Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN CITRA TUBUH

Dosen : Ns. Ayu Pratiwi, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :

Tingkat 2 C Keperawatan

1. Putri Rismawati ( 17214119)


2. Riska Agustina ( 17214129)
3. Siti Min Mudattiiles ( 17214147)
4. Siti Nur Azizah ( 17214148)
5. Selamita ( 17214138)
6. Tita Yulia ( 17214160)
7. Uci Sundari ( 17214161)
8. Winda Amalia ( 17214166)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YATSI


Jl. Aria Santika No. 42 Bugel Karawaci kota Tangerang
Prov Banten Kode pos 15114
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga saya diberikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas
penyusunan makalah tentang “Asuhan Keperawatan Gangguan Citra Tubuh”.
Adapun penulisan makalah ini adalah sebagai pemenuhan tugas mata kuliah
Keperawatan Jiwa I. Kami sampaikan rasa terimakasih yang sebanyak-banyaknya
kepada setiap pihak yang sudah mendukung kami selama berlangsungnya
pembuatan makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi setiap pembaca. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun amat saya nantikan dari kalangan
pembaca agar nantinya meningkatkan dan merevisi kembali pembuatan makalah
ditugas lainnya dan diwaktu berikutnya.

Tangerang, 27 Agustus 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan Penulisan 2
D. Manfaat Penulisan 3

BAB II : TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Citra Tubuh 4


B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Citra Tubuh 4
C. Penyebab Gangguan Citra Tubuh 6
D. Predisposisi Gangguan Citra Tubuh 6
E. Tanda dan gejala Gangguan Citra Tubuh 8

BAB III : ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN CITRA TUBUH

A. Kasus 10
B. Pengkajian 10
C. Asuhan Keperawatan 13
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 19
B. Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 21

LAMPIRAN

A. Strategi Pelaksanaan Pada Pasien Gangguan Citra Tubuh Pada Ny.S


Dengan Splenomegali

2
3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara
sadar dan tidak sadar sikap ini mencakup persepsi dan perasaaan ukuran
bentuk, fungsi penampilan dan fungsi tubuh saat ini dan masa lalu secara
beresinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu.
Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya menerima dari
orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar
dirinya terpisah dari lingkungan.
Citra tubuh dipengaruhi oleh perkembangan kognitif dan
pertubuhan fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti
pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar
pada tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya dari konsep diri. Citra
tubuh anak usia sekolah berbeda dengan citra tubuh bayi. Salah satu
perbedaan yang mencolok adalah kemampuan berjalan. Perubahan ini
tergantung pada pematangan fisik. Perubahan hormonal terjadi selama
masa remaja dan pada tahun akhir kehidupan juga mempengaruhi citra
tubuh ( misalnya menopause selama masa dewasa tengah ). Penuaan
mencangkup penurunan ketajaman penglihatan, pendengaran dan
mobilitas. Perubahan ini dapat mempengaruhi citra tubuh.
Sikap dan nilai kultural dan sosial juga mempengaruhi citra tubuh,
muda, cantik, dan utuh adalah hal – hal yang ditekankan dalam masyarakat
amerika, fakta yang selalu ditanyakan dalam program televisi, film
bioskop, dan periklanan, dalam kultur timur, penuaan dipandang sangat
positif karena orang dengan usia tua dihormati kultur barat, telah
dibiasakan untuk takut dan ketakutan terhadap proses penuaan yang
normal. Misalnya menopause dalam kultur yang dipandang sebagai waktu
dimana wanita mencapai kebiasaan dan kebijaksanaan akhir – akhir ini.
Dalam kultur barat menopause adalah waktu wanita kurang disenangi
secara seksual.

