Anda di halaman 1dari 18

PERHITUNGAN SUARA PEMILIHAN UMUM DENGAN

MENGGUNAKAN QUICK COUNT GUNA MEMPREDIKSI HASIL


PEMILIHAN UMUM PADA PEMILIHAN PRESIDEN TAHUN 2014
Prihantini (15305141044)
Universitas Negeri Yogyakarta

Di Indonesia, pemilihan residen merupakan agenda rutin demokrasi di


Indonesia yang diadakan setiap lima tahun sekali untuk memilih pemimpin negara.
Pemilihan presiden adalah salah satu bentuk PEMILU yang dilkukan dengan cara
memberikan suara kepada calon atau kandidat pemimpin suatu daerah maupun
suatu negara. Untuk pemilihan pasangan presiden dan wakil presiden, PEMILU
dilakukan secara langsung oleh penduduk daerah administratif setempat yang
memiliki syarat serta hak memilih yang dilakukan dalam satu paket yaitu satu
pasangan kandidat. Akan tetapi, penduduk di Indonesia tidaklah sedikit sedangkan
pemungutan suara dilakukan secara langsung oleh tiap penduduk yang memiliki
hak untuk memilih, sehingga dalam melakukan proses perhitungan suara
memerlukan banyak waktu. Untuk itulah dengan adanya Perhitungan Suara Cepat
(Quick Count) merupakan salah satu metode verifikasi hasil PEMILU yang
datanya diperoleh dari sampel di lapangan yang berguna untuk memantau dan
mempercepat perhitungan suara. Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan ini
antara lain adalah untuk mengetahui langkah – langkah, cara penentuan sampel,
cara menentukan Margin of Error dalam melakukan Quick Count. kegunaan dan
manfaat Quick Count diantaranya adalah mencegah terjadinya kecurangan, untuk
itu dibutuhkan publikasi yang luas dan organisasi yang kredibel dan transparan,
mengidentifikasi terjadinya kecurangan dengan mencatat inkonsistensi antara hasil
yang didapat dengan hasil akhir yang resmi, memprediksi hasil penghitungan
suara, terutama jika hasil akhir memakan waktu lama dan dapat berpotensi pada
iklim politik yang tidak menentu dan memicu instabilitas, meningkatkan
kepercayaan terhadap proses PEMILU dan hasil akhir, melaporkan kualitas proses
PEMILU melalui data kualitaf yang diperoleh, Mendorong partisipasi masyarakat,
terutama dnagn melibatkan ratusan hingga ribuan relawan serta memperluas dan
membangun kapasitas organisasi pemantau. Dalam makalah ini, penulis
menggunakan langkah – langkah penulisan antara lain yaitu pengkajian dan
identifikasi masalah mengenai Quick Count serta tinjauan pustaka, selanjutnya
adalah pengumpulan dan pengolahan data, selanjutnya kesimpulan dan diakhiri
dengan saran.

Kata Kunci : PEMILU, Quick Count, Pemilihan Presiden, Margin of Error.

Wawasan dan Kajian MIPA-2017 3


BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara demokrasi sehingga pemilihan umum


merupakan ajang bagi rakyat untuk menyalurkan pilihannya termasuk
pemilihan presiden. Pemilihan Presiden merupakan agenda rutin demokrasi di
Indonesia yang diadakan setiap lima tahun sekali untuk memilih pemimpin
negara. Di Indonesia, saat ini PEMILU dilakukan secara langsung oleh
penduduk daerah administratif setempat yang memiliki syarat serta hak
memilih. PEMILU dilakukan satu paket untuk memilih calon presiden serta
calon wakil presiden. Diharapkan dengan adanya PEMILU ini dapat
menghasilkan pemimpin yang sesuai dengan keinginan rakyat dan berkualits
serta dapat memajukan negara. Sejauh ini perhitungan suara dalam PEMILU
dilakukan secara manual. Proses perhitungan suara awalnya dilakukan dari
tiap – tiap TPS (Tempat Pemungutan Suara), hasil perhitungan suara dari tiap
– tiap TPS di bawa ke tempat perhitungan suara keseluruhan (pusat) oleh
KPPS.
Dalam melakukan proses perhitungan suara memerlukan banyak
waktu. Proses perhitungan suara di tingkat TPS kurang lebih mencapai 1 jam,
proses rekap suara di tingkat kelurahan kurang lebih 2 hari. Dan dari sumber
saksi suara di TPS untuk lama waktu perhitungan suara dari TPS sampai
KPUD membutuhkan lama waktu 10 hari. Perhitungan suara membutuhkan
waktu yang sangat lama dan sangat tidak efisien karena jumlah suara serta
jumlah TPS yang begitu banyak.
Untuk itulah dengan adanya Perhitungan Suara Cepat (Quick Count)
merupakan salah satu metode verifikasi hasil PEMILU yang datanya
diperoleh dari sampel di lapangan yang berguna untuk memantau dan
mempercepat perhitungan suara. Quick Count merupakan sebuah proses
pengumpulan informasi oleh ratusan bahkan ribuan relawan melalui
pemantauan langsung saat pemungutan dan perhitungan di seluruh tempat
pemungutan suara (TPS) yang ada dengan menggunakan berbagai macam
formulasi statistika. Sampel tidak diperoleh dari para responden yang ditanyai
satu per stu akan tetapi sampel di dapatkan langsung menggunakan suatu
formula statistika tertentu.
Dengan adanya Quick Count saat ini memiliki manfaat yang
pentingdalam PEMILU khususnya PILPRES (Pemilihan Presiden) di negara
Indonesia.Banyak dari lembaga survey seperti LSI, LP3ES, Puskabtis,

