Anda di halaman 1dari 14

Sumber Belajar Di Sekolah

Sejalan dengan perkembangan peradaban dan kemajuan ilmu pengetahuan dan


teknologi, maka paradigma pendidikan juga mengalami pergeseran, khususnya mengenai
eksistensi guru di dalam interaksi belajar mengajar. Pada masa sebelum IPTEK
berkembang seperti masa kini kedudukan guru sangat vital, karena belum banyak
informasi atau sumber belajar lain yang dapat dimanfaatkan oleh siswa sehingga guru
menjadi satu-satunya sumber informasi/ilmu.

Dewasa ini dengan perkembangan media cetak, media elektronik serta teknologi informasi
dan komunikasi sumber belajar atau sumber informasi yang tersedia sangat melimpah. Setiap
peserta didik dapat mengakses berbagai informasi yang terkait dengan materi pembelajaran di
sekolah dari berbnagai media yang ada dengan sangat mudah. Posisi guru pun tidak lagi menjadi
satu-satunya sumber belajar.

Pendidikan konvensional memiliki paradigma bahwa guru adalah satu-satunya sumber


belajar, sehingga dianggap orang yang paling memiliki pengetahuan. Paradigma itu kemudian
bergeser menjadi guru lebih dahulu tahu. Namun sekarang dengan perkembangan ilmu dan
teknologi bukan saja pengetahuan guru bisa sama dengan murid, bahkan murid bisa lebih dulu
tahu dari gurunya. Itu semua dapat terjadi akibat perkembangan media informasi di sekitar kita
sehingga pada saat ini guru bukan lagi satu-satunya sumber belajar, melainkan guru memiliki
fungsi yang lebih luas yaitu sebagai penyedia fasilitas belajar agar siswa mau belajar (fasilitator),
sebagai motivator yang memberikan semangat dan energi kepada siswa untuk terus belajar. Selain
itu guru harus mampu mengelola kegiatan belajar siswa, memposisikan siswa sesuai minat,
potensi, dan kemampuannya dan memanfaatkan setting yang ada (organisator) dan mampu
mengevaluasi keberhasilan belajar siswa baik proses maupun hasil (evaluator). Banyak contoh,
siswa dapat lebih dahulu mengakses informasi dari berbagai media yang ada seperti surat kabar,
televisi, bahkan internet sehingga lebih dahulu tahu dibanding gurunya. Tentu saja kondisi ini
merupakan gejala yang positif sekaligus tantangan bagi para guru untuk memperbaiki proses
pembelajaranya.

Dalam posisi demikian, maka guru harus mampu memerankan diri sebagai fasilitator bagi
siswa, khususnya dalam pemanfaatan berbagai sumber belajar baik yang tersedia di sekolah
maupun di luar sekolah. Guru harus memiliki wawasan pengetahuan yang luas, mengenal
teknologi, dan kreatif memanfaatkan situasi lingkungan alam maupun sosial untuk dijadikan
sebagai sumber belajar, di samping bahan-bahan pustaka.

SUMBER BELAJAR

Potensi-potensi yang tersebar di sekolah dan di masyarakat berupa sumber belajar harus
menjadi perhatian guru untuk diorganisasi dengan baik sehingga berdayaguna positif untuk
keberhasilan belajar siswa. Perkembangan teknologi yang ada serta perubahan kurikulum menuntut
guru untuk lebih kreatif, tidak lagi selalu menunggu instruksi dari pusat. Guru adalah tenaga
profesional, sehingga harus cepat menyesuaikan diri dan mereposisi perannya. Pada saat ini guru
tidak lagi harus menjadi orang yang paling tahu di kelas. Namun ia harus mampu menjadi
fasilitator belajar dan pengelola sumber belajar bagi siswanya. Banyak sumber belajar yang
tersedia di lingkungan kita, apakah sumber belajar yang dirancang untuk belajar ataukah yang
tidak dirancang namun dapat dimanfaatkan untuk belajar.
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada di sekitar lingkungan kegiatan belajar
yang secara fungsional dapat digunakan untuk membantu optimalisasi hasil belajar. Optimalisasi
hasil belajar ini dapat dilihat tidak hanya dari hasil belajar (output), namun juga dilihat dari
proses berupa interaksi siswa dengan berbagai macam sumber yang dapat merangsang untuk
belajar dan mempercepat pemahaman dan penguasaan bidang ilmu yang dipelajarinya.

Implementasi pemanfaatan sumber belajar di dalam proses pembelajaran sudah tercantum


