Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin

Waldeyer yang disebabkan oleh mikroorganisme berupa virus, bakteri, dan jamur yang

masuk secara aerogen atau foodborn.Tonsilitis kronis adalah infeksi berulang yang paling

sering terjadi pada tenggorok terutama pada usia anak-anak dan remaja. Ukuran tonsil dan

adenoid cenderung kecil pada usia <7 tahun, bertambah besar pada usia 7-15 tahun dan

cenderung mengecil pada usia tua. Berdasarkan data epidemiologi penyakit THT di tujuh

provinsidi Indonesia pada bulan September tahun 2012, prevalensi tonsilitis kronik tertinggi

setelah nasofaringitis akut yaitu sebesar 3,8%.

Ada beberapa faktor risiko yang dapat memengaruhi terjadinya tonsilitis.Berdasarkan

penelitian yang dilakukan oleh Layla Tunjung Sari, memperlihatkan terdapatnya hubungan

angka kejadian tonsillitis dengan kebiasaan makan goreng-gorengan, kebiasaan minum

minuman dingin, hyegine mulut (Amalia, 2017).

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi

Anatomi Tonsil menurut Putri tahun 2016 yaitu Cincin waldeyer merupakan jaringan

limfoid yang mengelilingi faring. bagian terpentingnya adalah tonsil palatina dan tonsil

faringeal (adenoid). Unsur yang lain adalah tonsil lingual, gugus limfoid lateral faring dan

kelenjar-kelenjar limfoid yang tersebar dalam fosa Rosenmuller, di bawah mukosa dinding

posterior faring dan dekat orifisium tuba eustachius.

Gambar 1 : Anatomi Tonsil

2
Tonsil Palatina

Tonsil palatina adalah suatu massa jaringan limfoid yang terletak di dalam fosa tonsil

pada kedua sudut orofaring dan dibatasi oleh pilar anterior (otot palatoglosus) dan pilar

posterior (otot palatofaringeus). Tonsil berbentuk oval dengan panjang 2-5 cm, masing-

masing tonsil mempunyai 10-30 kriptus yang meluas kedalam jaringan tonsil. Tonsil tidak

selalu mengisi seluruh fosa tonsilaris& daerah yang kosong diatasnya dikenal sebagai fosa

supratonsilar. Tonsil terletak pada bagian orofaring yang dibatasi oleh :

1. Lateral = m. . konstriktor faring superior

2. Anterior = m. palatoglosus

3. Posterior = m. palatofaringeus

4. Superior = palatum mole

5. Inferior = tonsil lingual

Secara mikroskopik tonsil terdiri atas 3 komponen yaitu jaringan ikat, folikel germinativum

(merupakan sel limfoid) dan jaringan interfolikel (terdiri dari jaringan limfoid).

Fossa Tonsil

Fosa tonsil atau sinus tonsil dibatasi oleh otot-otot orofaring, yaitu batas anterior

adalah otot palatoglosus, batas lateral atau dinding luarnya adalah otot konstriktor faring

superior. Pilar anterior mempunyai bentuk seperti kipas pada rongga mulut, mulai dari

palatum mole dan berakhir di sisi lateral lidah. Pilar posterior adalah otot vertikal yang ke

atas mencapai palatum mole, tuba eustachius dan dasar tengkorak dan ke arah bawah meluas

hingga dinding lateral esofagus, sehingga pada tonsilektomi harus hati-hati agar pilar

posterior tidak terluka. Pilar anterior dan pilar posterior bersatu di bagian atas pada palatum

mole, ke arah ba'ah terpisah dan masuk ke jaringan di pangkal lidah dan dinding lateral

faring.

3
Kapsul Tonsil

Bagian permukaan lateral tonsil ditutupi oleh suatu membran jaringan ikat, yang

disebut kapsul. Walaupun para pakar anatomi menyangkal adanya kapsul ini, tetapi para

klinisi menyatakan bahwa kapsul adalah jaringan ikat putih yang menutupi 4/5 bagian tonsil.

Plika Triangularis

Diantara pangkal lidah dan bagian anterior kutub bawah tonsil terdapat plika

triangularis yang merupakan suatu struktur normal yang telah ada sejak masa embrio. Serabut

ini dapat menjadi penyebab kesukaran saat pengangkatan tonsil dengan jerat. Komplikasi

yang sering terjadi adalah terdapatnya sisa tonsil atau terpotongnya pangkal lidah.

