Anda di halaman 1dari 13

Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol .3, No.

2, September 2015 137

Peran Neurolinguistik dalam Pengajaran Bahasa


Tri Budianingsih1
1
Program Studi Sastra China, Fakultas Sastra, Universitas Al Azhar Indonesia, Komplek Masjid
Agung Al Azhar Indonesia, Jalan Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, DKI Jakarta, 12110

Penulis untuk Korespondensi / E-mail: tri.budianingsih@uai.ac.id

Abstrak-Pertama kali peneliti mengetahui peran neurolinguistik dalam pengajaran bahasa sempat
mengalami kebingungan dalam memahami peran tersebut, karena penamaan yang terdengar asing
bagi peneliti yang belum pernah didengar sebelumnya, tapi setelah peneliti memahami dan
mengetahuinya peneliti mulai tertarik dalam penerapannya di dalam kelas dalam proses belajar
mengajar. Metode ini sangat menerapkan pemahaman bahasa dalam otak kanan dan otak kiri
manusia, memahami bahasa sasaran atau bahasa asing dengan menggunakan otak kiri atau otak
kanan, hal ini dapat diketahui dalam makalah ini. Dari uraian tersebut dapat didefinisikan bahwa
Neuro Linguistic Programming merupakan sebuah model yang memprogram interaksi antara
pikiran dan bahasa (verbal dan nonverbal) sehingga dapat menghasilkan pikiran dan perilaku
yang diharapkan.

Kata Kunci: Neurolinguistict, Language Teaching, Right Brain and Left Brain

Abstract - The first time researchers know the role of neurolinguistics in language teaching was
confused in understanding the role, because the naming that sounds unfamiliar to researchers who
have never heard before, but after researchers understand and find out researchers began to be
interested in the application in the classroom in the learning process. This method greatly applies
the understanding of language in the right brain and the human left brain, understand the target
language or foreign language using the left brain or right brain, this can be known in this paper.
From the description can be defined that Neuro Linguistic Programming is a model that program
the interaction between the mind and language (verbal and nonverbal) so as to generate thoughts
and behaviors that are expected.

Keywords: Neurolinguistik, Pengajaran Bahasa, Otak Kanan dan Otak Kiri

PENDAHULUAN pada aspek biologis, tapi peneliti hanya


menerangkan secara garis besar dari aspek

B anyak yang tidak tahu tentang hubungannya


peran neurolinguistik dalam pengajaran
bahasa. Sebenarnya jika kita mengetahui secara
biologis yang dapat diketahui bahwa
pertumbuhan bahasa manusia mengikuti jadwal
perkembangan genetiknya sehingga suatu unsur
baik peran tersebut pengajar bahasa sedikit lebih bahasa tidak dapat dipaksakan. Sementara itu,
mudah dalam pengajarannya untuk membuat aspek neurologis, yaitu kaitan otak dengan
siswa mengerti dalam mempelajari bahasa bahasa. Chaer mengemukakan bahwa dalam
sasaran. Penguasaan bahasa manusia berbeda sistem saraf manusia, otak merupakan pusat
dengan hewan, sebenarnya hal ini dilandasi oleh saraf, pengendali pikiran, dan mekanisme organ
dua aspek, yaitu aspek biologis dan aspek tubuh manusia, termasuk mekanisme pemrosesan
neurologis. Walaupun peneliti tidak membahas bahasa. Oleh sebab itu, perkembangan bahasa
138 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol .3, No. 2, September 2015

manusia terkait dengan perkembangan otak. peredaran darah dari jantung dan 20% dari
Berdasarkan uraian di atas, makalah ini sumber daya metabolik manusia.
membahas peran neorologis dalam pengajaran
bahasa.

TEORI dan METODOLOGI LANDASAN


NEUROLOGIS BAHASA
Faktor yang juga penting dalam penguasaan
bahasa adalah faktor neurologis, yakni kaitan
antara otak manusia dengan bahasa. Landasan
neurologis bahasa inilah yang mampu menjawab
bahwa manusia memiliki kemampuan berbahasa,
tetapi hewan tidak. Gambar 1. Struktur Otak Manusia
Seperti terlihat pada gambar di atas, otak dibagi
STRUKTUR DAN ORGANISASI OTAK menjadi empat bagian, yaitu:
MANUSIA a. Cerebrum (Otak Besar)
Pertumbuhan manusia menjadi penyelidikan para b. Cerebellum (Otak Kecil)
ahli sejak lama, khususnya tentang penyelidikan c. Brainstem (Batang Otak)
oleh para ahli palaeneurologi. Penyelidikan ini d. Limbic System (Sistem Limbik)
sudah berlangsung sekitar 3 juta tahun. Hasil
penyelidikan ini setidaknya tampak pada ukuran Cerebrum (Otak Besar)
otak manusia yang membesar dari 400 miligram Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak
menjadi 1400 miligram. Meskipun ukuran bukan manusia yang juga disebut dengan nama Cerebral
satu-satunya indikator untuk mengukur Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum
perubahan fungsi, paling tidak ukuran itu merupakan bagian otak yang membedakan
memungkinkan akan adanya fungsi yang manusia dengan binatang. Cerebrum membuat
bertambah. manusia memiliki kemampuan berpikir, analisis,
Halloway mengemukakan perkembangan otak ini logika, bahasa, kesadaran, perencanaan, memori
dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu: dan kemampuan visual. Kecerdasan intelektual
1. Tahap perkembangan ukuran atau IQ juga ditentukan oleh kualitas bagian ini.
2. Adanya perubahan reorganisasi pada otak
3. Munculnya system fiber yang berbeda-beda
daerah-daerah tertentu melalui corpus collosum.
4. Munculnya dua hemisfer yang asimitris.

Sistem saraf merupakan pusat keputusan dan


komunikasi tubuh. Sistem saraf terdiri dari dua
bagian utama: (a) tulang punggung yang terdiri
dari sederetan tulang punggung yang
bersambung-sambungan (spinal cord) dan (b)
otak. Otak terdiri dari dua bagian: (i) batang otak Gambar 2. Struktur dan Organisasi Otak Manusia
(brain stem) dan (ii) korteks serebral (cerebral Cerebrum terbagi menjadi 4 (empat) bagian yang
cortex). Otak merupakan pusat dari keseluruhan disebut Lobus. Bagian lobus yang menonjol
tubuh. Selain paling penting, otak juga disebut gyrus dan bagian lekukan yang
merupakan organ yang paling rumit. menyerupai parit disebut sulcus. Keempat Lobus
tersebut masing-masing adalah: Lobus Frontal,
Otak manusia berukuran sekitar 1-1.5kg dengan Lobus Parietal, Lobus Occipital, dan Lobus
rata-rata 1330gram. Ukuran tersebut kurang lebih Temporal.
2% saja dari ukutan tubuh manusia. Ukuran otak
yang sebesar itu membutuhkan 15% dari seluruh Lobus Frontal merupakan bagian lobus yang
ada dipaling depan dari Otak Besar. Lobus ini
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol .3, No. 2, September 2015 139

