Anda di halaman 1dari 26

KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK MENURUT SYEKH

ABDUS-SHAMAD AL-FALIMBANI (STUDI ATAS

KITAB SAIRUN-SALIKIN JUZ KEEMPAT)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyratan Penulisan

Skripsi

Oleh

Wahyuni Wandira

Nim. 1532100292

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH

PALEMBANG

2019

1
A. Latar Belakang Masalah

Pada era globalisasi dalam kehidupan manusia dan pengaruhnya

teknologi semakin canggih dari tahun-ketahun dan informasi semakin

berkembang pesat sehingga menjadi kesulitan bagi manusia karena yang

dihasilkan oleh teknologi bukan saja hal yang positif tetapi ada hal negatif

juga sehingga sangat berpegaruh terhadap akhlak dengan kemajuan dan

perkembangan zaman dimulai dari bidang politik, ekonomi, budaya,

pendidikan dan lainnya kepentingan akhlak dalam kehidupan manusia

dinyatakan dengan jelas dalam Al-Quran menerangkan sebagai pendekatan

yang meletakkan Al-Quran sebagai sumber pengetahuan mengenai nilai dan

akhlak yang paling jelas.1

Pengertian pendidikan menurut A.Susanto mengatakan bahwasanya

pendidikan apabila diartikan dalam arti luas adalah sebuah cara

pembelajaran yang diberikan untuk siswa dan siswi dari pendidikannya

yang dapat meraih suatu tujuan akhirnya, sedangkan dalam arti sempit

pendidikan dapat dipahami sebagai proses perubahan untuk memperoleh

suatu pengetahuan dan terjadinya suatu perubahan tingkah laku bagi

pelakunya.2

Dengan hal ini, sistem pendidikan yang ada di Indonesia telah di atur

dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab 1 Pasal 1

Ayat 1 mengemukakan bahwasanya.

1
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf (Bandung: Pustaka Setia, 2010), 21.
2
Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), 165.

2
3
2

“Pendidikan Adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.3

Pendidikan Islam berusaha untuk mencapai keseimbangan baik dari

segi jasmani dan rohani maupun pengelihatan. Sebab karna, pendidikan

Islam perlu untuk mendidik manusia dengan cara sendiri atau orang perlu

motivasi dan aspek-aspek yang dapat mendorong semua itu karan tujuan ke

yang lebih baik.

Selanjutnya, untuk mencapainya tersebut Samsul Nizar berpendapat

bahwa:

“Pendidikan Islam yaitu cara penstrasferan nilai-nilai dan norma-norma


yang dilakukan oleh seorang pendidik, dengan proses perubahan sikap dan
tingkah peserta didik, baik individu dan kelompok, untuk ke arah
kedewasaan yang melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya, sehingga
diharapkan peserta didik mampu memfungsikan dirinya sebagai “abd
maupun khalifah fi al-ardh, dengan tetap berpedoman kepada ajaran Islam”.
Untuk mewujudkan hal tersebut, maka proses pendidikan dilakukan baik
secara in-formal, formal, maupun non-formal. Melalui pendidikan Islam
diharapkan seseorang dapat melakukan perubahan sikap dari yang kurang
baik menjadi baik, dari yang kurang sopan menjadi sopan santun, dari
berpengetahuan sedikit menjadi luas pengetahuan. Potensi yang dimilikinya
dapat berkembang secara optimal, dengan demikian dapat menjadikan
dirinya sebagai pengabdi kepada Allah dan khlaifah di muka bumi ini”.4

Abdus-Shamad al falimbani merupakan salah satu dari lingkungan

komunitas jawi di Haramayn, dan semasa hidupnya di Arabia Abdus-

Shamad al falimbani mempunyai posisi terhormat dan muridnya sangat

terluas bukan saja yang berasal dari kepulauan Melayu-Nusantara .

3
Undang-Undang R.I Tahun 2012 Tetang Pendidikan Tinggi (Bandung: Citra Umbara,
2012), 2.
4
Rusmaini, Ilmu Pendidikan (Palembang: Grafika Telindo Press, 2014), 7.
3

Penemuan Abdus-Shamad al falimbani merupakan salah satu ulama paling

awal dari dunia Melayu yang dalam kegiatan keilmuannya di catat dalam

kamus biografi dari Arab (thabaqat), sesuatu yang tidak terjadi sebelumnya

dan memastikan karirnya dihormati bukan hanya di dunia Melayu tetapi

juga di seantero Timur Tengah.5

Konsep pendidikan akhlak dalam kitab Salikin-sairun juz keempat

adalah perjalanan orang-orang yang salik atau orang yang berpegang teguh

yang melaksanakan aturannya kemudian dapat menjauhi aturan yang tidak

di suruhnnya, baginda Nabi SAW untuk mendekatan diri kepada-Nya.

