Anda di halaman 1dari 13

MINI RESEARCH

BERTASAWUF DI ERA MODERN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Akhir Mata Kuliah Ilmu Tasawuf

Dosen Pengampu : Helmy Yuhda, S.Th. I., M.Ag

Disusun oleh :

Azhar Maulana (2618120)

Kelas B

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

TADRIS MATEMATIKA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PEKALONGAN

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, atas rahmat dan ridho-Nya mini research ini
dapat terselesaikan dengan sebaik-baiknya. Mudah-mudahan memenuhi kriteria
sebagai salah satu pemenuhan tugas akhir pada mata kuliah Ilmu Tasawuf.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad
SAW sebagai panutan ummat. Semoga kita sebagai umatnya mendapatkan
syafa’at darinya.
Menyikapi kemajuan zaman dan perubahan-perubahan system yang ada di
tengah-tengah masyarakat saat ini dimana telah banyak mengakibatkan manusia
modern mengalami krisis spiritual. Salah satunya pengaruh sekularisasi yang
lama menimpa manusia modern setelah saintek yang dibawanya memutuskan
untuk mengambil pandangan sekuler sebagai pilosofisnya. Maka dari itu, saya
tertarik untuk memberikan solusi melalui mini research yang berjudul
“Bertasawuf di Era Modern”.
Semoga dengan adanya mini research ini dapat menjadi sumbangsih
pemikiran guna menyadarkan umat Islam modern khususnya. Saya menyadari
mini research ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak kekurangan
didalamnya. Untuk itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai
pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaan karya-karya tulis selanjutnya.

Pekalongan, 30 Mei 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1


A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 3


A. Kajian Teori ..................................................................................... 3

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 5


A. Penemuan Data ................................................................................ 5

BAB IV PEMBAHASAN............................................................................... 6
A. Nestapa Masyarakat Modern ........................................................... 6
B. Urgensi Belajar dan Mengamalkan Tasawuf di Zaman Modern ..... 7
C. Strategi Pendidikan dan Pengalaman Tasawuf dalam Masyarakat
Modern ............................................................................................ 8

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 9


A. Kesimpulan .......................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Telah banyak manusia modern yang mengalami krisis spiritual. Itu
akibat pengaruh sekularisasi yang telah lama menimpa jiwa-jiwa mereka
melalui paham-pahamnya seperti naturalisme, materialisme, positifisme, dan
sebagainya. Setelah kemajuan saintek yang dibawanya memutuskan untuk
mengambil pandangan sekuler sebagai dasar pilosofisnya. Pandangan yang
hanya mementingkan kehidupan duniawi, telah secara signifikan
menyingkirkan manusia modern dari aspek spiritualitas sehingga mereka
terisolir dari dunia lain non-fsikis sebagaimana keyakinan para sufi.
Ketika kita sebagai orang modern yang hanya membatasi diri kita pada
dunia fisik saja, maka menurut pendapat sufistik kita tidak akan dapat
mengorientasikan diri kita dengan benar dan hanya akan berputar-putar tanpa
arah di dunia yang senantiasa berubah dan akan musnah ini. Akibat seriusnya
dari kondisi seperti ini adalah adanya perasaan terasing atau istilahnya
“terlienasi” baik dari diri sendiri, alam sekitar, dan Tuhan.1
Sulit nampaknya mereka untuk mengenal siapa diri mereka yang sejati.
Ketika manusia hanya mementingkan aspek dari dirinya dengan
mengesampingkan aspek spiritual, maka kegoncangan dan ketidakstabilan
jiwanya tidak sulit dibayangkan. Ketika manusia modern hanya
membersihkan kotoran-kotoran jiwa mereka, maka tidak sulit untuk
menjawab mengapa orang-orang modern banyak mengalami goncangan dan
penyakit jiwa.
Penulis berasumsi bahwa segala yang menghadang di tengah
masyarakat modern harus ditantang dengan nilai-nilai spiritual yang
dihidupkembangkan dalam mistisme Islam yaitu tasawuf yang relevan.