Wawasan dan Kajian MIPA-2017 4


CIRUS, LRI dan lain – lain melakukan survey perhitungan cepat untuk
mengetahui hasil PEMILU. Tingkat kepuasan masyarakat terhadap Quick
Count ini cukup tinggi karena prosesnya yang cepat karena Quick Count tidak
menghitung semua TPS yang jumlahnya ratusan bahkan ribuan di Indonesia,
namun cukup dengan sampel TPS. Akan tetapi metode Quick Count ini
memiliki kelemahan yaitu hasil Quick Count ini bisa menjadi masalah
(perhitungan meleset jauh) bagi masyarakat jika perhitungan tidak dilakukan
dengan metodologi yang tepat serta pengorganisasian yang baik, sehingga
perlu mengambil error yang seminimal mungkin.

I.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dikemukakan, mak dapat ditentukan rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagimana langkah – langkah dalam melakukan Quick Count?
2. Bagaimana cara penentuan sampel dalam melakukan Quick Count?
3. Bagaimana perbedaan hasil Quick Count jika diambil tingkat error yang
berbeda?
4. Bagaimana cara penentuan Margin of Error dalam Quick Count?

I.3 Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan ini adalah:


1. Mengetahui langkah – langkah dalam melakukan Quick Count.
2. Mengetahui cara penentuan sampel dalam melakukan Quick Count.
3. Mengetahui perbedaan hasil Quick Count jika diambil tingkat error yang
berbeda.
4. Mengetahui cara menentukan Margin of Error dalam Quick Count.

I.4 Manfaat Penulisan

Adapun yang menjadi manfaat dalam penulisan ini adalah:


1. Sebagai bahan pembelajaran mengenai cara penentuan Quick Count dalam
mata kuliah statistika bagi kalangan mahasiswa maupun masyarakat.
2. Sebagai media penambah ilmu pengetahuan mengenai Quick Count.
3. Sebagai bahan dasar penambah pengetahuan selanjutnya bagi penulis.

Wawasan dan Kajian MIPA-2017 5


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Quick Count

Sering kali kita lihat berbagai pemberitaan Quick Count di media televisi
maupun media cetak, terutama saat PEMILU. Quick Count sendiri merupakan
salah satu metode survey yang biasanya dilakukan oleh masyarakat. Terdapat dua
jenis survey yang sering dilakukan yaitu metode Exit Polling dan Quick Count.
Quick Count sebenarnya sudah lama dikenal oleh publik dan sudah digunakan di
Indonesia mulai tahun 1997, yaitu pada saat PEMILU terakhir pada zaman
Presiden Soeharto. Akan tetapi, baru akhir – akhir ini marak dibicarakan oleh
masyarakat Indonesia, yaiu dimulai pada pemiliha presiden pada tahun 2004.
Kata ‘Quick Count’ dapat diartikan sebagai penghitungan cepat, dimana
dilakukan penghitungan hasil pemilihan umum secara cepat, lebih cepat
daripada penghitungan yang resmi dilakukan oleh Komite Pemilihan Umum
(KPU). Keabsahan Quick Count telah diakui secara luas di dunia, dan sampai
saat ini merupakan metode yang paling canggih dalam menentukan perkiraan
siapa pemenang dari suatu PEMILU, tanpa harus menghitung semua suara yang
masuk.
Menurut beberapa para ahli, kegunaan dan manfaat Quick Count
diantaranya adalah:
1. Mencegah terjadinya kecurangan, untuk itu dibutuhkan publikasi yang luas dan
organisasi yang kredibel dan transparan.
2. Mengidentifikasi terjadinya kecurangan dengan mencatat inkonsistensi antara
hasil yang didapat dengan hasil akhir yang resmi.
3. Memprediksi hasil penghitungan suara, terutama jika hasil akhir memakan waktu
lama dan dapat berpotensi pada iklim politik yang tidak menentu dan memicu
instabilitas.
4. Meningkatkan kepercayaan terhadap proses PEMILU dan hasil akhir.
5. Melaporkan kualitas proses PEMILU melalui data kualitaf yang diperoleh.
6. Mndorong partisipasi masyarakat, terutama dnagn melibatkan ratusan hingga
ribuan relawan.
7. Memperluas dan membangun kapasitas organisasi pemantau.
8. Dasar bagi aktivitas ke depan, yang tidak terkait langsung dengan PEMILU.
Dari uraian manfaat Quick Count diatas, maka sangatlah penting bagi kita
Warga Negara Indonesia yang mempunyai hak pilih untuk mempelajari dan
memahami proses Quick Count.

Wawasan dan Kajian MIPA-2017 6


II.2 PEMILU (Pemilihan Umum)

Pemilihan Umum (PEMILU) adalah proses pemilihan orang – orang


untuk mengisi jabatan – jabatan politik tertentu. Jabatan – jabatan tersebut
beraneka ragam, mulai dari presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat
pemerintahan sampai kepala desa. Pada konteks yang lebih luas, PEMILU dapat
juga berari proses pengisian jabatan- jabatan seperti ketua OSIS atau ketua kelas.
Menurut Arifin Anwar, PEMILU merupakan salah satu usaha untuk
memengaruhi rakyat secara persuasif (tidak memaksa) dengan melakukan
kegiatan retorika, public relations, komunikasi massa, lobby dan lain – lain
kegiatan. Meskipun agitasi dan propaganda di Negara demokrasi sangat dikecam,
namun dalam kampanye pemilihan umum, teknik agitasi dan teknik propaganda
banyak juga diapaki oleh para kandidat atau politikus selalu komunikator politik.
Sistem pemilihan umum pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu
berdasarkan peserta partai politik dan berdasarkan perhitungan. PEMILU
berdasarkan peserta partai politik terbagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Sistem Terbuka, yaitu pemilih mencoblos atau menconteng nama dan foto
peserta partai politik.
2. Sistem Tertutup, yaitu pemilih mencoblos atau menconteng nama partai
politik tertentu. Kedua system memiliki persamaan yaitu pemilih memilih
nama tokoh yang sama di mana tokoh – tokoh tersebut bisa bermasalah di
depan publik.

