Anda di halaman 1dari 2

Berdasarkan hasil kajian, baik dari pengamatan di lapangan maupun dari hasil analisis di

laboratorium dapat disimpulkan bahwa:

1. Kijang, Pulau Bintan dengan perubahan tingkat kekeruhan perairan pesisir timur Pulau Bintan.
Namun sejauhmana perubahan tingkat kekeruhan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
 Hasil analisis baik citra landsat maupun ALOS mengindikasikan adanya perubahan tingkat
kekeruhan dari arah selatan (sumber dampak) menuju ke-utara (lokasi DPL), secara kualitatif dapat
diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) kategori, yakni: kategori kekeruhan tinggi, sedang dan rendah.
 Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa perubahan tingkat kekeruhan
tersebut secara signifikan hanya bersifat sesaat (temporer), yakni ketika turun hujan lebat. Sebagai
sumber dampak adalah di lokasi beberapa dermaga pengapalan (jeti).
 Hasil model perhitungan berdasarkan hukum stokes penyebaran kekeruhan bisa mencapai radius
sekitar 2 km dari sumber dampak, yang tergantung dari sifat fisik (ukuran butir, densitas) dan
volume material, dan dipengaruhi oleh kondisi iklim (curah hujan) dan hidrooceanografi (arah dan
kecepatan arus, gelombang dan pasang surut) serta sifat fisik medium pembawa (densitas,
viskositas air laut).
 Sementara ini untuk penambangan bauksit di Kepulauan Lingga belum nampak adanya korelasi
tersebut, mengingat lokasi penambangannya relatif jauh dari perairan pesisir Pulau Mamot (> 2
km).

2. Korelasi antara perubahan tingkat kekeruhan dengan perubahan ekosistem perairan sebagai
akibat dampak aktivitas penambangan baik di Pulau Bintan maupun di Mamot (Lingga), secara
umum belum menunjukkan adanya perubahan ekosistem perairan yang signifikan. Namun
sejauhmana korelasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
 Kondisi eksisting perairan di kedua lokasi kajian tersebut berdasarkan indikator parameter fisik
air, kimia dan kandungan logam berat serta biota perairan masih dalam kondisi batas normal bagi
kehidupan biota perairan. Walaupun terdapat beberapa parameter melebihi dan / atau sedikit
dibawah nilai baku mutu KLH, namun jika ditarik garis dari titik sample yang diambil dari sekitar
DPL menuju titik sample yang diambil dari perairan di sekitar sumber dampak, menunjukkan
adanya kecenderungan perubahan kualitas fisik perairan yang cukup signifikan. Sedangkan
perubahan kualitas kimia dan kandungan unsur logam berat serta parameter biota perairan
walaupun tidak signifikan, namun juga memperlihatkan adanya kecenderungan yang semakin
meningkat.
 Hasil pengamatan terhadap terumbu karang dan padang lamun di sekitar lokasi DPL (seperti
perairan pesisir Pantai Trikora, perairan pesisir Pulau Mapor dan perairan pesisir Pulau Pangkil)
masih dalam kondisi normal. Secara umum belum terjadi perubahan secara signifikan, kecuali
terumbu karang dan padang lamun di sekitar lokasi dermaga (jeti) dengan tingkat kekeruhan tinggi,
pada umumnya sudah mulai rusak dan bahkan mati. Demikian pula tentang kondisi vegetasi
mangrove pada umumnya masih dalam kondisi baik, kecuali vegetasi mangrove yang berada di
sekitar aktivitas penambangan bauksit di bagian selatan pesisir Pulau Bintan mengalami ancaman
kerusakan yang cukup serius.
3. Walaupun secara umum perubahan tingkat kekeruhan belum berdampak secara signifikan
terhadap perubahan ekosistem perairan, namun dengan semakin meningkatnya aktivitas
penambangan bauksit dan aktivitas lainnya tanpa memperhatikan kepedulian terhadap
lingkungannya, kini merupakan ancaman yang cukup serius akan terjadinya perubahan ekosistem
perairan di sekitar daerah perlindungan laut (DPL) yang telah ditetapkan sebagai kawasan
konservasi yang perlu dilestarikan.

4. Kekhawatiran masyarakat (khususnya nelayan) yang tinggal di wilayah pesisir timur Pulau
Bintan dan pesisir Pulau Mamot, baik terhadap aktivitas penambangan maupun rencana
penambangan bauksit cukup beralasan, karena persepsi masyarakat tentang dampak negatifnya
menyangkut berbagai aspek kehidupan mereka yang perlu mendapat perhatian pemerintah.
Persepsi masyarakat yang dimaksud adalah daya tangkap (sikap) dan informasi yang diterima oleh
masyarakat tentang dampak negatif aktivitas penambangan tersebut diantaranya:
 Rusaknya wilayah perairan pantai dengan ekosistem dasar perairan sebagai tempat pemijahan ikan
dan biota laut lainnya.
 Sementara tingkat kekeruhan yang terjadi akibat penambangan, bersama-sama dengan gangguan
eksositem pantai akan mengakibatkan terjadinya perubahan terhadap kelimpahan dan
keanekaragaman plankton, benthos, dan nekton dan berdampak lebih lanjut terhadap penurunan
produktifitas primer serta pertumbuhan terumbu karang.
 Menjauhnya ikan-ikan dari lokasi daerah penangkapan ikan (fishing ground) akibat terganggunya
wilayah tersebut oleh aktivitas penambangan.
 Terganggunya jalur penangkapan nelayan karena sebagian kawasan tumpang tindih dengan fishing
ground (daerah tangkapan ikan nelayan).
 Terganggunya lalu lintas perahu nelayan untuk menuju lokasi penangkapan ikan dan atau
penangkapan hasil produksi ikan.
 Terganggunyaprasarana dan sarana penangkapan ikan karena kegiatan lalu lintas penambangan.
Seperti rusaknya alat tangkap ikan, karena untuk alat penangkapan ikan jenis jaring rawai yang
biasanya ditebar di pesisir atau selat karena bisatertabrak dan terseret oleh melajunya kapal
tongkang pengangkutbauksit.
 Menurunnya produksi atau produktivitas hasil tangkapan ikan nelayan karena adanya penurunan
tingkat produktivitas primer diwilayah perairan sekitar lokasi penambangan.
 Kemungkinan besar menurunnya pendapatan keluarga nelayan, terutama nelayan tradisional
sebagai efek dari penurunan hasil tangkapannya, khususnya bagi sebagian besar nelayan yang
dikelompokkan sebagai nelayan miskin.

Anda mungkin juga menyukai