berhubungan dengan kemampuan membuat Jika terjadi cedera pada otak kecil, dapat
alasan, kemampuan gerak, kognisi, perencanaan, mengakibatkan gangguan pada sikap dan
penyelesaian masalah, memberi penilaian, koordinasi gerak otot. Gerakan menjadi tidak
kreativitas, kontrol perasaan, kontrol perilaku terkoordinasi, misalnya orang tersebut tidak
seksual, dan kemampuan bahasa secara umum. mampu memasukkan makanan ke dalam
mulutnya atau tidak mampu mengancingkan
Lobus Parietal berada di tengah, berhubungan baju.
dengan proses sensor perasaan seperti tekanan,
sentuhan, dan rasa sakit. Brainstem (Batang Otak)
Batang otak (brainstem) berada di dalam tulang
Lobus Temporal berada di bagian bawah tengkorak atau rongga kepala bagian dasar dan
berhubungan dengan kemampuan pendengaran, memanjang sampai ke tulang punggung atau
pemaknaan informasi, dan bahasa dalam bentuk sumsum tulang belakang. Bagian otak ini
suara. mengatur fungsi dasar manusia termasuk
pernapasan, denyut jantung, mengatur suhu
Lobus Occipital ada di bagian paling belakang, tubuh, mengatur proses pencernaan, dan
berhubungan dengan rangsangan visual yang merupakan sumber insting dasar manusia yaitu
memungkinkan manusia mampu melakukan fight or flight (lawan atau lari) saat datangnya
interpretasi terhadap objek yang ditangkap oleh bahaya.
retina mata.
Batang otak dijumpai juga pada hewan seperti
Apabila diuraikan lebih detail, setiap lobus masih kadal dan buaya. Oleh karena itu, batang otak
bisa dibagi menjadi beberapa area yang punya sering juga disebut dengan otak reptil. Otak reptil
fungsi masing-masing, seperti terlihat pada mengatur “perasaan teritorial” sebagai insting
gambar di bawah ini. primitif. Contohnya kita akan merasa tidak
nyaman atau terancam ketika orang yang tidak
Selain dibagi menjadi 4 lobus, cerebrum (otak dikenal terlalu dekat dengan kita. Batang Otak
besar) juga bisa dibagi menjadi dua belahan, terdiri dari tiga bagian, yaitu:
yaitu belahan otak kanan dan belahan otak kiri.
Kedua belahan itu terhubung oleh kabel-kabel Mesencephalon atau Otak Tengah (disebut juga
saraf di bagian bawahnya. Secara umum, belahan Mid Brain) adalah bagian teratas dari batang otak
otak kanan mengontrol sisi kiri tubuh, dan yang menghubungkan Otak Besar dan Otak
belahan otak kiri mengontrol sisi kanan tubuh. Kecil. Otak tengah berfungsi dalam hal
Otak kanan terlibat dalam kreativitas dan mengontrol respon penglihatan, gerakan mata,
kemampuan artistik. Sedangkan otak kiri untuk pembesaran pupil mata, mengatur gerakan tubuh,
logika dan berpikir rasional. dan pendengaran.

Cerebellum (Otak Kecil) Medulla oblongata adalah titik awal saraf tulang
Otak Kecil atau Cerebellum terletak di bagian belakang dari sebelah kiri badan menuju bagian
belakang kepala, dekat dengan ujung leher kanan badan, begitu juga sebaliknya. Medulla
bagian atas. Cerebellum mengontrol banyak mengontrol fungsi otomatis otak, seperti detak
fungsi otomatis otak, diantaranya: mengatur jantung, sirkulasi darah, pernafasan, dan
sikap atau posisi tubuh, mengkontrol pencernaan.
keseimbangan, koordinasi otot dan gerakan
tubuh. Otak Kecil juga menyimpan dan Pons merupakan stasiun pemancar yang
melaksanakan serangkaian gerakan otomatis mengirimkan data ke pusat otak bersama dengan
yang dipelajari seperti gerakan mengendarai formasi reticular. Pons yang menentukan apakah
mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan kita terjaga atau tertidur.
mengunci pintu dan sebagainya.
140 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol .3, No. 2, September 2015

Limbic System (Sistem Limbik) Otak besar dibagi menjadi belahan kiri dan
Sistem limbik terletak di bagian tengah otak, belahan kanan, atau yang lebih dikenal dengan
membungkus batang otak ibarat kerah baju. Otak Kiri dan Otak Kanan. Setiap belahan
Limbik berasal dari bahasa latin yang berarti mempunyai fungsi yang berbeda. Otak kiri
kerah. Bagian otak ini sama dimiliki juga oleh berfungsi dalam hal-hal yang berhubungan
hewan mamalia sehingga sering disebut dengan dengan logika, rasio, kemampuan menulis dan
otak mamalia. Komponen limbik antara lain membaca, serta merupakan pusat matematika.
hipotalamus, thalamus, amigdala, hipocampus Beberapa pakar menyebutkan bahwa otak kiri
dan korteks limbik. Sistem limbik berfungsi merupakan pusat Intelligence Quotient (IQ).
menghasilkan perasaan, mengatur produksi
hormon, memelihara homeostasis, rasa haus, rasa Sementara itu otak kanan berfungsi dalam
lapar, dorongan seks, pusat rasa senang, perkembangan Emotional Quotient (EQ).
metabolisme dan juga memori jangka panjang. Misalnya sosialisasi, komunikasi, interaksi
dengan manusia lain serta pengendalian emosi.
Bagian terpenting dari Limbik Sistem adalah Pada otak kanan ini pula terletak kemampuan
Hipotalamus yang salah satu fungsinya adalah intuitif, kemampuan merasakan, memadukan,
bagian memutuskan mana yang perlu mendapat dan ekspresi tubuh, seperti menyanyi, menari,
perhatian dan mana yang tidak. Misalnya lebih melukis dan segala jenis kegiatan kreatif lainnya.
memperhatikan anak sendiri dibanding dengan
anak orang yang tidak dikenal. Mengapa? Karena Perbedaan teori fungsi otak ini belum terjadi
kita punya hubungan emosional yang kuat sampai dengan manusia mencapai usia kurang
dengan anak sendiri. Begitu juga, ketika lebih 12 tahun. Setalah menjelang usia tersebut
membenci seseorang, malah sering barulah terjadi yang dinamakan lateralisasi. Pada
memperhatikan atau mengingatkan. Hal ini awal mulanya dinyatakan bahwa hemisfir kiri
terjadi karena punya hubungan emosional dengan Gambar 3. Perbedaan Fungsi Otak Kiri dan otak
orang yang dibenci. Kanan
ditugaskan untuk urusan bahasa dan kanan hal-
Sistem limbik menyimpan banyak informasi
yang tak tersentuh oleh indera. Dialah yang lazim
disebut sebagai otak emosi atau tempat
bersemayamnya rasa cinta dan kejujuran. Carl
Gustav Jung menyebutnya sebagai "Alam
Bawah Sadar" atau ketidaksadaran kolektif, yang
diwujudkan dalam perilaku baik seperti
menolong orang dan perilaku tulus lainnya.
LeDoux mengistilahkan sistem limbik ini sebagai
tempat duduk bagi semua nafsu manusia, tempat
bermuaranya cinta, penghargaan dan kejujuran. hal lain. perkembangan terakhir menunjukkan
bahwa hemisfir kanan pun ikut bertanggung
Perbedaan Fungsi Otak Kanan & Otak Kiri jawab akan penggunaan bahasa . (Dibahas lebih
Otak besar atau cerebrum yang merupakan lanjut dalam otak dan bahasa)
bagian terbesar dari otak manusia adalah bagian
yang memproses semua kegiatan intelektual, Belahan otak mana yang lebih baik? Keduanya
seperti kemampuan berpikir, menalarkan, baik. Setiap belahan otak punya fungsi masing-
mengingat, membayangkan, serta merencanakan masing yang penting bagi kelangsungan hidup
masa depan.Perbedaan dua fungsi otak sebelah manusia. Akan tetapi, menurut penelitian,
kiri dan kanan akan membentuk sifat, sebagian besar orang di dunia hidup dengan lebih
karakteristik dan kemampuan yang berbeda pada mengandalkan otak kirinya. Hal ini disebabkan
seseorang. Perbedaan teori fungsi otak kiri dan oleh pendidikan formal (sekolah dan kuliah)
otak kanan ini telah populer sejak tahun 1960-an, lebih banyak mengasah kemampuan otak kiri dan
dari hasil penelitian Roger Sperry. hanya sedikit mengembangkan otak kanan.
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol .3, No. 2, September 2015 141

