Gangguan Citra Tubuh
Gangguan Citra Tubuh
Disusun Oleh :
Tingkat 2 C Keperawatan
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga saya diberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas
penyusunan makalah tentang “Asuhan Keperawatan Gangguan Citra Tubuh”.
Adapun penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas mata kuliah
Keperawatan Jiwa I. Kami sampaikan rasa terimakasih yang sebanyak-banyaknya
kepada setiap pihak yang sudah mendukung kami selama berlangsungnya
pembuatan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi setiap pembaca. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun amat saya nantikan dari kalangan
pembaca agar nantinya meningkatkan dan merevisi kembali pembuatan makalah
ditugas lainnya dan diwaktu berikutnya.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
D. Manfaat Penulisan 3
A. Kasus 10
B. Pengkajian 10
C. Asuhan Keperawatan 13
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 19
B. Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 21
LAMPIRAN
2
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara
sadar dan tidak sadar sikap ini mencakup persepsi dan perasaaan ukuran
bentuk, fungsi penampilan dan fungsi tubuh saat ini dan masa lalu secara
beresinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu.
Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya menerima dari
orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar
dirinya terpisah dari lingkungan.
Citra tubuh dipengaruhi oleh perkembangan kognitif dan
pertubuhan fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti
pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar
pada tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya dari konsep diri. Citra
tubuh anak usia sekolah berbeda dengan citra tubuh bayi. Salah satu
perbedaan yang mencolok adalah kemampuan berjalan. Perubahan ini
tergantung pada pematangan fisik. Perubahan hormonal terjadi selama
masa remaja dan pada tahun akhir kehidupan juga mempengaruhi citra
tubuh ( misalnya menopause selama masa dewasa tengah ). Penuaan
mencangkup penurunan ketajaman penglihatan, pendengaran dan
mobilitas. Perubahan ini dapat mempengaruhi citra tubuh.
Sikap dan nilai kultural dan sosial juga mempengaruhi citra tubuh,
muda, cantik, dan utuh adalah hal – hal yang ditekankan dalam masyarakat
amerika, fakta yang selalu ditanyakan dalam program televisi, film
bioskop, dan periklanan, dalam kultur timur, penuaan dipandang sangat
positif karena orang dengan usia tua dihormati kultur barat, telah
dibiasakan untuk takut dan ketakutan terhadap proses penuaan yang
normal. Misalnya menopause dalam kultur yang dipandang sebagai waktu
dimana wanita mencapai kebiasaan dan kebijaksanaan akhir – akhir ini.
Dalam kultur barat menopause adalah waktu wanita kurang disenangi
secara seksual.
1
2
Namun demikian, hal ini bukan lagi menjadi keyakinan umum dan wanita
menopause dan post menopause mempertahankan rasa tentang ketertarikan
mereka sendiri bahkan lebih kuat.
Citra tubuh bergantung hanya sebagian realitas tubuh seseorang
yang umumnya tidak mengadaptasi cepat terhadap perubahan dalam fisik
tubuh. Perubahan fisik mungkin tidak dimasukan kedalam citra tubuh ideal
seseorang. Seiring, misalnya saja seseorang yang telah mengalami
penurunan berat badan tidak menganggap diri mereka kurus lansia sering
mengatakan bahwa mereka tidak berbeda tetapi ketika mereka melihat diri
mereka dalam cermin, mereka terkejut dengan kulit keriput dan rambut
putih.
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang
diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan
makna yang sering kontak dengan tubuh.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gangguan citra tubuh ?
2. Apa saja faktor - faktor yang mempengaruhi perkembangan citra tubuh
?
3. Apa saja penyebab gangguan citra tubuh ?
4. Apa saja yang termasuk predisposisi gangguan citra tubuh ?
5. Apa saja tanda dan gejala gangguan citra tubuh ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa sebagai calon
perawat dapat mengetahui dan mmpu mengatasi klien “ gangguan citra
tubuh”. Dengan menggunakan standar asuhan keperawatan jiwa.
3
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gangguan citra tubuh ?
b. Untuk mengetahui faktor - faktor yang mempengaruhi
perkembangan citra tubuh
c. Untuk mengetahui penyebab gangguan citra tubuh
d. Untuk mengetahui predisposisi gangguan citra tubuh
e. Untuk mengetahui Tanda dan gejala gangguan citra tubuh
D. Manfaat Penulisan
1. Untuk Pembaca
2. Sebagai sumber informasi yang sangat berguna dalam menambahkan
pengetahuan dan wawasan. Sebagai sumber informasi yang sangat
penting berkaitan dengan asuhan keperawatan gangguan citra tubuh.