dalam kurikulum. Proses pembelajaran yang efektif adalah proses pembelajaran yang
menggunakan berbagai ragam sumber belajar. Kegiatan belajar mengajar ditekankan pada aktivitas
siswa dengan melakukanpengamatan benda-benda atau situasi yang ada di lingkungan sekitar.
Dari tujuan tersebut dirancang kegiatan pembelajaran memberikan aktivitas siswa untuk
melakukan percobaan sederhana yang dapat mempengaruhi pengalaman belajarnya. Misalnya
untuk mengenal sifat benda padat, cair, dan gas, melalui percobaan ini tentu siswa memerlukan
bahan dan alat berupa sumber belajar baik yang nyata maupun buatan untuk memahami konsep
benda dan dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai ilustrasi berikut ini beberapa contoh riil aktifitas pembelajaran ketika menghadapi
tuntutan di atas.
Pertama, guru akan bercerita tentang gajah, kereta api, atau pasar apung. Guru bisa bercerita
mungkin karena pengalaman, membaca buku, cerita orang lain, atau pernah melihat gambar ketiga
objek itu. Apabila murid sama sekali belum tahu, belum pernah melihat dari televisi atau gambar
di buku, maka betapa sulitnya guru menjelaskan hanya dengan kata-kata tentang objek tersebut.
Kalau guru adalah seorang yang ahli bercerita, tentu cerita tersebut akan sangat menarik bagi
murid-murid. Namun tidak semua orang diberikan karunia kepandaian bercerita. Penjelasan
dengan kata-kata mungkin akan menghabiskan waktu yang lama, pemahaman murid juga berbeda
sesuai dengan pengetahuan mereka sebelumnya, bahkan bukan tidak mungkin akan menimbulkan
kesalahan persepsi karena terjadi verbalisme sehingga persepsi guru dengan siswa tidak sama.
Kedua, guru membawa murid untuk melihat objek yang sebenarnya misalnya studi wisata
mengunjungi tempat-tempat yang sesuai seperti kebun binatang, taman safari, cagar alam atau
tempat penangkaran binatang. Selain itu pengalaman belajar berupa sumber belajar yang ada di
lingkungan sekolahpun dapat digunakan. Misalnya materi Kenampakan Alam di SD, guru dapat
mengajak siswa ke luar kelas melihat kenampakan alam langsung yang ada di sekitar sekolah.
Cara ini lebih efektif dibandingkan dengan cara lain misalnya siswa mengenal binatang hanya
lewat gambar saja. Konsep ini sejalan dengan pendapat Edgar Dale dalam teorinya Cone
Experience yang menjelaskan bahwa hasil belajar dapat diperoleh lebih optimal dengan cara
melakukan sendiri atau paling tidak melihat objek nyata. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
melakukan kegiatan Fild Trip seperti karyawisata. Dengan demikian diperlukan kreatifitas guru
untuk menjadikan pembelajaran lebih efisien namun hasilnya lebih efektif dengan berpijak pada
prinsip pengalaman belajar Edgare Dale di atas. Cara kedua ini disebut juga pemanfaatan sumber
belajar dengan menggunakan fasilitas yang sudah tersedia dan tidak dirancang secara khusus
untuk pembelajaran namun dapat digunakan secara langsung (media by utilization).

Ketiga, disebut media by design. Dalam hal ini guru merancang media sesuai dengan
tuntutan tujuan materi dan karakteristik siswa, seperti gambar, foto, film, video tentang objek
tersebut untuk dipergunakan di kelas. Cara ini akan sangat membantu guru dalam memberikan
penjelasan. Selain menghemat kata-kata, menghemat waktu, penjelasan guru pun akan lebih
mudah dimengerti oleh murid, menarik, membangkitkan motivasi belajar, menghilang-kan
kesalahpamahaman, serta informasi yang disampaikan menjadi lebih konsisten.

Ketiga tipe pembelajaran di atas dapat kita simpulkan bahwa tipe pertama menggunakan
informasi verbal, tipe kedua berupa pengalaman nyata, se-dangkan cara ketiga informasi melalui
media. Di antara ketiga cara tersebut, cara kedua dan ketiga adalah cara yang paling bijaksana
dilakukan, karena dengan melalui pengalaman langsung siswa mudah mengerti, namun dengan
menggunakan tipe belajar ketiga pun sangat baik, karena dengan mengguna-kan media dalam
proses pembelajaran, belajar menjadi lebih efektif dan efi-sien.

Jenis-jenis Sumber Belajar

Enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar, yaitu:
1. Pesan (Message)

Pesan merupakan sumber belajar yang meliputi pesan formal, yaitu pesan yang dikeluarkan
oleh lembaga resmi, seperti pemerintah atau pesan yang disampaikan guru dalam situasi
pembelajaran. Pesan-pesan ini selain disampaikan secara lisan juga dibuat dalam bentuk
dokumen seperti kurikulum, peraturan pemerintah, perundangan, GBPP, silabus, satuan
pembelajaran dan sebagainya. Pesan nonformal, yaitu pesan yang ada di lingkungan masyarakat
luas yang dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran misalnya cerita rakyat, legenda, ceramah
oleh tokoh masyarakat dan ulama, prasasti, relief-releif pada candi, kitab-kitab kuno, dan
peninggalan sejarah yang lainnya.

2. Orang (People)

Semua orang pada dasarnya dapat berperan sebagai sumber belajar, namun secara umum
dapat dibagi dua kelompok. Pertama, kelompok orang yang didesain khusus sebagai sumber
belajar utama yang dididik secara profesional untuk mengajar, seperti guru, konselor, instruktur,
dan widyaiswara. Termasuk kepala sekolah, laboran, teknisi sumber belajar, pustakawan dan lain-
lain. Kelompok yang kedua adalah orang yang memiliki profesi selain tenaga yang berada di
lingkungan pendidikan dan profesinya tidak terbatas. Misalnya politisi, tenaga kesehatan,
pertanian, arsitek, psikolog, lawyer, poli-si pengusaha dan lain-lain.

3. Bahan (Matterials)

Bahan merupakan suatu format yang digunakan untuk menyimpan pe-san pembelajaran,
seperti buku paket, buku teks, modul, program video, film, OHT (over head transparency),
program slide, alat peraga dan sebagainya (biasa disebut software).

4. Alat (Device)

Alat yang dimaksud di sini adalah benda-benda yang berbentuk fisik sering disebut juga
dengan perangkat keras (hardware). Alat ini berfungsi untuk menyajikan bahan-bahan pada butir
3 di atas. Di dalamnya mencakup multimedia Projector, Slide Projector, OHP, Film, tape
recorder, Opaqe projector, dan sebagainya.

5. Teknik

Teknik yang dimaksud adalah cara (prosedur) yang digunakan orang dalam memberikan
pembelajaran guna tercapai tujuan pembelajaran. Di dalamnya mencakup ceramah,
permainan/simulasi, tanya jawab, sosiodrama, dan sebagainya.

6. Latar (Setting)

Latar atau lingkungan yang berada di dalam sekolah maupun lingkungan yang berada di
luar sekolah, baik yang sengaja dirancang maupun yang tidak secara khusus disiapkan untuk
pembelajaran. Termasuk di dalamnya adalah pengaturan ruang, pencahayaan, ruang kelas,
perpustakaan, laboratorium, tempat workshop, halaman sekolah, kebun sekolah, lapangan
sekolah, dan sebagainya.

Sumber belajar yang diuraikan di atas, merupakan komponen-komponen yang dapat


dimanfaatkan untuk pembelajaran.