Akhlak kepada Allah dengan semata-mata karana Allah dan lebih

mementingkan ke akhirat kemudian melepaskan atau meninggalkan yang

ada di dunia yaitu kejahatan dan dari pada segala kemaksiatan yang zahir

dan yang batin. Kemudian konsep pendidikan akhlak kepada Allah di kitab

Salikin-Sairun juz keempat sebagai berikut:

1. Taubat
2. Sabar dan syukur
3. Raja’ yakni harap dan khauf yakni takut
4. Faqir yakni dan menyatakan zuhud yakni benci akan dunia
5. Tauhid dan tawakal
6. Mahabbah, syauq, dan ridha
7. Niat, ikhlas, dan shidq
8. Muraqabah dan muhasabah
9. Tafakkur.6
Akhlak kepada Allah merupakan perbuatan manusia yang sebagai

makhluknya, dan empat bagian untuk berakhlak kepada Allah. Yang

5
Mal An Abdullah, Syaikh Abdus-Samad Al-Palimbani Biografi Dan Warisan Keilmuan
(Yogyakarta: PT Lkis Printing Cemerlang, 2015), 2.
6
Abdus Shamad Al Falimbani, Sairun-Salikin Juz Keempat (Kalimantan Selatan:
Darussalam Yasin, 2012), 4.
4

Pertama, sebab Allah yang menciptakan manusia dari air yang ditumpahkan

keluar dari tulang penggung dan tulang rusuk sebagaimana di firmankan

oleh Allah dalam surat at-Thariq ayat 5-7. Kedua, karena Allah yang telah

telah memberikan perlengkapan panca indera, berupa pendengaran,

penglihatan, akal pikiran, hati sanubari, anggota badan yang kokoh dan

sempurnah kepada manusia dalam firman Allah surat, an-Nahl ayat, 78.

Ketiga, karena Allah telah menyediakan hidup bahan dan sarana yang

diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia, bahan makan berasal dari

tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak dan lainnya dalam firman

Allah dalam surah Al-Jatsiyah ayat 12-13. Keempat, Allah yang telah

memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan, daratan dan lautan

dalam surat Al-Israa’ ayat, 70.7

Pendidikan akhlak dalam Islam adalah pendidikan yang mengakui

bahwa dalam kehidupan manusia menghadapi hal baik dan hal buruk,

kebenaran dan kebatilan, keadilan dan kezaliman, serta perdamaian dan

peperangan. Untuk mengadapi hal-hal yang serba kontra tersebut, Islam

telah menetapkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang membuat manusia

mampu hidup di dunia dan manusia mampu untuk berperan mewujudkan

kebaikan dunia dan di akhirat, serta mampu berinteraksi orang-orang baik

dan orang-orang jahat. Namun kenyataan yang sering terjadi di dalam

kehidupan masyarakat adalah perilaku yang amoral dan tidak

7
Ani Nur Aeni, Pendidikan Karakter Untuk Mahasiswa PGSD (Bandung: UPI PRESS,
2014), 49–50.
5

mencerminkan nilai-nilai akhlak bahkan ada juga perilaku amoral yang

dilakukan anggota masyarakat yang lahir dari lembaga pendidikan atau

manusia yang terdidik.8

Akhlak dalam Islam adalah kepercayaan akan pentingnya akhlak

dalam kehidupan sehari-hari, akhlak sebagai sikap yang memdalam di

dalam jiwa, akhlak sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan dunia dan

akhirat bagi individu dan masyarakat, akhlak sebagai yang sesuai dengan

fitrah manusia, dan kepercayaan bahwa teori akhlak tidak sempurna kecuali

kalau di situ ditentukan sebagai konsep-konsep asas seperti akhlak hati

nurani, kemestian akhlak, hukum akhlak, tanggung jawab akhlak, dan

ganjaran akhlak.9

Akhlak secara etimologi (arti bahasa) berasal dari kata khalaqa yang

artinya sebagai prilaku yang di buat misalnya kejadiaa yang buatannya.10

Ada beberapa pendapat ulama mengenai pengertian akhlak yang

mereka kemukakan pada dasarnya memiliki pengertian yang sama.

Menurut Ibn Maskawaih memberikan penjelasan tentang akhlak

sebagai berikut: Keadaaan jiwa seseorang yang memdorong untuk

melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran

(terlebih dahulu).11

8
Afriantoni, Prinsip-Prinsip Pendidikan Akhlak Generasi Muda :Percikam Pemikiran
Ulama Sufi Turki Bediuzzaman Said Nursi (Yogyakarta: Budi Utama, 2019), 3.
9
Abuddin Nata, Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an (Depok: Prensmedia Group, 2018),
68.
10
Abu Ahmadi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Sinar Grafika Offset,
2008), 199.
11
Afriantoni, Prinsip-Prinsip Pendidikan Akhlak Generasi Muda :Percikam Pemikiran
Ulama Sufi Turki Bediuzzaman Said Nursi, 8.
6

Al-Faidh Al Kasyani mengemukakan akhlak adalah ungkapan untuk

menunjukan kondisi yang mandiri dalam jiwa, yang darinya muncul

perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa didahului perenungan dan

pemikiran.12

Muhammad bin Ilan Al-Sadiqi menyatakan akhlak yaitu suatu yang

sudah tertanam dari diri sendiri, yang mendorong untuk berbuat baik dengan

mudah.

