BAB II Metopen
BAB II Metopen
TINJAUAN PUSTAKA
A. Strategi
Pada awalnya kata ini dipergunakan untuk kepentingan militer saja
tetapi kemudian berkembang ke berbagai bidang yang berbeda seperti strategi
bisnis, olahraga (misalnya sepak bola dan tenis), catur, ekonomi, pemasaran,
perdagangan, manajemen strategi, dll. Pengertian strategi secara etimologi
ialah Kata "strategi" adalah turunan dari kata dalam bahasa Yunani, stratēgos.
Adapun stratēgos dapat diterjemahkan sebagai 'komandan militer' pada zaman
demokrasi Athena.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia strategi/stra-te-
gi/stratégi/ n 1 ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa(-
bangsa) untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan
damai; 2 ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh dalam
perang, dalam kondisi yang menguntungkan: sebagai komandan ia memang
menguasai betul -- seorang perwira di medan perang; 3 rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.1
Dalam dunia pendidikan, strategi diartikan sebagai a plan, method, or
series of activities designed to achieves a particular educational goal. Yaitu
bahwa strategi diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian
kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.2Secara
umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk
bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.3
Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja,
memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-
prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan
1
https://kbbi.web.id/strategi
2
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standard Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana Pramedia Group, 2006), h. 125-126.
3
Syaiful Bahri Djaramah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Cetakan ke-4,
(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h. 5.
memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif.Strategi dibedakan
dengan taktik yang memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dan waktu yang
lebih singkat, walaupun pada umumnya orang sering kali mencampuradukkan
ke dua kata tersebut.
4
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
SISDIKNAS, (Bandung: Citra Umbara, 2006), h. 72.
5
Rohmat Mulyana, Mengartikulasikan Pendidikan Niai, (Bandung: Alfabeta,
2011), h.103.
6
Zuhaerini, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: Usaha Nasional,
1983), h. 27.
pandailah sebagai penerus tugas, dan kewajiban mereka.7Berdasarkan uraian
di atas, dapat menyimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha
sadar atau kegiatan yang disengaja dilakukan untuk membimbing sekaligus
mengarahkan anak didik menuju terbentuknya pribadi yang utama (insan
kamil) berdasarkan nilai-nilai etika islam dengan tetap memelihara hubungan
baik terhadap Allah Swt (HablumminAllah) sesama manusia
(hablumminannas), dirinya sendiri dan alam sekitarnya.
D. Studi Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dalam penelitian ini antara lain:
1. Hasil penelitian M. Rosul Asmawi (2005), yang berjudul “Strategi
Meningkatkan Lulusan Bermutu Di Perguruan Tinggi”. Mengenai mutu
pendidikan ini dijelaskan pada pasal 1 ayat 17 UU RI Nomor 20 Tahun
2003; bahwa : “Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal
tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indinesia”. Mengenai kriteria minimal standar nasional
pendidikan ini terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan,
tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan,
dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana
(Pasal 35 ayat 1 UU RI Nomor 20 Tahun 2003). Untuk mencapai mutu
yang standar dari pendidikan itu bukan hanya unsur tenaga
kependidikan; yakni dosen tetapi bagaimana pengelolaan perguruan
tinggi itu atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, sarana dan
prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan; yang
dapat dilaksanaakan oleh suatu badan standarisasi, penjaminan dan
pengendalian mutu pendidikan (Pasal 35 ayat 3 UU RI Nomor 20
Tahun 2003).
2. Hasil penelitian Surniati Chalid (2010), yang berjudul “Peningkatan
Mutu Pendidikan Di Perguruan Tinggi”. Peningkatan mutu pendidikan
di perguruan tinggi merupakan urgensi yang mendesak untuk segera
7
Drajat,Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), h. 25-28.
dilakukan perbaikan. Peningkatan mutu itu pada dasarnya dapat
dilakukan dengan strategi merubah salah satu dari subsistem : manusia,
struktur, teknologi, dan proses organisasi. Pendidikan dan dunia kerja
bukan hanya untuk menyiapkan lulusan yang siap kerja karena
memiliki keterampilan atau keahlian yang dibutuhkan dunia industri.
pendidikan mesti juga melatih lulusan untuk mampu mandiri menjadi
wirausaha yang membuka lapangan kerja bagi dirinya maupun orang
lain. Pendidikan dan dunia kerja jadi fokus yang penting saat ini. Untuk
mewujudkannya, perlu sinergi dengan banyak pihak. Strategi
peningkatan lulusan bermutu di perguruan tinggi, perubahan itu
dilakukan pada subsistem manusia dan teknologi, yang meliputi: (1)
mahasiswa yang di didik; (2) dosen sebagai pendidik dan pengajar; dan
(3) sarana dan prasarana. Perguruan tinggi merupakan wahana tenaga
ahli yang diharapkan mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan
memberi sumbangan kepada pembangunan. Sebagai usaha sistematis
untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia maka Departemen
Pendidikan Nasional telah menetapkan empat kebijakan pokok dalam
bidang pendidikan yaitu (1) pemerataan dan kesempatan; (2) relevansi
pendidikan dengan pembangunan; (3) kualitas pendidikan; dan (4)
efisiensi pendidikan. Khusus untuk perguruan tinggi akan lebih
diutamakan membahas mengenai relevansi pendidikan dengan
pembangunan yang dalam langkah pelaksanaannya dikenal dengan
keterkaitan dan kesepadanan (link and match). Hanya dengan
pengetahuan yang mendalam tentang apa yang dibutuhkan
pembangunan tersebut, pendidikan akan dapat lebih mencapai hasil
sesuai dengan misi,visi dan fungsinya.
3. Hasil penelitian Ramadhan Prasetya Wibawa dan Yahya Reka Wirawa
(2017), yang berjudul “Strategi Peningkatan Mutu Lulusan Pendidikan
Ekonomi Dalam Rangka Mengembangkan Inovasi Pembelajaran
Berbasis Budaya Berpikir Ilmiah Pada Era Mea”. Tantangan yang
meniscayakan untuk munculnya penjaminan mutu setidaknya
diidentifikasi tiga faktor yaitu: (1) perubahan tuntutan pada perguruan
tinggi oleh semakin langkanya sumber pendanaan masyarakat yang di
dalamnya muncul (2) keharusan adanya akuntabilitas publik serta
munculnya (3) persyaratan kualifikasi lulusan oleh pasaran kerja
(Olssen, Mark. 2004: 194). Saat ini lembaga pendidikan tinggi didorong
untuk dapat menghasilkan lulusan berkualitas Internasional yang
dilengkapi dengan keterampilan profesional, keterampilan bahasa dan
keterampilan antar budaya. Liberalisasi perdagangan jasa pendidikan
merupakan kesempatan bagi lembaga-lembaga pendidikan tinggi untuk
menyambut mahasiswa asing terutama dari negaranegara anggota
ASEAN. Namun pada dasarnya institusi pendidikan tinggi harus
meningkatkan kulaitas fakultas, kurikulum dan fasilitasnya untuk
memenuhi standar internasional. Selain itu, pendidkan tinggi juga
dituntut dapat mengembangkan keterampilan baik dengan kerja sama
dengan institusi atau pihak lain maupun dengan pengembangan unit
kegiatan mahasiswa (Hidayati, 2015).
E. Kerangka Berfikir
8
Usman, Husaini 2006:24