1
2

Namun demikian, hal ini bukan lagi menjadi keyakinan umum dan wanita
menopause dan post menopause mempertahankan rasa tentang ketertarikan
mereka sendiri bahkan lebih kuat.
Citra tubuh bergantung hanya sebagian realitas tubuh seseorang
yang umumnya tidak mengadaptasi cepat terhadap perubahan dalam fisik
tubuh. Perubahan fisik mungkin tidak dimasukan kedalam citra tubuh ideal
seseorang. Seiring, misalnya saja seseorang yang telah mengalami
penurunan berat badan tidak menganggap diri mereka kurus lansia sering
mengatakan bahwa mereka tidak berbeda tetapi ketika mereka melihat diri
mereka dalam cermin, mereka terkejut dengan kulit keriput dan rambut
putih.
Gangguan citra tubuh adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang
diakibatkan oleh perubahan ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan
makna yang sering kontak dengan tubuh.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gangguan citra tubuh ?
2. Apa saja faktor - faktor yang mempengaruhi perkembangan citra tubuh
?
3. Apa saja penyebab gangguan citra tubuh ?
4. Apa saja yang termasuk predisposisi gangguan citra tubuh ?
5. Apa saja tanda dan gejala gangguan citra tubuh ?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa sebagai calon
perawat dapat mengetahui dan mmpu mengatasi klien “ gangguan citra
tubuh”. Dengan menggunakan standar asuhan keperawatan jiwa.
3

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gangguan citra tubuh ?
b. Untuk mengetahui faktor - faktor yang mempengaruhi
perkembangan citra tubuh
c. Untuk mengetahui penyebab gangguan citra tubuh
d. Untuk mengetahui predisposisi gangguan citra tubuh
e. Untuk mengetahui Tanda dan gejala gangguan citra tubuh

D. Manfaat Penulisan
1. Untuk Pembaca
2. Sebagai sumber informasi yang sangat berguna dalam menambahkan
pengetahuan dan wawasan. Sebagai sumber informasi yang sangat
penting berkaitan dengan asuhan keperawatan gangguan citra tubuh.

3. Untuk Mahasiswa/Mahasiswi
Sebagai referensi informasi asuhan keperawatan gangguan citra tubuh
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Citra Tubuh


Citra tubuh (Body image) didefinisikan dan dihubungkan dalam
dua cara. Definisi citra tubuh secara psikologis yaitu gambaran psikis
terhadap keadaan fisik seseorang, yang menyangkut tingkah laku dan
persepsi terhadap penampilan fisiknya, kondisi kesehatan, kemampuan,
serta seksualitas. Citra tubuh adalah persepsi seseorang terhadap tubuhnya
dan interaksinya dengan orang lain, serta memiliki rasa kepemilikan dan
batasan-batasan tubuhnya, sebuah citra yang yang terbangun secara
psikologis dan melalui sistem neurologis otak, melalui propiosepsi,
penglihatan, dan sistem vestibular. Citra tubuh juga dapat diasumsikan
sebagai proses maupun hasil, dan citra tubuh seseorang mempengaruhi
fungsi fisik dan psikologisnya (Larsen & Lubkin, 2009).
Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa citra tubuh
merupakan gabungan dari, gambaran mental, fantasi, sikap, pikiran,
perasaan, pemaknaan, dan persesi serta evaluasi seseorang mengenai
tubuhnya meliputi bentuk, ukuran, berat, karakteristik, dan formasi tubuh.

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Citra Tubuh


Citra tubuh dalam diri seseorang dapat muncul dikarenakan terdapat
faktor yang mempengaruhinya. Citra tubuh seseorang muncul demham
dipengaruhi oleh bebrapa faktor berikut ini:

4
5

1. Self esteem
Citra tubuh seseorang lebih mengacu pada pandangan seseorang
tersebu tentang tubuhnya yang dibentuk dalam pikirannya, lebih
berpengaruh pikiran orang itu sendiri dibandingkan pikiran orang lain
terhadap dirinya. Selain itu juga dipengaruhi oleh keyakinan dan
sikapnya terhadap tubuh sebagaimana gabaran idel dalam masyarakat.
2. Perbandingan dengan orang lain
Citra tubuh secara global terbentuk dari perbandingan yang
dilakukan seseorang terhadap fisiknya sendiri, hal tersebut sesuai
dengan standar yang dikenal oleh lingkungan sosialdan budayanya.
Salah satu penyebab adanya perbedaan antara citra tubuh ideal dengan
kenyataan rubh yang nyata sering disebabkan oleh media massa yang
sering kali menampilkan gambar dengan tubuh yang dinilai sempurna,
sehingga terdapat perbedaan dan menciptakan persepsi akan
penghayatan tubuh yang tidak atau kurang ideal. Konsekuensi yang
dapat adalah individu menjadi sulit menerima bentuk tubuhnya.
3. Bersifat dinamis
Citra tubuh memiliki sifat yang mampu mengalami perubahan
terus-menerus, bukan yang bersifat statis atau menetap seterusnya.
Citra tubuh sangat sensitive terhadap perubahan suasana hati (mood),
lingkungan dan pengalaman fisik individual dalam merespon suatu
peristiwa kehidupan.
4. Proses pembelajaran.
Citra tubuh merupakan hal yang dipelajari. Proses pembelajaran
citra tubuh ini sering kali dibentuk lebih banyak oleh orang lain diluar
individu sendiri, yaitu keluarga dan masyarakat, yang terjadi sejak dini
ketika masih kanak-kanak dalam lingkungan, keluarga, khususnya cara
orang tua mendidik anak dan diantara kawan-kawan pergaulannya.
Tetapi proses belajar dalam keluarga dan pergaulan ini sesungguhnya
hanyalah mencerminkan apa yang dipelajari dan diharapkan secara
budaya. Proses sosialisasi yang dimulai sejak usia dini, bentuk ubuh
6

ynag langsing dan proporsional adalah yang diharapkan lingkungan,


akan membuat individu sejak dini mengalami ketidakpuasan apabila
tubuhnya tidak sesuai dengan yangdiharapkan dengan lingkungan,
terutama orang tua. (Samura, 2011).

C. Penyebab Gangguan Citra Tubuh


Keliat et.al (2011), menyatakan bahwa gangguan citra tubuh adalah
sebuah perasaan ketidakpuasan terhadap tubuhnya yang disebabkan oleh
perubahan struktur, ukuran, bentuk, dan fungsi tubuh karena tidak sesuai
dengan yang diinginkan. Adapun penyebab terjadinya gangguan citra
tubuh, yaitu kerusakan atau kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran,
bentuk dan penampilan tubuh, dan tindakan pembedahan. Hal ini juga
dapat terjadi pada klien yang mengalami perubahan bentuk tubuh yang
disebabkan oleh penyakit, seperti Splenomegali. Terjadinya pembesaran
organ limpa yang terus-menerus mengakibatkan terjadinya pembesaran
abdomen kuadran kiri klien. Hal ini menyebabkan klien merasa tidak puas
dan terganggu terhadap citra tubuhnya.

E. Predisposisi Gangguan Citra Tubuh


Predisposisi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya suatu kondisi. Predisposisi pada gangguan citra tubuh
dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu faktor biologis, faktor psikologis, dan
faktor sosial dan budaya (Paxton et al, 2011). Asuhan keperawatan, Juwita
Mannawi, FIK UI, 2016.
Pertama biologis, Paxton et.al (2011) menyatakan bahwa faktor
genetik turut mempengaruhi terhadap ketidakpuasan tubuh pada
seseorang. Faktor biologis yang paling menonjol terkait dengan
ketidakpuasan tubuh adalah ukuran dan bentuk tubuh, namun hal tersebut
bukan merupakan faktor pemicu utama, interaksi antara ukuran tubuh dan
sikap sosial negatif serta diskriminasi yang terkait dengan ukuran tubuh
merupakan faktor yang juga berpengaruh. CDC pada tahun 2007
menyebutkan 66% orang Amerika mengalami obesitas, di mana hal
7