Pendarahan

Tonsil mendapat pendarahan dari cabang-cabang A. karotis eksterna, yaitu 1. A.

maksilaris eksterna (A.fasialis) dengan cabangnya A. tonsilaris dan A. palatina asenden; 2. A.

maksilaris interna dengan (cabangnya ) A. palatina desenden; 3. A. lingualis dengan

cabangnya A. lingualis dorsal; 4. A. faringeal asenden. Kutub bawah tonsil bagian anterior

diperdarahi oleh A. lingualis dorsal dan bagian posterior oleh A. palatina asenden, diantara

kedua daerah tersebut diperdarahi oleh A. tonsilaris. Kutub atas tonsil diperdarahi oleh A.

faringeal asenden dan A. palatina desenden. Vena-vena dari tonsil membentuk pleksus yang

bergabung dengan pleksus dari faring. Aliran balik melalui pleksus vena di sekitar kapsul

tonsil, vena lidah dan dan fleksus faringeal.

Aliran Getah Beninng

Aliran getah bening dari daerah tonsil akan menuju rangkaian getah bening servikal

profunda (deep jugular node) bagian superior di bawah M. ternokleidomastoideus selanjutnya

ke kelenjar toraks dan akhirnya menuju duktus torasikus. Tonsil hanya mempunyai pembuluh

getah bening eferan sedangkan pembuluh getah bening aferen tidak ada.

4
Persarafan

Tonsil bagian atas mendapat sensasi dari serabut saraf ke V melalui ganglion

sfenopalatina dan bagian bawah dari saraf glosofaringeus.

Imunologi Tonsil

Tonsil merupakan jaringan limfoid yang mengandung sel limfosit 0.1- 0.2% dari

keseluruhan limfosit tubuh pada orang dewasa. Pada tonsil terdapat sistim imun kompleks

yang terdiri atas sel M (sel membran), makrofag, sel dendrit dan APCs (antigen presenting

cells) yang berperan dalam proses transportasi antigen ke sel limfosit sehingga terjadi sintesis

imunoglobulin spesifik. juga terdapat sel limfosit B, limfosit T, sel plasma dan sel pembawa

IgG. Tonsil merupakan organ limfatik sekunder yang diperlukan untuk diferensiasi dan

proliferasi limfosit yang sudah disensitisasi. Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yaitu 1.

menangkap dan mengumpulkan bahan asing dengan efektif; 2. sebagai organ utama

produksi antibodi dan sensitisasi sel limfosit T dengan antigen spesifik.

Tonsil Faringeal Adenoid

Adenoid merupakan masa limfoid yang berlobus dan terdiri dari jaringan limfoid

yang sama dengan yang terdapat pada tonsil. 1obus atau segmen tersebut tersusun teratur

seperti suatu segmen terpisah dari sebuah ceruk dengan celah atau kantong diantaranya.

1obus ini tersusun mengelilingi daerah yang lebih rendah di bagian tengah& dikenal sebagai

bursa faringeus. Adenoid tidak mempunyai kriptus. Adenoid terletak di dinding belakang

nasofaring. jaringan adenoid di nasofaring terutama ditemukan pada dinding atas dan

posterior, walaupun dapat meluas ke fosa Rosenmuller dan orifisium tuba eustachius. ukuran

adenoid bervariasi pada masing-masing anak. Pada umumnya adenoid akan mencapai ukuran

maksimal antara usia 3-7 tahun kemudian akan mengalami regresi.

Derajat Pembesaran Tonsil

T0 : Post tonsilektomi

5
T1 : Tonsil berada dalam fossa tonsil

T2 : Tonsil sudah melewati fossa tonsil tapi masih berada diantara garis khayal yang

terbentuk antara fossa tonsil dan uvula (Paramedian line)

T3 : Tonsil sudah melewati Paramedian line dan menyentuh uvula

T4 : Tonsil saling menempel (kissing tonsil) atau sudah mendorong uvula.

B. Definisi Tonsilitis

Tonsilitis merupakan peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin

waldeyer. Cincin Waldayer terdiri atas susunan kelenjar limfa yang terdapat di dalam rongga

mulut yaitu tonsil faringeal (adenoid), tonsil palatina (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil

pangkal lidah), tonsil tuba Eustachius (lateralband dinding faring/ Gerlach’s tonsil).

Sedangkan Tonsilitis Kronis adalah peradangan kronis tonsil setelah serangan akut yang

terjadi berulang-ulang atau infeksi subklinis (Giatri, 2015).

