Anda di halaman 1dari 13

Naskah Seminar

Pembuatan Cellulose Powder dari Ampas Tebu dengan Variasi Volume dan Konsentrasi H2O2

PEMBUATAN CELLULOSE POWDER DARI AMPAS TEBU


DENGAN VARIASI VOLUME DAN KONSENTRASI H2O2
R. Hendri Mahendra Wijaya (11/319075/TK/38208)
Dosen Pembimbing : Ir.Supranto, M.Sc., Ph.D.
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada
Jl. Grafika No.2 Yogyakarta 55281
Telp. (0274) 902171 Fax. (0274) 902170
Email : hendrimahendrawijaya@gmail.com

Intisari

Selulosa merupakan bagian penyusun utama jaringan tanaman berkayu. Bahan tersebut terdapat pada
berbagai jenis tanaman seperti pada tanaman tebu. Sebanyak 32 % dari olahan tebu giling adalah ampas tebu.
Ampas tebu sebagai hasil samping proses ekstraksi cairan tebu mengandung selulosa sebanyak 37,65 % berat
ampas tebu. Saat ini banyak pemanfaatan dari selulosa, salah satunya diolah untuk membuat cellulose powder.
Cellulose powder memiliki kadar kemurnian selulosa rata-rata di atas 70 %.
Pengambilan selulosa dilakukan dengan bahan utama ampas tebu. Pembuatan selulosa kadar tinggi dari
ampas tebu dapat dilakukan dengan proses hidrolisis, dilanjutkan proses delignifikasi, dengan diantara kedua
proses dilakukan proses pemutihan atau proses bleaching. Penelitian ini bertujuan untuk mencari kondisi
optimum yang memberikan kualitas dan kuantitas selulosa terbaik dari ampas tebu untuk diolah menjadi
cellulose powder. Larutan H2O2 digunakan sebagai pelarut pada proses Bleaching yang dilakukan sebanyak 2
kali, yakni setelah proses hidrolisis dan delignifikasi. Percobaan dilakukan dengan memvariasikan volume
larutan H2O2, dan konsentrasi larutan H2O2. Variasi konsentrasi dilakukan pada konsentrasi 2,5%, 5 %, 7,5 %,
10 %, 12,5 %,dan 15 %, sedangkan untuk variasi volume dilakukan pada volume 300 mL, 350 mL, 400 mL,dan
450 mL. Proses bleaching masing-masing dilakukan selama 30 menit pada suhu 80⁰C.
Percobaan dilakukan sampai mendapat titik optimum kualitas dan kuantitas hasil selulosa yang didapat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi proses yang paling optimum adalah pada kosentrasi larutan H 2O2
15 %, dengan volume larutan H2O2 sebesar 400 mL dan konsentrasi larutan HCl 1,25 N, dengan volume larutan
HCl sebanyak 400 mL serta konsentrasi larutan KOH 1,5 N, dengan volume larutan KOH sebanyak 400 mL.
Kadar selulosa awal pada ampas tebu atau bagas hanya sebesar 53,41%. Namun setelah mengalami proses
hidrolisis, delignifikasi, serta dua kali proses bleaching seperti yang dilakukan pada proses penelitian, selulosa
yang dihasilkan didapat dengan kadar tinggi mencapai 86,94%. Hasil akhir terbaik dari setiap variabel penelitian
cellulose powder dengan selulosa kadar tinggi.
Kata Kunci : Ampas tebu, Selulosa, Cellulose powder, hidrolisis, delignifikasi, bleaching.

Abstract
Cellulose is the main component of plant cell walls. That material is also located in varies of sugarcane.
Roughly around 32 % of proceed sugarcane is a bagasse. Bagasse as the side product of extraction of liquid
sugar contains a cellulose of 37,65 % weight of bagasse. Currently, there are several using of cellulose, one of
them is for making a cellulose powder. Cellulose powder has the cellulose purity above 70 % on average.
Production of cellulose were made from the raw bagasse. To make a high refined cellulose powder, it needs
some steps including hydrolysis process, delignification process and two bleaching processes in between.
Bleaching processes were conducted to produce qualified products with a desired brightness. Goal of this
research was to find the optimum condition with the best quality and quantity of cellulose powder from bagasse.
The experiments were conducted by varying the volume and concentration of the solution H 2O2. This
experiment were using optimization methods bleaching in each process. Variations in the volume of solution
H2O2 for bleaching process is done at a fixed concentration of 5 % by volume variation 300 mL, 350 mL , 400
mL , 450mL . Variations in the concentration of H 2O2 solution is performed at the beginning of the experiment
the constant volume of 300 mL , with a concentration of 2.5 % , 5 %, 7.5 %, 10 % , 12.5 % , and 15 % . It took
30 menits at 80oC at each of bleaching process. Experiments were carried out to obtain the optimum point of
quality and quantity of cellulose obtained. The results showed that the optimum process conditions is the
concentration of a solution of 15% H2O2 with the volume of 400 mL and, HCl solution with a volume of 400 mL