tersebut mempengaruhi rasa percaya diri, dan harga diri, serta menambah
tingkat stres. Namun (Bolton, 2010) menyatakan bahwa faktor yang
berhubungan dengan kesehatan dapat mempengaruhi citra tubuh
seseorang, terkhusus pada klien yang mengalami penyakit kronis atau
kondisi lain, seperti stroke, diabetes, cedera saraf tulang belakang,
amputasi, mastektomi, luka bakar, bedah, atau terjadi hilangnya bagian
atau fungsi tubuh.
Kedua yaitu faktor psikologis yang mempengaruhi terjadinya
masalah psikososial gangguan citra tubuh. Faktor psikologis sangat
dipengaruhi oleh keadaan depresi, rendah diri, dan ketidak-sempurnaan
yang dirasakan seseorang. Depresi dan rendah diri berkontribusi terhadap
pandangan negatif tentang diri termasuk tubuh seseorang. Perfeksionisme
juga dapat menyebabkan harapan yang tidak realistis dari berat badan,
bentuk dan penampilan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Paxton et al (2011), menyebutkan bahwa depresi sering ditemukan
sebagai faktor risiko ketidakpuasan tubuh pada anak laki-laki sementara
rendah diri ditemukan menjadi faktor risiko pada anak perempuan.
Faktor yang ketiga yang mempengaruhi terjadinya gangguan citra
tubuh adalah faktor sosial dan budaya. Individu yang mengalami
keterlambatan perkembangan atau situasi yang menyebabkan tertundanya
tugas perkembangan dapat mengakibatkan individu memiliki konsep diri
yang negatif (Bolton 2010). Sebuah penelitian menunjukkan bahwa
pengaruh negatif dan tekanan lingkungan sosial berpengaruh terhadap
pandangan individu tentang citra tubuh, proses ini difasilitasi oleh
perbandingan dari orang lain termasuk teman sebaya atau media yang
semakin mempertinggi perbedaan diri sendiri dengan orang lain serta ideal
diri (Schutz et al, 2002).
8

F. Tanda dan gejala Gangguan Citra Tubuh


Tanda dan gejala gangguan citra tubuh meliputi:
1. Respon pasien adaptif
a. Syok Psikologis
Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap
dampak perubahan dan dapat terjadi pada saat pertama tindakan.
Syok psikologis digunakan sebagai reaksi terhadap ansietas.
Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan perasaan tubuh
membuat pasien menggunakan mekanisme pertahanan diri seperti
mengingkari, menolak dan proyeksi untuk mempertahankan
keseimbangan diri.
b. Menarik diri.
Menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan,
tetapi karena tidak mungkin maka lari atau menghindar secara
emosional, menjadi pasif, tergantung , tidak ada motivasi dan
keinginan untuk berperan dalam perawatannya.
c. Penerimaan atau pengakuan secara bertahap
Setelah sadar akan kenyataan maka respon kehilangan atau
berduka muncul. Setelah fase ini pasien mulai melakukan
reintegrasi dengan gambaran diri yang baru.
2. Respon pasien maladaptif
a. Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
b. Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh
c. Menolak penjelasan perubahan tubuh
d. Perasaan atau pandangan negative terhadap tubuh
e. Preokupasi dengan bagian tubuh/ fungsi tubuh yang hilang
f. Mengungkapkan keputusasaan
g. Mengungkapkan ketakutan ditolak Depersonalisasi
h. Mengurangi kontaksosial sehingga menjadi penarikan diri
3. Pada pasien yang dirawat dirumah sakit
9

Perubahan citra tubuh sangat mungkin terjadi. Stresor pada setiap


perubahan adalah :
a. Pada perubahan ukuran : berat badan yang turun akibat penyakit
b. Perubahan bentuk tubuh : tindakan invasive seperti perasi,
suntikan, daerah pemasangan infus
c. Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk tubuh disertai
dengan pemasangan alat didalam tubuh
d. Perubahan fungsi berbagai penyakit yang dapat merubah sistem
tubuh
e. Keterbatasan gerak, makan, dan kegiatan
f. Makna dan objek yang sering kontak: penampilan dan dandanan
berubah, pemasangan alat pada tubuh pasien ( infus, traksi,
respirator, suntik, pemeriksaan tanda-tanda vital dll).
10
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN CITRA TUBUH

A. Kasus
Ibu T berusia 39 tahun, wanita, menikah, pendidikan terakhir klien
adalah SMA. Klien yang masuk ke Ruang Antasena pada tanggal 10 Mei
2016 dengan diagnosis medis Splenomegali. Sebelumnya klien pernah
dirawat di RS lain dengan keluhan yang sama. Klien masuk ruang
perawatan dengan perawatan untuk persiapan tindakan Splenektomy pada
tanggal 11 Mei 2016. Klien datang dengan keluhan nyeri pada perut
bagian kiri bawah, nyeri hilang timbul sejak bulan Januari dan memuncak
pada bulan Mei 2016. Klien juga mengatakan takut dengan tindakan
operasi dan juga takut nantinya perutnya akan semakin membesar. Pada
bulan Januari 2016 klien datang untuk mengontrol kondisinya namun tidak
dilakukan perawatan hanya konsultasi biasa dan hanya mendapatkan obat
dari dokter ruang Poli. Hasil pemeriksaan radiologi yaitu ST Scan
Abdomen pada tanggal 5 Mei 2016, terdapat massa kista seukuran
13x17x15cm dan abses pada limpa.

