil dari percobaan.
Dari suatu percobaan akan memberikan hasil. Dari contoh kegiatan
diatas dapat diperoleh hasil berikut.
PERCOBAAN HASIL
1. muncul gambar
Kegiatan melempar uang
2. muncul angka
1. menjual saham
Kegiatan perdagangan saham
2. membeli saham
1. lulus memuaskan
1. menang
Pertandingan Sepak Bola
2. kalah
2
Pertandingan sepak bola Liverpool VS Arsenal
Percobaan / Kegiatan di Stadion Anfield, tanggal 12 Januari 2012
Liverpool Menang
Liverpool Kalah
Hasil
Seri
Liverpool Menang
Peristiwa
(a) Tingkat Inflasi dan suku bunga dalam satu tahun takwim di Indonesia
0%.
(b) Seluruh tanaman dan ternak di Indonesia mati, atau
(c) Seorang anak balita melahirkan bayi.
Probabilitas kejadian dengan nilai satu adalah peristiwa yang pasti
terjadi, misalkan sebagai berikut.
(a) Semua pasti mati
(b) Semua harga barang dan jasa pasti berubah
(c) Tidak ada kondisi manusia yang statis
3
B. PENDEKATAN PROBABILITAS
Untuk menentukan tingkat probabilitas ada tiga pendekatan yaitu
pendekatan klasik, pendekatan relatif, dan pendekatan subjektif.
1. Pendekatan Klasik
Mengasumsikan bahwa sebuah peristiwa mempunyai kesempatan
untuk terjadi yang sama besar. Probabilitas suatu peristiwa kemudian
dinyatakan sebagai rasio antara jumlah kemungkinan hasil dengan total
kemungkinan hasil ( rasio peristiwa terhadap hasil).
Probabilita
Percobaan Hasil Hasil
s
1. Muncul gambar
Kegiatan melempar
2
uang 2. Muncul angka 0,5
1. Menjual saham
Kegiatan perdagangan
2
saham 2. Membeli saham 0,5
1. Inflasi
Perubahan harga 2
2. Deflasi 0,5
1. Lulus memuaskan
2. Lulus sangat
Mahasiswa belajar 3
memuaskan
3. Lulus terpuji 0,333
4
waktu yang sama dikenal dengan peristiwa saling lepas (mutually
exclusive).
Jika pada suatu percobaan nya mempunyai hasil lebih dari satu, dan
semua hasil mempunyai probabilitas yang sama serta hanya satu
peristiwa terjadi, maka peristiwa ini disebut lengkap terbatas kolektif
(collective exhaustive). Pada Lengkap terbatas kolektif sedikitnya satu
dari seluruh hasil yang ada, pasti terjadi pada setiap percobaan atau
kegiatan yang dilakukan.
2. Pendekatan Relatif
Dari data di atas terlihat bahwa jumlah bulan inflasi ada 10, dan
jumlah bulan deflasi 2 dari total 12 bulan. Oleh sebab itu, probabilitas
terjadinya inflasi adalah =10/12 = 0,83 dan probabilitas terjadinya bulan
deflasi adalah = 2/12 = 0,17. Atau dinyatakan dalam persen, probabilitas
inflasi sebesar 83% dan probabilitas deflasi 17%.
5
Pada wisuda sarjana 2006 dari 900 mhasiswa, 520 mahasiswa lulus
dengan memuaskan, 295 lulus dengan sangat memuaskan, dan 85 lulus
dengan terpuji. Maka probabilitas lulus memuaskan adalah = 520/900 =
0,58 ; lulus dengan sangat memuaskan = 295/900 = 0,33 ; lulus dengan
terpuji = 85/900 = 0,09.
3. Pendekatan Subjektif
1. Hukum Penjumlahan
Hukum penjumlahan menghendaki peristiwa yang saling lepas
(mutually exclusive) yaitu apabila suatu peristiwa terjadi, maka peristiwa
lain tidak dapat terjadi pada saat bersamaan. Apabila kejadian menjual
6
saham P(A), maka kejadian membeli saham P(B) tidak terjadi pada waktu
bersamaan.