PENUTUP

Proses pembelajaran agar bermakna bagi peserta didik harus memperhatikan karakteristik
peserta didik, metode pembelajaran yang sesuai, model pembelajaran, media yang baik, serta
sumber belajar yang dapat dipahami siswa karena ada di lingkungan siswa.

Proses pembelajaran yang efektif adalah proses pembelajaran yang menggunakan berbagai
ragam sumber belajar. Kegiatan belajar mengajar ditekankan pada aktivitas siswa dengan
melakukanpengamatan benda-benda atau situasi yang ada di lingkungan sekitar

Setelah mempelajari makalah ini diharapkan guru dapat mendapatkan dan memanfaatkan
sumber belajar dan fasilitas pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran yang relevan di
sekolah. Serta diharapkan dapat memahami ragam sumber belajar, memahami pemanfaatan
sumber belajar yang tersedia di sekolah, memahami pemanfaatan sumber belajar di luar sekolah,
baik berupa lingkungan, lembaga, personal, dan sebagainya.

Pemanfaatan Lingkungan Sebagai


Sumber Belajar
Jun 20
PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR
(Oleh Novrianti, M.Pd)

Pendahuluan

Peningkatan mutu pendidikan dapat kita lakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah
dengan berusaha untuk memahami bagaimana peserta didik belajar dan bagaimana informasi yang
diperoleh dapat di proses dalam pikiran mereka sehingga menjadi milik mereka serta bertahan lama dalam
pikirannya. Dengan kata lain, kita perlu menyadari bahwa peserta didik merupakan sumber daya manusia
sebagai aset bangsa sangat berharga. Oleh sebab itu, perlu diupayakan penerapan iklim belajar yang tepat
untuk menciptakan lulusan yang benar-benar kreatif, inovatif dan berkeingina untuk maju melalui
pemanfaatan sumber belajar untuk mengembangkan potensinya seara utuh dan optimal.
Sumber belajar sebagaimana di ketahui adalah sarana atau fasilitas pendidikan yang merupakan
komponen penting untuk terlaksananya proses belajar mengajar di sekolah. Dalam melaksanakan kegitan
belajar mengaja guru sewajarnya memanfaatkan sumber belajar, karena pemanfaatan sumber belajar
merupakan hal yang sangat penting dalam konteks belajar mengajar tersebut. Di katakan demikian karena
memanfaatkan sumber belajar akan dapat membantu dan memberikan kesempatan belajar yang berpartisipa
serta dapat memberikan perjalanan belajar yang kongkrit. Kemudian dapat juga memperluas cakrawala
dalam kelas, sehingga tujuan yang telah ditentukan dapat di capai dengan efisien dan efektif.
Sumber belajar dapat diartikan sebagai segala hal di luar diri anak didik yang memungkinkannya
untuk belajar yang dapat berupa pesan, orang, bahan, alat teknik dan lingkungan. Uraian tersebut dapat di
lihat dari defenisi AECT (Association For Educaton Communication Technology) yang menyatakan
penegrtian sumber belajar sebagai berikut :
Sumber belajar untuk teknologi pendidikan meliputi semua sumber (data, orang, barang) yang
dapat digunakan oleh peserta didik baik secara tepisah maupun dalam bentuk gabungan, biasanya
dalam situasi informal, untuk memberikan fasilitas belajar”
Kenyataan yang kita hadapi selama di sekolah adalah siswa hanya menerima pelajaran yang
diberikan oleh guru. Dan selama proses belajar megajar berlngsung keaktifan siswa sangat kurang sekali.
Hal ini menggambarkan belajar secara tradisional dimana siswa hanya mendengar penjelasan dari guru
sebagai satu-satunya sumber. Sedangkan kita ketahui kemampuan guru terbatas baik dari segi keterampilan
maupun dari pengetahuan. Walaupun di gunakan juga sumber lain seperti buku teks, namun sumber belajar
tidak terbatas pada buku saja masih banyak sumber belajar lain yang dapat membantu dalam proses belajar
mengajar.
Dalam penggunaan sumber belajar tersebut oleh siswa harus di arahkan oleh guru. Jadi guru
bukan hanya satu-satunya sumber belajar melainkan ada sumber lain yang serta bermanfaat bagi perluasan
pemahaman dan pengalaman siswa. Sumber belajar yang lain tersebut sebenarnya banyak tedapat di
sekeliling kita sungguhpun itu tidak harus memakai peralatan yang mahal. Bahan-bahan sederhanapun bisa
di jadikan sumber belajar yang berharga.
Belajar dengan mengutamakan sumber belajar adalah sistem belajar yang berorientasi kepada
siswa yang di atur sangat rapi untuk belajar individual atau kelompok. Kegiatan belajar di lakukan dengan
menggunakan sumber belajar baik manusia maupun bahan belajar non manusia dalam situasi belajar yang
di atur secara efektif.
Fenomena yang kita lihat sekarang ini, sumber-sumber belajar yang tesedia di lingkungan kita
masih kurang di manfaatkan sehingga pelaksanaan proses belajar mengajar juga kurang optimal yang lebih
jauh mengakibatkan mutu pendidikan yang kita harapkan belum lagi tecapai. Beranjak dari hal
inilah penulis tertarik untuk membahas tentang “Pemafaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar”. Lebih
lanjut dalam makalah ini .