B. Pengkajian
Pada saat interaksi pertama, penulis membina hubungan saling
percaya bersama klien, kemudian menjelaskan tujuan dan kontrak untuk
pertemuan berikutnya. Setelah hubungan saling percaya sudah terbina
dengan baik, penulis melakukan pengkajian.
1. Hasil subjektif
Ibu T memilih perawatan di RSMM karena RSMM adalah
salah satu rumah sakit rujukan tipe C yang direkomendasikan dan
dapat dijangkau oleh klien. Klien tinggal di desa yang berada di
daerah Bojong. Klien mengatakan lingkungan rumah cukup padat di
mana setiap rumah saling berdempetan adapun juga daerah sekitar
rumah masih kosong dan belum ada bangunannya. Saat tidak bekerja
klien sering bersosialisasi dengan tetangga atau keluarga yang tinggal
di dekat rumah klien. Keluarga klien adalah keluarga nuclear family
yaitu keluarga inti yang tinggal bersama suami, istri (klien), dan

10
seorang anak. Kedua orang tua klien masih hidup, namun tidak tinggal
bersama dengan klien.
Klien mengatakan memiliki kebiasaan berkumpul bersama
keluarga pada saat hari libur. Walaupun klien bekerja sebagai OB
dengan jam dinas secara bergiliran, klien sering memilih waktu libur
yang sesuai dengan hari libur keluarga agar dapat berkumpul bersama.
Orang yang terdekat dengan klien adalah suami dan ibu, sering kali
klien menceritakan keluh kesah dan masalah yang dihadapi kepada
mereka. Selain dekat dengan ibu dan suami, klien juga memiliki
teman dekat yang sering menjadi teman curhat klien. Sebelum di
rawat klien sering menanyakan kepada keluarga dan teman tentang
tindakan operasi, namun klien tidak mendapatkan informasi yang
jelas. Klien sehari-hari bekerja sebagai OB sebuah mal di daerah Jawa
Barat. Klien berangkat kerja menggunakan angkutan umum. Karena
kondisi ekonomi keluarga klien dalam rentang menengah ke bawah
mengharuskan klien untuk membantu suami untuk bekerja. Klien
mengatakan selama kurang lebih 3 tahun bekerja sebagai OB, klien
mengikuti jadwal kerja yang tidak menentu. Selama klien bekerja
dengan jadwal bergantian, klien tak jarang mengalami rasa lelah dan
capek karena membersihkan toilet dan koridor mal, pulang larut
malam karena dinas sore. Klien juga tak jarang mengalami penurunan
daya tahan tubuh, sakit flu dan batuk, serta demam.
Kondisi ekonomi keluarga klien yang dalam rentang menengah
ke bawah mempengaruhi pemenuhan nutrisi klien baik saat di rumah
dan saat bekerja. Klien mengatakan saat di rumah menyediakan
makanan ala kadarnya saja, terkadang karena harus bekerja klien
hanya menyediakan makanan satu kali saja dalam sehari di rumah.
Selain itu klien juga memiliki pola makan yang kurang baik. Hampir
setiap hari klien mengonsumsi makanan instan seperti mi instan. Klien
juga sering mengonsumsi bakso gerobak. Klien mengatakan tidak
pernah mengetahui bahwa pola makan yang dimiliki dapat
memengaruhi kondisi kesehatannya. Setelah melakukan pengkajian
fisik, penulis melakukan pengkajian yang lebih dalam terkait masalah
psikososial.
Klien menunjukkan sikap yang kooperatif, klien dan keluarga
mengatakan tidak mengetahui penyebab terjadinya penyakit tersebut.
Klien mengatakan merasa tidak puas dengan kondisi tubuhnya yang
telah berubah, merasa tubuhnya tidak seperti dulu lagi, perutnya
membesar, dan saat memakai baju perutnya terlihat besar, dan
mengatakan sedih dengan kondisinya yang saat ini. Selain itu klien
juga menyatakan takut dengan tindakan operasi, takut apabila
jahitannya akan banyak. Klien mengatakan sering malu apabila orang
lain menanyakan tentang kondisinya. Klien mengatakan saat
konsultasi yang terakhir sebelum dirawat, perutnya bertambah besar
sekitar 13cm. Selain itu, klien juga mengatakan takut karena dokter
belum menjelaskan tentang proses operasi yang akan dijalani,
menjelaskan kondisinya setelah dioperasi, dan apakah limpanya harus
diangkat semua atau bagian yang ada kistanya saja.
2. Hasil objektif
klien tampak malu, sedikit pasif, tampak memperhatikan
bagian perut, dan tampak memegang perut bagian kirinya. Selain itu,
klien juga tampak meremas tangannya dan berkeringat.
Pada saat interaksi pertama, melakukan pengukuran tanda-
tanda vital pada klien dengan hasil tekanan darah 110/70 mmHg,
frekuensi nadi 73x/menit, frekuensi pernapasan 20x/menit, dan suhu
36,2 derajat Celcius.
Pada pemeriksaan head to toe khususnya saat pemeriksaan
abdomen, tampak distensi abdomen kuadran kiri bawah. Kondisi
tubuh klien yang lain tampak tidak mengalami masalah.