R. Hendri Mahendra Wijaya (11/319075/TK/38208) 1


Laboratorium Konservasi Energi dan Pencegahan Pencemaran
Naskah Seminar
Pembuatan Cellulose Powder dari Ampas Tebu dengan Variasi Volume dan Konsentrasi H2O2

and a concentration of 1.25 N HCl,and KOH solution with a volume of 400 mL at concentration 1,5 N. Initial
cellulose content of bagasse was only 53.14 % . But after experiencing the hydrolysis process , delignification ,
and double - bleaching as you would on the research process , the resulting cellulose obtained with high levels
reaching 86,94 % . The best end results of each study variable produced cellulose powder with hight amount of
cellulose.
Keywords: bagasse, cellulose,cellulose powder, hydrolysis, delignification, bleaching

I. PENGANTAR

Tebu (Saccharum officinarum) adalah tanaman yang digunakan sebagai bahan baku gula dan hanya
dapat tumbuh di daerah beriklim tropis seperti di Indonesia. Umur tanaman ini sejak ditanam hingga dipanen
dapat mencapai usia 1 tahun.
Ampas tebu sebagai hasil samping dari proses ekstraksi cairan tebu dimanfaatkan sebagai pakan
ternak, bahan bakar dan sisanya banyak yang dibuang. Berdasarkan data dari Pabrik Gula Madukismo,
sekitar 40 % dari ampas tebu belum dimanfaatkan secara optimal.
Bagas atau ampas tebu mengandung banyak serat dan gabus serta sebagian besar mengandung ligno-
cellulose. Ampas tebu mengandung sekitar 37,65% selulosa. Kandungan selulosa yang tinggi ini menjadikan
bagas dapat dijadikan bahan baku pembuatan selulosa.
Selulosa merupakan komponen struktural utama dinding sel dari tanaman hijau terutama pada bagian
batang. Selulosa merupakan golongan polisakarida, dan memiliki berat molekul tinggi, strukturnya teratur
berupa polimer yang linear terdiri dari unit ulangan ulangan β-D-Glukopiranosa.

II. TINJAUAN PUSTAKA


1) Ampas Tebu
Kandungan zat dalam ampas tebu dapat dilihat pada tabel 1 berikut :
Tabel 1. Kandungan Zat dalam Ampas Tebu

Kandungan Kadar (%)


Abu 3,82
Lignin 22,09
Selulosa 37,65
Sari 1,81
Pentosan 27,97
SiO2 3,01
Sumber : Husin, 2007
2) Selulosa
Secara kimia, selulosa merupakan senyawa polisakarida yang terdapat dalam jumlah banyak di
alam. Sifat fisik selulosa adalah zat yang padat, kuat, berwarna putih dan tidak larut dalam alkohol dan
eter. Karakteristik selulosa antara lain muncul karena adanya struktur kristalin dan amorf serta
pembentukan micro fibril dan fibril yang pada akhirnya menjadi serat selulosa. Adapun stuktur selulosa
dapat diperhatikan pada gambar 1 di bawah ini:

Gambar 1. Struktur molekul selulosa

R. Hendri Mahendra Wijaya (11/319075/TK/38208) 2


Laboratorium Konservasi Energi dan Pencegahan Pencemaran
Naskah Seminar
Pembuatan Cellulose Powder dari Ampas Tebu dengan Variasi Volume dan Konsentrasi H2O2

Sumber : Harmsen P.F.H., dkk, 2010


3) Proses pembuatan selulosa
a. Hidrolisis dengan asam klorida
Hidrolisis adalah suatu proses kimia yang menggunakan H2O sebagai pemecah suatu
persenyawaan. Tujuan hidrolisis sebelum delignifikasi adalah untuk meningkatkan hasil selulosa
dengan kandungan hemiselulosa yang rendah terutama pentosan. Pentosan (xylan dan araban)
didegradasi menjadi xylose dan arabinose yang larut dalam larutan alkali. Selain itu, hidrolisis juga
meningkatkan jumlah lignin yang terambil dalam proses delignifikasi karena serat selulosa lebih
terbuka. Skema hidrolisis hemiselulosa dapat diperhatikan pada gambar 2 di bawah ini:

Gambar 2. Skema hidrolisis hemiselulosa


Sumber : Hsu et al, 1996
Penggunaan asam terlarut pada rentangan suhu tertentu dapat terjadi reaksi hidrolisis dari
selulosa. Dalam reaksi hidrolisis terbentuk glukosa, xylosa dan arabinosa yang terbentuk dari
polimer yang sejenis pada lignocellulosic (yaitu glucan, xylan, araban dan group acetyl) ( oe
Dom ng e j ). Reaksi penguraian selulosa dan polimer dapat dilihat pada reaksi (1)
dan (2) di bawah ini :
Cellulose  Glucose  Decomposition products (1)
k1 k2
Polymers Monomers  Decomposition products (2)
Sumber : o e Dom ng e j
Dimana nilai k1 dan k2 adalah koefisien kinetika reaksi dari pembentukan monomer dan
dekomposisi monomer tersebut, dan dekomposisi dari masing-masing monomer berbeda-beda.