Abu Bakar Jabir al-Jaziri menyatakan akhlak ialah bentuk kejiwaan

yang telah tertanam dalam diri manusia, yang dapat menimbulkan perbuatan

baik dan buruk terpuji dan tercela (Bunyamin, 2018:130).

Terdapat beberapa tentang penjelasan definisi tentang akhlak dapat

disimpulkan bahwa akhlak merupakan kebiasaan dari diri sendiri seseorang

yang terjadi secara spontan dalam melakukan suatu tindakan baik dan

buruk, benar dan salah, serta terpuji dan tercela.

Tujuan akhlak dalam pendidikan Islam untuk mencapai akhlak yang

mulia sehingga kehidupan manusia yang harmonis, saling tolong menolong,

berlaku adil dan hubungan yang seimbang dalam kehidupan masyarakat dan

juga agar manusia berada dalam kebenaran dan senantiasa berada di jalan

yang lurus jalan yang telah digariskan oleh Allah swt.13

Berdasarkan makna akhlak diatas, bahwa perbuatan manusia yang

termasuk pada kategori akhlak harus memenuhi syarat-syarat sebagai

12
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, 34.
13
Afriantoni, Prinsip-Prinsip Pendidikan Akhlak Generasi Muda :Percikam Pemikiran
Ulama Sufi Turki Bediuzzaman Said Nursi, 16.
7

berikut: perbuatan itu dilakukan dengan berulang-ulang, perbuatan timbul

dengan mudahnya tanpa memikirkannya lagi dan perbuatan dilakukan

dengan bebas atau tidak ada paksaan dari siapapun.

B. Identifikasi Masalah

1. Melihat fenomena sekarang ini adanya moral anak yang semakin

merosot atau terjadinya krisis akhlak

2. Sangat penting pendidikan akhlak pada anak zaman sekarang

3. Pendidikan akhlak kepada Allah kehidupan sehari-hari

4. Konsep pendidikann akhlak sangat penting dalam dunia pendidikan

5. Orang tua harus lebih memperhatikan pendidikan anaknya agar anak

tidak melakukan hal-hal yang terjadi pada saat ini seperti krisis akhlak

6. Pendidikan akhlak pada era Globalisasi dalam pendidikan Islam

C. Batasan Masalah

Untuk menghindari jangkauan-jangkauan yang melebar dari

pembahasan, hingga perlu batasan masalah dengan maksud pembahasan

nanti tidak terjadi kesalahpahaman dan kesimpangsiuran dalam

penulisannya permasalahan yang dibahas. Maka dalam penelitian ini

dibatasi hanya pada konsep pendidikan akhlak menurut syekh abdus-

shamad al falimbani (studi atas kitab sairus-salikin juz keempat).

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Konsep Pendidikan Akhlak dalam Pemikiran Syekh

Abdus-Shamad Al Falembani?
8

2. Bagaimana Implikasi Konsep Pendidikan Akhlak dalam Pemikiran

Syekh Abdus-Shamad Al Falembani?

3. Bagaimana Relevansi Menurut syekh Abdus-Shamad Al Falembani

dengan konteks realitas Pendidikan Akhlak kepada Allah?

E. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui bagaimana Konsep Pendidikan Akhlak dalam

Pemikiran Syekh Abdus-Shamad Al Falembani?

b. Untuk mengetahui Bagaimana Implikasi Konsep Pendidikan Akhlak

dalam Pemikiran Syekh Abdus-Shamad Al Falembani?

c. Untuk mengetahui Bagaimana Relevansi Menurut syekh Abdus-

Shamad Al Falembani dengan konteks realitas Pendidikan Akhlak

kepada Allah?

2. Kegunaan Penelitian

a. Secara teoritis

Diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis,

berupa pengetahuan tentang konsep pendidikan akhlak yang

terkandung dalam karangan Abdus-Shamad al falimbani atas kitab

Sairun-salikim juz keempat serta bermanfaat sebagai perkumpulan

pemikiran bagi dunia pendidikan khususnya dunia pendidikan

Islam.

b. Secara praktis
9

1) Memberikan masukan kepada para orang tua agar dapat

melakukan pendidikan akhlak pada anak.

2) Bagi para peserta didik harus tahu dan juga sadar bahwa

pendidikan akhlak yang benar itu sangatlah penting dan

perlu untuk kehidupan masa depan yang akan datang.

3) Bagi Lembaga pendidikan dapat menjadi masukan yang

guna meningkatkan kualitas lembaga pendidikan terutama

pendidikan Islam, dengan adanya penelitian tersebut

diharapkan agar bisa digunakan sebagai kepustakaan bagi

yang meneliti tentang konsep pendidikan akhlak.