Orang yang dominan otak kirinya, pandai yakni, hemisfer kiri dan kanan. Bagian manakah
melakukan analisis dan proses pemikiran logis, yang lebih berhubungan dengan bahasa? Ada
tetapi kurang pandai dalam hubungan sosial. pandangan yang menyatakan bahwa kebahasaan
Mereka juga cenderung memiliki telinga kanan adalah tanggung jawab dari hemisfir kiri. Di
lebih tajam, kaki dan tangan kanannya juga lebih bawah ini akan dipaparkan beberapa penelitian
tajam daripada tangan dan kaki kirinya. tentang hal tersebut.
Sedangkan orang yang dominan otak kanannya
bisa jadi adalah orang yang pandai bergaul, tetapi Pandangan yang menyatakan bahwa kebahasaan
mengalami kesulitan dalam belajar hal-hal yang tersebut tanggung jawab hemisfir kiri tidak
teknis. sepenuhnya salah. Penelitian Wada (1949) yang
memasukkan cairan ke kedua hemisfir
Ada banyak cara untuk mengetahui apakah menunjukkan bahwa bila hemisfir kiri yang
seseorang dominan otak kanan atau dominan otak “ditidurkan” maka terjadilah gangguan wicara.
kiri. Misalnya dengan melihat perilaku sehari- Tes yang dinamakan dichotic listening test yang
hari, cara berpakaian, dengan mengisi kuisioner dilakukan oleh Kimura (1961) juga menunjukkan
yang dirancang khusus atau dengan peralatan hasil yang sama. Kimura memberikan input,
Electroencephalograph yang bisa mengamati katakanlah kata da pada telinga kiri, dan ba pada
bagian otak mana yang paling aktif. telinga kanan secara simultan. Hasil eksperimen
ini menunjukkan bahwa input yang masuk lewat
OTAK DAN BAHASA HUBUNGAN OTAK telinga kanan lebih akurat daripada yang lewat
DAN BAHASA telinga kiri.
Untuk mengetahui bagaimanakah hubungan
bahasa dengan otak melalui sudut pandang Salain itu, ada nama operasi yang dinamakan
neurolinguistik, maka di bawah ini akan dibahas hemispherectomy. Operasi ini satu hemisfir
pengertian bahasa. Untuk pengertian otak dan diambil dalam rangka mencegah epilepsy.
strukturnya sudah dibahas sebelumnya. Terbukti juga bahwa bila hemisfir kiri yang
diambil maka kemampuan berbahasa orang itu
Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk menurun drastis. Sebaliknya, bila yang diambil
berkomunikasi. Bahasa adalah suatu sistem hemisfir kanan, orang tersebut masih dapat
simbol lisan yang arbitrer yang dipakai oleh berbahasa, meskipun tidak sempurna.
anggota suatu masyarakat bahasa untuk
berkomunikasi dan berinteraksi antar sesamanya, Namun, selain dari penelitian tersebut di atas, ada
berlandaskan pada budaya yang mereka miliki penelitian yang menyatakan bahwa penelitian di
bersama. Pendapat bahasa menurut Brown adalah atas tidak sepenuhnya benar. Seperti dikatakan
seperangkat symbol (vokal maupun visual) yang sebelumnya, anak sebelum usia 12 tahun belum
sistematis, manasuka, mengonvensionalkan terjadi lateralisasi. Hal tersebut terbukti dengan
makna kata yang dirujuk, dan dipakai untuk adanya kasus anak di bawah usia belasan yang
berkomunikasi oleh manusia, dalam sebuah cedera. Anak yang cedera hemisfir kirinya dapat
komunitas atau budaya wicara, dan dikuasai oleh memperoleh bahasa seperti anak yang normal.
semua orang dalam cara yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa hemisfir kanan pun
mampu untuk melakukan fungsi bahasa.
Dari beberapa pendapat di atas, dapat diartikan
bahwa bahasa adalah suatu sistem lambang atau Ada beberapa ketidakmampuan manusia untuk
simbol yang sistematis yang digunakan oleh berbahasa karena kerusakan organ otak.
suatu komunitas bahasa dan dikuasai oleh semua Ketidakmampuan berbahasa disebut patologi
orang dalam cara yang sama untuk bahasa. Ada tiga masalah utama dalam patologi
berkomunikasi. bahasa yang dibahas, yaitu disleksia, afasia, dan
HEMISFIR KIRI DAN HEMISFIR KANAN bahasa orang tuna rungu.
Setelah pengertian bahasa dan otak, selanjutnya
akan dibahas mengenai hubungan otak dan Menurut Mar’at hubungan antara otak dan bahasa
bahasa. Otak terdiri dari dua belahan (hemisfer) dibahas terlebih dahulu berdasarkan kekidalan
142 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol .3, No. 2, September 2015