b. Delignifikasi dengan larutan kalium hidroksida


Delignifikasi merupakan proses pelarutan lignin. Apabila konsentrasi larutan pemasak yang
digunakan rendah dan suhu yang digunakan sesuai, selulosa tidak akan rusak saat proses pelarutan
lignin. Degradasi selulosa menjadi lebih tinggi untuk penggunaan suhu di atas 180 oC (Casey, 1980).
Larutan KOH yang digunakan adalah larutan KOH 2 N dengan volume 400 ml dengan waktu
delignifikasi selama 2 jam pada suhu 80oC.
c. Bleaching dengan larutan Hidrogen Peroksida (H2O2)
Pada saat pencucian dengan aquadest, terdapat sisa lignin dan hemiselulosa yang tidak ikut
tercuci, sehingga perlu dilakukan proses bleaching yang dapat memberikan warna putih cerah pada
hasil akhirnya. Reaksi yang terjadi selama proses bleaching dengan H2O2 oleh Dence and Reeve
(1996) dituliskan pada persamaan 3 di bawah ini:
H2O2 + OH-  HOO- + H2O (3)
Sumber : Dence and Reeve, 1996
Senyawa anion hidroperoksida(HOO-) adalah senyawa yang aktif dalam proses bleaching.
Senyawa ini akan terbentuk ketika H2O2 tidak terdekomposisi. Reaksi dekomposisi H2O2 (Dance
and Reeve, 1996). Reaksi dekomposisi H2O2 dapat diperhatikan pada persamaan 4 di bawah ini:
H2O2  O2 + H2O (4)
Sumber : Dence and Reeve, 1996
Bleaching dilakukan sebanyak 2 kali, yakni setelah proses hidrolisis dan delignifikasi. Pada
proses bleaching setelah proses hidrolisis, larutan H2O2 yang digunakan adalah larutan H2O2 15%

R. Hendri Mahendra Wijaya (11/319075/TK/38208) 3


Laboratorium Konservasi Energi dan Pencegahan Pencemaran
Naskah Seminar
Pembuatan Cellulose Powder dari Ampas Tebu dengan Variasi Volume dan Konsentrasi H2O2

sebanyak 300 mL, dan proses ini dilakukan selama 30 menit pada suhu 100⁰C. Kemudian dilakukan
variasi konsentrasi dan volume larutan H2O2 untuk proses delignifikasi. Untuk variasi konsentrasi
dimulai dari konsentrasi 2,5 %, 5%, 7,5 %, 10 %, 12,5 %,dan 15 %, sedangkan untuk variasi
volume dimulai dari volume 300 mL, 350 mL, 400 mL, dan 450 mL. Proses delignifikasi masing-
masing dilakukan selama 30 menit pada suhu 80⁰C.

III. PELAKSANAAN PENELITIAN


Bahan baku yang digunakan adalah ampas tebu yang diperoleh dari limbah PT. Madukismo,
Yogyakarta. Asam klorida dan kalium hidroksida yang digunakan untuk proses hidrolisis dan
delignifikasi diperoleh dari Laboratorium Konservasi Energi dan Pencegahan Pencemaran,
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada. Bahan tambahan untuk
menghilangkan warna coklat dari ampas tebu digunakan H 2O2 yang juga diperoleh dari Jurusan
Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada.
Penelitian dimulai dengan mengayak ampas tebu terlebih dahulu agar pengotor pada ampas
tebu dapat dipisahkan. Ampas tebu ditimbang menggunakan neraca analisis digital kemudian
dimasukkan ke dalam labu leher tiga yang dilengkapi dengan pemanas mantel, motor pengaduk
dan pendingin bola. Setelah itu, dilakukan proses hidrolisis dengan larutan HCl pada suhu 80oC
selama 2 jam , kemudian sampel dicuci dengan air. Selanjutnya dilakukan proses bleaching yang
pertama dengan larutan H2O2 pada suhu 80oC selama 30 menit di dalam labu leher tiga. Lalu
dilanjutkan dengan proses delignifikasi dengan kalium hidroksida pada suhu 80oC selama 2 jam
di dalam labu leher tiga. Setelah proses delignifikasi selesai, larutan disaring dan dicuci dengan
aquadest untuk menetralkan sisa basa yang masih terbawa. Kemudian proses bleaching yang
kedua dilakukan dengan larutan H2O2 pada suhu 80oC selama 30 menit di dalam labu leher tiga.
Larutan disaring dan dicuci dengan air, kemudian dikeringkan di dalam oven.

a. Alat
Alat yang digunakan untuk proses hidrolisis, bleaching dan delignifikasi berupa labu leher tiga
yang dilengkapi dengan pemanas mantel, pendingin bola, pengaduk listrik, dan termometer
sebagai pengukur suhu. Skema rangkaian alat dapat diperhatikan pada gambar 3 dan 4 di bawah
ini:
Keterangan:
1. Labu leher tiga
2. Pemanas Mantel
3. Motor pengaduk
4. Pengaduk merkuri
5. Pendingin balik
6. Termostat
7. Termometer

Gambar 3. Rangkaian Alat Hidrolisis, Delignifikasi, dan Bleaching

R. Hendri Mahendra Wijaya (11/319075/TK/38208) 4


Laboratorium Konservasi Energi dan Pencegahan Pencemaran
Naskah Seminar
Pembuatan Cellulose Powder dari Ampas Tebu dengan Variasi Volume dan Konsentrasi H2O2