F. Kerangka Teori

1. Pengertian Konsep

Konsep adalah rancangan atau rencana, ide yang tertulis untuk

melakukan sesuatu yang sangat penting dalam penetapan.14

Definisi konsep adalah suatu hal umum yang menjelaskan atau

menyusun suatu peristiwa, objek, situasi, ide, atau akal pikiran dengan

tujuan untuk memudahkan komunikasi antar manusia dan

memungkinkan manusia untuk berpikir lebih baik. Pengertian lainnya

mengenai konsep ialah abstraksi suatu ide atau gambaran mental, yang

dinyatakan dalam suatu kata atau simbol. Konsep dinyatakan juga

14
Nur Khalif hazim dan Elhan, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Karya Ilmu, n.d.), 225.
10

sebagai bagian dari pengetahuan yang dibangun dari berbagai macam

karakteristik.15

Konsep suatu bertujuan yang menjelaskan suatu benda, gagasan

atau pristiwa. Konsep secara umum dapat dirumuskan pengertiannya

sebagai suatu representasi abstrak (sesuatu itu yang terjadi dalam

pikiran) dan umum tentang sesuatu.16

2. Pengertian Pendidikan

Pendidikan yaitu cara pembelajaran dimana pendidikan sangat

lah perlu bagi seluruh anak bangsa dan generasi ke generasi untuk

mengetahui pembalajaran, keterampilan, kebiasaan, pengajaran,

pelatihan dan penelitian. Pendidikan merupakan suatu proses untuk

membentuk pribadi yang bertanggung jawab, berintelektual tinggi

berakhlak mulia.17

Pendidikan bearti bimbingan atau pertolongan yang diberikan

dengan sengaja terhadap anak didik yang sangat berperan penting

terhadap anak madrasah pertama adalah orang tua kemudia sekolah,

lingkungan, dan di luar lingkungan agar ia menjadi dewasa. Pendidikan

usaha juga untuk dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang

mempengaruhi agar menjadi dewasa atau mecapai tingkat hidup dan

15
http://www.kuliah.info/2015/05/konsep-adalah-apa-itu-konsep-ini.html# Diakses pada
tanggal 27 Juli 2019 Pukul 21.10 WIB
16
Sudarminta, Epistemologi Dasar (Yogyakarta: Kanisius, 2010), 87.
17
Afriantoni, Prinsip-Prinsip Pendidikan Akhlak Generasi Muda :Percikam Pemikiran
Ulama Sufi Turki Bediuzzaman Said Nursi, 2.
11

penghidupan yang lebih tinggi (mental) untuk memimpin jasmani dan

robaninya ke arah kedewasaan.18

Pendidikan merupakan keindahan proses belajar mengajar

dengan pendekatan kemanusian yang tidak hanya sekedar

memindahkan otak dari kepala satu dengan otak kepala yang lainnya

dan pendidikan menjadikan manusia yang mampu atau bisa menaklukan

masa depan dirinya sendiri dengan daya pikir yang sangat luas, daya

dzikir (menyebut atau mengingat), dan daya ciptanya (tindakan sesuatu

yang baru).19

Tujuan Pendidikan Islam adalah tujuan yang akan dicapai dalam

semua proses pendidikan, yang melalui aspek kemanusiaan baik dalam

hal, sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan, pandangan hidup,

bertakwa kepada Allah Swt dan berakhlak al-karimah.20

Zakiyah Daradjat mendefinisikan pendidikan Islam sebagai


“usaha dan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka menyampaikan
seruan agama dengan berdakwah, menyampaikan ajaran, agama dengan
berdakwah, menyampaikan ajaran, memberi contoh, melatih
keterampilan berbuat, memberi motivasi dan menciptakan linkungan
sosial yang mendukung pelaksanaan ide pembentukan pribadi
muslim”.21

3. Pengertian Akhlak

Akhlak berasal dari pada perkataan (al-khulq) bearti tabiat,

kelakuan, perangan tingkahlaku, adat kebiasaan. Menurut istilah ialah

18
Ramayulis, Psikologi Agama (Jakarta: Radar Jaya Ofset, 2011), 111.
19
“In Reply: BEHAVIOUR THERAPY,” The British Journal of Psychiatry 112, no. 483
(1966): 121, https://doi.org/10.1192/bjp.112.483.211-a.
20
Rusmaini, Ilmu Pendidikan, 25.
21
Ali Murtopo, Filsafat Pendidikan Islam (Palembang: NoerFikri, 2016), 9.
12

sifat yang tertanam di dalam diri yang dapat mengeluarkan suatu

perbuatan dengan senang dan mudah tanpa mikirkannya terlebih dahulu,

dan paksaan, Ibn Miskawain, ahli falsafat Islam yang terkenal

mentakrifkan bahwa Akhlak itu sebagai keadaan jiwa yang mendorong

ke arah melahirkan perbuatan tanpa pemikiran dan penelitian di jelaskan

dalam Al-Qur’an Surah Al-Qalam (68) ayat 4.22





` Artinya :

Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.