Pengertian sumber belajar


Balajar mengajar sebagai suatu proses merupakan suatu sistem yang tidak terlepas dari
komponen-komponen lain yang saling berintegrasi di dalamnya. Salah satu komponen dalam proses
tersebut adalah sumber belajar. Sadiman (1989) menyatakan bahwa “segala macam sumber yang ada di luar
diri seseorang (peserta didik) dan yang memungkinkan atau memudahkan tejadinya proses belajar”.
Menurut pengertian ini, dapat diambil kesimpulan bahwa sumber belajar itu adalah semua
sumber. Jadi, dari pegertian ini sumber itu dapat berupa manusia maupun non manusia atau juga sumber
belajar yang di rancang maupun yang dimanfaatkan.
Menurut Fercipal dan Elinghton (1988:124) memberikan batasan bahwa sumber belajar
adalah “Satu set bahan atau situasi belajar yang dengan sengaja diciptakan agar siswa secara individual
dapat belajar”.
Dari kutipan ini dikatakan bahwa sumber belajar itu satu set bahan atau situasi belajar yang
sengaja diciptakan, jadi sumber belajar itu hanya yang di rancang saja dan bisa menunjang terjadinya proses
belajar.
Dalam pengertian sempit sumber belajar dapat diartikan seperti seperti buku- buku atau bahan
tercetak lainnya. Pengertian itu dapat di pakai dewasa ini sebagian guru hal ini dapat kita lihat dalam
program pengajaran yang di susun oleh para guru, biasanya terdapat komponen sumber belajar pada
umumya di isi dengan buku tek atau buku wajib yang di anjurkan. Namun dalam pengertian yang lebih luas
tantang sumber belajar dapat di berikan Edgar Dale yang dikutip, yang dikutip oleh Rohani (1990:153)
yang mengatakan bahwa “ sumber belajar itu adalah pengalaman”. Sumber belajar dalam pengertian
tersebut menjadi sangat luas maknanya seluas hidup itu sendiri karena segala sesuatu yang di alami di
anggap sebagai sumber belajar sepanjang hal itu membawa pengalaman yang menyebabkan belajar.
Sebagaimana kita ketahui belajar pada hakikatnya adalah proses perubahan tingkah laku ke arah yang lebih
sempurna sesuai dengan tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelumnya

Syarat- syarat dan manfaat Sumber belajar


Pada dasarnya sumber belajar yang di pakai dalam pendidikan adalah suatu sistem yang terdiri
dari sekumpulan bahan atau situasi yang diciptakan dengan sengaja dan di buat agar memungkinkan siswa
belajar secara individual. Untuk menjamin bahwa sumber belajar tersebut adalah sumber belajar yang
cocok, gambar tersebut harus memenuhi persyaratan, Fred Percipal (1998) ada Tiga Persyaratan Sumber
Belajar yaitu sebagai berikut:
1. Harus tersedia dengan cepat
2. Harus memungkinkan siswa untuk memacu diri sendiri
3. Harus bersifat individual misalnya harus dapat memenuhi berbagai kebutuhan
para siswa dalam belajar mandiri.

Berdasarkan pada persyaratan tersebut maka sebuah sumber belajar harus berorientasi pada siswa
secara individu, berbeda dengan sumber belajar tradisional yang dibuat berdasarkan pada pendekatan yang
berorientas pada guru atau lembaga pendidikan
Dalam kegiatan instruksional ada banyak sumber dan daya yang dapat kita manfaatan baik yang
tedapat di ruang maupun yang banyak tedapat di sekitar kita, dan semuanya bermanfaat untuk
meningkatkan cakrawala berfikir siswa dalam rangka peningkatan hasil belajar. Berikut ini ada beberapa
manfaat sumber belajar menurut P&K (1983:7) yaitu :
1. Sumber belajar dapat memberikan perjalanan belajar yang kongkrit dan langsung
kepada pelajarnya. Seperti kegiatan darma wisata ke pabrik, pusat tenaga lstrik,
pelabuhan dan sebagainya.
2. Sumber belajar menyajikan sesuatu yang tidak mungkin di adakan atau di kunjungi
dan di lihat secara langsung oleh siswa. Contohnya seperti penggunaan peta, denah,
foto dan sebagainya.
3. Sumber belajar dapat menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada di
dalam kelas, misalnya buku, foto-foto dan nara sumber
4. Sumber belajar dapat memberikan informasi yang akurat dan terbaru, misalnya
penggunaan buku teks, majalah, dan orang sumber informasi
5. Sumber belajar dapat memecahkan masalah pendidikan atau pengajaran baik dalam
lingkup mikro maupun makro
6. Sumber belajar dapat memberikan motivasi yang positif, lebih-lebih jika di atur dan
direncanakan pemanfaatannya dengan tepat.
7. Sumber belajar dapat merangsang untuk berfikir, bersikap dan berkembang lebih
lanjut.
Berdasarkan ke tujuh poin di atas maka dapat kita lihat besarnya manfaat sumber belajar dalam
proses pembelajaran, dan menggunakan sistem pendekatannya berorientasi pada siswa sehingga betul-
betul menekankan pada perkembangan pola pikir siswa

Jenis dan bentuk Lingkungan sebagai Sumber Belajar


Kegiatan belajar mengajar bukanlah berproses pada kehampaan tetapi berproses pada
kemaknaan. Di dalamnya ada sejumlah nilai yang di sampaikan kepada anak didik, nilai-nilai itu tidak
datang dengan sendirinya tetapi terampil dari berbagai sumber guna di pakai dalam proses belajar mengajar,
jadi dari berbagai sumberlah pengajaran itu di ambil dan salah satunya dari lingkungan
Lingkungan yaitu situasi yang tersedia di mana pesan itu di terima oleh siswa. Lingkungan
terdiri atas lingkungan fisik dan non fisik. Lingkungan fisik seperti gedung sekolah, perpustakaan,
laboratorium, studio, auditorium, taman dan lain-lain. Lingkungan non fisik seperti penerangan sirkulasi
udara dan lain-lain.
Selanjutnya lingkungan yang di sebut sebagai sumber belajar adalah tempat atau ruangan yang
dapat mempengaruhi siswa. Tempat dan ruangan tersebut ada yang di rancang (by Design) khusus untuk
tujuan pengajaran, misalnya gedung sekolah ruang perpustakaan dan laboratorium, studio dan sebagainya.
selain itu ada juga tempat atau ruangan yang bukan di rancang secara khusus atau hanya dimanfaatkan
sebagai sumber belajar untuk tujuan pengajaran, seperti gedung dan peninggalan sejarah, bangunan industri
lingkungan pertanian, museum, pasar, tempat rekreasi dan lain-lain.
Menurut Semiawan (1990: 96) ada empat sumber belajar yang berkenaan langsung dengan
lingkungan sebagai berikut:
a. Masyarakat kota atau desa sekeliling sekolah
b. Lingkungan fisik di sekitar sekolah
c. Bahan sisa yang tidak terpakai dan barang bekas yang terbuang yang dapat
menimbulkan pemahaman lingkungan
d. Peristiwa alam dan peristiwa yang terjadi di manfaatkan cukup menarik
perhatian siswa. Ada peristiwa yang tidak mungkin atau tidak dapat dipastikan
akan terulang kembali. Jangan lewatkan peristiwa itu tanpa adanya catatan
pada buku atau alam pikiran siswa.
Berdasarkan kutipan di atas maka dapat kita lihat bahwa di sekitar sekolah terdapat berbagai
macam sumber belajar yang dapat di manfaatkan oleh guru dan siswa dalam proses belajar engajar.
Dengan demikian siswa akan lebih mengenal lingkungannya, pengetahuan siswa akan lebih autentif, sifat
verbalisme pada siswa dapat dikurangi serta siswa akan lebih aktif dan lebih banyak berlatih

Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar


Sumber belajar akan dapat digunakan bila sumber belajar itu tersedia sebelum proses belajar
mengajar berlangsung. Penggunaan sumber belajar merupakan komponen yang sangat penting dalam proses
belajar mengajar, karena tanpa menggunakan sumber belajar maka pesan yang tersimpan dalam materi
suatu pelajaran tidak akan di terima oleh siswa. Semakin banyak sumber belajar yang digunakan semakin
banyak pula keterlibatan indera siswa dalam penerimaan pesan tersebut dan akan semakin banyak kesan
dan pengalaman yang di serap oleh siswa.
Secara teoritis pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar mempunyai berbagai arti penting
diantaranya lingkungan mudah di jangkau, biayanya relatif murah, objek permasalaha dalam lingkungan
beraneka ragam dan menarik serta tidak pernah habis.
Sehubungan dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar ini, Nasution (1985:125)
menyatakan bahwa pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
: dengan cara membawa sumber-sumber dari masyarakat ke atau lingkungan ke dalam kelas dan dengan
cara membawa siswa ke lingkungan. Tentunya masing-masing cara tersebut dapat dilakukan dengan
pendekatan, metoda, teknik dan bahan tertentu yang sesuai dengan tujuan pengajaran.
Lebih lanjut Nasution (1982:134) menjelaskan ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam
rangka membawa siswa ke dalam lingkungan itu sendiri yaitu metode Karya wisata, service proyek, school
camping, surfer dan interviu. Lewat karyawisata umpamanya, siswa akan memperoleh pengalaman secara
langsung, membangkitkan dan memperkuat belajar siswa, mengatasi kebosanan siswa balajar dalam kelas
serta menanamkan kesadaran siswa tentang lingkungan dan mempunyai hubungan yang lebih luas dengan
lingkungan.
Namun metode karya wisata ini memiliki kelemahan yang berbeda yang berkaitan dengan waktu
dan follow up karya wisata ini perlu diperhatikan secara cermat. Demikian juga dengan metode lain yang
membawa siswa ke luar kelas, metode yang di pilih memerlukan rencana yang lebih cermat dan matang
serta harus berpedoman kepada tujuan pengajaran yang hendak di capai. Cara yang kedua yaitu dengan
cara membawa sumber dan lingkungan luar ke dalam kelas, hal tersebut dapat dilakukan dengan
membawa resourses person, hasil, contoh dan koleksi tertentu ke dalam kelas.
Kedua cara yang telah dijelaskan di atas sebenarnya saling berkaitan satu dengan yang lainnya
karena keduanya dapat dikombinasikan. Misalnya melalui karya wisata siswa mempunyai kesempatan
untuk mengumpulkan berbagai benda sehingga koleksi benda tersebut dapat memperkaya khasanah
laboratorium di sekolah dan sewaktu-waktu benda-benda tersebut dapat digunakan sebagai media sekaligus
sebagai sumber belajar.
Faktor yang mempengaruhi pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar
Urgensi pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar seperti yang telah dijelaskan terdahulu
sebenarnya sudah lama disadari oleh pendidik, namun kesadaran itu tidaklah berarti bahwa lingkungan
sudah dimanfaatkan secara maksimal sebagai sumber belajar di sekolah dalam menunjang kegiatan belajar
mengajar itu sendiri. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dipengaruhi oleh berbagai faktor
yang mempengaruhi lingkungan sebagai sumber belajar, mungkin dari segi guru, faktor dana, lembaga dan
sebagainya. Sehubungan dengan hal ini Hanafi (1986: 23) menyatakan:
Pemanfaatan sumber belajar tergantung pada kreatifitas guru, kemampuan guru,
waktu yang tersedia, dana yang tersedia, serta kebijakan-kebijakan lainnya.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa dalam pemanfaatan sumber belajar
termasuk lingkungan oleh siswa sangat tergantung pada bimbingan dan arahan dari guru. Berarti di sini
guru berfungsi sebagai fasilitator, komunikator, motivator dan manager. Fungsi guru seperti inilah yang
sangat diharapkan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Guru memang sudah tahu dan mengenal dengan baik jenis-jenis sumber belajar yang harus
digunakan. Itu saja belum cukup karena disini dibutuhkan lagi kemauan dan kreatifitas guru-guru tadi
untuk menyediakan dan mencari pengetahuan tentang cara memanfaatkan sumber belajar tersebut secara
efektif dan efisien.
Guru sebagai salah satu komponen penting dalam pendidikan seyogyanya harus mengerti dan
cakap dalam mencari dan memakai sumber belajar yang ada mampu berperan sebagai komunikator,
fasilitator, dan motivator dalam menumbuhkan kreatifitas siswa untuk memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber belajar. Pihak sekolah juga harus memperhatikan kebutuhan akan sumber belajar dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan agar dapat menghasilkan keluaran yang berkualitas.
Untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber belajar diperlukan adanya kerjasama yang baik antara pihak sekolah, masyarakat serta lembaga
terkait lainnya.