Gambar 4. Rangkaian Alat Pencucian

b. Bahan
1. Proses Hidrolisis : Larutan HCl, Ampas tebu
2. Proses Delignifikasi : Larutan KOH, Selulosa tanpa hemiselulosa
3. Proses Bleaching : Larutan H2O2, selulosa
4. Proses pencucian : Aquadest

c. Proses
1. Persiapan Bahan.
Penelitian dimulai dengan mengayak ampas tebu terlebih dahulu. Ampas tebu ditimbang
menggunakan neraca analisis digital.
2. Proses Hidrolisis
Ampas tebu yang telah dipisahkan dengan pengotor di masukan kedalam labu leher 3
kemudian ditambahkan larutan HCl dengan konsentrasi dan volume sesuai dengan variabel
yang ada, lalu sisi samping labu leher 3 ditutup dengan thermometer alkohol 110oC dan
pendingin balik dan bagian atas labu leher 3 ditutup dengan pengaduk merkuri. Proses
dilakukan selama 2 jam dengan kondisi operasi suhu 80oC, tekanan 1 atm, dan kecepatan
putar pengaduk 500 rpm.
3. Proses Delignifikasi
Proses delignifikasi dilakukan menggunakan larutan KOH pada suhu 80oC dan tekanan
1 atm dengan kecepatan putar pengaduk 500 rpm selama 2 jam di dalam labu leher tiga yang
dilengkapi dengan pemanas mantel, motor pengaduk dan pendingin bola.
4. Proses Bleaching
Proses bleaching dilakukan sebanyak 2 kali. Proses bleaching yang pertama dilakukan
setelah proses hidrolisis dan proses bleaching kedua dilakukan setelah proses delignifikasi.
Kedua proses ini dilakukan pada suhu 80oC dan tekanan 1 atm dengan kecepatan putar
pengaduk 500 rpm selama 30 menit di dalam labu leher tiga yang dilengkapi dengan
pemanas mantel, motor pengaduk dan pendingin bola.
5. Proses Pencucian
Proses pencucian dilakukan pada akhir setiap proses Hidrolisis, Delignifikasi dan
Bleaching. Setelah proses delignifikasi selesai, larutan disaring dan dicuci dengan air untuk
menetralkan sisa basa yang masih terbawa. Sebelum dilanjutkan dengan proses hidrolisis,
serat ampas tebu dimasukkan ke dalam larutan H2O2 untuk dihilangkan warna coklatnya.
Selanjutnya dilakukan proses hidrolisis dengan larutan HCl pada suhu 80oC selama dua jam
dengan alat yang sama. Larutan disaring dan dicuci dengan air, kemudian dikeringkan di

R. Hendri Mahendra Wijaya (11/319075/TK/38208) 5


Laboratorium Konservasi Energi dan Pencegahan Pencemaran
Naskah Seminar
Pembuatan Cellulose Powder dari Ampas Tebu dengan Variasi Volume dan Konsentrasi H2O2

dalam oven. Hasil selulosa yang diperoleh selanjutnya dianalisis kadar selulosanya pada
Laboratorium Pasca Sarjana UGM.

d. Analisis Data
1. Analisis Kuantitas Selulosa
Analisis ini dilakukan dengan menghitung jumlah yield selulosa untuk tiap variasi
konsentrasi dan volume larutan asam klorida. Cara menentukan yield selulosa (investor)
dalam variasi konsentrasi Asam Klorida dan Kalium Hidroksida dicari dengan persamaan (5)
berikut ini:
p
i (5)
Dengan:
Yi = Yield selulosa (investor), %
Mp = Massa produk selulosa, gram
Ma = Massa sampel ampas tebu, gram
2. Analisis Kualitas Selulosa
Analisis ini dil k k n deng n mem ndingk n c de α sel los d n s k α sel los
dengan cara organoleptik dengan metode pengujian skalar. Analisis kualitatif dilakukan
dengan melihat kenampakan hasil selulosa yang diperoleh, yaitu warna dan kehalusan tekstur
selulosa yang kemudian diberi skors 1-5 untuk masing-masing kriteria, kemudian dikalikan
dengan faktor pengali, yaitu sebesar 0,35.

3. Menentukan Kondisi Optimum Proses Pembuatan Selulosa dari Ampas Tebu

Kondisi optimum pada proses pembuatan selulosa dari ampas tebu merupakan
gabungan dari analisis kualitatif dan analisis kuantitatif selulosa. Namun kualitas selulosa
menjadi faktor yang lebih diutamakan. Penentuan konsentrasi optimum dilakukan dengan
memberikan penilaian pada masing-masing kriteria, dengan skor 1-5, yang kemudian
dikalikan dengan faktor pengali. Adapun kriteria yang digunakan dalam penilaian ini berupa
kuantitas dan kualitas selulosa. Penilaian diberikan untuk tiap-tiap variasi konsentrasi dan
variasi volume larutan.
Adapun langkah-langkah evaluasi penentuan kondisi optimum dilakukan dengan
metode Grid Analysis diawali dengan semua pilihan didaftar dalam tabel baris seperti
volume larutan H2O2 dan konsentrasi larutan H2O2 yang digunakan pada sampel. Faktor-
faktor yang perlu dipertimbangkan didaftar sebagai judul kolom yaitu yield investor, warna,
tingkat kehalusan dan kadar selulosa. Setiap opsi untuk masing-masing faktor dalam
keputusan dimasukkan. Skor setiap opsi berkisar dari 0 (buruk) hingga 5 (sangat baik) untuk
yield investor, warna, tingkat kehalusan dan kadar selulosa. Skor pengali dimasukkan sesuai
dengan tingkat kepentingan faktor tersebut. Faktor pengali terlampir pada tabel 4 di bawah.
Kalikan masing-masing skor yang ada dari langkah sebelumnya dengan nilai-nilai untuk
kepentingan relatif dari faktor yang dihitung pada langkah pemasukan faktor pengali. Hal ini
akan memberikan nilai tertimbang untuk masing-masing kombinasi opsi atau faktor. Nilai-
nilai tersebut ditambahkan, sampel yang nilainya paling besar disebut sebagai sampel
optimal. Adapun Kriteria penilaian kuantitas dan kualitas selulosa dapat diperhatikan pada
tabel 2 di bawah ini :
Tabel 2. Penilaian Kuantitas dan kualitas Selulosa
Kriteria Skors Faktor Pengali
Yield Investor 1-5 0,25
Kecerahan Warna 1-5 0,35
Kadar Selulosa 1-5 0,40