Akhlak adalah kelakuan yang sesuai dengan ukuran (nilai-nilai)

masyarakat yang timbul dari diri sendiri dan bukan paksaan dari

siapapun kemudian di sertai pula dengan tanggung jawab atas kelakuan

(tindakan) tersebut.23

Akhlak merupakan istilah bagi sifat yang tertanam kuat dalam diri,

yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan ringan,

tanpa perlu berpikir dan merenung.24

Al-Ghazali mendefinisikan akhlak adalah daya kekuatan (sifat yang

tertanam dalam jiwa yang mendorong perbuatan-perbuatan yang

22
Baldi Anggara dan Zuhdiyah, Tafsif (Palembang: NoerFikrii, 2016), 89.
23
Zulida ZA, “Konsep Pendidikan Akhlak Dalam Islam,” Potensia, Vol 13, No 2 (2014): Juli
- Desember 2014, 2014 III (2014): 95.
24
Budi Siswanto, “Tadrib, Vol. V, No. 1, Juni 2019 Peran Masjid Dalam Membentuk .... 21”
V, no. 1 (2019): 21–33.
13

spontan tanpa memerlukan pertimbangan pikiran. Jadi akhlak

merupakan sikap yang terjadi pada diri seorang yang spontan

diwujudkan dalam tingkah laku dan perbuatan tanpa harus memikirkan

apa yang dilakukannya lagi.25

G. Tinjauan Kepustakaan

Tinjauan kepustakaan adalah uraian singkat tentang hasil penelitian

terdahulu yang relevan dengan penelitian yang sedang direncanakan.

Bagian ini ditujukan untuk memastikan kedudukan dan arti penting

penelitian yang direncanakan dalam konteks keseluruhan penelitian yang

lebih luas, dengan kata lain menunjukan bahwa penelitian yang akan

dilakukan belum ada yang membahas selain itu juga untuk memberikan

gambaran atau batasan-batasan teori yang akan dipakai sebagai landasan

penelitian.26

Pertama dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Elvera dalam

skripsinya yang berjudul “Konsep Pendidikan Akhlak Anak Dalam Al-

Qur’an Surah Al-Ahqaf Ayat 15-18 (Perspektif Tafsir Al-Misbah)” memiliki

kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penelitian yaitu

sama-sama, meneliti tentang Konsep Pendidikan Akhlak, sedangkan

perbedaanya tentang Konsep Pendidikan Akhlak Anak Dalam Al-Qur’an

Surah Al-Ahqaf Ayat 15-18 (Perspektif Tafsir Al-Misbah” dalam hasil

penelitiannya menjelaskan bahwa pendidikan akhlak yang paling berperan

25
Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf, 35.
26
Tim Penyusun, Pedoman Penyusun Dan Penulisan Skripsi Program Sarjana Program
Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang,
15.
14

dan sangat berpengaruh yaitu kedua orang tua terutama yang paling

berperan dalam membentuk akhlak ialah keberadaan ibu karena ibu yang

sangat dekat dengan anak-anaknyadan sedangkan penulis meneliti yang

lebih terfokus untuk meneliti akhlak dalam pendidikan Abdus-Shamad al

falimbani.27

Kedua dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Andika Ashobari

dan skripsinya yang berjudul “Konsep Pendidikan Akhlak Anak Perspektif

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah (Kajian Kitab Tuhfatul Maudud Bi Ahkamil

Maulud” memiliki kesamaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh

penelitian yaitu sama-sama, meneliti tentang Konsep Pendidikan Akhlak,

sedangkan perbedaannya pada penelitian Andika ashobari lebih

menekankan pada ke pendidikan akhlak anak.28

Ketiga dari hasil Dewi Wulantika, skripsinya “Konsep Pendidikan

Akhlak Dalam Al-Qur’an (Studi Surah Luqman ayat 12-19 dalam tafsir al-

misbah karya M.Quraish Shihab)Dalam penelitian ini menjelaskan konsep

pendidikan yang terdapat didalam Surah Lugman ayat 12-19 dalam tafsir

al-Misbah yaitu agar senantiasa bersyukur kepada Allah, menjauhi

perbuatan syirik/mempersekutukan Allah, berbakti kepada kedua orangtua

selagi tidak bertentangan dengan aqidah (kepercayaan), mendirikan sholat,

amar ma’ruf nahi munkar, bersikaf sabar, tidak bersikap sombong baik

ketika berjalan maupun dalam bertutur kata, menundukkan pandangan serta

27
Elvera, “Pendidikan Akhlak Anak Dalam Al-Qur’an Surah Al-Ahqaf Ayat 15-18
Perspektif Tafsir Al-Misbah” (UIN Raden Fatah Palembang, 2018), 103.
28
Andika Ashobari, “Konsep Pendidikan Akhlak Anak Perspektif Ibnu Qayyim Al-Jauziyah
Kajian Kitab Tuhfatul Maudud Bi Ahkamil Maulud” (UIN Raden Fatah Palembang, 2018), 152.
15

