Anda di halaman 1dari 3

Epidemiologi

Gastroenteritis

2.2.1. Distribusi

a. Distribusi Berdasarkan Orang

Gastroenteritis merupakan salah satu penyakit infeksi yang terjadi diseluruh dunia.
Gastroenteritis sering terjadi pada bayi yang berumur 0-12 bulan atau dibawah satu tahun,
Kejadian gastroenteritis pada laki-laki hampir sama dengan perempuan. Gastroenteritis lebih
sering terjadi pada anak-anak dan lansia disebabkan daya tahan tubuh yang lemah dan mudah
mengalami dehidrasi. Universitas Sumatera Utara Gastroenteritis biasanya terjadi pada
masyarakat yang berpendidikan rendah dan berpendapatan rendah, hal ini dikaitkan dengan
tingkat kesehatan yang kurang.

b. Distribusi Berdasarkan Tempat

Gastroenteritis merupakan salah satu penyebab kematian bayi di daerah tropis. Di negara
yang sedang berkembang, kejadian gastroenteritis lebih tinggi pada penduduk perkotaan yang
padat dan kumuh. Sedangkan di negara maju dengan tingkat pendidikan dan kesehatan tinggi,
kejadian gastroenteritis jauh lebih rendah. Hal ini erat kaitannya dengan kurangnya
pencemaran minuman pada anak dan sebagian lagi dikarenakan faktor pencegahan
imunologik dari ASI.

c. Distribusi Berdasarkan Waktu

Di negara-negara yang beriklim empat musim, gastroenteritis yang disebabkan oleh bakteri
sering terjadi pada musim panas, sedangkan yang disebabkan oleh virus terjadi pada musim
dingin. Di Indonesia, gastroenteritis yang disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi sepanjang
tahun, dengan puncak kejadian pada pertengahan musim kemarau (Juli-Agustus), sedangkan
yang disebabkan oleh bakteri puncaknya pada pertengahan musim hujan (JanuariFebruari).

2.2.2. Frekuensi Gastroenteritis

merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi dan anak-anak di negara
berkembang. Menurut Centers of Disease and Prevention (CDC) terdapat 1,3 miliar kasus
gastroenteritis dan 3,2 juta kematian setiap tahunnya pada bayi dan balita. Secara keseluruhan
anak mengalami ratarata 3,3 kasus gastroenteritis pertahun dan terdapat lebih dari 9 episode
Universitas Sumatera Utara pertahunnya. Sekitar 80% bayi dan balita disebabkan oleh
dehidrasi sebagai akibat kehilangan cairan elektrolit melalui tinjanya. Menurut laporan
Departemen Kesehatan Indonesia setiap anak mengalami gastroenteritis (diare) 1,6-2 kali
setahun. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilaksanakan dibeberapa Propinsi di
Indonesia pada tahun 2011, melaporkan bahwa angka nasional prevalensi klinis
gastroenteritis sebesar 9,0%, dengan rentang 4,2%-18,9%. Beberapa provinsi mempunyai
prevalensi gastroenteritis diatas angka nasional (9%) di 14 provinsi, prevalensi tertinggi di
NAD sebesar 18,9% dan terendah di DI Yogyakarta sebesar 4,2%.13 Pada tahun 2010
terdapat 318 penderita gastroenteritis yang dirawat inap di RSUD Puri Husada Tembilahan
dengan dehidrasi ringan sebanyak 98 orang, dehidrasi sedang sebanyak 148 orang dan
dehidrasi berat sebanyak 72 orang.

2.2.3. Determinan

a. Penjamu

Beberapa faktor risiko pada penjamu (host) yang dapat meningkatkan kerentanan penjamu
terhadap kuman penyebab gastroenteritis antara lain :

a.1 Tidak mendapat ASI sampai usia 2 tahun. ASI mengandung antibodi yang dapat
melindungi terhadap kuman penyebab gastroenteritis.

a.2 Malnutrisi dan BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah).

Beratnya penyakit, lamanya diare dan risiko kematian karena gastroenteritis meningkat pada
bayi yang mengalami gangguan gizi dan BBLR.

a.3 Imunodefisiensi (penurunan kekebalan tubuh).

a.4 Campak ; Gastroenteritis sering terjadi dan berakibat pada bayi atau anakanak yang
sedang menderita campak dalam 4 minggu terakhir. Hal ini akibat penurunan kekebalan
tubuh penderita.

b. Agen (Agent)

Penyakit gastroenteritis dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

b.1 Faktor infeksi

Agent penyebab infeksi saluran pencernaan (gastroenteritis) meliputi : Bakteri : Escherchia


coli, Salmonella typhi, Salmonella paratyphi, Shigella dysentrie, Shigella flexneri, Vibrio
cholera, Vibrio eltor, Vibrio parahemolyticus, Clostridium perfringens, Campilobacter
staphylococcus sp, Coccidiosis. Virus : Rotavirus, Norwalkvirus, Adenovirus, dan Norovirus.
Parasit dan protozoa : Entamoeba histolitica, Giardia lamblia, Taenia solium, Taenia saginata,
Oxyorus vermicularis, S. srercoralis. Jamur : Candidiasis, Candida albicans, Zygomycosis,
dan Coccidio idomycosis.

b.2 Faktor non infeksi

b.2.1 Faktor malabsorbsi.

Faktor malabsorbsi seperti : malabsorbsi karbohidrat, disakarida (intoleransi laktosa, maltosa


dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa), malabsorbsi lemak,
malabsorbsi protein. Pada bayi dan anak-anak adalah intoleransi laktosa.

b. Faktor makanan. Universitas Sumatera Utara seperti makanan basi / yang tercemar,
makanan laut yang terkontaminasi dengan racun kimia, makanan beracun, dan alergi
makanan.

1c. Efek samping penggunaan obat. misalnya obat antasid yang mengandung magnesium
dalam jumlah besar, antibiotik, obat-obat anti kanker, dan obat pencahar.

c. Lingkungan (Environment) Gastroenteritis merupakan penyakit yang berbasis lingkungan.


Lingkungan memiliki pengaruh besar terhadap terjadinya gastroenteritis. Dua faktor yang
dominan terhadap terjadinya gastroenteritis adalah sarana air bersih dan pembuangan tinja.
Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku manusia yang tidak sehat. Adapun
masalah lingkungan hidup di Indonesia yang menjadi penyebab gastroenteritis antara lain :

c.1 Kurangnya penyediaan air minum yang bersih dan memenuhi syarat kesehatan.

c.2 Kurangnya sarana pembuangan kotoran yang bersih dan sehat.

c.3 Keadaan rumah yang pada umumnya tidak sehat.

c.4 Higiene perorangan dan sanitasi makanan yang buruk.

c.5 Belum ditanganinya higiene dan sanitasi industri secara intensif.

c.6 Kurangnya usaha pengawasan dan pencegahan terhadap pencegahan lingkungan.

c.7 Pembuangan limbah di daerah pemukiman yang kurang baik.

Anda mungkin juga menyukai