3. Untuk Mahasiswa/Mahasiswi
Sebagai referensi informasi asuhan keperawatan gangguan citra tubuh
BAB II
TINJAUAN TEORI
4
5
1. Self esteem
Citra tubuh seseorang lebih mengacu pada pandangan seseorang
tersebu tentang tubuhnya yang dibentuk dalam pikirannya, lebih
berpengaruh pikiran orang itu sendiri dibandingkan pikiran orang lain
terhadap dirinya. Selain itu juga dipengaruhi oleh keyakinan dan
sikapnya terhadap tubuh sebagaimana gabaran idel dalam masyarakat.
2. Perbandingan dengan orang lain
Citra tubuh secara global terbentuk dari perbandingan yang
dilakukan seseorang terhadap fisiknya sendiri, hal tersebut sesuai
dengan standar yang dikenal oleh lingkungan sosialdan budayanya.
Salah satu penyebab adanya perbedaan antara citra tubuh ideal dengan
kenyataan rubh yang nyata sering disebabkan oleh media massa yang
sering kali menampilkan gambar dengan tubuh yang dinilai sempurna,
sehingga terdapat perbedaan dan menciptakan persepsi akan
penghayatan tubuh yang tidak atau kurang ideal. Konsekuensi yang
dapat adalah individu menjadi sulit menerima bentuk tubuhnya.
3. Bersifat dinamis
Citra tubuh memiliki sifat yang mampu mengalami perubahan
terus-menerus, bukan yang bersifat statis atau menetap seterusnya.
Citra tubuh sangat sensitive terhadap perubahan suasana hati (mood),
lingkungan dan pengalaman fisik individual dalam merespon suatu
peristiwa kehidupan.
4. Proses pembelajaran.
Citra tubuh merupakan hal yang dipelajari. Proses pembelajaran
citra tubuh ini sering kali dibentuk lebih banyak oleh orang lain diluar
individu sendiri, yaitu keluarga dan masyarakat, yang terjadi sejak dini
ketika masih kanak-kanak dalam lingkungan, keluarga, khususnya cara
orang tua mendidik anak dan diantara kawan-kawan pergaulannya.
Tetapi proses belajar dalam keluarga dan pergaulan ini sesungguhnya
hanyalah mencerminkan apa yang dipelajari dan diharapkan secara
budaya. Proses sosialisasi yang dimulai sejak usia dini, bentuk ubuh
6
tersebut mempengaruhi rasa percaya diri, dan harga diri, serta menambah
tingkat stres. Namun (Bolton, 2010) menyatakan bahwa faktor yang
berhubungan dengan kesehatan dapat mempengaruhi citra tubuh
seseorang, terkhusus pada klien yang mengalami penyakit kronis atau
kondisi lain, seperti stroke, diabetes, cedera saraf tulang belakang,
amputasi, mastektomi, luka bakar, bedah, atau terjadi hilangnya bagian
atau fungsi tubuh.
Kedua yaitu faktor psikologis yang mempengaruhi terjadinya
masalah psikososial gangguan citra tubuh. Faktor psikologis sangat
dipengaruhi oleh keadaan depresi, rendah diri, dan ketidak-sempurnaan
yang dirasakan seseorang. Depresi dan rendah diri berkontribusi terhadap
pandangan negatif tentang diri termasuk tubuh seseorang. Perfeksionisme
juga dapat menyebabkan harapan yang tidak realistis dari berat badan,
bentuk dan penampilan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Paxton et al (2011), menyebutkan bahwa depresi sering ditemukan
sebagai faktor risiko ketidakpuasan tubuh pada anak laki-laki sementara
rendah diri ditemukan menjadi faktor risiko pada anak perempuan.
Faktor yang ketiga yang mempengaruhi terjadinya gangguan citra
tubuh adalah faktor sosial dan budaya. Individu yang mengalami
keterlambatan perkembangan atau situasi yang menyebabkan tertundanya
tugas perkembangan dapat mengakibatkan individu memiliki konsep diri
yang negatif (Bolton 2010). Sebuah penelitian menunjukkan bahwa
pengaruh negatif dan tekanan lingkungan sosial berpengaruh terhadap
pandangan individu tentang citra tubuh, proses ini difasilitasi oleh
perbandingan dari orang lain termasuk teman sebaya atau media yang
semakin mempertinggi perbedaan diri sendiri dengan orang lain serta ideal
diri (Schutz et al, 2002).