lemah lembut dalam bertutur kata”, memiliki kesamaan dari penelitian yaitu

sama-sama meneliti tentang konsep pendidikan akhlak. Perbedaan

penelitian dari skripsi Devi Wulantika terletak pada konsep pendidikan

akhlak dalam Al-Quran surah Luqman ayat 12-19 dalam tafsir al-Misbah

tentang memperbaiki tata moral yang ada di masyarakat sekarang ini.29

Keempat dari hasil penelitian Zulida ZA yang jurnal nya berjudul:

konsep pendidikan akhlak dalam Islam dalam penelitian ini menjelaskan

“penelitiannya pendidikan akhlak Islam diartikan latihan mental dan fisik

yang menghasilkan berbudaya tinggi untuk melaksanakan tugas kewajiban

dan tanggung jawa dalam masyarakat selaku hamba Allah. Jadi pendidikan

akhlak merupakan system pendidikan yang dapat memberikan kemampuan

seseorang untuk memimpin kehidupan dengan cita-cita Islami nilai-nilai

telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadian”, memiliki kesamaan dari

peneliti yaitu sama meneliti konsep pendidikan akhlak. Perbedaannya

peneliti Zulida ZA terletak pada konsep pendidikan akhlak dalam Islam

dalam teorinya untuk mendorong manusia melakukan kehendak, supaya

membentuk suatu kehidupan yang suci dan menghasilkan kebaikan yang

sempurna.30

Kelima dari hasil penelitian Eko Setiawan yang jurnal berjudul:

Konsep pendidikan akhlak anak perspektif Imam Al Ghazali dalam

penelitian ini menjelaskan konsep pendidikan akhlak menurut Imam Al

29
Devi Wulantika, “Konsep Pendidikan Akhlak Dalam Al-Qur’an Studi Surah Luqman Ayat
12-19 Dalam Tafsir Al-Misbah Karya M. Quraish Shihab” (UIN Raden Fatah Palembang, 2019),
95.
30
Zulida ZA, “Konsep Pendidikan Akhlak Dalam Islam,” 103–4.
16

Ghazali ialah pendidikan formal dan non formal. Pendidikan non formal

dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, mulai memelihara dan makanan

yang dikonsumsi. Sementara untuk pendidikan formal, Imam Al Ghazali

masyarakat adanya seorang guru yang hendaklah ia membatasi pelajaran

menurut pemahaman mereka, memiliki kesamaan dari peneliti yaitu sama

meneliti konsep pendidikan akhlak dan perbedaannya penelitian Eko

Setiawan terletak pada konsep pendidikan akhlak anak perspektif Imam Al

Ghazali lebih menekankan pada akhlak Anak.31

Keenam dari hasil penelitian Bunyamin yang jurnal berjudul:

Konsep Pendidikan Akhlak Menurut IBN Miskawah dan Aristoteles (Studi

Komparatif) dalam penelitian ini menjelaskan “sama-sama menekankan

bahwa pendidikan akhlak adalah berdasar kepada jiwa masing-masing

individu. Dengan berusaha menjadi yang terbaik dan melakukan perbuatan

sesuai dengan keutamaan maka kebahagia tertinggi dapat diraih.

Kebahagiaan tertinggi dapat menjadikan hidup lebih baik dan tenang

dengan kesempurnaan yang telah diperolehnya. Kesamaan dari penelti yaitu

konsep pendidikan akhlak dan perbedaannya penelitian Bunyamin pada

konsep pendidikan akhlak menurut IBM Miskawaih dan Aristoteles (Studi

Konparatif) sedangkan penulis meneliti konsep pendidikan akhlak menurut

Syekh Abdus-shamad Al Falimbani (Studi atas kibab Sairus-Salikin Juz

keempat).32

31
Eko Setiawan, “Konsep Pendidikan Akhlak Anak Perspektif Imam Al Ghazali,” Jurnal
Kependidikan 5, no. 1 (2017): 53, https://doi.org/10.24090/jk.v5i1.1252.
32
Bunyamin, “Konsep Pendidikan Akhlak Menurut Ibn Miskawaih Dan Aristoteles (Studi
Komparatif),” Jurnal Pendidikan Islam 9, no. 2 (2018): 139, https://doi.org/10.22236/jpi.v9i2.2707.
17

H. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang

mengumpulkan datanya dengan menghimpun data dari berbagai

literatur yang relevan dan penelitian diantaranya dukumen-dokumen,


33
buku-buku sumber, majalah surat kabar. Kepustakaan (library

research) untuk mendapatkan informasi mengenai berbagai hal yang

berwujud buku-buku teks, ensiklopedia, monograp dan sejenisnya pada

umumnya dapat ditemukan dalam sumber acuan khusus, yaitu

kepustakaan yang berwujud jurnal, buletin penelitian, tesis, disertasi,

dan lain-lain sumber bacaan yang memuat laporan hasil penelitian.34

2. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitan ini adalah data

kualitatif yaitu data yang bersifat menggambarkan, menjelaskan

atau memaparkan tentang masalah yang berkaitan dengan rumus

masalah yang dibahas.

b. Sumber Data

33
Tim Penyusun, Pedoman Penyusun Dan Penulisan Skripsi Program Sarjana Program
Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Raden Fatah Palembang,
12.
34
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta: RajaGrafindo, 2012), 18–19.
18

Adapun sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

sumber data primer dan data sekunder.35

1) Data primer diambil lansung dari buku kitab “Sairus-Salikin juz

Keempat” Karangan Syekh Abdus-Shamad Al Falimbani.