II.3 Perbedaan Quick Count dan Perhitungan KPU

Quick Count adalah proses pencatatan hasil perhitungan suara di ribuan


TPS yang dipilih secara acak maupun dengan meggunakan formulasi tertentu
(Ujiyati, 2009). Menurut Ujiyati (2009), Quick Count adalah prediksi hasil
PEMILU berdasarkan fakta bukan berdasarkan opini yang hal ini juga dijelaskan
oleh Estok et. Al (2002) yang menerangkan bahwa Quick Count atau
penghitungan suara cepat, atau dikenal sebagai Tabulasi Suara Paralel (Parallel
Vote Tabulation) merupakan salah satu metode yang berguna untuk memantau
pada hari pemungutan suara. Penghitungan suara cepat merupakan sebuah proses
pengumpulan informasi oleh ratusan bahkan ribuan relawan melalui pemantauan
langsung saat pemungutan dan penguhitungan suara di tempat pemungutan suara
yang sudh ditentukan.
Pelaksana Quick Count biasanya adalah lembaga independen yang
mempunyai kapasitas yang tinggi dalam dunia statistik. Hasil Quick Count di
Indonesia yang dilakukan oleh lembaga independen di Indonesia selama ini

Wawasan dan Kajian MIPA-2017 7


selalu memberikan hasil yang akurat, sehingga masyarakat Indonesia meyakini
seolah –olah hasil Quick Count adalah hasil serminana tabulasi KPU. Hal ini
beralasan karena berdasarkan fakta PEMILU terakhir, selisih antara hasil Quick
Count dan tabulasi KPU sangat sedikit (Suhandojo, 2008). Bisa dilihat bahwa
pada pemilihan presiden, prosentase perolehan SBY-JK di putaran pertama
berdasarkan hasil Quick Count adalah 33.20% yang diumumkan 6 Juli 2004,
yang berdasarkan perolehan hasil perhitungan KPU adalah 33.57% yang
diumumkan 26 Juli 2004.
Menurut beberapa ahli, terdapat perbedaan antara cara perhitungan Quick
Count dan perhitungan yang dilakukan oleh KPU sebagai berikut:

Tabel 1.1 Perbedaan Quick Count dan Perhitungan KPU


Proses KPU Lingkaran Survey
Penghitungan Indonesia
Suara
Jumlah TPS Semua TPS yang ada TPS yang dipilih
berdasar formula
atau random
Petugas KPU Relawan LSI
Parameter Berdasarkan rekapan data Berdasarkan data
yang telah dihitung dari TPS uang diinput oleh
melalui Kelurahan, relawan yang
Kecamatan, Kabupaten, dikirim ke server
Provinsi dan Pusat pusat
Waktu Beberapa hari bahkan 2-3 jam setelh proses
beberapa minggu setelah penghitungan suara
proses penghitungan suara selesai
selesai

Wawasan dan Kajian MIPA-2017 8


BAB III
METODE PENULISAN

III.1 Sumber Literatur dan Data


Penulis dalam karya tulis ini menggunakan library research (studi
pustaka). Library research merupakan metode penulisan dengan meggunakan
objek kajian yang berfokus pada data dan pustaka – pustaka.
III.2 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan memadukan beberapa informasi untuk
dijadikan suatu argument dan cara pandang suatu masalah, selain itu menggali
beberapa data dari sumber yang telah diketahui sehingga dapat dikatakan teknik
pengolahan data dan informasi dilakukan dengan deskriptif, dengan tulisan
bersifat desktiptif yang menggambaran tentang Quick Count.
Secara keseluruhan langkah pembuatan karya tulis ini sebagai berikut:
1. Pengkajian terhadap kondisi cara penghitungan suara sebelum –
sebelumnya tanpa menggunakan Quick Count.
2. Mengidentifikasi permasalahan yang terkait dengan bagaimana teknik
penghitungan sura tanpa adanya Quick Count.
3. Merumuskan masalah supaya permasalahan lebih focus untuk dikaji
kemudian dianalisis lebih lanjut mengenai keefektian waktu.
4. Mengumpulkan teori – teori atau materi terkait dengan focus masalah yang
diangkat sebagai referensi untuk mendukung ketepatan dan ketajaman
analisis permasalahan.
5. Menyusun metode penulisan agar karya tulis tersusun secara sistematis.
6. Menganalisis dan membahas beberapa contoh perhitungan Quick Count
serta membandingkan keakuratan dari berbagai pengambilan error.
7. Menarik kesimpulan dan saran berdasarkan rumusan masalah dan hasil
analisis pembahasan yang dilakukan.