8
A. Kasus
Ibu T berusia 39 tahun, wanita, menikah, pendidikan terakhir klien
adalah SMA. Klien yang masuk ke Ruang Antasena pada tanggal 10 Mei
2016 dengan diagnosis medis Splenomegali. Sebelumnya klien pernah
dirawat di RS lain dengan keluhan yang sama. Klien masuk ruang
perawatan dengan perawatan untuk persiapan tindakan Splenektomy pada
tanggal 11 Mei 2016. Klien datang dengan keluhan nyeri pada perut
bagian kiri bawah, nyeri hilang timbul sejak bulan Januari dan memuncak
pada bulan Mei 2016. Klien juga mengatakan takut dengan tindakan
operasi dan juga takut nantinya perutnya akan semakin membesar. Pada
bulan Januari 2016 klien datang untuk mengontrol kondisinya namun tidak
dilakukan perawatan hanya konsultasi biasa dan hanya mendapatkan obat
dari dokter ruang Poli. Hasil pemeriksaan radiologi yaitu ST Scan
Abdomen pada tanggal 5 Mei 2016, terdapat massa kista seukuran
13x17x15cm dan abses pada limpa.
B. Pengkajian
Pada saat interaksi pertama, penulis membina hubungan saling
percaya bersama klien, kemudian menjelaskan tujuan dan kontrak untuk
pertemuan berikutnya. Setelah hubungan saling percaya sudah terbina
dengan baik, penulis melakukan pengkajian.
1. Hasil subjektif
Ibu T memilih perawatan di RSMM karena RSMM adalah
salah satu rumah sakit rujukan tipe C yang direkomendasikan dan
dapat dijangkau oleh klien. Klien tinggal di desa yang berada di
daerah Bojong. Klien mengatakan lingkungan rumah cukup padat di
mana setiap rumah saling berdempetan adapun juga daerah sekitar
rumah masih kosong dan belum ada bangunannya. Saat tidak bekerja
klien sering bersosialisasi dengan tetangga atau keluarga yang tinggal
di dekat rumah klien. Keluarga klien adalah keluarga nuclear family
yaitu keluarga inti yang tinggal bersama suami, istri (klien), dan
10
seorang anak. Kedua orang tua klien masih hidup, namun tidak tinggal
bersama dengan klien.
Klien mengatakan memiliki kebiasaan berkumpul bersama
keluarga pada saat hari libur. Walaupun klien bekerja sebagai OB
dengan jam dinas secara bergiliran, klien sering memilih waktu libur
yang sesuai dengan hari libur keluarga agar dapat berkumpul bersama.
Orang yang terdekat dengan klien adalah suami dan ibu, sering kali
klien menceritakan keluh kesah dan masalah yang dihadapi kepada
mereka. Selain dekat dengan ibu dan suami, klien juga memiliki
teman dekat yang sering menjadi teman curhat klien. Sebelum di
rawat klien sering menanyakan kepada keluarga dan teman tentang
tindakan operasi, namun klien tidak mendapatkan informasi yang
jelas. Klien sehari-hari bekerja sebagai OB sebuah mal di daerah Jawa
Barat. Klien berangkat kerja menggunakan angkutan umum. Karena
kondisi ekonomi keluarga klien dalam rentang menengah ke bawah
mengharuskan klien untuk membantu suami untuk bekerja. Klien
mengatakan selama kurang lebih 3 tahun bekerja sebagai OB, klien
mengikuti jadwal kerja yang tidak menentu. Selama klien bekerja
dengan jadwal bergantian, klien tak jarang mengalami rasa lelah dan
capek karena membersihkan toilet dan koridor mal, pulang larut
malam karena dinas sore. Klien juga tak jarang mengalami penurunan
daya tahan tubuh, sakit flu dan batuk, serta demam.
Kondisi ekonomi keluarga klien yang dalam rentang menengah
ke bawah mempengaruhi pemenuhan nutrisi klien baik saat di rumah
dan saat bekerja. Klien mengatakan saat di rumah menyediakan
makanan ala kadarnya saja, terkadang karena harus bekerja klien
hanya menyediakan makanan satu kali saja dalam sehari di rumah.