2) Data sekunder yaitu dari buku-buku yang berkaitan dengan

penelitian, situs internet dan literatur-literatur yang dimanfaatkan

peneliti untuk data mendukung dalam menganalisi.

3. Teknik Pengumpulan Data

Library research adalah penelitian studi literatur yang

mengumpulkan informasi, meliputi analisis kebutuhan untuk

memperoleh data. 36 Litelatur dan pengumpulan informasi pada jenis

penelitian dari buku, majalah, koran, jurnal, buletin penelitian, tesis,

disertasi, dan lain-lain sumber bacaan yang memuat laporan hasil

penelitian.37

4. Teknik Analisi Data

Analisis data adalah mengambarkan data yang ada guna

memperoleh bentuk nyata dari responden, sehingga lebih muda

dimengerti penelitian atau orang lain yang tertarik dengan hasil

penelitian yang dilakukan.38 Setelah data dikumpulkan selanjutnya data

tersebut dianalisis dan teknik analisis data pada penelitian ini

35
Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif (Analisis Isi Dan Analisis Data Sejunder)
(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014), 84.
36
Sugiono, Metode Penelitian Dan Pengembangan (Bandung: ALFABETA, 2017), 35.
37
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, 18.
38
Amri Darwis, Metode Penelitian Pendidikan Islam (Depok: RajaGrafindo Persada, 2014),
125.
19

mengunakan metode analisis isi (content analysis), yaitu teknik

penelitian untuk membuat inferensi-inferensi (proses yang digunakan

dalam sistem pakar untuk menghasilkan informasi baru dari informasi

yang telah diketahui) sehingga dapat ditiru, dan benar dengan

memperhatikan kalimat yang dapat mendukung atau menambah

kejelasan makna (konteksnya).39

Analisi isi yaitu dapat menguraikan, mengobservasikan kemudian

menganalisis didalam kitab Sairun-Salikin Juz Keempat sehingga dapat

diketahui dengan jelas arah menurut Syekh Abdus-Shamad al falimbani

tentang konsep pendidikan akhlak.

Data primer yaitu kitab Sairun-salikin Juz Keempat karangan Syekh

Abdus-Shamad Al Falimbani dibaca ditelaah, kemudian dianalisis ini

data primer juga dibantu dengan data sekunder yaitu literatur lain seperti

buku-buku, majalah, koran, jurnal-jurnal, skripsi, dan tesis.

Dalam analisis data ini mengunakan tiga cara berpikir, yaitu:

a. Reduksi data, yaitu proses memilih, menyederhanakan,

memfokuskan, dan mengabstraksikan data. Dalam penelitian ini,

peneliti membuat rangkuman inti, pernyataan-pernyataan yang

perlu dijaga sehingga tetap berada didalamnya.

b. Sajian data, yaitu suatu cara merangkai data dalam suatu

organisasi yang memudahkan untuk membuat kesimpulan.

39
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana, 2011), 163.
20

Dalam penelitian ini, penelitian menyajikan data hasil dari

rangkuman yang telah dibuat sebelumnya.

c. Verifikasi data yaitu penjelasan tentang makna data sehingga

dapat diajukan proposisi-proposisi yang terkait dengannya.

Dalam penelitian ini, dilakukan pemantapan kesimpulan dengan

mengadakan pemeriksaan keabsahan data (data yang salah akan

menghasilkan penarikan kesimpulan yang salah, demikian pula

sebaliknya data yang sah akan menghasilkan kesimpulan hasil

penelitian yang benar), hal ini dilakukan sehingga ditemukan

kesimpulan yang valid dan mendasar.40

Jadi pemikiran Abdus-Shamad Al Falimbani yang berkaitan

dengan konsep pendidikan akhlak yang bersumber dari kitab

Salikin-Sairun juz keempat akan dianalisis secara sistematika

kemudian dilakukan untuk menyimpulkan sehingga dapat

ditemukan gambaran yang jelas corak pemikiran dan

pandangannya tentang konsep pendidikan akhlak.

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika dalam penulisan penelitian ini tersusun dalam lima

bagian yang nantinya dapat mempermudah dalam penyajian dan

pembahasan serta pemahaman terhadap apa yang akan diteliti, berikut ini

sistematika penelitian:

40
Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), 165.
21

Bab I Pendahuluan,yang merupakan pendahuluan dari laporan

penelitian akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, batasan

masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka teori, tinjauan pustaka,

metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab 2 Landasan Teori, Pada bab ini akan dipaparkan secara khusus

mengenaihakikat pendidikan, pengertian pendidikan,pengertian akhlak,

tujuan akhlak, sumber dan kedudukan akhlak dalam Islam, ciri-ciri dan

macam-macam akhlak.