Pengkajian dan Pengumpulan


Simpulan
Identifikasi dan Pengolahan
Masalah data

Tinjauan Pustaka Perumusan Saran


Masalah
Gambar 1. Langkah Pembuatan Karya Tulis

Wawasan dan Kajian MIPA-2017 9


BAB IV
PEMBAHASAN

IV.1 Alur Pelaksanaan Quick Count


Langkah – langkah dala pelaksanaan Quick Count menurut LSI dan JIP
(2007) adalah sebagai berikut:
1. Menentukan jumlah Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang akan diamati
lewat Quick Count.
2. Memilih TPS yang akan diamati. Terdapat beberapa metode dalam memilih
sampel TPS yang akan digunakan untuk melakukan Quick Count, dalam hal
ini penulis menggunakan metode pemilihan TPS dengan Rumus Slovin
𝑁
yaitu: 𝑛 = 1+𝑁 . Dengan keterangan:
𝑒 2
 𝑛 = Jumlah TPS sampel
 𝑁 = Jumlah TPS secara keseluruhan
 𝑒 = Nilai error yang diambil (Interval keyakinan)
3. Manajemen data (pengamatan, pencatatan dan analsa data hasil perhitungan
suara).
4. Publikasi hasil Quick Count.

IV.2 Jenis Data yang Digunakan


Menurut Ronald E. Walpole (1990), data statistik dibedakan menjadi
dua macam yaitu data kualitatif (nominal dan ordinal) dan data kuantitatif
(interval dan ratio).
Data kualitatif adalah data yang umumnya berupa data bukan angka,
sedangkan data kuantitatif adalah data yang disajikan berupa angka.
Berdasarkan dua kelompok data tersebut, data bisa dibedakan dalam empat
jenis data, yaitu:
 Nominal (apabila hanya memiliki satu kategori).
 Ordinal (data nominal tetapi mempunyai tingkatan).
 Interval (data angka yang bisa dilakukan prhitungan matematis dan
mempunyai ukuran jarak antara data satu dengan lainnya).
 Ratio (data angka yang bisa dilakukan perhitungan matematis dan
mempunyai ukuran titik 0).

IV.3 Tingkat Kesalahan (Sampling Error)


Karena dalam Qucik Count data yang digunakan adalah data sample
maka selalu terdapat kesalahan sampling error. Semakin kecil sampel yang
digunakan maka kemungkinan kesalahan error akan semakin besar. Dan

Wawasan dan Kajian MIPA-2017 10


sebaliknya, apabila sampel diperbesar maka kesalahan akan semakin kecil.
Karena sampling error menentukan derajat akurasi maka besarnya sampling
error harus ditentukan terlebih dahulu. Tujuan PEMILU untuk meramalkan
hasil perolehan suara kandidat, maka harus dibuat sampling error sekecil
mungkin sehingga nantinya hasil yang didapatkan bisa akurat dan mewakili
populasi.
Terdapat beberapa hal yang memungkinkan adanya kesalahan di
masing-masing tahapan pada pelaksanaan Quick Count diantaranya adalah:
 Kemungkinan kesalahan karena sukarelawan salah dalam
mengirim data atau kesalahan teknik statistik yang digunakan.
 Kesalahan mungkin yang lain adalah penentuan lokasi TPS
yang dijadikan sampel.
Bersadarkan dengan sampling error yaitu ketepatan/akurasi perhitungan,
maka selisih perhitungan antar kandidat juga bisa dijadikan parameter
pengambilan kesimpulan.
Tingkat toleransi menyatakan seberapa besar hasil Quick Count akan
menyimpang dari hasil sebenarnya (hasil KPU). Tingkat toleransi yang biasa
dipergunakan dalam Quick Count adalah sebesar 2%, artinya jika selisih
antara satu calon dengan calon lain kurang dari 2%, maka dimungkinkan
bahwa kesimpulan hasil Quick Count akan berbeda dengan simpulan hasil
KPU, meskipun hasil perhitungan suara antara Quick Count dan KPU tidak
berbeda jauh.

IV.4 Tingkat Kepercayaan


Tingkat kepercayaan merupakan suatu keyakinan bahwa estimasi hasil
Quick Count bisa digunakan untuk populasi. Tingkat kepercayaan yang biasa
digunakan adalah 90%, 95% atau 99%. Namun yang sering digunakan
adalah 95%. Misalkan tingkat kepercayaan 95% maka kita meyakini bahwa
hasil estimasi data sampel akan sesuai dengan hasil perhitungan populasi
sebesar 95%. Terdapat keterkaitan antara tingkat kepercayaan dengan
kenormalan data, yaitu nilai Z (nilai distribusi sampling), dimana untuk
tingkat kepercayaan 99%, 95%, 90% maka nilai Z berturut-turut adalah 1.65,
1.96 dan 2.58.

IV.5 Metode Sampling


Metode sampling adalah teknik penarikan sampel. Metode sampling
dibedakan menjadi dua kategori, yaitu probabilistic dan non-probabilistik.
Dalam hal ini, penulis menggunakan metode sampling secara random
menggunakan rumus Slovin. Jumlah anggoota sampel sering dinyatakan

Wawasan dan Kajian MIPA-2017 11


dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang diharapkan 100% mewakili
jumlah populasi adalah jumlah anggota populasi itu sendiri. Untuk jumlah
populasi yang terlalu banyak akan diambil beberapa untuk dijadikan sampel
yang harapannya sampel tersebut dapat mewakili populasi yang ada. Untuk
menentukan ukuran sampel menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:
𝑁
𝑛 = 1+𝑁 .
𝑒 2
Dengan keterangan:
 𝑛 = Jumlah TPS sampel
 𝑁 = Jumlah TPS secara keseluruhan
 𝑒 = Nilai error yang diambil (Interval keyakinan biasanya 0.05 atau
0.01)