1
Mulyadhi Kertanegara, Menyelami Lubuk Tasawuf, (Jakarta: Erlangga, 2006), hlm. 264.

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam mini research ini,
sebagai berikut :
1. Bagaimana kenestapaan masyarakat modern ?
2. Bagaimana urgensi belajar dan mengamalkan tasawuf di era modern ?
3. Bagaimana strategi pendidikan dan pengalaman tasawuf di era modern ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian dalam penulisan mini research ini, sebagai
berikut :
1. Menjelaskan kenestapaan masyarakat modern.
2. Menjelaskan urgensi belajar dan mengamalkan tasawuf di era modern.
3. Menjelaskan strategi pendidikan dan pengalaman tasawuf di era modern.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Definisi tasawuf
Tasawuf secara etimologis berasal dari bahasa Arab, yaitu
tashawwafa, yatashawwafu, tashawwufan. Selain dari kata tersebut ada
yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata shuf (‫صوف‬ yang
artinya bulu domba), maksudnya adalah bahwa para penganut tasawuf ini
hidupnya sederhana, tetapi berhati mulia serta menjauhi pakaian sutra
dan memakai kain dari bulu domba yang kasar atau yang disebut dengan
kain wol kasar. Yang mana pada waktu itu memakai wol kasar adalah
simbol dari kesederhanaan2. Kata shuf tersebut juga diartikan dengan
selembar bulu yang maksudnya bahwa para sufi dihadapan Tuhannya
merasa dirinya hanya bagaikan selembar bulu yang terpisah dari
kesatuannya yang tidak memiliki arti apa-apa3.
Tasawuf juga berasal dari kata shafa (‫ ص فاء‬yaitu jernih, bersih
atau suci), makna tersebut sebagai nama dari mereka yang memilik hati
yang bersih atau suci, maksudnya adalah bahwa mereka menyucikan
dirinya di hadapan Allah SWT melalui latihan kerohanian yang amat
dalam yaitu dengan melatih dirinya untuk menjauhi segala sifat dan sikap
yang kotor sehingga mencapai pada kebersihan dan kesucian pada
hatinya.
2. Definisi modern
Dalam tinjauan kamus Longman Dictionary of Contemporary
English disebutkan bahwa kata “modern” adalah bentuk adjective atau
kata sifat modern adj; of the present time, or of the not far distant past;
not ancient. Berarti modern itu menunjukkan sifat sesuatu yang baru yang

2
Samsul Munir Amin, Ilmu Tasawuf, (Jakarta: Amzah, 2012), hlm. 4.
3
Cecep Alba, Tasawuf dan Tarekat, Dimensi Esoteris Ajaran Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2012), hlm. 9.

3
berlaku pada masa kini, atau masa yang tidak terlalu jauh dari masa kini,
atau tidak kuno.
Menurut kamus Oxford Student’s Dictionary of American English
kata modern berpadanan dengan kata new dan Up-date. Jadi, kata modern
dapat diartikan baru dan berlaku pada masa kini, dan tidak usung.
Dari tinjauan etimologis kata modern, dapat disimpulkan bahwa
kata modern mempunyai dua penafsiran, yaitu dalam arti “baru” yang
berlawanan dengan kata “lama” atau “kuno”. Artinya yang dikatakan
“baru” adalah sesuatu yang belum ada sebelumnya, dalam arti “yang
selalu dianggap baru, tidak pernah dianggap usang sehingga berlaku
sepanjang masa”. Dengan demikian, kata modern itu juga berarti progresif
dan dinamis.
Kata modern dalam bahasa Inggris adalah kata “to modernize” dan
kata “modernization” dan kata “Modernisasi”. Kata “to modernize”
berbentuk verb atau kata kerja adalah “to make suitable for modern use,
or for the needs or the present time”. Artinya membuat sesuatu yang baru
yang dapat digunakan, atau sesuatu yang diperlukan pada masa sekarang.

4
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Penemuan Data
Untuk mendapatkan dan menggali informasi, dalam penelitian ini
menggunakan metode observasi atau pengamatan. Observasi (Pengamatan)
adalah cara atau jalan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
mengamati objek yang akan di teliti. Pada mini research ini, pengamatan
dilakukan di lingkungan sekitar rumah penulis sendiri tepatnya di desa
Kebagusan, kec. Ampelgading, Pemalang. Penelitian ini lebih ditekankan
pada para pemuda atau remaja di lingkungan tersebut, dimana kebanyakan
dari mereka lebih mementingkan kehidupan duniawinya dan
mengesampingkan aspek spiritualnya. Dari penelitian yang dilakukan
tersebut, di perolehlah informasi-informasi yang dapat mendukung mini
research kali ini.