dan kekananan. Dikatakan bahwa pada oarng Lahirnya NPL sebagai salah satu metode
yang tidak kidal (kekananan) tingkah laku pembelajaran bahasa. NLP merupakan salah satu
berbahasanya dikontrol oleh hemisfer otak cara yang membuat seseorang mampu untuk
sebelah kanan. Sedangkan pada orang kidal, memetakan semua proses yang terjadi dalam
tingah laku berbahasanya dikontrol oleh hemisfer otaknya (didasarkan pada pengalamannya)
otak sebelah kanan, meskipun sebenernya pada dengan memprogram fungsi neuro-nya (otaknya)
orang kidal kedua hemisfir sering ikut dengan menggunakan bahasa (linguistic)
mengontrol. sehingga individu dapat mengubah aspek luar
kehidupannya dengan cara mengubah sikap yang
Sistem penggunaan bahasa pada manusia terdiri ada dalam pikiran mereka. Dari uraian tersebut
dari beberapa subsistem, yaitu speech recognizer, dapat didefinisikan bahwa Neuro Linguistic
sentence analyzer, sistem konseptual, generator Programming merupakan sebuah model yang
kalimat, dan artikulator. Kelima subsistem ini memprogram interaksi antara pikiran dan bahasa
mempunyai hubungan dengan kamus mental (verbal dan nonverbal) sehingga dapat
(lexicon). menghasilkan pikiran dan perilaku yang
diharapkan. Dilts mengungkapkan tujuan NLP di
Di dalam otak, semua subsistem berkaitan satu antaranya adalah membantu manusia
dengan yang lain dan merupakan satu kesatuan berkomunikasi lebih baik dengan diri mereka
yang terintegrasi, yang disebut sistem sendiri, mengurangi ketakutan tanpa alasan,
penggunaan bahasa (language use system). mengontrol emosi negatif, stres, dan kecemasan.

Gagasan otak kiri dan kanan membantu Selain itu, NLP juga membantu manusia
merumuskan rentetan pendekatan, metode, dan menciptakan tujuan positif bagi masa depannya,
model pembelajaran yang beguna bagi membantu memformulasikan tujuan khusus dan
pembelajaran bahasa. Berikut adalah peran rencana yang akan membimbing mereka pada
neorolinguistik dalam pengajaran bahasa. Danesi masa depan yang lebih baik. Bila digunakan
(1988) misalnya menggunakan bimodalitas dalam praktik pendidikan, NLP akan sangat
neorologis untuk menganalisis bagaimana bermanfaat untuk mengurangi kecemasan, rasa
berbagai metode pengajaran bahasa gagal yakni tidak percaya diri, serta tingginya indeks stres
karena terlalu condong kepada proses otak kiri, yang dimiliki peserta didik dalam mengikuti
metode-metode lama di kelas bahasa tak cukup kegiatan belajar mengajar. Selain bagi peserta
merangsang proses otak kanan. didik, NLP juga akan mampu membantu
pengajar menumbuhkan rasa percaya dirinya
Krashenm Seliger, dan Harnett (1974) sebagai seseorang yang harus menunjukkan citra
mendukung hipotesis bahawa para pembelajar baik dihadapan para peserta didik. Jika
bahasa kedua yang dominan otak kiri menyukai permasalahan yang dihadapi oleh pengajar dan
gaya deduktif, sementara yang dominan otak peserta didik telah teratasi, besar kemungkinan
kanan terlihat lebih berhasil dalam lingkungan keduanya akan merasakan kegiatan belajar
kelas yang induktif. mengajar yang menyenangkan dan efektif.
Ghannoe mengungkapkan bahwa jenis metode
Cabang penelitian neurolinguistik yang berfokus NLP dibagai menjadi sembilan teknik, yaitu meta
pada peran belahan otak kanan dalam model, milton model, anchoring, metafora,
pemerolehan bahasa kedua. Obler mencatat reframing, sistem representasi, submodalitas,
bahwa dalam pembelajaran bahasa kedua, ada perseptual positions, dan metaprogram.
partisipasi penting belahan kanan dan partisipasi Penerapan metode pemetaan pikiran yang
ini aktif dalam tahap-tahap awal pembelajaran merupakan memaduan kegiatan otak kiri dan
bahasa kedua. Partisipasi ini didefinisikan otak kanan secara efektif dan bersinergi.
sebagai strategi-strategi pemerolehan. Obler Penerapan model pembelajaran Accelereted
merujuk ini pada strategi penebakan makna dan dengan menggunakan pendekatan SAVI
penggunaan ujaran klise sebagai contoh-contoh (Somatis. Audiotori, Visual, dan intelektual)
aktvitas otak kanan. dalam pengajaran bahasa dengan mengaktifkan
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol .3, No. 2, September 2015 143

otak kanan dan kiri. Penerapan model Ketika seorang anak sedang memperoeh bahasa
pembelajaran suggestopedia yang memanfaatkan B1 nya, terjadi dua proses, yaitu proses
peran otak kiri dan kanan dalam meningkatkan kompetensi dan proses performasi. Kedua proses
kualitas pengajaran bahasa. ini merupakan dua proses yang berlainan.
Kompetensi adalah proses penguasaan tata
bahasa yang berlangsung secara tidak disadari.
PEMBAHASAN Proses kompetensi ini menjadi syarat untuk
terjadinya proses performasi yang menyangkut
Peneliti membahas peran neurolinguistik dalam proses pemaham dan proses memproduksi ujaran.
pengajaran bahasa dalam bidang pemerolehan Proses pemahaman melibatkan kemampuan
bahasa. Dalam pembahasan berikut ini akan mempersepsi kalimat yang didengar. Sedangkan
dikupas perkembangan bahasa pada anak yang proses memproduksi ujaran menjadi kemapuan
kemudian mengarah pada paparan tentang linguistik selanjutnya.
pemerolehan bahasa pertama dan kedua pada
anak sebelum pada akhirnya mengangkat tentang Fungsi berbahasa merupakan fungsi yang paling
gangguan berbahasa. kompleks di antara seluruh faset perkembangan
sebagaimana yang dijabarkan di atas. Indikator
Perkembangan Bahasa pada Anak dan perkembangan bahasa ini meliputi fungsi reseptif
Ragamnya yaitu kemampuan anak untuk mengenal dan
Perkembangan bahasa merupakan salah satu bereaksi terhadap seseorang, terhadap kejadian
mata rantai pertumbuhan anak selain lingkungan sekitarnya, mengerti maksud mimik
perkembangan lain seperti perkembangan dan suara dan akhirnya kata‐kata dan fungsi
motorik kasar, perkembangan pemecahan ekspresif, yaitu Kemampuan anak mengutarakan
masalah visuo motor yang merupakan gabungan keinginannya dan pekirannya. Fungsi ekspresif
fungsi penglihatan dan motorik halus, serta ini dipengaruhi fungsi reseptif dan merupakan
perkembangan sosial. kemampuan yang lebih kompleks mengingat
anak memulai dengan komunikasi preverbal,
Perkembangan bahasa sering menjadi tolok ukur dilanjutkan komunikasi dengan ekspresi wajah,
tingkat intelejensi anak meskipun pada gerakan tubuh, dan pada akhirnya dengan
hakikatnya perkembangan seorang anak menggunakan kata‐kata atau komunikasi verbal
merupakan suatu kesatuan yang utuh dan saling (Pusponegoro, 1997:80). Tabel berikut meringkas
melengkapi. Artinya seorang anak tidak dapat tahapan perkembangan bicara pada anak yang
dikatakan cerdas jika dia hanya bisa memecahkan meliputi fungsi reseptif dan ekspresif dimulai
masalah visuo motor dan fasih berbahasa tanpa sejak bayi baru lahir hingga berumur 4 tahun.
diimbangi kemampuan bersosialisasi.
Dengan mengacu pada tabel perkembangan
Setiap anak yang normal pertumbuhan bicara di atas, maka anak dikatakan mengalami
pikirannya akan belajar B1 atau bahasa ibu dalam keterlambatan bicara atau kesulitan berbahasa
tahun‐ tahun pertama dalam hidupnya, dan proses jika kemampuannya menyimpangan dari standar
ini terjadi hingga kira‐kira umur 5 tahun. Sesudah tersebut. Keterlembatan bicara terjadi pada 3‐
itu pada masa pubertas (sekitar 12‐14 tahun) 15% anak, dan merupakan kelainan
hingga menginjak dewasa (sekitar 18‐20 tahun), perkembangan yang paling sering terjadi. Dari
anak itu akan tetap belajar B1. Sesudah pubertas jumlah tersebut, sebanyak 1% anak yang
ketrampilan bahasa anak tidak banyak mengalami keterlambatan bicara tetap tidak dapat
kemajuannya, meskipun dalam beberapa hal, berbicara. 30% dari anak dengan keterlambatan
umpamanya dalam kosakata, ia belajar B1 terus ringan akan sembuh atau menjadi normal dengan
menerus selama hidupnya. Pemerolehan B1 kita sendirinya. Sisanya, 70% akan mengalami
anggap bahasa yang utama bagi anak karena kesulitan berbahasa, kurang pandai, atau
bahasa ini yang paling mantap pengetahuan dan mengalami kesulitan belajar lainnya.
penggunaannya.
144 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol .3, No. 2, September 2015