IV.6 Perhitungan Statistika


Pada perhitungan statistika kali ini, Penulis menggunakan data pada
pemilihan umum presiden dan wakil presiden pada tahun 2014. Dengan
perencanaan pengambilan sampel sebagai berikut:
 Populasi pmilih yang tersebar di 𝑁 buah TPS dirataka menurut
provinsi. Jika provinsi ke−𝑖 mempunyai 𝑁𝑖 buah TPS, maka
𝑁 = 𝑁1 + 𝑁2 + ⋯ + 𝑁33 karena pada pemilihan umum presiden
tahun 2014 dilaksanakan serntak di 33 provinsi.
 Jika direncakan akan mengambil 𝑛 buah TPS sebagai sampel dan
sampel TPS harus tersebar di seluruh provinsi, maka 𝑛 = 𝑛1 + 𝑛2 +
⋯ + 𝑛33 dan besarnya 𝑛𝑖 harus proporsional terhadap besarnya 𝑁𝑖 .
Berikut data jumlah TPS per provinsi pada pemilihan presiden tahun 2014:
Tabel 1.2 Jumlah TPS di Indonesia tahun 2014 di Tiap Provinsi
No. Total No. Total No. Total
Provinsi TPS Provinsi TPS Provinsi TPS
1 9508 12 75151 23 8549
2 27378 13 67850 24 4166
3 11001 14 8354 25 5857
4 12166 15 75979 26 16757
5 7523 16 17693 27 4849
6 16361 17 5939 28 1932
7 4220 18 8552 29 2767
8 15010 19 9605 30 3251
9 2741 20 11703 31 2123
10 3129 21 5856 32 2614
11 12408 22 8728 33 9113
Sumber: (https://data.kpu.go.id/ss8.php)

Wawasan dan Kajian MIPA-2017 12


Berdasarkan tabel diatas, sehingga diketahui bahwa jumlah seluruh populasi
TPS (𝑁) sebanyak:
𝑁 = 𝑁1 + 𝑁2 + 𝑁3 + ⋯ + 𝑁33
𝑁 = 9508 + 27378 + 11001 + 12166 + 7523 + 16361 + 4220 +
15010 + 2741 + 3129 + 12408 + 75151 + 67850 + 8354 +
75979 + 17693 + 5939 + 8552 + 9605 + 11703 + 5856 +
8728 + 8549 + 4166 + 5857 + 16757 + 4849 + 1932 + 2767 +
3251 + 2123 + 2614 + 9113
𝑁 = 478833
Karena jumlah seluruh populasi TPS sudah diketahui, maka langkah
selanjutnya adalah menghitung prosentase TPS di masing – masing provinsi.
Berikut perhitungan prosentase TPS di masing – masing provinsi:

9508 8552
𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 1 = 478833 ∙ 100% = 2.0% 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 18 = 478833 ∙ 100% = 1.8%
27378 9605
𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 2 = 4788 33 ∙ 100% = 5.7% 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 19 = 478833 ∙ 100% = 2.0%
11001 11703
𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 3 = 478833 ∙ 100% = 2.3% 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 20 = 478833 ∙ 100% = 2.4%
12166 5856
𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 4 = ∙ 100% = 2.5% 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 21 = ∙ 100% = 1.2%
478833 478833
7523 8728
𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 5 = 478833 ∙ 100% = 1.6% 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 22 = 478833 ∙ 100% = 1.8%
16361 8549
𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 6 = 478833 ∙ 100% = 3.4% 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 23 = 478833 ∙ 100% = 1.8%
4220 4166
𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 7 = 478833 ∙ 100% = 0.9% 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 24 = 478833 ∙ 100% = 0.9%
15010 5857
𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 8 = 478833 ∙ 100% = 3.1% 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 25 = 478833 ∙ 100% = 1.2%
2741 16757
𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 9 = 478833 ∙ 100% = 0.6% 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 26 = 478833 ∙ 100% = 3.5%
3129 4849
𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 10 = 478833 ∙ 100% = 0.7% 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 27 = 478833 ∙ 100% = 1.0%
12408 1932
𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 11 = 478833 ∙ 100% = 2.6% 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 28 = 478833 ∙ 100% = 0.4%
75151 2767
𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 12 = 478833 ∙ 100% = 15.7% 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 29 = 478833 ∙ 100% = 0.6%
67850 3251
𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 13 = 478833 ∙ 100% = 14.2% 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 30 = 478833 ∙ 100% = 0.7%
8354 2123
𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 14 = 478833 ∙ 100% = 1.7% 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 31 = 478833 ∙ 100% = 0.4%
75979 2614
𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 15 = ∙ 100% = 15.9% 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 32 = ∙ 100% = 0.5%
478833 478833
17693 9113
𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 16 = 478833 ∙ 100% = 3.7% 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 33 = 478833 ∙ 100% = 1.9%
5939
𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 17 = 478833 ∙ 100% = 1.2%
Sehingga dari perhitungan diatas, dapat dibuat tabel prosentase TPS di
masing – masing provinsi adalah sebagai berikut:

Wawasan dan Kajian MIPA-2017 13


Tabel 1.3 Prosentase TPS di Indonesia tahun 2014 di Tiap Provinsi
No. Total TPS Prosentase No. Total TPS Prosentase
Provinsi (%) Provinsi (%)
1 9508 2.0 18 8552 1.8
2 27378 5.7 19 9605 2.0
3 11001 2.3 20 11703 2.4
4 12166 2.5 21 5856 1.2
5 7523 1.6 22 8728 1.8
6 16361 3.4 23 8549 1.8
7 4220 0.9 24 4166 0.9
8 15010 3.1 25 5857 1.2
9 2741 0.6 26 16757 3.5
10 3129 0.7 27 4849 1.0
11 12408 2.6 28 1932 0.4
12 75151 15.7 29 2767 0.6
13 67850 14.2 30 3251 0.7
14 8354 1.7 31 2123 0.4
15 75979 15.9 32 2614 0.5
16 17693 3.7 33 9113 1.9
17 5939 1.2

Dari hasil diatas, telah diketahui prosentase TPS di tiap – tiap provinsi.
Langkah selanjutnya adalah menentukan jumlah sampel (𝑛) yang akan
diambil. Dalam menentukan sampel, Penulis menggunakan sumus Slovin
yaitu:
𝑁
𝑛=
1+𝑁 𝑒 2
Jika diketahui jumlah Populasi Total (𝑁) = 478833 dan dengan mengambil
nilai error (e) = 0.02 yang artinya mengambil tingkat keakuratan 98%, maka
jumlah sampel yaitu:
𝑁
𝑛=
1+𝑁 𝑒 2
478833
𝑛=
1 + 478833 0.02 2
478833
𝑛=
1 + 478833 0.0004
478833
𝑛=
1 + 191.5332
478833
𝑛=
112.5332
𝒏 = 𝟒𝟐𝟓𝟓

Wawasan dan Kajian MIPA-2017 14


Dari perhitungan diatas, maka didapatkan jumlah sampel yang akan
diambil jika dihitung menurut rumus Slovin sebanyak 4255 TPS dengan
pengambilan secara random dan rata. Maka direncanakan akan mengambil
sebanyak 4255 TPS sebagai sampel dan sampel TPS harus tersebar di
seluruh provinsi dan besar 𝑛𝑖 harus proporsional terhadap besarnya 𝑁𝑖 .
Berikut akan ditentukan banyak TPS sampel di tiap-tiap provinsi:

2 1.8
𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 1 = 100 ∙ 4255 = 85 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 18 = 100 ∙ 4255 = 77
5.7 2
𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 2 = 100 ∙ 4255 = 242 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 19 = 100 ∙ 4255 = 85
2.3 2.4
𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 3 = 100 ∙ 4255 = 98 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 20 = 100 ∙ 4255 = 102
2.5 1.2
𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 4 = 100 ∙ 4255 = 106 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 21 = 100 ∙ 4255 = 51
1.6 1.8
𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 5 = 100 ∙ 4255 = 68 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 22 = 100 ∙ 4255 = 77
3.4 1.8
𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 6 = 100 ∙ 4255 = 145 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 23 = 100 ∙ 4255 = 77
0.9 0.9
𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 7 = 100 ∙ 4255 = 38 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 24 = 100 ∙ 4255 = 38
3.1 1.2
𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 8 = 100 ∙ 4255 = 132 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 25 = 100 ∙ 4255 = 51
0.6 3.5
𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 9 = 100 ∙ 4255 = 26 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 26 = 100 ∙ 4255 = 149
0.7 1
𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 10 = 100 ∙ 4255 = 30 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 27 = 100 ∙ 4255 = 42
2.6 0.4
𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 11 = 100 ∙ 4255 = 111 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 28 = 100 ∙ 4255 = 17
15.7 0.6
𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 12 = ∙ 4255 = 668 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 29 = ∙ 4255 = 26
100 100
14.2 0.7
𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 13 = ∙ 4255 = 604 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 30 = 100 ∙ 4255 = 30
100
1.7 0.4
𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 14 = 100 ∙ 4255 = 72 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 31 = 100 ∙ 4255 = 17
15.9 0.5
𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 15 = ∙ 4255 = 676 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 32 = 100 ∙ 4255 = 21
100
3.7 1.9
𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 16 = 100 ∙ 4255 = 157 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 33 = 100 ∙ 4255 = 81
1.2
𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 17 = 100 ∙ 4255 = 51
Setiap provinsi diambil sesuai dengan proporsi jumlah TPS di masing
– masing provinsinya, sesuai dengan jumlah prosentase jumlah TPS secara
keseluruhan. Jika dalam suatu provinsi TPS memiliki sebanyak 𝑎% dari
jumlah TPS keseluruhan (𝑁), maka jumlah TPS sampel adalah 𝑎% dari
jumlah TPS sampel keseluruhan (𝑛). Sehingga dari perhitungan diatas, dapat
dibuat tabel prosentase sampel TPS di masing – masing provinsi adalah
sebagai berikut:

Wawasan dan Kajian MIPA-2017 15


Tabel 1.4 Jumlah Sampel TPS di Indonesia tahun 2014 di Tiap Provinsi
No. TPS (%) No. TPS (%) No. TPS (%)
Prov Sampel Prov Sampel Prov Sampel
1 85 2.0 12 668 15.7 23 77 1.8
2 242 5.7 13 604 14.2 24 38 0.9
3 98 2.3 14 72 1.7 25 51 1.2
4 106 2.5 15 676 15.9 26 149 3.5
5 68 1.6 16 157 3.7 27 42 1.0
6 145 3.4 17 51 1.2 28 17 0.4
7 38 0.9 18 77 1.8 29 26 0.6
8 132 3.1 19 85 2.0 30 30 0.7
9 26 0.6 20 102 2.4 31 17 0.4
10 30 0.7 21 51 1.2 32 21 0.5
11 111 2.6 22 77 1.8 33 81 1.9