Bab 3 Biografi Syekh Abdus-Shamad Al Falembani, Pada bab ini

berisi tentang biografi Intelektual yang meliputi:

a. Syekh Abdus-Shamad Al Falimbani

b. Situasi Keilmuan Islam pada Masa Kehidupan Beliau

c. Karya Pemikiran Syekh Abdus-Shamad Al Falimbani

Bab 4 Analisi Isi, Pada bab ini berisi tentang konsep hasil penelitian

pendidikan akhlak dalam sairus-salikin juz keempat karya Syekh Abdus-

Shamad al falembani.

Bab 5 Penutup, Bab Penutup yang memuat kesimpulan dan saran-

saran.
22

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Idi. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers, 2014.

Abdus Shamad Al Falimbani. Sairun-Salikin Juz Keempat. Kalimantan Selatan:


Darussalam Yasin, 2012.
Abu Ahmadi. Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Sinar Grafika
Offset, 2008.
Abuddin Nata. Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’an. Depok: Prensmedia
Group, 2018.
Afriantoni. Prinsip-Prinsip Pendidikan Akhlak Generasi Muda :Percikam
Pemikiran Ulama Sufi Turki Bediuzzaman Said Nursi. Yogyakarta: Budi
Utama, 2019.
Ali Murtopo. Filsafat Pendidikan Islam. Palembang: NoerFikri, 2016.
Amri Darwis. Metode Penelitian Pendidikan Islam. Depok: RajaGrafindo Persada,
2014.
Andika Ashobari. “Konsep Pendidikan Akhlak Anak Perspektif Ibnu Qayyim Al-
Jauziyah Kajian Kitab Tuhfatul Maudud Bi Ahkamil Maulud.” UIN Raden
Fatah Palembang, 2018.
Ani Nur Aeni. Pendidikan Karakter Untuk Mahasiswa PGSD. Bandung: UPI
PRESS, 2014.
Baldi Anggara dan Zuhdiyah. Tafsif. Palembang: NoerFikrii, 2016.
23

Bunyamin. “Konsep Pendidikan Akhlak Menurut Ibn Miskawaih Dan Aristoteles


(Studi Komparatif).” Jurnal Pendidikan Islam 9, no. 2 (2018): 127.
https://doi.org/10.22236/jpi.v9i2.2707.
Burhan Bungin. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana, 2011.

Devi Wulantika. “Konsep Pendidikan Akhlak Dalam Al-Qur’an Studi Surah


Luqman Ayat 12-19 Dalam Tafsir Al-Misbah Karya M. Quraish Shihab.” UIN
Raden Fatah Palembang, 2019.
Elvera. “Pendidikan Akhlak Anak Dalam Al-Qur’an Surah Al-Ahqaf Ayat 15-18
Perspektif Tafsir Al-Misbah.” UIN Raden Fatah Palembang, 2018.
“In Reply: BEHAVIOUR THERAPY.” The British Journal of Psychiatry 112, no.
483 (1966): 211–12.
Mal An Abdullah. Syaikh Abdus-Samad Al-Palimbani Biografi Dan Warisan
Keilmuan. Yogyakarta: PT Lkis Printing Cemerlang, 2015.
Margono. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2007.

Nanang Martono. Metode Penelitian Kuantitatif (Analisis Isi Dan Analisis Data
Sejunder). Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014.
Nur Khalif hazim dan Elhan. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Karya Ilmu, n.d.

Ramayulis. Psikologi Agama. Jakarta: Radar Jaya Ofset, 2011.

Rosihon Anwar. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia, 2010.

Rusmaini. Ilmu Pendidikan. Palembang: Grafika Telindo Press, 2014.

Setiawan, Eko. “Konsep Pendidikan Akhlak Anak Perspektif Imam Al Ghazali.”


Jurnal Kependidikan 5, no. 1 (2017): 55–70
Siswanto, Budi. “Tadrib, Vol. V, No. 1, Juni 2019 Peran Masjid Dalam Membentuk
.... 21” V, no. 1 (2019): 21–33.
Sudarminta. Epistemologi Dasar. Yogyakarta: Kanisius, 2010.

Sugiono. Metode Penelitian Dan Pengembangan. Bandung: ALFABETA, 2017.

Sumadi Suryabrata. Metodologi Penelitian. Jakarta: RajaGrafindo, 2012.


24

Tim Penyusun. Pedoman Penyusun Dan Penulisan Skripsi Program Sarjana


Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
UIN Raden Fatah Palembang. Palembang, 2016.
Undang-Undang R.I Tahun 2012 Tetang Pendidikan Tinggi. Bandung: Citra
Umbara, 2012.
Zulida ZA. “Konsep Pendidikan Akhlak Dalam Islam.” Potensia, Vol 13, No 2
(2014): Juli - Desember 2014, 2014 III (2014): 93–105.

Anda mungkin juga menyukai