Jika kejadian A dan B saling lepas, hukum penjumlahan
menyatakan bahwa probabilitas suatu kejadian atau probabilitas kejadian
lain terjadi sama dengan penjumlahan probabilitas masing-masing
kejadian. Hukum tersebut dinyatakan sebagai berikut:
Contoh :
Beli saham 80
Apabila dilihat dari saham yang diperjual/belikan terdapat tiga bank yaitu:
BCA 70
BLP 80
BNI 50
7
Probabilitas BCA = P(D) = 70/200 = 0,35
Probabilitas BLP = P(E) = 80/200 = 0,40
Probabilitas BNI = P(F) = 50/200 = 0,25
Berapa probabilitas kejadian BCA P(D), atau BLP P(E) atau BNI P(F)?
P(D atau E atau F) = P(D) + P(E) + P(F) = 0,35 + 0,40 + 0,25 = 1,0
2. Peristiwa/Kejadian Bersama
Jarang sekali dalam kehidupan sehari-hari hanya terjadi satu
peristiwa. Kejadian seperti jual atau beli saja tanpa tahu apa yang dijual
dan dibeli, atau kejadian hanya jenis banknya saja BCA, BLP, atau BNI
tanpa tahu kegiatannya jarang sekali terjadi. Kegiatan jual saham pastilah
diketahui saham apa yang dijual atau beli saham. Saham apa yang dibeli.
Jadi kegiatannya sebenarnya terdiri atas dua jenis yaitu (a) kegiatan
jual saham dan (b) sahamnya adalah saham BCA.Oleh sebab itu, ada
kejadian bersama (joint event) seperti kejadian jual saham P(A) dan
sahamnya BCA P(D) atau kejadian beli P(B) dan sahamnya BCA P(D).
Probabilitas kejadian bersama dilambangkan P(AD) untuk kejadian jual
saham BCA dan P(BD) untuk kejadian beli saham BCA.
Contoh
Perusahaan Jumlah
Kegiatan
BCA (D) BLP (E) BNI (F)
Jual (A) 30 50 40 120
Beli (B) 40 30 10 80
Jumlah 70 80 50 200
8
P(AD) = 40/200 = 0,20
Pada peristiwa bersama dua atau lebih peristiwa dapat terjadi secara
bersama-sama.
A AD D
Di mana
Berapa probabilitas kejadian jual saham atau saham BCA (P(A atau D))?
= 0,80
Berapa probabilitas kejadian beli saham atau saham BNI (P(B atau F))?
P(B atau F) = P(B) + P(F) – P(BF)
= 0,40 + 0,25 – 0,05 , ingat 0,05 dari = 10/200
= 0,6
8
3. Kejadian Saling Lepas
Kejadian saling lepas terjadi apabila hanya satu dari dua atau lebih
peristiwa yang dapat terjadi. Oleh sebab itu, untuk peristiwa saling lepas,
kejadian bersama dalam suatu percobaan atau kejadian tidak ada.
Diagram Venn untuk kejadian saling lepas adalah sebagai berikut:
A D
P (AB) = 0
Perusahaan Jumlah
Kegiatan
BCA (D) BLP (E) BNI (F)
Jual (A) 30 50 40 120
Beli (B) 40 30 10 80
Jumlah 70 80 50 200
9
dilakukan hanya satu, kalau tidak jual saham, berarti beli saham atau
sebaliknya. Oleh sebab itu, hukum penjumlahan untuk peristiwa saling
lepas adalah:
P(A atau B) = P(A) + P(B) - P(AB)
= 0,6 + 0,4 – 0
=1
Probabilitas kejadian tiga saham yaitu BCA, BLP, dan BNI (PDEF)) =
0; karena kejadian untuk BCA, BLP, dan BNI saling lepas. Pada saat
bersamaan tidak mungkin orang dapat melakukan menjual saham tiga
sekaligus. Oleh sebab itu, hukum penjumlahan untuk peristiwa saling
lepas adalah:
= 0,35 + 0,40 - 0
= 0,75
4. Hukum Perkalian
Hukum perkalian menghendaki setiap peristiwa adalah independen
yaitu suatu peristiwa terjadi tanpa harus menghalangi peristiwa lain terjadi.