Penyebab keterlambatan bicara dan berbahasa seorang anak memperoleh bahasa pertama
secara umum sangat beragam, diantaranya: 1) dengan mudah dan cepat. Adapun pada usia
retardasi mental yang menyebabkan kurangnya pubertas telah dicapai kematangan kognitif pada
kepandaian anak dibandingkan anak lain saat selesainya fungsi‐fungsi otak tertentu,
seusianya, 2) gangguan pendengaran, 3) kelainan khususnya fungsi verbal yang menjadi mantap di
organ bicara, 4) mutisme selektif atau bagian otak sebelah kiri. Hal inilah yang disebut
ketidakmauan berbicara pada keadaan tertentu, 5) lateralisasi. Masa kritislah yang bertanggung
deprivasi atau kurangnya stimuli dari lingkungan, jawab atas lateralisasi yang membuat proses
6) kekurangan gizi yang mengakibatkan kelainan pemerolehan bahasa secara alamiah akan
saraf, dan 7) autisme atau deviansi komunikasi berkurang hingga akhirnya hilang sama sekali.
baik dalam berbahasa maupun bertingkah laku Efektifnya pemerolehan bahasa pada usia
yang sedang tren dibicarakan saat ini (Sutardi, tersebut telah diujikan dalam beberapa penelitian.
1997:67). Hipotesis bahwa periode usia di atas disebut
masa emas pemerolehan bahasa diperkuat oleh
Kajian tentang keterlambatan atau gangguan beberapa kasus keterlambatan bicara pada orang
bicara di beberapa literatur psikologi bahasa dewasa yang memperoleh bahasa di atas usia 15
masih terbatas pada kesulitan berbicara dalam tahun. Sebut saja beberapa nama seperti Amila
tataran umum. Kesulitan berbicara yang dan Kayla yang ditemukan di belantara India
megkerucut pada kemampuan berbahasa dari pada tahun 1920; Genie yang terisolir dari
tinjauan sitaksis dan pragmatis belum banyak kehidupan manusia dan segala kontak sosial
diangkat. Carrol (1986:30) menggolongkan hingga tahun 1970; dan Victor yang ditemukan di
gangguan bicara menjadi 4 (empat), yaitu: 1) hutan Aveyson pada tahun 1978. Nama yang
gangguan bicara pada anak dengan keterlambatan terakhir ini kisah hidupnya difilmkan dimana
mental, 2) gangguan bicara pada anak‐anak diceritakan tentang betapa sulitnya
penderita tunarungu, 3) gangguan bicara pada mengembalikan anak pada kemampuan
anak penyandang autisma, dan 4) gangguan berbahasa dan berkomunikasi secara sosial
bicara pada anak yang mengalami cidera otak. dengan seutuhnya. Keterlambatan pemerolehan
bahasa berakibat ketidakmampuan secara
Pemerolehan Bahasa Pertama pada Masa sepenuhnya penguasaan morfologis dan
Awal sintaktika bahasa (Field, 2003:73).
Pemerolehan bahasa pada anak yang baru lahir
berawal dari suara tangisnya yang menjadi Contoh kasus keterlambatan pemerolehan bahasa
bentuk respon terhadap stimuli dari terjadi pada Chelsea yang mulai memperoleh
lingkungannya. Caranya merespon akan bahasa saat berusia 31 tahun. Bermula dari
berkembang seiring kematangan mentalnya. kecerobohan diagnosis dokter yang menyebutkan
Selanjutnya anak akan terus menyimpan stimuli bahwa Chelsea mengalami keterlambatan mental,
bahasa pada memorinya. Pemerolehan bahasa dia tidak pernah dilibatkan dalam kontak sosial
pertama, atau yang kerap disebut bahasa ibu, yang memungkinkan pemerolehan bahasanya.
merupakan proses kreatif dimana aturan‐aturan Setelah beranjak dewasa baru diketahui bahwa
bahasa dipelajari anak berdasarkan input yang Chelsea menderita tuli yang sebetulnya bisa
diterimanya dari bentuk tersederhana hingga diatasi dengan diajari bahasa isyarat. Setelah
bentuk yang paling kompleks. dipasang alat bantu dengar, ternyata Chelsea bisa
Anak akan lebih cepat menguasai bahasa jika ia berbicara dan menirukan ucapan orang lain.
memperoleh bahasa dalam masa emas atau Waktu yang dibutuhkan Chelsea lebih lama
periode ideal (critical age) yaitu usia 6‐15 tahun. dibandingkan waktu pemerolehan bahasa anak
Pada teori lain diasumsikan bahwa usia kritis pada masa emas. Hasil penelitian lain
tersebut berkisar 0‐6 tahun, namun pada intinya menyebutkan bahwa anak yang diajarkan
batasan periode ideal yang dimaksud adalah menggunakan bahasa isyarat pada usia 0‐6 tahun
prapubertas. Menurut Lanneberg (dalam lebih baik dalam pemahaman dan produksi kata
Subyakto, 1992) pada masa emas otak manusia daripada yang belajar pada usia 12 tahun ke atas.
masih sangat elastis sehingga memungkinkan Kesimpulannya, di atas masa emas otak manusia
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol .3, No. 2, September 2015 145