C. Tonsilitis Akut

Menurutr Zulfan tahun 2014 Definisi dan Etiologi Tonsilitis akut adalah radang akut

pada tonsil akibat infeksi kuman.Tonsillitis akut ini lebih disebabkan oleh kuman grup A

Streptokokus beta hemolitikus, pneumokokus, Streptokokus Viridian dan Streptokokus

piogenes. Virus terkadang juga menjadi penyebab penyakit ini. Tonsilitis ini sering terjadi

pada anak-anak dengan peningkatan suhu 1-4 derajat celcius. Tonsilitis akut sering terjadi

pada anak-anak dengan penyebarannya melalui droplet yaitu alat makan dan makanan.

Patofisiologi

Penularan penyakit ini terjadi melalui droplet. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel&

kemudian bila kuman ini terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi

pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklea. Saat folikel mengalami

peradangan, tonsil akan membengkak dan membentuk eksudat yang akan mengalir dalam

saluran (kanal) lalu keluar dan mengisi kripta yang terlihat sebagai kotoran putih atau bercak

6
kuning. Kotoran ini disebut detritus. Detritus sendiri terdiri atas kumpulan leukosit

polimorfonuklear, bakteri yang mati dan epitel tonsil yang terlepas. Tonsilitis akut dengan

detritus yang jelas disebut tonsilitis folikularis. Tonsilitis akut dengan detritus yang menyatu

lalu membentuk kanal-kanal disebut tonsilitis lakunaris.

Detritus dapat melebar dan membentuk membran semu (pseudomembran) yang

menutupi tonsil. Adanya pseudomembran ini menjadi alasan utama tonsilitis akut didiagnosa

banding dengan angina Plaut Vincent, angina agranulositosis, tonsilitis difteri.

Diagnosis

Penderita tonsilitis akut awalnya mengeluh rasa kering di tenggorok. Kemudian

berubah menjadi rasa nyeri di tenggorok dan rasa nyeri saat menelan. Makin lama rasa nyeri

ini semakin bertambah nyeri sehingga anak menjadi tidak mau makan. Nyeri hebat ini dapat

menyebar sebagai referred pain ke sendi-sendi dan telinga. Nyeri pada telinga (otalgia)

tersebut tersebar melalui nervus glossofaringeus (IX).

Keluhan lainnya berupa demam yang suhunya dapat sangat tinggi sampai

menimbulkan kejang pada bayi dan anak-anak. rasa nyeri kepala, badan lesu dan nafsu

makan berkurang sering menyertai pasien tonsilitis akut. suara pasien terdengar seperti orang

yang mulutnya penuh terisi makanan panas. Keadaan ini disebut plummy voice. Mulut

berbau busuk dan ludah menumpuk dalam ka3um oris akibat nyeri telan yang hebat

(ptialismus).

Pemeriksaan tonsilitis akut ditemukan tonsil yang udem& hiperemis dan terdapat

detritus yang memenuhi permukaan tonsil baik berbentuk folikel, lakuna, atau

pseudomembran. Ismus fausium tampak menyempit. Palatum mole, arkus anterior dan arkus

posterior juga tampak udem dan hiperemis. Kelenjar submandibula yang terletak di belakang

angulus mandibula terlihat membesar dan ada nyeri tekan.

7
Komplikasi

Meskipun jarang tonsilitis akut dapat menimbulkan komplikasi lokal yaitu abses

peritonsil, abses parafaring dan pada anak sering menimbulkan otitis media akut. Komplikasi

lain yang bersifat sistemik dapat timbul terutama oleh kuman Streptokokus beta hemolitikus

berupa sepsis dan infeksinya dapat tersebar ke organ lain seperti bronkus (bronkitis), ginjal

(nefritis akut & glomerulonefritis akut), jantung (miokarditis & endokarditis), sendi (artritis).

Pemeriksaan Tes Laboratorium

Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam

tubuh pasien merupkan bakteri grup A, karena grup ini disertai dengan demam reumatik,

glomerulnefritis. Pemeriksaan penunjang Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.

Terapi

Tonsilitis akut pada dasarnya termasuk penyakit yang dapat sembuh sendiri

(selflimiting disease) terutama pada pasien dengan daya tahan tubuh yang baik. Pasien

dianjurkan istirahat dan makan makanan yang lunak. Berikan pengobatan simtomatik

berupa analgetik, antipiretik, dan obat kumur yang mengandung desinfektan. Berikan

antibiotik spektrum luas misalnya sulfonamid.