Peristiwa A dan B independen, apabila peristiwa A terjadi, maka tidak
menghalangi terjadinya peristiwa B. Oleh sebab itu, untuk penjumlahan
menghendaki peristiwa saling lepas, sedang untuk perkalian menghendaki
peristiwa independen.
Hukum perkalian untuk probabilitas kejadian A dan B yang saling
independen dinyatakan sebagai berikut:
P (A dan B) = P(A) x P(B)
10
(b) Melakukan tiga transaksi jual beli saham. Pada transaksi pertama,
menjual saham. Pada transaksi kedua dan ketiga, bisa menjual atau
membeli saham. Ini juga menunjukkan bahwa probabilitas pada
peristiwa kedua dan ketiga tidak dipengaruhi atau bebas dari
pengaruh peristiwa atau kejadian pertama. Inilah yang dimaksud dua
peristiwa bersifat independen.
Contoh:
Penyelesaian
1 Gambar Gambar
2 Gambar Angka
3 Angka Gambar
4 Angka Angka
Penyelesaian
11
Peristiwa Transaksi 1 Transaksi 2
1 Jual Jual
2 Jual Beli
3 Beli Jual
4 Beli Beli
5. Probabilitas Bersyarat
Probabilitas suatu peristiwa akan terjadi, dengan ketentuan peristiwa
lain telah terjadi. Hukum perkalian untuk probabilitas bersyarat bahwa
peristiwa B terjadi dengan syarat peristiwa A telah terjadi dinyatakan
sebagai berikut:
P (A dan B) = P(A) x P(A|B)
Peristiwa probabilitas bersyarat dapat dicontohkan:
Contoh
Penyelesaian
Perusahaan
Kegiatan Jumlah
BCA (D) BLP (E) BNI (F)
12
Beli (B) 40 30 10 80
Jumlah 70 80 50 200
Jumlah transaksi jual adalah 120 dan saham BCA yang dijual ada
30, maka P(D|A) = 30/120 = 0,25
Jumlah transaksi saham BCA ada 70 dan saham BCA yang terjual
ada 30, maka P(A|D) = 30/70 = 0,43
Dari nilai diatas terlihat bahwa probabilitas P(D|A) dan P(A|D) bisa
berbeda, namun juga bisa sama.
6. Peristiwa Pelengkap
B
B
AA
13
untuk membantu menggambarkan probabilitas atau probabilitas bersyarat dan
probabilitas bersama. Diagram pohon sangat berguna untuk menganalisis
keputusan-keputusan bisnis dimana terdapat tahapan-tahapan pekerjaan.
Misalnya sebagai berikut.
(P(F|B) 1X0,4X0235=0,10
0,4 BNI (P(F)) 0,25
P(B)
Tahap Tahap 2
1 Tahap 3 Tahap 4
14
4. Menghitung probabilitas bersama (joint probability) antara kejadian pertama
A dan B dengan kejadian kedua D,E,dan F. Kita bisa menghitung
prbabilitas P(D|A) atau P(E|B) secara langsung. Nilai probabilitas
keseluruhan pada tahp 4 juga harus sama dengan 1.
Melalui diagram pohon dengan mudah dapat diketahui nilai probabilitas
suatu kejadian. Probabilitas terjualnya saham BLP (P(E|A)= 0,24; probabilitas
dibelinya saham BNI (P(F|B) = 0,10 dn seterusnya.
15
E. BEBERAPA PRINSIP MENGHITUNG
Ada beberapa prinsip menghitung yang bermanfaat dalam mempelajari
probabulitas yaitu faktorial, permutasi, dan kombinasi.