tidak bisa secara maksimal memperoleh komunikasi partisipatif dalam bahasa target.
kemampuan sintaktik dan morfologis. Dus, Pasca pubertas kelenturan ini akan berkurang dan
adalah benar bahwa ada ungkapan mengajari pencapaiannya tidak maksimal (Field, 2003:84).
(bahasa, membaca, mengaji, dll.) anak kecil
adalah bagaikan menulis di atas batu dan Secara umum ada dua pendapat mengenai
mengajari orang tua bagaikan menulis di atas air. pemerolehan bahasa kedua. Pertama, anak sejak
lahir sudah dibiasakan terekspos dengan berbagai
Kemampuan menggunakan bahasa dalam proses bahasa. Kedua, anak belajar bahasa kedua setelah
pemerolehan bahasa secara sistimatis dan akurat bahasa ibu dapat diucapkan dengan baik. Kedua
memang tidak mudah. Pernyataan ini diperkuat pendapat ini sama baiknya, namun demikian
oleh studi Bellugi dan Klima (dalam Fromkin, tetap memiliki kekurangan. Metode pertama
1999) yang menunjukkan bahwa anak tunarungu dapat berakibat munculnya keterlambatan
yang tumbuh dan dibesarkan oleh orang tua berbicara karena otak anak bekerja keras
tunarungu dapat menguasai bahasa isyarat. memetakan bahasa apa yang digunakan oleh
Kemampuan memproduksi kata anak tunarungu orang yang mengajaknya berbicara. Namun hal
ternyata lebih cepat dibandingkan kemampuan ini tidak berlangsung lama, saat anak makin besar
memproduksi kata pada anak normal. Tidak kemampuan itu akan terasah dengan sendirinya.
mudahnya pemerolehan kemampuan ini Metode kedua mengakibatkan pelafalan bahasa
membuktikan bahwa pengendalian otot larinks kedua akan lebih buruk daripada anak dengan
dan organ bicara pada anak normal lebih metode pertama. Anak dalam metode pertama
kompleks jika dibandingkan dengan akan terbiasa dengan pengucapan dan aksen yang
pengendalian otot tangan pada anak tunarungu. lebih jelas. Sungguhpun begitu, kedua metode ini
dapat dipakai dengan catatan memperhatikan
Pada kasus di atas tidak bisa diasumsikan bahwa suasana pemerolehan bahasa yang bersifat
bahasa isyarat lebih mudah dibandingkan bahasa interaktif, motivatif dan atraktif.
lisan karena keduanya memiliki kesamaan dalam
hal universalitas linguistik, sistim gramatika, Kesulitan pada pemerolehan bahasa kedua masih
memungkinkan terjadinya perkembangan dan terkait dengan teori masa emas seperti yang
perubahan kebahasaan, dan tidak terlepas dari dijelaskan di atas. Secara umum kita melihat
adanya faktor kesilapan berbahasa. bahwa kemudahan anak belajar bahasa makin
lama makin berkurang setelah umur 5‐7 tahun,
Pemerolehan Bahasa Kedua dan Kesulitannya sampai menjadi agak sukar dan lambat setelah
Pemerolehan bahasa selain penguasaan bahasa pubertas sehingga orang jarang mencapai
ibu atau bahasa pertama disebut bahasa kedua, kefasihan fonologi bahasa kedua jika ia
ketiga dan seterusnya. Dalam masyarakat Jawa mempelajarinya sesudah pubertas atau setelah
misalnya, bahasa Indonesia disebut sebagai berakhirnya masa emas. Namun demikian,
bahasa kedua jika anak dibesarkan dalam menurut Schovel dan Krashen kemampuan
komunitas wicara bahasa Jawa. belajar bahasa kedua tidak berkurang terlalu
Pemerolehan bahasa lebih baik jika diawali sejak banyak meskipun proses laterlisasi telah usai
dini. Mc Laughin dan Genesee, pakar (Subyakto‐Nababan, 1992:66)
psikolinguistik, berpendapat bahwa anak akan
lebih cepat belajar bahasa tanpa kesukaran Gangguan Berbahasa
dibandingkan dengan orang dewasa. Selain itu Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah
Eric H. Lennenberg, seorang pakar bahwa gangguan berbahasa berdampak pada 2
neurolinguistik, juga menegaskan bahwa kondisi (dua) hal. Pertama, Lambat dalam pemerolehan
otak mendukung pendapat tersebut. Sebelum bahasa – sebagai contoh, anak berusia lima tahun
masa pubertas, otak atau daya pikir anak lebih memiliki kompetensi bahasa setara dengan anak
lentur dan plastis sehingga dapat diajari bahasa usia dua tahun. Kedua, Menyimpang dari bentuk
apapun dengan lebih mudah. Daya penyerapan baku pada anak yang memperoleh bahasa dengan
bahasa pada anak berfungsi secara otomatis, urutan yang berbeda dari kebanyakan anak, atau
cukup dengan selfexposure atau dilibatkan dalam
146 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol .3, No. 2, September 2015