8
Menurut Nuryyanisa 2015, Berdasarkan waktunya tonsilitis dibagi menjadi dua, yaitu

tonsilitis akut dan tonsilitis kronis. Tonsilitis akut berdasarkan etiologinya dibedakan

menjadi:

1. Tonsilitis Viral

Gejalanya lebih menyerupai common cold, seperti demam yang disertai

dengan nyeri tenggorok. Virus yang paling sering menginfeksi adalah virus Epstein

Bar. Pada pemeriksaan mulut terdapat luka kecil pada palatum dan tonsil yang nyeri

dirasakan oleh pasien. Pada kasus ini, keadaan pasien akan membaik dengan

sendirinya yang dimana pasien harus banyak istirahat, minum yang cukup dan dapt

juga diberikan analgetik juga antivirus jika gejala memberat.

2. Tonsilitis Bakterial

Peradangan akut pada tonsil yang disebabkan oleh kuman Grup A

Streptokokus Beta hemolitikus. Gejala yang dikeluhkan seperti nyeri tenggorokan dan

nyeri waktu menelan, demam dengan suhu tinggi, rasa lesu, nyeri di telinga, nyeri

pada sendi dan tidak ada napsu makan. Pada pemeriksaan didapatkan tonsil yang

membengkak, hiperemis dan terdapat detritus yang berbentuk folikel, lakuna atau

tertutup oleh membran semu. Dapt juga ditemukan pembengkakandan nyeri tekan

pada kelenjar sub-mandibula. Pada tonsilitis ini diberikan antibotik spektrum luas

seperti erytromicin, diberikan antipiretik dan obat kumur yang mengandung

disinfektan.

Selain itu ada tonsilitis membranosa yaitu :

1. Tonsilitis Difteri

Penyebab dari tonsilitis difteri adalah Corynebacterium Dipthteriae. Penyakit

ini sering ditemukan pada anak berusia kurang dari 10 tahun. Gejala pada tonsilitis

difteri :

9
a. Gejala umum : sub febris, nyeri kepala, tidak napsu makan, badan lemah,

nadi lamabt dan nyeri telan).

b. Gejala Lokal : tonsil membengkak yang ditutupi oleh bercak putih kotor

dan semakin meluas sehingga bisa menyembabkan penyumbatan jalan

napas, kelenjar limfe membengkak besar (bull neck/burgeermester’s hals)

c. Gejala akibat eksotoksin : miokarditis sampai decompensatio cordis,

kelumpuhan otot palatum dan otot pernapasan.

Diagnosis dari penyakit ini ditegakkan berdasarkan gambaran klinik dan pemeriksaan

preparat langsung kuman yang diambil dari permukaan bawah membrane semu dan

didapatkan positif Corynebacterium diphteriae. pasien yang menderita penyakit ini harus

diisolasi dan segera diberi ADS dengan dosis 20.000-100.000 unit tanpa menunggu hasil

kultur. Selain itu diberikan juga antibiotik penicillin, kortikosteroid, antipiretik untuk

simtomatis.

2. Tonsillitis septik

Penyebab dari tonsillitis septik ini ialah Streptococcus hemolyticus yang

biasanya terdapat dalam susu sapi. Tonsillitis seperti ini jarang ditemukan di

indonesia karena susu sapi sudah dimasak dahulu dengan para pasteurisasi.

Penyakit Kelainan Darah

1. Leukimia Akut

Keluhan yang paling sering ditemukan berupa epistaksis, perdarahan di mukosa

mulut, gusi, dan di bawah kulit, sehingga tampak kebiruan. Keluhan lain yang dirasakan oleh

pasien yaitu rasa nyeri yang hebat di tenggorokan. pada pemeriksaan ditemukan tonsil yang

membengkak dan ditutupi oleh membrane semu, namun tidak hiperemis.

10
D. Tonsilitis Kronis

Etiologi

Dewanti 2015 Bakteri penyebab tonsillitis kronis sama halnya dengan tonsillitis akut,

namun terkadang bakteri berubah menjadi bakteri golongan Gram negatif. Faktor prediposisi

rangsangan yang menahun dari rokok, beberapa jenis makanan, higine mulut yang buruk,

pengaruh CuaCa, kelelahan fisik dan pengobatan tonsillitis akut yang tidak adekuat.