Daftar Pustaka

REPORT THIS AD

REPORT THIS AD

Share this:

 Twitter
 Facebook

Terkait
Teori Belajardalam "Teknologi Pendidikan"
Sistem Belajar Jarak Jauhdalam "Teknologi Pendidikan"
Peta Konsepdalam "Ilmiah"

This entry was posted on Juni 20, 2008, in Teknologi Pendidikan. Bookmark the permalink.15 Komentar
Navigasi pos
← Aspek-aspek yang Terabaikan
CPNS Buka Lagi?! →
15 THOUGHTS ON “PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR”

1. uwes berkata:
Juni 25, 2008 pukul 3:45 am
keep writing. bersama kita tebar benih-be

PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEBAGAI


SUMBER BELAJAR UNTUK ANAK
USIA DINI
Peran guru sebagai fasilitator dalam pelaksanaan pendidikan untuk anak usia dini harus
mampu memberikan kemudahan kepada anak untuk mempelajari berbagai hal yang terdapat
dalam lingkungannya.
Seperti kita ketahui bahwa anak usia dini memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat
terhadap segala sesuatu serta memliki sikap berpetualang serta minat yang kuat untuk
mengobservasi lingkungan. Ia memiliki sikap petualang yang kuat. Pengenalan terhadap
lingkungan di sekitarnya merupakan pengalaman yang positif untuk mengmbangkan minat
keilmuan anak usia dini.
Pada bab ini akan dikaji beberapa hal yang berkaitan dengan pentingnya pemanfaatan
sumber belajar lingkungan untuk anak usia dini yang diawali dngan pembahasan mengenai
pengertian lingkungan itu sendiri, dilanjutkan dengan penjelasan tentang nilai-nilai lingkungan,
jenis lingkungan, teknik menggunakan lingkungan dan prosedur pemanfaatan lingkungan sebagai
sumber belajar untuk anak usia dini.
1. Pengertian Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Sebagai makhluk hidup, anak selain berinteraksi dengan orang atau manusia lain juga
berinteraksi dengan sejumlah makhluk hidup lainnya dan benda-benda mati. Makhluk hidup
tersebut antara lain adalah berbagai tumbuhan dan hewan, sedangkan benda-benda mati
antara lain udara, air, dan tanah. Manusia merupakan salah satu anggota di dalam lingkungan
hidup yang berperan penting dalam kelangsungan jalinan hubungan yang terdapat dalam
sistem tersebut.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) lingkungan diartikan sebgai bulatn yang
melingkungi (melingkari). Pengertian lainnya yaitu sekalian yang terlingkung di suatu daerah.
Dalam kamus Bahasa Inggris peristilahan lingkungan ini cukup beragam diantaranya ada
istilah circle, area, surroundings, sphere, domain, range, dan environment, yang artinya
kurang lebih berkaitan dengan keadaan atau segala sesuatu yang ada di sekitar atau sekeliling.
Dalam literatur lain disebutkan bahwa lingkungan itu merupakan kesatuan ruang dengan
semua benda dan keadaan makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya
serta makhluk hidup lainnya. Lingkungan itu terdiri dari unsur-unsur biotik (makhluk hidup),
abiotik (benda mati) dan budaya manusia.
1. Nilai-Nilai Lingkungan sebagai Sumber Belajar
Lingkungan yang ada di sekitar anak merupakan salah satu sumber belajar yang dapat
dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pendidikan yang berkualitas bagi anak usia
dini.
1.
1. Lingkungan menyediakan berbagai hal yang dapat dipelajari anak
Jumlah sumber belajar yang tersedia di lingkungan ini tidaklah terbatas, sekalipun pada
umumnya tidak dirancang secara sengaja untuk kepentingan pendidikan. Sumber belajar
lingkungan ini akan semakin memperkaya wawasan dan pengetahuan anak karena mereka
belajar tidak terbatas oleh empat dinding kelas. Selain itu kebenarannya lebih akurat,
sebab anak dapat mengalami secara langsung dan dapat mengoptimalkan potensi panca
inderanya untuk berkomunikasi dengan lingkungan tersebut.
1.
1. Penggunaan lingkungan memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih bermakna
(meaningfull learning) sebab anak dihadapkan dengan keadaan dan situasi yang
sebenarnya. Hal ini akan memenuhi prinsip kekonkritan dalam belajar sebagai salah
satu prinsip pendidikan anak usia dini.
2. Penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar akan mendorong pada penghayatan
nilai-nilai atau aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya. Kesadaran akan
pentingnya lingkungan dalam kehidupan bisa mulai ditanamkan pada anak sejak dini,
sehingga setelah mereka dewasa kesadaran tersebut bisa tetap terpelihara.
3. Penggunaan lingkungan dapat menarik bagi anak
Kegiatan belajar dimungkinkan akan lebih menarik bagi anak sebab lingkungan
menyediakan sumber belajar yang sangat beragam dan banyak pilihan. Kegemaran
belajar sejak usia dini merupakan modal dasar yang sangat diperlukan dalam rangka
penyiapan masyarakat belajar (learning societes) dan sumber daya manusia di masa
mendatang.
1.
1. Pemanfaatan lingkungan menumbuhkan aktivitas belajar anak (learning activities)
yang lebih meningkat.
Penggunaan cara atau metode yang bervariasi ini merupakan tuntutan dan kebutuhan
yang harus dipenuhi dalam pendidikan untuk anak usia dini.
Begitu banyaknya nilai dan manfaat yang dapat diraih dari lingkungan sebagai sumber belajar
dalam pendidikan anak usia dini bahkan hampir semua tema kegiatan dapat dipelajari dari
lingkungan. Namun demikian diperlukan adanya kreativitas dan jiwa inovatif dari para guru
untuk dapat memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.
Lingkungan merupakan sumber belajar yang kaya dan menarik untuk anak-anak. Lingkungan