anak tersebut memiliki kemampuan yang sangat mempersulit proses interpretasi sehingga
berbeda dari penutur asli bahasanya sendiri. menghalangi keberlangsungan proses
selanjutnya. Tahapan kedua yaitu penyimpanan.
Adapun jika ditinjau dari asalnya, gangguan Para ahli membedakan dua konsep penyimpanan
berbahasa dapat dikategorikan kedalam 2 (dua) yaitu penyimpanan jangka pendek dan jangka
kelompok. Pertama, gangguan berbahasa yang panjang. Penyimpanan jangka pendek berupa
berkembang, artinya gangguan akibat kelainan kata‐kata atau angka sejumlah maksimal 7 frase
yang dibawa sejak lahir. Pada sebagian anak, sehingga orang dapat mengingat 7 digit nomor
terjadi kesulitan dalam pemerolehan bahasa telepon dalam jangka waktu pendek. Adapun
akibat kelainan tumbuh kembang. Kedua, penyimpanan jangka panjang menyangkut pesan
gangguan berbahasa yang diperoleh, artinya kalimat yang dapat dipelihara untuk jangka
gangguan akibat operasi, stroke, kecelakaan atau waktu lama yang berbeda dari satu individu ke
penuaan. individu yang lain. Yang terakhir yaitu tahap
hasil dimana terjadi kontras antara kedua jenis
Gangguan berbahasa dan berkomunikasi dapat ingatan, artinya makin lama seorang pendengar
diakibatkan faktor medis dan faktor lingkungan. mendapat kesempatan mengingat suatu ujaran,
Faktor medis berimplikasi pada gangguan makin sedikit bentuk yang diingat, sebaliknya
berbicara, gangguan berbahasa dan gangguan makin banyak makna yang diingat.
berpikir. Contoh faktor medis yaitu gangguan
sebagai akibat cidera otak yang menyebabkan Baik ketidakmampuan maupun
kerusakan sistem syaraf, gangguan psikogenik, kekurangmampuan berbahasa yang diartikan
dan gangguan pada sistem mekanisme organ sebagai gangguan bicara permanen dan temporer
wicara. Demikian pula halnya dengan kerusakan dapat dikategorikan ke dalam 3 (tiga) jenis.
sistem saraf yang menyebabkan terputusnya Pertama, gangguan dalam mengkondisikan
jaringan antara wilayah auditori dan produksi ketidaksempurnaan organ. Kedua, gangguan
tutur sehingga pesan ujaran tidak tersampaikan. berkognisi. Ketiga, gangguan mengolah
informasi linguistik.
Permasalahan berbicara sebagaimana yang
dijelaskan di atas bersifat permanen yang Contoh kategori pertama di atas yaitu yang
menyebabkan ketidakmampuan berbahasa secara dialami tunarungu, tunanetra dan penyandang
baik dan benar. Adapun beberapa gangguan lain gangguan mekanisme berbicara.
bersifat temporer sehingga mengakibatkan Ketidaksempurnaan organ menyebabkan
kekurangmampuan berbahasa. Disebut kurang pendidikan tunarungu diprioritaskan pada
karena tidak mengacu pada kata “tidak” pengajaran bahasa isyarat. Dengan menggunakan
melainkan “belum”. Misalnya pada penderita bahasa isyarat sebagai bahasa ibu, tunarungu
gagap yang disebabkan pengaruh perasaan afektif kemudian memahami bahasa lisan dan tulis
sehingga pikiran dan ucapan tidak bersambung sebagai bahasa kedua. Dewasa ini mengajarkan
dengan baik, kesukaran melafalkan kata‐kata pemahaman membaca gerak bibir lebih
tertentu dan kurang menguasai topik ditekankan. Namun demikian bagi penderita
pembicaraan (Gleason dan Ratner, 1998:75). tunarungu dengan kerusakan pendengaran yang
sangat parah hanya dapat diajari dengan bahasa
Kekurangmampuan berbahasa sebagaimana isyarat.
dijelaskan di atas pada hakikatnya dapat terjadi
pada tiga tahapan rekonstruksi ingatan Mengingat rumitnya fase belajar bahasa anak
kebahasaan yang membangun proses tunarungu yang bertingkat dari bahasa isyarat dan
pemerolehan bahasa secara lengkap. Tahapan membaca gerak bibir, sebagai imbasnya
pertama yaitu masukan. Pada saat seseorang dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk belajar
mendengar atau membaca suatu wacana ia membaca dan menulis. Oleh karenanya
membuat catatan mengenai isi atau pesan kemampuan baca tulis anak tunarungu lebih
kebahasaan sekaligus membuat interpretasi. Pada lambat dibandingkan anak normal. Keterampilan
penderita gangguan neurologis tahap ini komunikasi yang dicapai terbatas pada
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol .3, No. 2, September 2015 147

komunikasi tatap muka atau facetoface, dengan demensia, gangguan berpikir menyebabkan
demikian tanpa teknologi visual sulit dilakukan ekspresi verbalnya diwarnai dengan kesukaran
percakapan pertelepon. menemukan kata‐kata yang tepat. Kalimat
seringkali diulang‐ulang, pembicaraan sering
Secara umum perkembangan bahasa pada anak terputus karena arah pembicaraan tidak teringat
tunarungu ditentukan oleh 3 (tiga) faktor atau sering berpindah ke topik lain. Artikel ini
mendasar, yaitu: 1) tingkat kerusakan menitikberatkan pada kekurangmampuan
pendengaran, 2) status pendengaran orang tua berbahasa pada anak, sehingga gangguan akibat
(apakah normal atau tunarungu), dan 3) usia demensia tidak dibahas secara detail.
diperkenalkan pada sistem komunikasi tertentu
serta konsistensi latihan berkomunikasi (Carrol, Sisofrenik dan depresif mengalami hambatan
1986:65). dalam melakukan curah verbal yang sesuai
dengan konteks akibat gangguan berpikir. Curah
Pada penderita tunanetra beberapa keraguan verbal deprefis umpamanya, dicoraki topik yang
mengenai kemampuannya berbahasa kerap menyedihkan, menyalahi dan mengutuk diri
dilontarkan. Salah satu pertanyaan yang sering sendiri, kehilangan semangat bekerja dan gairah
muncul yaitu apakah kelainan visual hidup, tidak mampu menikmati kehidupan, malah
mengakibatkan keterlambatan dalam cenderung berupaya mengakhirinya.
memperoleh bahasa? Hal ini mengingat kondisi
anak yang tidak terbantu dengan ekspresi wajah, Contoh yang disebutkan di atas jarang ditemui
bahasa tubuh atau pandangan pada obyek pada anak‐anak. Gangguan berbahasa karena
disekitarnya. Riset membuktikan bahwa anak kognisi yang lebih umum ditemui yaitu pada
tunanetra ternyata memperoleh sistem fonologi penderita Down Syndrome dan Autisma. Pada
lebih lambat daripada anak normal. Anak penderita Down Syndrome kemampuan
tunanetra kadang‐kadang bingung dengan fonem intelektualnya sangat beragam dan salah jika kita
yang mirip dalam pengucapan, misalnya /n/ dan menganggap kemampuan berbahasa semua
/m/. Kemampuan anak tunanetra sama dengan penderitanya sama. Menurut Kendler (Carrol,
anak normal ketika mulai meracau dan 1986:95) tingkatannya terbagi atas: ringan (IQ
mengatakan kata‐kata pertama. Namun demikian 53‐68), sedang (IQ 36‐52), berat (IQ 20‐35) dan
terdapat perbedaan pada isi kosakata awal parah (IQ di bawah 20). Dengan demikian
mereka. Anak tunanetra umumnya kurang kemampuan linguistiknya mengacu pada
memvariasikan kata kerja, hal ini menunjukkan kelainan kognitif yang dialaminya.
bahwa mereka memiliki keterbatasan
pengkategorian yang berdampak pada Kajian tentang Down Syndrome atau
keberagaman kosakatanya. keterbelakangan mental menunjukkan adanya
Ketidaksempurnaan organ wicara menghambat hubungan antara kelainan kognitif dengan
kemampuan seseorang memproduksi ucapan kegagalan memperoleh kompetensi linguistik
(perkataan) yang sejatinya terpadu dari pita sepenuhnya. Secara umum perkembangan
suara, lidah, otot‐otot yang membentuk rongga fonologisnya lambat. Hanya sedikit kosakata
mulut serta kerongkongan, dan paru‐paru. Hal ini dapat dikuasai dan ucapannya cenderung pendek
disebut gangguan mekanisme berbicara. Menurut dan telegrafis (tanpa imbuhan dan kata sambung,
Chaer (2002) berdasarkan mekanismenya, mirip bahasa dalam telegram). Anak sindrom
gangguan berbicara dapat terjadi akibat kelainan down juga bermasalah dengan pelafalan. Dengan
pada paru‐paru (pulmonal), pada pita suara suaranya yang khas parau, intonasinya tergolong
(laringal), pada lidah (lingual), serta pada rongga abnormal.Komunikasi dengan menggunakan
mulut dan kerongkongan (resonental). bahasa tubuh (gesture) lebih dipilih oleh anak
dengan sindroma down berat dan parah. Adapun
Pada kategori kedua, gangguan berbahasa terjadi kemampuan sintaksisnya dapat dicapai pada usia
karena adanya gangguan berkognisi. Hal ini dewasa, meskipun mereka lebih dapat
terjadi pada orang yang pikun (demensia), menangkap kontruksi kalimat afirmatif daripada
penderita sisofrenia dan depresif. Pada penderita negasi.
148 Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol .3, No. 2, September 2015