Setelah menentukan jumlah sampel TPS di masing – masing provinsi,


langkah selanjutnya adalah menghitung estimasi proporsi perolehan suara calon
dengan rumus sebagai berikut:
𝑚 𝑛 𝑖 𝑁𝑖
𝑖=1 𝑗 =1 𝑛 𝑦𝑖𝑗
𝑖
𝑃=
𝑚 𝑛 𝑁𝑖
𝑖=1 𝑗 =1 𝑛 𝑥𝑖𝑗
𝑖
𝑖
Dengan keterangan sebagai berikut:
𝑃 = Estimasi Proporsi Perolehan Suara Calon
𝑚 = Banyaknya jumlah provinsi
𝑖 = Indeks Provinsi
𝑗 = Indeks Nomor TPS
𝑁𝑖 = Banyaknya jumlah TPS di provinsi ke-𝑖
𝑛𝑖 = Banyaknya jumlah sampel TPS di provinsi ke-𝑖
𝑦𝑖 = Prolehan suara calon yang akan di hitung di provinsi ke-𝑖
𝑥𝑖 = Jumlah seluruh suara yang sah di provinsi ke-𝑖

Pada makalah kali ini, penulis akan menghitung proporsi suara pasangan Jokowi-
JK pada hasil rekapitulasi pemilihan presiden tahun 2014 di Indonesia. Berikut
merupakan tabel hasil rekapitulasi perolehan suara pasangan Jokowi-JK di masing
– masing Provinsi:

Wawasan dan Kajian MIPA-2017 16


Tabel 1.5 Rekapitulasi Pilpres Indonesia kategori suara Jokowi-JK tahun
2014 di Tiap Provinsi
No. Total Sampel y x No. Total Sampel y x
Prov TPS TPS Prov TPS TPS
1 9508 85 7546 15885 18 8552 77 5673 20618
2 27378 242 29402 53135 19 9605 85 12571 18991
3 11001 98 4914 19098 20 11703 102 12923 22097
4 12166 106 10396 22684 21 5856 51 5926 10432
5 7523 68 7066 14240 22 8728 77 7745 15689
6 16361 145 16465 34812 23 8549 77 9537 15178
7 4220 38 4222 8413 24 4166 38 6228 11341
8 15010 132 19624 36809 25 5857 51 6542 11879
9 2741 26 3660 5291 26 16757 149 25387 36113
10 3129 30 4703 4336 27 4849 42 5558 9967
11 14208 111 24342 44404 28 1932 17 2141 4805
12 75151 668 80688 199911 29 2767 26 3870 5187
13 67850 604 105953 161213 30 3251 30 4363 8048
14 8354 72 10267 17966 31 2123 17 1996 5093
15 75979 676 97182 183430 32 2614 21 3124 4417
16 17693 157 20872 47963 33 9113 81 14308 20909
17 5939 51 12642 17208
Sumber: (https://data.kpu.go.id/ss8.php)

Dari hasil diatas diketahui jumlah provinsi yang akan diolah sebanyak 33
provinsi yang masing- masing provinsi memiliki jumlah populasi TPS dan sampel
TPS yang berbeda – beda.
Dengan menggunakan rumus Estimasi Proporsi perolehan calon yaitu:
𝑚 𝑛 𝑖 𝑁𝑖
𝑖=1 𝑗 =1 𝑛 𝑦𝑖𝑗
𝑖
𝑃=
𝑚 𝑛 𝑖 𝑁𝑖
𝑖=1 𝑗 =1 𝑛 𝑥𝑖𝑗
𝑖
Sehingga didapatkan hasil sebagai berikut:
70545182
𝑃= = 0.5293 = 52.93%
133276625,1
Dari hasil diatas, didapatkan estimasi perolehan suara pasangan Jokowi-
JK dengan 𝑃 = 52.93% yang artinya dapat dipastikan sebanyak 98% pasangan
Jokowi-JK akan menang dalam Pemilihan Presiden, karena jumlah nilai estimasi
perolehan suara lebih dari 50% dan artinya lebih dari setengah jumlah suara secara
keseluruhan. Dapat dipastikan 98% karena error yang digunakan saat menghitung
jumlah sampel TPS yaitu 0.02 artinya tingkat keakuratan perhitungan sebanyak
98%.

Wawasan dan Kajian MIPA-2017 17


IV.7 Perhitungan Margin of Error

Margin of Error (𝑚𝑜𝑒) digunakan untuk menghitung kisaran prosentase


estimasi perolehan suara yang telah dihitung sebelumnya. 𝑀𝑜𝑒 merupakan elemen
statistic yang merepresentasikan jumlah kesalahan dalam pengambilan sampel
pada suatu survey yang digunakan untuk mengukur seberapa dekat data yang
didapat dari sampel dengan data yang ada pada populasi sesungguhnya, selain itu
𝑚𝑜𝑒 ini biasanya digunakan sebagai rentang hasil perhitungan yang sebenarnya.
Pada pengambilan tingkat kepercayaan kisaran prosentase perhitungan suara
sebesar 95%, 𝑚𝑜𝑒 dari estimasi proporsi (persentase) perolehan suara pasangan
calon yang dihitung menggunakan rumus berikut:
𝑚
1 𝑁𝑖 (𝑁𝑖 − 𝑛𝑖 )
𝑚𝑜𝑒 = 2 × 2 × 𝑆𝑖2
𝑋 𝑛𝑖
𝑖=1

Dengan 𝑆𝑖2 adalah variansi dari variable acak 𝐷𝑖 = (𝑦𝑖𝑗 − 𝑝𝑥𝑖𝑗 ) untuk provinsi ke-
𝑖, dengan 𝑚 adalah banyaknya provinsi yang akan dihitung.
Pada perhitungan estimasi proporsi suara pasangan Jokowi-JK pada
pemilihan presiden tahun 2014, nilai 𝑚𝑜𝑒 yang dihitung berdasarkan rumus diatas
yaitu 0.619% atau 0.62%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan estimasi
perolehan suara pasangan Jokowi-JK dimana 𝑝 = 52.93% dan besarnya 𝑚𝑜𝑒
sebesar 0.62%, maka kisaran presentase perolehan suara pasangan Jokowi-JK
pada perhitungan secara keseluruhan pasangan ini mendapatkan estimasi proporsi
dengan rentang antara 52.31% sampai 53.55%.