5
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Nestapa Masyarakat Modern
Dalam kehidupan masyarakat modern ada banyak kebaikan atau sisi
positif yang ditampilkan. Baik dalam kemajuan imu pengetahuan, teknologi,
maupun yang lebih spesifik lagi yaitu dalam kehidupan agama. Akan tetapi,
tidak sedikkit pula sisi negatif atau masalah masyarakat modern yang akhir-
akhir ini menjadi problematika dan penyakit yang dapat menghancurkan
masyarakat itu sendiri. Karena kedangkalan iman seseorang dan kurangnya
pemahaman tentang akhlak.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, banyak para pemuda di
lingkungan penulis yang lebih mengutamakan untuk memeuhi kebutuhan
duniawinya saja. Misalkan saja dengan adanya kemajuan teknologi sekarang
dan maraknya game online, banyak dari mereka yang terlena karena
kemajuan teknologi itu. Banyak pemuda-pemuda yang berkumpul untuk
bermain game bersama-sama sampai larut malam bahkan seringkali sampai
menjelang pagi, dan mereka melupakan kewajibannya sebagai seorang
muslim. Tidak hanya berkumpul untuk bermain game bersama saja,
seringkali ada beberapa dari mereka yang mabuk hanya untuk memenuhi
hasrat duniawi mereka saja. Hampir sebagian dari mereka tidak
mementingkan lagi aspek spiritualitas sehingga mereka terisolir dari dunia
lain non-fsikis sebagaimana keyakinan para sufi.
Beberapa hal diatas menunjukan masyarakat modern banyak yang lebih
mementingkan kebutuhan duniawi mereka yang mereka anggap dapat
membuat mereka merasa senang dan puas, mereka melupakan segala hal yang
seharusnya menjadi kewajiban mereka.

6
B. Urgensi Belajar dan Mengamalkan Tasawuf di Zaman Modern
Pada masa yang akan datang tampaknya perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta industrialisasi akan berlangsung terus dan
sangat menentukan paradaban umat manusi. Namun demikian, masalah-
masalah moral dan etika akan ikut memepengaruhi pilihan strategi dalam
mengembangkan peradaban dimasa depan. Hal ini terlihat semua tahap
perkembangan masyarakat. Untuk masyarakat yang masih terbelakang,
spiritualisme harus berfungsi sebagai pendorong untuk meningkatkan etos
kerja dan bukan pelarian dari ketidakberdayaan masyarakat untuk mengatasi
tantangan hidupnya. Sedangan bagi masyarakat maju-industrial, spiritualisme
befungsi sebagai tali penghubung dengan Tuhan.
Namun demikian, perlu diingat bahwa tasawuf tidak bisa dipisahakn
dari kerangka pengalaman agama, dan karena itu harus selalu berorientasi
kepada Al- Qur’an dan Sunnah. Inilah yang mungkin disebutkan Hamka
sebagai “tasawuf modern”, yakni tasawuf yang membawa kemajuan,
bersemangat tauhid dan jauh dari kemusyrikan, bid’ah da khurafat. Karena
itu, gambaran seorang sufi yang sejati ialah Nabi kita Muhammad SAW.
Spritualisme pada generasi pertama islam dikembangkan bukan untuk
spiritualisme parsial, tetapi berfungsi untuk mendorong gerak sejarah ke
depan dan ada saat yang sama membuat hidup menjadi seimbang.
Salah satu tokoh era modern yang begitu sungguh-sungguh
memperjuangkan internaslisasi nilai-nilai spiritual Islam adalah Sayyid
Husein Nashr. Ia melihat datangnya malapetaka dalam manusia modern
akibat hilangnya spiritualitas yang sesungguhnya dalam tradisi Islam. Bahkan
beliau juga menyesali tindakan akomodatif dari kalangan modernis dan
reformis dunia Islam yang telah berakibat menghancurkan seni dan budaya
Islam serta menciptakan kegersangan dalam jiwa seorang muslim (Nata,
1998: 294).
Intisari ajaran tasawuf adalah betujuan memperoleh hubungan langsung
dan dusadarai dengan Tuhan, sehingga orang merasa dengan kesadarannya itu