Secara umum dapat disimpulkan bahwa dan pengolahan organ artikulasi (seperti mulut,
gangguan berbahasa, yang dialami penderita lidah, langit‐langit, pangkal tenggorok dll.).
sindroma down baik anak‐anak maupun dewasa, Selain itu anak dapat menghadapi masalah baca
hanya bersifat terlambat (bukan bersifat kurang tulis. Disini perlu dibedakan antara disleksia dan
atau tidak mampu). Artinya dengan disgrafia. Disleksia atau kesulitan membaca
perkembangan yang berlangsung lamban, proses kerap diikuti dengan disgrafia atau kesulitan
pemerolehan bahasa yang dilaluinya mirip menulis. Tingkat kelainan dan gejalanya
dengan urutan normal meskipun pada sebagian bervariasi antar individu. Sebagian penderita
penderita tidak dapat mencapai kompetensi disleksia juga mengalami keterbatasan fonologis
penuh sebagai mana pembicara dewasa normal. misalnya tidak bisa menduga bagaimana
Hal ini tergantung tingkat parahnya kelainan membedakan ejaan kata atau bukan kata.
yang diderita. Penderita lain sekedar menghafal ejaan kata dan
tidak dapat mengingat ejaan kata‐kata lain.
Pada kasus Autisma terjadi kombinasi antara Secara umum penderita disleksia mengalami
kelainan kognitif dan sosial. Penyandang autisma kesulitan pada area kognitif tertentu, termasuk
bisa jadi membisu hingga usia lima tahun, atau membedakan kiri/kanan, barat/timur; juga konsep
hanya membeo kata‐kata orang dewasa yang waktu seperti hari, tanggal, bulan, tahun; serta
didengarnmya. Hal ini mengindikasikan bahwa pengolahan secara matematis.
penyandang autisma memiliki keterbatasan alam
pikir, artinya mereka tidak mampu memahami
dunia dari sudut pandang orang lain. Segala KESIMPULAN
aspek komunikasi sulit dicapai penyandang
autisma, kecuali aspek fonologis yang pada Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa
sebagian penyandang tetap dapat dikuasai. kemampuan berkomunikasi ditunjang dari proses
Perkembangan ketrampilan bahasanya tidak saja pemerolehan kecakapan berbahasa. Kompleksitas
mengalami keterlambatan tetapi juga bahasa menuntut akumulasi pemerolehan yang
penyimpangan. juga berkesinambungan dari tataran tersederhana
hingga yang membutuhkan gabungan
Secara fonologis, artikulasinya cukup jelas kemampuan berbahasa dan bersosialisasi. Mata
meskipun sering muncul beragam kesalahan rantai pertumbuhan kemampuan berbahasa tidak
dalam penyebutan obyek. Misalnya substitusi seragam pada satu orang dengan orang lainnya.
atau menyebut dengan kata lain, menghilangkan Variasi inilah yang menghasilkan perbedaan
suku kata tertentu, asimilasi dengan kata lain, pencapaian kemahiran kognitif yang difasilitasi
menambahkan dengan suku kata yang salah. kompetensi dan performasi berbahasa.
Intonasinya cenderung datar dan salah dalam Mutlaknya kebutuhan akan kemampuan
membuat penekanan ucapan. Kemampuan berbahasa membuat tidak tepatnya sebutan
sintaksisnya sangat lamban karena sering muncul ketidakmampuan berbahasa –melainkan
kalimat peniruan atau echolalia, yaitu menyebutnya sebagai kekurangmampuan
mengulang‐ulang kalimat yang tidak relevan berbahasa. Kekurangmampuan ini hanya bersifat
dengan konteks. Kemampuan memahami gangguan atau keterlambatan berbahasa yang
semantik juga lamban, misalnya membedakan melampaui masa emas pemerolehan bahasa.
antara “The girl feeds the baby” dengan “The
baby feeds the girl”.
DAFTAR PUSTAKA
Pada kategori ketiga, anak dapat mengalami
gangguan berbahasa secara linguistik yaitu [1] Abdul Chaer, Abdul. Psikolinguistik
ketidakmampuan dalam pemerolehan dan Kajian Teoretik. Jakarta: Rineka Cipta.
pemrosesan informasi linguistik. Misalnya 2009.
masalah kefasihan yang terjadi pada anak yang [2] Brown, H. Douglas. Prinsip Pembelajaran
gagap dan latah atau pada penderita gangguan dan Pengajaran Bahasa. Jakarta: Pearson
fisiologis yang menyangkut kesalahan formasi Education. 2008.
Jurnal AL-AZHAR INDONESIA SERI HUMANIORA, Vol .3, No. 2, September 2015 149

[3] Carrol, David W. 1986. Psychology of [10] Ghannoe. Buku pintar NLP. Yogyakarta:
Language. Pacific Grove‐California: Flash Books. 2010.
Brooks/Cole Publishing Company. [11] Hernowo. Quantum reading. Jakarta:
[4] Dardjowidjojo, Soejono. Echa: Kisah MLC. 2003.
Pemerolehan Bahasa Anak Indonesia. [12] Mar’at, Samsunuwiyati. 2005.
Jakarta: PT Grasindo. 2000. Psikolinguistik Suatu Pengantar. Bandung:
[5] Dardjowidjojo, Soejono. Psikolinguistik: Refika Aditama,2005.
Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. [13] Pusponegoro, H.D. 1997. Apakah
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2010. Perkembangan Anak Anda Normal?
[6] Eric Jensen, Brain-Based Learning: Cara Dalam Simposium Autisme: Gangguan
Baru dalam Pengajaran dan Pelatihan, Perkembangan Pada Anak. Jakarta:
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008 Yayasan Autisme Indonesia.
[7] Field, John. 2003. Psycholinguistics: a [14] Sutardi, Rudi. 1997. Autisme: Gangguan
resource book for students. New York: Perkembangan pada Anak. Dalam
Routledge. Simposium Autisme: Gangguan
[8] Fromkin, Victoria; Blair, David and Perkembangan Pada Anak. Jakarta:
Collins, Peter. 1999. An Introduction to Yayasan Autisme Indonesia.
Language. Sydney: Harcourt, Ltd [15] Subyakto‐Nababan, Sri Utari. 1992.
[9] Gleason, Jean Berko dan Ratner, Nan Psikolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta:
Bernstein. 1998. Psycholinguistics. Gramedia Pustaka Utama
Victoria: Wadsworth Thomson Learning.

Anda mungkin juga menyukai