C. Asuhan Keperawatan

Klien mengatakan merasa tidak puas dengan kondisi


tubuhnya yang telah berubah, merasa tubuhnya tidak
seperti dulu lagi,klien tampak memegang bagian perut,
perutnya membesar, dan saat memakai baju perutnya
terlihat membesar, dan mengatakan sedih dengan
kondisinya saat ini. Selain itu klien juga mengatakan takut
dengan tindakan operasi, takut apabila jahitannya akan
banyak. Klien mengatakan sering malu apabila orang lain
menanyakan tentang kondisinya klien terlihat sedih . Klien
mengatakan saat konsultasi yang terakhir sebelum
dirawat, perutnya bertambah besar 13cm, selain itu, klien
juga mengatakan takut karena dokter belum menjelaskan
tentang proses operasi yang akan dijalani, menjelaskan
kondisinya setelah dioperasi.

Analisa data Etiologi Masalah


Ds : pasien Perubahan Gangguan citra
mengatakan struktur/ bentuk tubuh
tidak puas tubuh D.0083
dengan kondisi Kategori :
tubuhnya yang Mengungkapkan psikologis
telah berubah perasaan negative Subkategori:
setelah operasi tentang integritas ego
Do : kalien perubahan tubuh
terlihat
memegang perut Gangguan citra
bagian bawah tubuh
Ds : klien Ancaman terhadap Ansietas
mengatakan konsep diri D.0080
takut dengan Kategori:
tindakan operasi Merasa khawatir psikologis
Do : klien dengan akibat dari Subkategori:
tampak cemas kondisi yang integritas ego
dihadapi

Rencana operasi
Ansietas
Ds : klien Perubahan pada Harga diri rendah
mengatakan citra tubuh situasional
sering malu saat D.0087
ditanyakan Merasa malu Kategori:
kondisinya psikologis
Harga diri rendah
Do : klien terlihat Subkategori:
sedih integritas ego
INTERVENSI