R. Hendri Mahendra Wijaya (11/319075/TK/38208) 6


Laboratorium Konservasi Energi dan Pencegahan Pencemaran
Naskah Seminar
Pembuatan Cellulose Powder dari Ampas Tebu dengan Variasi Volume dan Konsentrasi H2O2

Nilai yang diperoleh kemudian digabungkan sehingga diperoleh nilai total. Kondisi
optimum proses diperoleh dari nilai total yang tertinggi. Persamaan untuk nilai total
pada penentuan kondisi optimum adalah dapat dilihat pada persamaan (6) di bawah ini :
(6)
Dengan :
NT = Nilai total
NY = Nilai untuk yield selulosa (investor)
NW = Nilai untuk warna selulosa
NK = Nilai kadar selulosa
Kondisi optimum diperoleh dari nilai total tertinggi yang diperoleh dari tiap variasi.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


Variasi volume larutan H2O2 dilakukan pada kadar H2O2 tetap 5 %. Namun untuk konsentrasi
larutan H2O2 yang lain, pengambilan nilai dilakukan dengan menggunakan bantuan persamaan kurva
yang terbentuk. Pada variasi ini, volume dan konsentrasi dari larutan HCl dibuat tetap pada 400 mL
dan 1,25 N serta KOH pada 400 mL dan 1,5 N. Variasi larutan H 2O2 dilakukan pada suhu 80oC
selama 30 menit dan dilakukan dua kali, yaitu setelah proses hidrolisis dengan larutan HCl dan
setelah proses delignifikasi dengan larutan KOH. Percobaan dilakukan dengan 4 variasi volume
larutan H2O2. Hasil penelitian dengan variasi volume larutan H2O2 dapat dilihat pada tabel 3 berikut
ini:
Tabel 3. Data Hasil Perhitungan Yield dan Kadar Selulosa pada Variasi Volume Larutan H2O2
Volume Massa Massa Yield Kadar
No larutan Ampas Tebu Selulosa Investor Selulosa Kenampakan
H2O2 (mL) (gram) (gram) (%) (%)
1 300 20,0075 3,0116 15,05 81,11 Kuning keruh
2 350 20,0101 5,5138 27,56 82,08 Cokelat keruh
3 400 20,0045 5,7980 28,98 78,32 Kuning cerah
4 450 20,0194 6,4898 32,42 81,77 Putih kekuningan

Yield investor terbesar diperoleh pada Volume Larutan H 2O2 450 mL, yaitu sebesar 32,42 %,
semua percobaan dilakukan pada konsentrasi awal yang dianggap optimum, tepat pada konsentrasi
5 % H2O2. Adapun pengaruh dari volume larutan H2O2 terhadap kadar selulosa dapat dilihat pada
gambar 5 dan pengaruhnya terhadap yield investor pada gambar 6 di bawah ini:

90
80 y = -0.0036x + 82.155
70
Kadar Selulosa, %

60
50 Larutan H2O2 5 %
40
30 Linear (Larutan
20 H2O2 5 %)
10
0
0 200 400 600
Volume larutan H2O2 5 %, mL

R. Hendri Mahendra Wijaya (11/319075/TK/38208) 7


Laboratorium Konservasi Energi dan Pencegahan Pencemaran
Naskah Seminar
Pembuatan Cellulose Powder dari Ampas Tebu dengan Variasi Volume dan Konsentrasi H2O2