Patofisiologi

Karena proses rangsangan berulang maka epitel mukosa dan jarinagn limfoid terkikis,

sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti dengan jaringan parut yang akan

mengalami pengerutan sehingga kripti melebar. Secara klinik kripti ini tampak diisi oleh

detritus.proses ini meluas sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan

perlekatan dengan jaringan disekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan

pembesaran kelenjar limfa submandibula (Kaur, 2015).

Manisfetasi klinis

Adanya keluhan pasien di tenggorokan seperti ada penghalang atau mengganjal,

tenggorokan terasa kering, pernapasan berbau. Saat pemeriksaan ditemukan tonsil membesar

dengan permukaan tidak rata, kriptus membesar dan terisi oleh detritus (Zulfan, 2014).

11
Pemeriksaan

Pemeriksaan Fisik

Tampak tonsil membesar dengan adanya hipertrofi dan jaringan parut. Sebagian

kripta mengalami stenosis, tapi eksudat (purulen) dapat diperlihatkan dari kripta-kripta

tersebut. Pada beberapa kasus, kripta membesar, dan suatu bahan seperti keju/dempul amat

banyak terlihat pada kripta. Gambaran klinis yang lain yang sering adalah dari tonsil yang

kecil, biasanya membuat lekukan dan seringkali dianggap sebagai “kuburan” dimana tepinya

hiperemis dan sejumlah kecil sekret purulen yang tipis terlihat pada kripta (Kaur, 2015).

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah :

1. Tes laboratorium

Tes laboratorium digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada dalam tubuh

pasien dengan tonsilitis kronis merupakan bakteri, kemudian pemeriksaan jumlah

leukosit dan hitung jenisnya, serta laju endap darah, dan dapat digunakan saat akan

dilakukan tonsilektomi. Pemeriksaan yang perlu dilakukan sebelum tonsilektomi adalah:

a. Rutin : Hemoglobin, leukosit, urin.

b. Reaksi alergi, gangguan perdarahan pembekuan.

c. Pemeriksaan gula darah, elektrolit dan lainya sesuai indikasi.

2. Mikrobiologi Gold standard

Pemeriksaan tonsil adalah kultur dari dalam tonsil. Berdasarkan penelitian kurien

di India terhadap 40 penderita tonsilitis kronis yang dilakukan tonsilektomi, didapatkan

kesimpulan bahwa kultur yang dilakukan dengan swab permukaan tonsil untuk

menentukan diagnosis yang akurat terhadap flora bakteri tonsilitis kronis tidak dapat

12
dipercaya dan juga valid. Kuman terbanyak yang ditemukan yaitu Streptokokus beta

hemolitikus diikuti Stafilokokus aureus.

Tatalaksana Tonsilitis Kronis

A. Terapi lokal ditujukan pada higiene mulut dengan berkumur atau minum obat isap.

B. Tonsilektomi dilakukan bila terjadi infeksi yang berulang atau kronik, gejala sumbatan

serta kecurigaan neoplasma.

Indikasi Absolut
a. Pembengkakan tonsil yang menyebabkan obstruksi saluran napas, disfagia
berat, gangguan tidur dan komplikasi kardiopulmoner
b. Abses peritonsil yang tidak membaik dengan pengobatan medis dan drainase
c. Tonsilitis yang menimbulkan kejang demam

d. Tonsilitis yang membutuhkan biopsi untuk menentukan patologi anatomi

Indikasi Relatif

a. Terjadi 3 episode atau lebih infeksi tonsil per tahun dengan terapi antibiotik adekuat

b. Halitosis akibat tonsilitis kronik yang tidak membaik dengan pemberian terapi medis

c. Tonsilitis kronik atau berulang pada karier streptokokus yang tidak


membaik dengan pemberian antibiotik β-laktamase resisten (Kaur, 2015).

Komplikasi

Radang kronis tonsil dapat menimbulkan komplikasi kedaerah sekitarnya berupa

rhinitis kronis& sinusitis atau otitis media se(ara perkontinuitatum. Komplikasi lebih jauh

terjadi secara hematogen atau limfogen dan dapat timbul endokarditis, arthritis, miositis,

nefritis, urtikaria, dan furunkulosis (Putra, 2014).

13
E. Prognosis

Tonsilitis biasanya sembuh dalam beberapa hari dengan beristirahat dan pengobatan

suportif. Menangani gejala-gejala yang timbul dapat membuat penderita Tonsilitis lebih

nyaman. Bila antibiotik diberikan untuk mengatasi infeksi, antibiotik tersebut harus

dikonsumsi sesuai arahan demi penatalaksanaan yang lengkap, bahkan bila penderita

mengalami infeksi saluran nafas lainya, infeksi yang sering terjadi yaitu infeksi pada telinga

dan sinus. Pada kasus-kasus yang jarang, tonsilitis dapat menjadi sumber dari infeksi serius

seperti demam rematik aatau pneumonia (Zulfan, 2014).