Wawasan dan Kajian MIPA-2017 18


BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Adapun yang menjadi kesimpulan dalam makalah ini adalah:
1. Quick Count adalah penghitungan cepat, dimana dilakukan
penghitungan hasil pemilihan umum secara cepat, lebih cepat daripada
penghitungan yang resmi dilakukan oleh Komite Pemilihan Umum
(KPU).
2. Pemilihan Umum (PEMILU) adalah proses pemilihan orang – orang
untuk mengisi jabatan – jabatan politik tertentu. PEMILU merupakan
salah satu usaha untuk memengaruhi rakyat secara persuasif (tidak
memaksa) dengan melakukan kegiatan retorika, public relations,
komunikasi massa, lobby dan lain – lain kegiatan.
3. Karena dalam Qucik Count data yang digunakan adalah data sample
maka selalu terdapat kesalahan sampling error. Semakin kecil sampel
yang digunakan maka kemungkinan kesalahan error akan semakin
besar. Dan sebaliknya, apabila sampel diperbesar maka kesalahan akan
semakin kecil.
4. Tingkat kepercayaan merupakan suatu keyakinan bahwa estimasi hasil
Quick Count bisa digunakan untuk populasi. Tingkat kepercayaan yang
biasa digunakan adalah 90%, 95% atau 99%.
5. Metode sampling adalah teknik penarikan sampel. Metode sampling
dibedakan menjadi dua kategori, yaitu probabilistic dan non-
probabilistik. Dalam hal ini menggunakan metode sampling secara
random yaitu dengan rumus Slovin:
𝑁
𝑛=
1+𝑁 𝑒 2
Dan rumus estimasi proporsi perolehan suara calon sebagai berikut:
𝑚 𝑛 𝑖 𝑁𝑖
𝑖=1 𝑗 =1 𝑛 𝑦𝑖𝑗
𝑖
𝑃=
𝑚 𝑛 𝑁 𝑖
𝑖=1 𝑗 =1 𝑛 𝑥𝑖𝑗
𝑖
𝑖

V.2 Saran
Adapun yang menjadi kesimpulan dalam makalah ini adalah:
1. Perlunya kajian lebih lanjut terkait Quick Count dan perlunya penerapan
uji – coba sederhana cara kerja Quick Count agar semakin efektif dalam
penerapannya tidak hanya pada pemilu tertentu.

Wawasan dan Kajian MIPA-2017 19


2. Quick Count sebaiknya diaplikasikan ke perhitungan pemilu dalam
skala kecil seperti pemilihan ketua OSIS dan lain – lain sehingga
masyarakat akan jauh familiar dengan Quick Count.

DAFTAR PUSTAKA

Budiwaskito, Raihan. 2011. Margin of Error. Bandung : Institut


Teknologi Bandung.
Estok M, Nevitte N & Cowan G. 2002. The Quick Count and Election
Observation. Washington : NDI.
Indra. 2013. Aplikasi Quick count untuk Pilkada dengan Metode
Sistematik Random Sampling Berbasis SMS. Jakarta : Universitas Budi Luhur.
Joko Sungkono dan Adiyono. 2015 Penerapan Metode Jackknife
Terhapus-1 pada Pengolahan Data Metode Quick Count.
Kismiantini. 2010. Pengumpulan Data dengan Quick Count dan Exit Poll.
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
KPU. 2014. Data Pemilih Tetap Pilpres 2014. Diakses di
https://data.kpu.go.id/ss8.php pada tanggal 14 April 2017 pukul 13.20 WIB.
Raden Putra, dkk. 2013. Aplikasi SIG untuk Penentuan Daerah Quick
Count Pemilihan Kepala Daerah (Studi Kasus : Pemilihan Walikota Cirebon 2013,
Jawa Barat ). Semarang : Universitas Diponegoro.
Suhandojo. 2008. Pembelajaran Politik Masyarakat Menggunakan
Penerapan Metode Statistika. Lampung : Universitas Lampung.
Ujiyati. 2004. Quick Count (Online).
http://www.lp3es.or.id/program/pemilu2004/QCount.htm. pada tanggal 15 April
2017 pukul 15.14 WIB.
Wagaerto, Budi Indri. 2009. Aplikasi Real Quick Count untuk
Perhitungan Cepat Pemilu dengan Menggunakan Konseptual Comprehensive
Paralel Vote Tabulation. Semarang: Universitas Dian Nuswantoro.
Walpole, Ronald E. 1990. Pengantar Statistika alih Bahasa Bambang
Sumantri. Jakarta: Gramedia.
Wirdaniyati, Sri Siska. 2013. Modul 1 Sistem Informasi Manajemen
tentang Quick Count. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.

Wawasan dan Kajian MIPA-2017 20

Anda mungkin juga menyukai