Gambar 5. Hubungan antara Volume Larutan H2O2 terhadap Kadar Selulosa

35
y = -0.0009x2 + 0.7873x - 138.86
30
R² = 0.9502
25
Yield investor, %

20
Larutan H2O2 5 %
15

10 Poly. (Larutan H2O2


5 %)
5

0
0 200 400 600
Volume larutan Hidrogen Peroksida, mL

Gambar 6. Hubungan antara Volume Larutan H2O2 terhadap Yield Investor


Pada gambar 5 di atas, terlihat terdapat kecenderungan penurunan kadar selulosa pada variasi
volume larutan H2O2 dari 300 hingga 450 mL. Sedangkan pada gambar 6 terlihat bahwa adanya
kecenderungan peningkatan dari yield investor seiring bertambahnya volume larutan H 2O2. Namun
tidak menutup kemungkinan apabila variasi diteruskan pada volume yang lebih tinggi dapat
memberikan kecenderungan data yang berbeda baik untuk kadar selulosa maupun yield investor.
Apabila sudah diperoleh data yield, kecerahan warna dan kadar selulosa, dilakukan penilaian
untuk tiap kriteria dari masing-msing sampel tersebut, kemudian dikalian dengan weighting factor dan
akan diperoleh kondisi operasi optimum pada variasi volume larutan H2O2. Melalui tabel 4 di bawah
ini dapat dilihat nilai dari yield, warna dan kadar selulosa sehingga diperoleh nilai total.
Tabel 4. Data Nilai Tiap Kriteria dan Nilai Total untuk Variasi Volume Larutan H 2O2
No Volume, mL Nilai Yield Nilai Warna Nilai Kadar Nilai Total
1 300 2,01 2 4,66 3,07
2 350 1,75 3,68 4,72 3,42
3 400 3 3,87 4,50 3,82
4 450 3,5 4,33 4,70 4,19

Pada tabel di atas terlihat bahwa nilai total tertinggi diraih untuk volume larutan H 2O2 450 mL.
Sedangkan grafik pengaruh volume larutan H2O2 terhadap nilai total dapat dilihat pada gambar 7 di
bawah ini:

R. Hendri Mahendra Wijaya (11/319075/TK/38208) 8


Laboratorium Konservasi Energi dan Pencegahan Pencemaran
Naskah Seminar
Pembuatan Cellulose Powder dari Ampas Tebu dengan Variasi Volume dan Konsentrasi H2O2

4.5
4 y = 0.0075x + 0.805
3.5
3

Nilai Total
2.5
2 Nilai Total
1.5 Linear (Nilai Total)
1
0.5
0
0 200 400 600
Volume Larutan Hidrogen Peroksida, mL

Gambar 7. Hubungan antara volume Larutan H2O2 terhadap Nilai Total

Pada gambar di atas terlihat bahwa seiring bertambahnya volume larutan H 2O2 dari 300 sampai
450 mL pada konsentrasi yang sama, maka nilai total yang dihasilkan juga semakin besar. Sehingga
untuk variasi volume larutan H2O2 ditetapkan volume 450 mL sebagai volume optimum.

A. Variasi Konsentrasi Larutan H2O2


Variasi konsentrasi larutan H2O2 dilakukan pada volume larutan H2O2 tetap 300 mL. Namun
untuk volume larutan H2O2 yang lain, pengambilan nilai dilakukan dengan menggunakan bantuan
persamaan kurva polinomial yang terbentuk. Pada variasi ini, volume dan konsentrasi dari larutan
HCl dibuat tetap pada 400 mL dan 1,25 N serta KOH pada 400 mL dan 1,5 N. Variasi larutan H 2O2
dilakukan pada suhu 80oC selama 30 menit dan dilakukan dua kali, yaitu setelah proses hidrolisis
dengan larutan HCl dan setelah proses delignifikasi dengan larutan KOH. Percobaan dilakukan
dengan 6 variasi konsentrasi larutan H2O2. Hasil penelitian dengan variasi konsentrasi larutan H2O2
adalah dapat dilihat pada tabel 5 berikut :

Tabel 5. Data Hasil Penilaian Kuantitas dan Kualitas Selulosa pada Variasi Konsentrasi Larutan H2O2

Massa
Konsentrasi Massa Yield Kadar
Ampas
No larutan H2O2 Selulosa Investor Selulosa Kenampakan
Tebu
(%) (gram) (%) (%)
(gram)
1 2,5 20,0053 7,4865 37,42 78,2 Cokelat keruh
2 5 20,0075 3,0116 15,05 81,11 Kuning kecokelatan
3 7,5 20,0072 3,9098 19,54 82,16 Kuning tua kecokelatan
4 10 20,0198 4,9475 24,71 82,14 Kuning keruh
5 12,5 20,0047 5,5215 27,60 85,26 kuning
6 15 20,0787 5,6308 28,04 76,26 putih

Berdasarkan daftar di atas, yield terbesar adalah 37,42 % saat konsentrasi larutan H 2O2 sebesar
2,5 %. Sedangkan yield terkecil adalah saat konsentrasi larutan H2O2 5 %, yaitu sebesar 15,05 %.
Semua percobaan dilakukan pada volume awal yang dianggap optimum, tepat pada 300 mL.
Sedangkan hubungan antara konsentrasi larutan H2O2 dengan yield investor selulosa dapat dilihat
pada gambar 8 berikut ini:

R. Hendri Mahendra Wijaya (11/319075/TK/38208) 9


Laboratorium Konservasi Energi dan Pencegahan Pencemaran
Naskah Seminar
Pembuatan Cellulose Powder dari Ampas Tebu dengan Variasi Volume dan Konsentrasi H2O2

40.00
35.00 y = 0.3076x2 - 5.4295x +

Yield Investor, %
30.00 43.746
25.00 R² = 0.4634
20.00 Larutan H2O2 300
15.00 mL
10.00 Poly. (Larutan
5.00 H2O2 300 mL)
0.00
0 5 10 15 20
Konsentrasi H2O2, %