mana pun bisa menjadi tempat yang menyenangkan bagi anak-anak.
Jika pada saat belajar di kelas anak diperkenalkan oleh guru mengenai binatang, dengan
memanfaatkan lingkungan anak akan dapat memperoleh pengalaman yang lebih banyak lagi.
Dalam pemanfaatan lingkungan tersebut guru dapat membawa kegiatan-kegiatan yang
biasanya dilakukan di dalam ruangan kelas ke alam terbuka dalam hal ini lingkungan. Namun
jika guru menceritakan kisah tersebut di dalam ruangan kelas, nuansa yang terjadi di dalam
kelas tidak akan sealamiah seperti halnya jika guru mengajak anak untuk memanfaatkan
lingkungan.
Memanfaatkan lingkungan sekitar dengan membawa anak-anak untuk mengamati lingkungan
akan menambah keseimbangan dalam kegiatan belajar. Artinya belajr tidak hanya terjadi di
ruangan kelas namun juga di luar ruangan kelas dalam hal ini lingkungan sebagai sumber
belajar yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik, keterampilan sosial, dan
budaya, perkembangan emosional serta intelektual.
Perkembangan Fisik
Lingkungan sangat berperan dalam merangsang pertumbuhan fisik anak, untuk
mengembangkan otot-ototnya. Anak memiliki kesempatan yang alami untuk berlari-lari,
melompat, berkejar-kejaran dengan temannya dan menggerakkan tubuhnya dengna cara-cara
yang tidak terbatas. Kegiatan ini sangat alami dan sangat bermanfaat dalam mengembangkan
aspek fisik anak.
Dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber beajarnya, anak-anak menjadi tahu
bagaimana tubuh mereka bekerja dan merasakan bagaimana rasanya pada saat mereka
memanjat pohon tertentu, berayun-ayun, merangkak melalui sebuah terowongan atau
berguling di dedaunan.
Perkembangan aspek keterampilan sosial
Lingkungan secara alami mendorong anak untuk berinteraksi dengan anak-anak yang lain
bahkan dengan orang-orang dewasa. Pada saat anak mengamati objek-objek tertentu yang ada
di lingkungan pasti dia ingin mencritakan hasil penemuannya dengan yang lain. Supaya
penemuannya diketahui oleh teman-temnannya anak tersebut mencoba mendekati anak yang
lain sehinga terjadilah proses interaksi/hubungan yang harmonis.
Anak-anak dapat membangun kterampilan sosialnya ketika mereka membuat perjanjian
dengan teman-temannya untuk bergantian dalam menggunakan alat-alat tertentu pada saat
mereka memainkan objek-objek yang ada di lingkungan tertentu. Melalui kegiatan sepeti ini
anak berteman dan saling menikmati suasana yang santai dan menyenangkan.
Perkembangan aspek emosi
Lingkungan pada umumnya memberikan tantangan untuk dilalui oleh anak-anak.
Pemanfaatannya akan memungkinkan anak untuk mengembangkan rasa percaya diri yang
positif. Misalnya bila anak diajak ke sebuah taman yang terdapat beberapa pohon yang
memungkinkan untuk mereka panjat. Dengan memanjat pohon tersebut anak
mengembangkan aspek keberaniannya sebagai bagian dari pengembangan aspek emosinya.
Rasa percaya diri yang dimiliki oleh anak terhadap dirinya sendiri dan orang lain
dikembangkan melalui pengalaman hidup yang nyata. Lingkungan sendiri menyediakan
fasilitas bagi anak untuk mendapatkan pengalaman hidup yang nyata.
Perkembangan intelektual
Anak-anak belajar melalui interaksi langsung dengan benda-benda atau ide-ide. Lingkungan
menawarkan kepada guru kesempatan untuk menguatkan kembali konsep-konsep seperti
warna, angka, bentuk dan ukuran.
Memanfaatkan lingkungan pada dasarnya adalah menjelaskan konsep-konsep tertentu secara
alami. Konsep warna yang diketahui dan dipahami anak di dalam kelas tentunya akan
semakin nyata apabila guru mengarahkan anak-anak untuk melihat konsep warna secara
nyata yang ada pada lingkungan sekitar.
Demikian beberapa hal yang berkaitan dengan dampak pemanfaatan lingkungan terhadap
aspek-aspek perkembangan anak. Namun guru juga harus memiliki pengetahuan,
kemampuan, dan keterampilan dalam mengembangkan pembelajaran anak dengan
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajarnya. Adapun sumber belajar itu antara lain :
 Mengamati apa yang menarik bagi anak
Biasanya anak serius jika menemukan sesuatu yang sangat menarik baginya. Bila
guru melihat hal ini berilah bimbingan kepada anak dengan cara menayakan apa
yang sedang diamatinya.
Manfaat yang bisa diambil dari kegiatan ini adalah anak dapat mengmbangkan
kemampuan intelektualnya dengan mengetahui berbagai benda yang diamatinya.
Selain itu juga anak akan dapat mengembangkan ketrampilan sosialnya yaitu
dengan mengembangkan kemampuannya dengan berinteraksi dengan orang
dewasa dalam hal ini guru.
Upaya guru dengan mengamati apa yang menarik bagi anak juga akan dapat
mengembangkan emosi anak misalnya pada saat anak mengungkapkan hal-hal
yang menarik baginya, dia menunjukkan ekspresi yang serius dan pandangan
mata yang tajam. Kemampuan berbahsa anak juga akan semakin meningkat jika
guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya mengungkapkan
berbahasa anak, kosa katanya akan berkembang.
 Perhatikan dan gunakan saat yang tepat untuk mengajar
Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar sebenarnya memberikan
berbagai alternatif pendekatan dalam membelajarkan anak. Hal tersebut
disebabkan alternatif dan pilihan sumber belajarnya sangat banyak. Dengan
memanfaatkan lingkungan kegiatan belajar akan lebih berpusat pada anak.
 Tanyalah anak dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka.