1. Faktorial
Faktorial digunakan untuk mengetahui berapa bayak cara yang mungkin
dalam mengatur suatu kelompok. Contoh konvensional, apabila mempunyai tiga
bank yaitu BCS, BLP, dan BNI ada berapa cara menyusun urutan ketiga bank
tersebut?
Urutan ketiga bank adalah:
Penyelesaian:
Menyusun urutan 5 perusahaan = 5! = 5x4x3x2x1 = 120 cara
2. Permutasi
Digunakan untuk mengetahui sejumlah kemungkinan susunan jika terdapat
satu kelompok objek. Permutasi dirumuskan sebagai berikut:
𝑛!
𝑛𝑃𝑟 = (𝑛−𝑟)!
16
Di mana:
Ada berapa susunan yang munkin dari 3 bank yang ada, apabila tiap
susunan terdiri atas 2 bank?
Penyelesaian:
3. Kombinasi
Dipergunakan apabila tertarik pada beberapa cara sesuatu diambil dari
keseluruhan objek tanpa memerhatikan urutannya. Misalnya ada 10 bank dan
yang diambil hanya 3 bank, maka ada berapa kombinai bank yang dapat diambil,
tanpa memerhatikan urutan atau susunannya. Apabila dalam permutaasi
dibedakan susunan seperti BCA, BNI dengan BNI, BCA, maka dalam kombinasi
tidak dibedakan susunannya sehingga susunan BCA, BNI dianggap sama
denagn BNI, BCA.
Rumus kombinasi:
𝑛!
nCr =
𝑟!(𝑛−𝑟)!
Contoh:
Penyelesaian:
5! 5! 5.4.3!
5C2 = = = = 5.2 = 10
2!(5−2)! 2!3! 2.1.3!
17
AB AC AD AE BC
BD BE CD CE DE
Jadi ada 10 kombinasi dan probabilitas setiap kombinasi terpilih adalah 1/10.
18
Diketahui:
1. Jumlah mahasiswa yang mengikuti mata kuliah teori proababilitas
adalah 75 orang
2. P(M1), atau peluang mahasiswa adalah mahasiswa tahun ke-1
yaitu 50/75
3. P(M2), atau peluang mahasiswa adalah mahasiswa tahun ke-2
yaitu 15/75
4. P(M3), atau peluang mahasiswa adalah mahasiswa tahun ke-3
yaitu 10/75
5. P(A|M1) atau peluang mahasiswa tahun ke-1 yang mendapatkan
nilai A sebesa 10/50
6. P(A|M2) atau peluang mahasiswa tahun ke-2 yang mendapatkan
nulai A yaitu 8/15
7. P(A|M3) atau peluang mahasiswa tahun ke-3 yang mendapatkan
nulai A yaitu 5/10
a. P(A)= ∑ P(Mi)xP(A|Mi)
= (P(M1)xP(A|M1) + P(M2)xP(A|M2) + P(M3)xP(A|M3))
=(50/75X10/50 + 15/75X8/15 + 10/75X5/10)
=23/75
b. Mahasiswa tahun ke 1 bila diketauhi dia mendapatkan A
P(M1|A) = (P(M1) x P(A|M1))/P(A)
=(50/75 x 10/50)/(23/75)
=10/23
19
CONTOH SOAL
1. Suatu panah masing - masing di lepaskan / di bidikan dari dua orang
pemanah. Probabilitas bahwa anak panah pertama akan mengenai
sasaran adalah 0.5 dan Probabilitas bahwa anak panah kedua akan
mengenai sasaran adalah 0.8 berapa probabilitasnya bahwa kedua anak
panah itu akan mengenai sasaran.
Tabel
Penggolongan Petani
Kepandaian Penggunaan Pupuk Jumlah
Membaca Menggunakan Tidak Menggunakan
Pupuk (P) Pupuk (P)
Jumlah 60 40 100
Ditanyakan:
a. Peluang terjadinya seorang petani yang buta huruf atau tidak
menggunakan pupuk
20
DAFTAR PUSTAKA
iii