Gambar 8. Hubungan antara konsentrasi H2O2 terhadap Yield Investor Selulosa

Yield investor selulosa yang diperoleh menunjukkan tren data membentuk kurva cekung
dengan nilai minimum pada konsentrasi larutan H2O2 sebesar 5 %. Sedangkan hubungan antara
konsentrasi larutan H2O2 dengan kadar selulosa dapat dilihat pada gambar 9 berikut ini:

90
80 y = -0.1465x2 + 2.5943x + 72.039
Kadar Selulosa, %

70 R² = 0.6162
60
50 Larutan H2O2 300
40 mL
30
20 Poly. (Larutan H2O2
10 300 mL)
0
0 5 10 15 20
Konsentrasi larutan H2O2, %

Gambar 9. Hubungan antara konsentrasi H2O2 terhadap Kadar Selulosa


Melalui gambar di atas, terlihat bahwa terdapat titik optimum dari kadar selulosa yang
diperoleh. Hal ini dapat ditunjukkan dari persamaan polinomial yang terbentuk dari kurva di atas.
Kadar selulosa tertinggi diperoleh ketika konsentrasi larutan H 2O2 15 %. Sedangkan data mengenai
penilaian secara kuantitatif dan kualitatif pada variasi konsentrasi larutan H 2O2 terlihat pada tabel 6
berikut ini :

R. Hendri Mahendra Wijaya (11/319075/TK/38208) 10


Laboratorium Konservasi Energi dan Pencegahan Pencemaran
Naskah Seminar
Pembuatan Cellulose Powder dari Ampas Tebu dengan Variasi Volume dan Konsentrasi H2O2

Tabel 6. Data Hasil Penilaian Kuantitas dan Kualitas Selulosa pada Variasi Konsentrasi Larutan H 2O2

Konsentrasi Yield Kadar Nilai


No larutan H2O2 Investor Selulosa Kecerahan Warna Yield Kadar Kecerahan
Total
(%) (%) (%) investor Selulosa Warna
5,00 4,50 1 3,40
1 2,5 37,42 78,2 Cokelat keruh

2 5 15,05 81,11 Kuning kecokelatan 2,01 4,66 2 3,07

2,61 4,73 1,5 3,07


3 7,5 19,54 82,16 Kuning tua kecokelatan
3,30 4,72 2,75 3,68
4 10 24,71 82,14 Kuning keruh
3,69 4,90 2,5 3,76
5 12,5 27,60 85,26 kuning

6 15 28,04 76,26 putih 4,48 5 5 4,87

Tabel di atas menunjukkan nilai kualitatif dan kuantitatif pada variasi konsentrasi larutan
hidrogen peroksida pada volume yang dipertahankan tetap 300 mL. Terlihat bahwa data nilai total
menunjukkan adanya titik minimum ketika konsentrasi larutan H 2O2 sebesar 5 % dan 7,5 %.
Sedangkan nilai total maksimum diperoleh untuk konsentrasi larutan H 2O2 sebesar 15 %. Pengaruh
konsentrasi larutan H2O2 terhadap nilai total terlihat pada gambar 10 di bawah ini :
6.00
y = 0.0215x2 - 0.2623x + 3.8933
5.00 R² = 0.9438

4.00
Nilai Total

3.00 Larutan H2O2 300 mL

2.00 Poly. (Larutan H2O2


300 mL)
1.00

0.00
0 5 10 15 20
Konsentrasi Larutan H2O2, %

Gambar 10. Hubungan antara Konsentrasi H2O2 terhadap Nilai Total

Pada gambar di atas terlihat bahwa terdapat tren data dengan kecenderungan naik. Namun
terdapat titik minimum ketika konsentrasi larutan H 2O2 sebesar 5 % dan 7,5 %. Sehingga pada variasi
konsentrasi larutan H2O2 dari 2,5 hingga 15 % diperoleh kondisi optimum diperoleh ketika
konsentrasi larutan H2O2 15 %. Melalui interpolasi data, dapat diperoleh data nilai total pada semua
variasi yang digunakan pada penelitian ini seperti data pada tabel 7 berikut ini:

R. Hendri Mahendra Wijaya (11/319075/TK/38208) 11


Laboratorium Konservasi Energi dan Pencegahan Pencemaran
Naskah Seminar
Pembuatan Cellulose Powder dari Ampas Tebu dengan Variasi Volume dan Konsentrasi H2O2

Tabel 7. Data Interpolasi Hasil Penilaian Kuantitatif dan Kualitatif Selulosa Secara Total pada Variasi
Konsentrasi dan Volume Larutan H2O2

% H2O2, %
No 2.5 5 7.5 10 12.5 15
Volume H2O2, mL
1 300 3.40 3.07 3.07 3.68 3.76 4.87
2 350 3.53 3.42 3.43 3.55 3.79 4.15
3 400 3.33 3.82 3.79 4.05 3.79 3.27
4 450 4.36 4.19 4.15 4.24 4.46 4.81
Catatan :
1. Data yang berwarna abu-abu merupakan data hasil interpolasi data yang lain.
2. Nilai total berkisar antara 1- 5