Selain itu klien juga memiliki pola makan yang kurang baik. Hampir
setiap hari klien mengonsumsi makanan instan seperti mi instan. Klien
juga sering mengonsumsi bakso gerobak. Klien mengatakan tidak
pernah mengetahui bahwa pola makan yang dimiliki dapat
memengaruhi kondisi kesehatannya. Setelah melakukan pengkajian
fisik, penulis melakukan pengkajian yang lebih dalam terkait masalah
psikososial.
Klien menunjukkan sikap yang kooperatif, klien dan keluarga
mengatakan tidak mengetahui penyebab terjadinya penyakit tersebut.
Klien mengatakan merasa tidak puas dengan kondisi tubuhnya yang
telah berubah, merasa tubuhnya tidak seperti dulu lagi, perutnya
membesar, dan saat memakai baju perutnya terlihat besar, dan
mengatakan sedih dengan kondisinya yang saat ini. Selain itu klien
juga menyatakan takut dengan tindakan operasi, takut apabila
jahitannya akan banyak. Klien mengatakan sering malu apabila orang
lain menanyakan tentang kondisinya. Klien mengatakan saat
konsultasi yang terakhir sebelum dirawat, perutnya bertambah besar
sekitar 13cm. Selain itu, klien juga mengatakan takut karena dokter
belum menjelaskan tentang proses operasi yang akan dijalani,
menjelaskan kondisinya setelah dioperasi, dan apakah limpanya harus
diangkat semua atau bagian yang ada kistanya saja.
2. Hasil objektif
klien tampak malu, sedikit pasif, tampak memperhatikan
bagian perut, dan tampak memegang perut bagian kirinya. Selain itu,
klien juga tampak meremas tangannya dan berkeringat.
Pada saat interaksi pertama, melakukan pengukuran tanda-
tanda vital pada klien dengan hasil tekanan darah 110/70 mmHg,
frekuensi nadi 73x/menit, frekuensi pernapasan 20x/menit, dan suhu
36,2 derajat Celcius.
Pada pemeriksaan head to toe khususnya saat pemeriksaan
abdomen, tampak distensi abdomen kuadran kiri bawah. Kondisi
tubuh klien yang lain tampak tidak mengalami masalah.
C. Asuhan Keperawatan
Rencana operasi
Ansietas
Ds : klien Perubahan pada Harga diri rendah
mengatakan citra tubuh situasional
sering malu saat D.0087
ditanyakan Merasa malu Kategori:
kondisinya psikologis
Harga diri rendah
Do : klien terlihat Subkategori:
sedih integritas ego
INTERVENSI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Definisi citra tubuh secara psikologis yaitu gambaran psikis terhadap
keadaan fisik seseorang, yang menyangkut tingkah laku dan persepsi
terhadap penampilan fisiknya, kondisi kesehatan, kemampuan, serta
seksualitas. Faktor - faktor yang mempengaruhi perkembangan citra tubuh
yaitu : self esteem, perbandingan dengan orang lain, bersifat dinamis dan
proses pembelajaran. penyebabgangguan citra tubuh adalah sebuah
perasaan ketidakpuasan terhadap tubuhnya yang disebabkan oleh
perubahan struktur, ukuran, bentuk, dan fungsi tubuh karena tidak sesuai
dengan yang diinginkan. Adapun penyebab terjadinya gangguan citra
tubuh, yaitu kerusakan atau kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran,
bentuk dan penampilan tubuh, dan tindakan pembedahan. Tanda dan gejala
yang dialami adalah respon pasien adaptif terdiri dari syok psikologis,
menarik diri, dan penerimaan atau pengakuan secara bertahap dan respon
pasien maladaptif seperti Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh
yang berubah dan tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi
tubuh.
B. Saran
1. Untuk Pembaca
Setelah membaca makalah tentang asuhan keperawatan gangguan citra
tubuh, diharapkan para pembaca dapat mengetahui apa itu asuhan
keperawatan gangguan citra tubuh bagaimana cara mengkaji
mengintervensikan dan mengimplementasikan asuhan keperawatan.
Untuk menambah pengetahuan dan menggali lebih dalam mengenai
asuhan keperawatan pembaca dapat mencari sumber lain selain
makalah ini sebagai sumber referensi.
19
Melalui makalah ini diharapkan mahasiswa/i meningkatkan wawasan
dan pengetahuan mengenai asuhan keperawatan gangguan citra tubuh,
serta dapat mengaplikasikan ke dalam kehidupan sehari – hari
3. Untuk Penulis
Dalam penulisan makalah masih banyak kekurangan dalam penulisan
untuk itu sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
kedepannya lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
21