7
berada dihadirat-Nya. Kemampuan berhubungan dengan Tuhan ini dapat
mengintegrasikan seluruh ilmu pengetahuan yang nampak berserakan. Karena
melalui tasawuf ini seseorang disadarkan bahwa sumber segala yang ada ini
berasal dari Tuhan, bahwa dalam faham wahdatul wujud, alam dan manusia
yang menjadi objek copy Tuhan.
Dengan cara demikian antara satu ilmu dengan ilmu lainnya akan saling
mengarah pada Tuhan. Dengan adanya bantuan tasawuf, maka ilmu
pengetahuan satu dan lainnya tidak akan betabrakan, karena ia berada dalam
satu jalan dan satu tujuan. Tasawuf melatih manusia agar memiliki ketajaman
batin dan kehalusan budi pekerti, sikap batin dan kehalusan budi yang tajam
ini menyebabkan ia akan selalu mengutamakan pertimbangan kemanusiaan
pada setiap masalah yang dihadapi, dengan cara demikian, ia akan terhindar
dari melakukan perbuatan-perbuatan yang tercela menurut agama.

C. Strategi Pendidikan dan Pengalaman Tasawuf dalam Masyarakat


Modern
Sikap materialistik dan hedonistik yang merajalela dalam kehidupan
modern saat ini dapat diatasi dengan menerapkan konsep zuhud (asketisisme).
Konsep zuhud, yang pada intinya sikap tidak mau diperbudak atau
terperangkap oleh pengaruh duniawi yang sementara itu, atau menghindarkan
diri dari kecenderungan-kecenderungan hati yang terlalu mencintai dunia.
Jika sikap ini telah mantap, maka ia tidak akan berani menggunakan segala
cara untuk mencapai tujuan. Sebab tujuan yanag ingin dicapai dalam tasawuf
adalah menuju Tuhan, maka caranya pun harus ditempuh dengan cara yang
disukai oleh Tuhan. Selanjutnya sikap frustasi, putus asa dapat diatasi dengan
sikap ridha yang diajarkan dalam tasawuf, yaitu selalu menerima terhadap
segala keputusan Tuhan setelah berusaha dengan semaksimal mungkin (Nata,
1998: 299).

8
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tasawuf atau sufisme diakui dalam sejarah telah berpengaruh besar atas
kehidupan moral dan spiritual Islam sepanjang ribuan tahun yang silam.
Selam kurun waktu itu tasawuf begitu lekat dengan dinamika kehidupan
masyarakat luas, bahkan sebatas kelompok kecil yang eksklusif dan terisolasi
dari dunia luar. Tasawuf dapat menjadi solusi alternatif terhadap kebutuhan
spiritual dan pembinaan manusia modern.
Sehingga kehadiran tasawuf ini sangat diperlukan didunia modern saat
ini, guna membimbing manusia agar tetap merindukan Tuhannya, dan bisa
juga untuk orang-orang yang semula hidupnya glamor dan suka hura- hura
menjadi orang yang esketis (zuhud pada dunia). Disamping itu juga, tasawuf
modern sebagai terapi penyembuhan bagi hati yang merindukan tuhannya.
Ahklak tasawuf adalah ilmu yang sangat berguna untuk membentuk manusia
yang humanis dengan moral yang luhur.

9
DAFTAR PUSTAKA
Alba, Cecep;. (2012). Tasawuf dan Tarekat, Dimensi Esoteris Ajaran Islam.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Amin, Samsul Munir;. (2012). Ilmu Tasawuf. Jakarta: Amzah.

Kartanegara, Mulyadhi;. (2006). Menyelami Lubuk Tasawuf. Jakarta: Erlangga.

Nars, Seyyed Hossein;. (1991). Tasawuf Dulu dan Sekarang. (A. Hadi, Penerj.)
Jakarta: Pustaka Firdaus.

Nata, Abuddin;. (1998). Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.

10

Anda mungkin juga menyukai