Masalah Luaran keperawatan Intervensi


Gangguan Setelah dilakukan Observasi
citra tubuh intervensi selama - Identifikasi
berdasarkan 15 menit maka harapan citra
perubahan gangguan citra tubuh
struktur/bent tubuh membaik berdasarkan
uk tubuh dengan kriteria hasil tahap
didasarkan : perkembang
Mengungkapk - Melihat an
an perasaan bagian tubuh - Identifikasi
negative meningkat perubahan
tentang - Menyembunyi citra tubuh
perubahan kan bagian yang
tubuh tubuh mengakibatk
berlebihan an isolasi
menurun sosial
- Focus pada Terapeutik
bagian tubuh - Diskusikan
menurun perubahan
tubuh dan
fungsinya
- Diskusikan
perbedaan
penampilan
fisik
terhadap
harga diri
- Diskusikan
kondisi stress
yang
mempengaru
hi citra tubuh
Edukasi
- Jelaskan
kepada
keluarga
tentang
perawatan
perubahan
citra tubuh
- Anjurkan
mengungkap
kan
gambaran
diri terhadap
citra tubuh
- Latih
peningkatan
penampilan
diri ( mis.
Berdandan )
Ansietas Setelah dilakukan Observasi
berdasarkan intervensi selama - Identifikasi
Ancaman 15 menit maka saat tingkat
terhadap ansietas membaik ansietas
konsep diri dengan kriteria hasil berubah
didasarkan : ( kondisi,
Merasa - Perilaku waktu)
khawatir gelisah - Monitor
dengan menurun tanda-tanda
akibat dari - Perilaku ansietas
kondisi yang tegang ( verbal dan
dihadapi menurun nonverbal )
Rencana - Perasaan Terapeutik
operasi keberdayaan - Temani
membaik pasien untuk
mengurangi
rasa cemas
- Pahami yang
membuat
ansietas
- Motivasi
mengidentifi
kasi situasi
yang memicu
kecemasan
Edukasi
- Anjurkan
keluarga
untuk tetap
Bersama
klien
- Anjurkan
melakukan
kegiatan
yang tidak
kompetitif,
sesuai
kebutuhan
- Latih Teknik
relaksasi
Harga diri Setelah dilakukan observasi
rendah intervensi selama - Monitor
situasional 15 menit maka verbalisasi
berdasarkan harga diri rendah yang
Perubahan membaik dengan merendahka
pada citra kriteria hasil : n diri sendiri
tubuh - Penilaian diri - Monitor
didasarkan positif tingkat harga
dengan meningkat diri setiap
merasa malu - Penerimaan waktu, sesuai
positif kebutuhan
terhadap diri Terapeutik
sendiri - Diskusikan
meningkat pernyataan
- Perasaan tentang
malu menurun harga diri
- Diskusikan
persepsi
negative diri
Edukasi
- Jelaskan
kepada
keluarga
pentingnya
dukungan
dalam
perkembang
an konsep
positif diri
pasien
- Latih
meningkatka
n
kepercayaan
pada
kemampuan
dalam
menangani
situasi
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Definisi citra tubuh secara psikologis yaitu gambaran psikis terhadap
keadaan fisik seseorang, yang menyangkut tingkah laku dan persepsi
terhadap penampilan fisiknya, kondisi kesehatan, kemampuan, serta
seksualitas. Faktor - faktor yang mempengaruhi perkembangan citra tubuh
yaitu : self esteem, perbandingan dengan orang lain, bersifat dinamis dan
proses pembelajaran. penyebabgangguan citra tubuh adalah sebuah
perasaan ketidakpuasan terhadap tubuhnya yang disebabkan oleh
perubahan struktur, ukuran, bentuk, dan fungsi tubuh karena tidak sesuai
dengan yang diinginkan. Adapun penyebab terjadinya gangguan citra
tubuh, yaitu kerusakan atau kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran,
bentuk dan penampilan tubuh, dan tindakan pembedahan. Tanda dan gejala
yang dialami adalah respon pasien adaptif terdiri dari syok psikologis,
menarik diri, dan penerimaan atau pengakuan secara bertahap dan respon
pasien maladaptif seperti Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh
yang berubah dan tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi
tubuh.

B. Saran
1. Untuk Pembaca
Setelah membaca makalah tentang asuhan keperawatan gangguan citra
tubuh, diharapkan para pembaca dapat mengetahui apa itu asuhan
keperawatan gangguan citra tubuh bagaimana cara mengkaji
mengintervensikan dan mengimplementasikan asuhan keperawatan.
Untuk menambah pengetahuan dan menggali lebih dalam mengenai
asuhan keperawatan pembaca dapat mencari sumber lain selain
makalah ini sebagai sumber referensi.

2. Untuk Mahasiswa / mahasiswi

19
Melalui makalah ini diharapkan mahasiswa/i meningkatkan wawasan
dan pengetahuan mengenai asuhan keperawatan gangguan citra tubuh,
serta dapat mengaplikasikan ke dalam kehidupan sehari – hari
3. Untuk Penulis
Dalam penulisan makalah masih banyak kekurangan dalam penulisan
untuk itu sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar
kedepannya lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

21

Anda mungkin juga menyukai