14
BAB III

LAPORAN KASUS

IDENTITAS

Nama : Sdr. A

Umur : 17 th

Alamat : Jakarta

Agama : Islam

Status : Belum menikah

Pekerjaan : Pelajar

ANAMNESA

Keluhan Utama : Nyeri pada telinga kanan dan kiri sejak 1 bulan

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang dengan keluhan nyeri pada telinga kanan dan kiri sejak 1 bulan yang

lalu, nyeri hilang timbul, sebelumnya telinga pernah keamsukan air, tidak pernah kemasukan

serangga, tidak pernah keluar cairan, dan jarang di korek-korek. Pasien juga mengeluh

pendengran menurun. Pasien tidak mengeluh pilek, batuk dan nyeri tenggorokan tidak ada,

pasien kadang mengeluh kepala pusing

15
Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien pernah sakit seperti ini dan pernah nyeri tenggorokan

Riwayat Pengobatan :

Pasien belum pernah berobat

Riwayat Alergi :

Tidak ada alergi obat

PEMERIKSAAN FISIK

1. TELINGA

MAE : hiperemi -/-

Oedem -/-

Sekret -/-

Serumen +/+

Membran Timpani : tidak dapat dievaluasi

HIDUNG

Cavum Nasi : Konka Hiperemi -/-

Konka odem -/-

Sekret -/-

2. TENGGOROK

Tonsil T2/T2

16
Tonsil Hiperemi +/+

Faring Hiperemi -/-

ASSASMENT : Serumen Obsturans dextra dan sinistra, Rinitis alergi, Tonsilitis Kronis

TERAPI : Irigasi Serumen

Terapi lokal ditunjukkan pada higiene mulut dan berkumur

17
BAB IV

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Tonsil merupakan salah satu bagian dari sistem pertahanan tubuh manusia karena

terdapat jaringan limfoid, dimana pertahanan tersebut akan bereassi membentuk suatu

antibody yang akan melawan bakteri atau virus yang masuk. Apabila tubuh tidak bisa

mengatasi bakteri tersebut, maka akan menimbulkan terjadinya peradangan tonsil, khususnya

tonsil palatina yang disebut dengan tonsillitis. Terdapat berbagai macam faktor predisposisi

terjadinya peradangan pada tonsil, terutama gaya hidup seseorang yang kurang sehat.

Tonsilitis ini sendiri dapat disebabkan baik karena virus ataupun bakteri, dimana

masing-masing memiliki keluhan yang sedikit berbeda. Sedangkan dari lama waktu

terjadinya, tonsillitis dibagi menjadi dua, yaitu tonsillitis akut dan juga kronis. pengobatan

yang adekuat dan juga gaya hidup yang sehat dapat mencegah terjadinya tonsillitis akut yang

berulang atau tonsillitis kronis.

18
DAFTAR PUSTAKA

Amalia Asifa. 2017. Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Angka Kejadian Tonsilitis Pada

Siswa SD Inpers Maccani Sombala Tahun 2017. Fakultas Kedokteran Hasanudin.

Skripsi

Putri Syurlia. 2016. Tonsilitis. Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi. Referat.

Zulfan Dedy. 2014. Tonsilitis. SMF Penyakit Hidung dan Tenggorok Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta PKU Muhamadiyah Yogjakarta. Referat.

Nuriyanisa Sherlina. 2015. Tonsil. Fakultas Kedokteran Trisakti. Refrat

Giatri, dkk. 2015. Tonsilitis Kronis. Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan

Leher Fakultas Kedokteran Universitas Andalas RS DR. M. Djamil Padang

Putra, dkk. 2014. Tonsilitis kronik. Bagian Ilmu Kesehatan Telinga Tenggorok Bedah dan

Kepala Leher RSUP. DR. M. DJAMIL. PADANG. Case Report

Kaur. 2015. Tonsilitis Kronis. Kepaniteraan Klinik Telinga, Hidung, dan Tenggorokan RSUD

Ciawi – Bogor Periode 18 Mei 2015 – 21 Juni 2015.Fakultas Kedokteran Universitas

Kristen Krida Wacana Jakarta. Referat.

19

Anda mungkin juga menyukai