Memberikan pertanyaan kepada anak-anak mendorong mereka untuk
menjelaskan mengenai berbagai hal yang mereka alami dan mereka lihat.
Pertanyaan yang bersifat terbuka akan memacu anak untuk mengungkap
berbagai hal yang diamatinya secara bebas sesuai dengan kemampuan
berbahasanya.
 Gunakan kosa kata yang beragam untuk menjelaskan hal-hal baru
Anak-anak terkadang mengalami kekurangan perbendaharaan kata untuk
menjelaskan apa yang mereka lihat. Keterbatasan kosa kata yang terjadi pada
anak harus dibantu oleh guru sehingga tahap demi tahap kemampuan berbahasa
dan perbendaharaan kosa katanya akan semakin meningkat.
 Cobalah berskap lebih ingin tahu
Guru-guru tidak selamanya mengetahui jawaban-jawaban atas peertanyaan anak-
anak. Guru yang mengetahui berbagai hal akan menumbuhkan keperecayaan
anak kepadanya. Anak merasa memiliki orang yang dapat dijadikannya tempat
bertanya mengenai hal-hal yang tidak dapat mereka pecahkan. Anak akan
memiliki keyakinan yang tinggi kepada guru yang mau membantunya dalam
segala hal. Sebaliknya jika guru tidak mengetahui banyak hal akan menimbulkan
ketidakyakinan kepadanya karena setiap mereka menanyakn sesuatu anak tidak
mendapatkan jawaban yang jelas dan memuaskan.
1. Jenis-Jenis Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Pada dasarnya semua jenis lingkungan yang ada di sekitar anak dapat dimanfaatkan untuk
mengoptimalkan kegiatan pendidikan untuk anak usia dini sepanjang relevan dengan
komptensi dasar dan hasil belajar yang bisa berupa lingkungan alam atau lingkungan fisik,
lingkungan sosial dan lingkungan budaya atau buatan.
1.
1. Lingkungan alam
Lingkungan alam atau lingkungan fisik adalah segala sesuatu yang sifatnya alamiah,
seperti sumber daya alam (air, hutan, tanah, batu-batuan), tumbuh-tumbuhan dan hewan
(flora dan fauna), sungai, iklim, suhu, dan sebagainya.
Lingkungan alam sifatnya relatif menetap, oleh karena itu jenis lingkungan ini akan lebih
mudah dikenal dan dipelajari oleh anak. Sesuai dengan kemampuannya, anak dapat
mengamati perubahan-perubahan yang terjadi dan dialami dalam kehidupan sehari-hari,
termasuk juga proses terjadinya.
Dengan mempelajari lingkungan alam ini diharapkan anak akan lebih memahami gejala-
gejala alam yang terjadi dalam kehidupannya sehari-hari, lebih dari itu diharapkan juga
dapat menumbuhkan kesadaran sejak awal untuk mencintai alam, dan mungkin juga anak
bisa turut berpartisipasi untuk menjaga dan memelihara lingkungan alam.
1.
1. Lingkungan sosial
Selain lingkungan alam sebagaimana telah diuraikan di atas jenis lingkungan lain yang
kaya akan informasi bagi anak usia dini yaitu lingkungan sosial.
Hal-hal yang bisa dipelajari oleh anak usia dini dalam kaitannya dengan pemanfaatan
lingkungan sosial sebagai sumber belajar ini misalnya:
1. mengenal adat istiadat dan kebiasaan penduduk setempat di mana anak tinggal.
2. mengenal jenis-jenis mata pencaharian penduduk di sektiar tempat tinggal dan sekolah.
3. Mengenal organisasi-organisasi sosial yang ada di masyarakat sekitar tempat tinggal dan
sekolah.
4. Mengenal kehidupan beragama yang dianut oleh penduduk sekitar tempat tinggal dan
sekolah.
5. Mengenal kebudayaan termasuk kesenian yang ada di sekitar tempat tinggal dan sekolah.
6. Mengenal struktur pemerntahan setempat seperti RT, RW, desa atau kelurahan dan
kecamatan.
Pemanfaatan lingkungan sosial sebagai sumber belajar dalam kegiatan pendidikan untuk
anak usia dini sebaiknya dimulai dari lingkungan yang terkecil atau paling dekat dengan
anak.
1.
1. Lingkungan budaya
Di samping lingkungan budaya dan lingkungan alam yang sifatnya alami, ada juga yang
disebut lingkungan budaya atau buatan yakni lingkungan yang sengaja diciptakan atau
dibangun manusia untuk tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Anak dapat mempelajari lingkungan buatan dari berbagai aspek seperti prosesnya,
pemanfaatannya, fungsinya, pemeliharaannya, daya dukungnya, serta aspek lain yang
berkenan dengan pembangunan dan kepentingan manusia dan masyarakat pada
umumnya.
Agar penggunaan lingkungan ini efektif perlu disesuaikan dengan rencana kegiatan atau
program yang ada. Dengan begitu, maka lingkungan ini dapat memperkaya dan
memperjelas bahan ajar yang dipelajari dan bisa dijadikan sebagai laboratorium belajar
anak.
1. Prosedur Pemanfaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Apabila kita menginginkan anak memperoleh hail belajar yang banyak dan bermakna dari
sumber beajr lingkungan, maka kita perlu membuatan persiapan ayang matang. Tanpa
persiapan belajar anak tidak akan terkendali dngan baik senhingga akan berpengaruh terhadap
terjadinya tujuan pendidikan yang diharapkan.
Perlu kita ketahui bahwa ada tiga langkah prosedur yang bisa ditempuh dalam menggunakan
lingkungan sebagai sumber belajar untuk anak usia dini ini yaitu :
1.
1. langkah perencanaan
2. langkah pelaksanaan
3. langkah tindak lanjut (follow up)
1. Langkah Perencanaan
Perencanaan menempati bagian yang penting. Melalui perencanaan yang matang, yang
disusun secara sistematik, dalam pola pemikiran yang menyeluruh akan memberi
landasan yang kuat dalam melaksanakan kegiatanm-kegiatan pendidikan khususnya untuk
anak usia dini.
Guru selaku pengelola kegiatan belajar harus mengetahui dan memahami tentang apa-apa
yang harus direncanakan.

Anda mungkin juga menyukai