Secara keseluruhan terlihat dari tabel di atas bahwa nilai total tertinggi pertama dicapai untuk
volume larutan H2O2 300 mL dengan konsentrasi 15 %, kemudian dengan konsentrasi yang sama
namum volumenya sebesar 450 mL. Meskipun demikian, dari segi ekonomi bahwa harga larutan
hidrogen peroksida cukup tinggi, maka penggunaan konsentrasi tinggi dari larutan ini memberikan
pengeluaran yang besar. Sebagai alternatif, untuk konsentrasi larutan H2O2 yang lebih rendah seperti
pada konsentrasi 2,5 % memberikan nilai total yang cukup baik, yakni 4,36. Hal ini menunjukkan
bahwa melalui variasi volume larutan, dapat dihasilkan produk dengan nilai yang cukup baik dengan
konsentrasi yang rendah, sehingga akan mengurangi pengeluaran dalam proses produksi.
Dari segi kadar selulosa, diperoleh bahwa kadar tertinggi yang dapat dicapai pada penelitian
ini adalah 86,94 %. Kadar tersebut masih berada di bawah standar HRC dengan ketentuan minimal
kadar selulosa sebesar 90 %. Hal tersebut dapat disebabkan oleh sifat pengolahan padatan yang
memiliki ketelitian yang rendah. Penyimpangan dapat terjadi pada saat penimbangan dan pengeringan.
Aspek lain yang mempengaruhi kualitas hasil keseluruhan adalah jenis asam kuat yang dipilih. Pada
penelitian yang pernah dilakukan oleh pihak lain sebelumnya, penggunaan HNO 3 pada penelitian
memberikan hasil dengan kadar selulosa yang lebih dari 90 %. Sedangkan apabila dengan
menggunakan HCl atau H2SO4, kadar selulosa yang diperoleh belum mencapai 90 %. Dalam penelitian
ini, asam berfungsi sebagai katalis yang dapat mempercepat reaksi pemutusan rantai hemiselulosa
sehingga dapat larut. Maka dapat disimpulkan bahwa HNO3 merupakan asam yang paling untuk
digunakan pada proses hidrolisis.

V. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1. Ampas tebu mengandung serat selulosa yang dapat diambil kembali untuk dimanfaatkan menjadi
produk lain.
2. Pengambilan selulosa dari ampas tebu dapat dilakukan dengan proses hidrolisis asam dan
delignifikasi basa.
3. Volume dan konsentrasi larutan H2O2 dapat mempengaruhi kadar selulosa yang diperoleh dari
ampas tebu. Keadaan optimum proses bleaching pada suhu 80oC selama 30 menit memiliki
volume optimum larutan H2O2 450 mL dan konsentrasi optimum yang diperoleh sebesar 15 %.
4. Hubungan antara volume larutan H2O2 dengan nilai total kuantitas dan kualitas selulosa yang
diperoleh pada proses bleaching dapat didekati dengan persamaan y = 0,0075x + 0,805.
5. Hubungan antara Konsentrasi larutan H2O2 dengan nilai total kuantitas dan kualitas selulosa yang
diperoleh pada proses bleaching dapat didekati dengan persamaan y = 0,02155x2 - 0,2623x +
3,8933.

R. Hendri Mahendra Wijaya (11/319075/TK/38208) 12


Laboratorium Konservasi Energi dan Pencegahan Pencemaran
Naskah Seminar
Pembuatan Cellulose Powder dari Ampas Tebu dengan Variasi Volume dan Konsentrasi H2O2

VI. SARAN
Terdapat beberapa saran yang dapat diberikan untuk penelitian ini :
1. Sebaiknya alat di laboratorium yang sudah tidak berfungsi dengan baik ditukar dengan alat yang
beroperasi dengan baik.
2. Diperlukan kajian lebih lanjut mengenai pengaruh kecepatan pengaduk pada serangkaian proses
penelitian.
3. Sebaiknya penggunaan larutan H2O2 dibatasi pada konsentrasi yang tidak terlalu tinggi agar tidak
memberikan banyak pengeluaran, mengingat harga larutan ini cukup mahal.
4. Diperlukan studi lebih lanjut mengenai penelitian ini dengan jenis asam, basa, bleaching agent dan
bahan baku yang berbeda untuk mengetahui kadar selulosa yang dihasilkan.

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Dence, C.W., Reeve, D.W.,1996,”Pulp bleaching – Principles and practice”, Tappi Press, Atlanta.
Garrote G, Dominguez H., Parajo J.C,1999, “Mild autohydrolysis: an environmentally friendly
technology for xylooligosaccharide production from wood. In : Journal of Chemical technology
and Biotechnology, Vol.74, 1999, Issue 11,pp. 1101-1109.
H msen .F.H. dkk 2 “Li e e Review of hysic l nd Chemic l e e men ocesses fo
Ligocell losic Biom ss”,Wageningen, The Netherlands, Food and Biobased Research
Wageningen UR.
Husin, 2007, Analisis Serat Bagas, (http:www.free.vlsm.org/), diakses pada 11 April 2015 pukul
12.05 WIB.
Hsu, T-A., 1996. Pretreatment of Biomass. In: Wyman, C. E. (Ed.), Handbook on Bioethanol,
Production and Utilization, Taylor & Francis, Washington, DC, Chapter 10.

R. Hendri Mahendra Wijaya (11/319075/TK/38208) 13


Laboratorium Konservasi Energi dan Pencegahan Pencemaran

Anda mungkin juga menyukai