Dewasa ini dengan perkembangan media cetak, media elektronik serta teknologi informasi
dan komunikasi sumber belajar atau sumber informasi yang tersedia sangat melimpah. Setiap
peserta didik dapat mengakses berbagai informasi yang terkait dengan materi pembelajaran di
sekolah dari berbnagai media yang ada dengan sangat mudah. Posisi guru pun tidak lagi menjadi
satu-satunya sumber belajar.
Dalam posisi demikian, maka guru harus mampu memerankan diri sebagai fasilitator bagi
siswa, khususnya dalam pemanfaatan berbagai sumber belajar baik yang tersedia di sekolah
maupun di luar sekolah. Guru harus memiliki wawasan pengetahuan yang luas, mengenal
teknologi, dan kreatif memanfaatkan situasi lingkungan alam maupun sosial untuk dijadikan
sebagai sumber belajar, di samping bahan-bahan pustaka.
SUMBER BELAJAR
Potensi-potensi yang tersebar di sekolah dan di masyarakat berupa sumber belajar harus
menjadi perhatian guru untuk diorganisasi dengan baik sehingga berdayaguna positif untuk
keberhasilan belajar siswa. Perkembangan teknologi yang ada serta perubahan kurikulum menuntut
guru untuk lebih kreatif, tidak lagi selalu menunggu instruksi dari pusat. Guru adalah tenaga
profesional, sehingga harus cepat menyesuaikan diri dan mereposisi perannya. Pada saat ini guru
tidak lagi harus menjadi orang yang paling tahu di kelas. Namun ia harus mampu menjadi
fasilitator belajar dan pengelola sumber belajar bagi siswanya. Banyak sumber belajar yang
tersedia di lingkungan kita, apakah sumber belajar yang dirancang untuk belajar ataukah yang
tidak dirancang namun dapat dimanfaatkan untuk belajar.
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada di sekitar lingkungan kegiatan belajar
yang secara fungsional dapat digunakan untuk membantu optimalisasi hasil belajar. Optimalisasi
hasil belajar ini dapat dilihat tidak hanya dari hasil belajar (output), namun juga dilihat dari
proses berupa interaksi siswa dengan berbagai macam sumber yang dapat merangsang untuk
belajar dan mempercepat pemahaman dan penguasaan bidang ilmu yang dipelajarinya.
Sebagai ilustrasi berikut ini beberapa contoh riil aktifitas pembelajaran ketika menghadapi
tuntutan di atas.
Pertama, guru akan bercerita tentang gajah, kereta api, atau pasar apung. Guru bisa bercerita
mungkin karena pengalaman, membaca buku, cerita orang lain, atau pernah melihat gambar ketiga
objek itu. Apabila murid sama sekali belum tahu, belum pernah melihat dari televisi atau gambar
di buku, maka betapa sulitnya guru menjelaskan hanya dengan kata-kata tentang objek tersebut.
Kalau guru adalah seorang yang ahli bercerita, tentu cerita tersebut akan sangat menarik bagi
murid-murid. Namun tidak semua orang diberikan karunia kepandaian bercerita. Penjelasan
dengan kata-kata mungkin akan menghabiskan waktu yang lama, pemahaman murid juga berbeda
sesuai dengan pengetahuan mereka sebelumnya, bahkan bukan tidak mungkin akan menimbulkan
kesalahan persepsi karena terjadi verbalisme sehingga persepsi guru dengan siswa tidak sama.
Kedua, guru membawa murid untuk melihat objek yang sebenarnya misalnya studi wisata
mengunjungi tempat-tempat yang sesuai seperti kebun binatang, taman safari, cagar alam atau
tempat penangkaran binatang. Selain itu pengalaman belajar berupa sumber belajar yang ada di
lingkungan sekolahpun dapat digunakan. Misalnya materi Kenampakan Alam di SD, guru dapat
mengajak siswa ke luar kelas melihat kenampakan alam langsung yang ada di sekitar sekolah.
Cara ini lebih efektif dibandingkan dengan cara lain misalnya siswa mengenal binatang hanya
lewat gambar saja. Konsep ini sejalan dengan pendapat Edgar Dale dalam teorinya Cone
Experience yang menjelaskan bahwa hasil belajar dapat diperoleh lebih optimal dengan cara
melakukan sendiri atau paling tidak melihat objek nyata. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
melakukan kegiatan Fild Trip seperti karyawisata. Dengan demikian diperlukan kreatifitas guru
untuk menjadikan pembelajaran lebih efisien namun hasilnya lebih efektif dengan berpijak pada
prinsip pengalaman belajar Edgare Dale di atas. Cara kedua ini disebut juga pemanfaatan sumber
belajar dengan menggunakan fasilitas yang sudah tersedia dan tidak dirancang secara khusus
untuk pembelajaran namun dapat digunakan secara langsung (media by utilization).
Ketiga, disebut media by design. Dalam hal ini guru merancang media sesuai dengan
tuntutan tujuan materi dan karakteristik siswa, seperti gambar, foto, film, video tentang objek
tersebut untuk dipergunakan di kelas. Cara ini akan sangat membantu guru dalam memberikan
penjelasan. Selain menghemat kata-kata, menghemat waktu, penjelasan guru pun akan lebih
mudah dimengerti oleh murid, menarik, membangkitkan motivasi belajar, menghilang-kan
kesalahpamahaman, serta informasi yang disampaikan menjadi lebih konsisten.
Ketiga tipe pembelajaran di atas dapat kita simpulkan bahwa tipe pertama menggunakan
informasi verbal, tipe kedua berupa pengalaman nyata, se-dangkan cara ketiga informasi melalui
media. Di antara ketiga cara tersebut, cara kedua dan ketiga adalah cara yang paling bijaksana
dilakukan, karena dengan melalui pengalaman langsung siswa mudah mengerti, namun dengan
menggunakan tipe belajar ketiga pun sangat baik, karena dengan mengguna-kan media dalam
proses pembelajaran, belajar menjadi lebih efektif dan efi-sien.
Enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar, yaitu:
1. Pesan (Message)
Pesan merupakan sumber belajar yang meliputi pesan formal, yaitu pesan yang dikeluarkan
oleh lembaga resmi, seperti pemerintah atau pesan yang disampaikan guru dalam situasi
pembelajaran. Pesan-pesan ini selain disampaikan secara lisan juga dibuat dalam bentuk
dokumen seperti kurikulum, peraturan pemerintah, perundangan, GBPP, silabus, satuan
pembelajaran dan sebagainya. Pesan nonformal, yaitu pesan yang ada di lingkungan masyarakat
luas yang dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran misalnya cerita rakyat, legenda, ceramah
oleh tokoh masyarakat dan ulama, prasasti, relief-releif pada candi, kitab-kitab kuno, dan
peninggalan sejarah yang lainnya.
2. Orang (People)
Semua orang pada dasarnya dapat berperan sebagai sumber belajar, namun secara umum
dapat dibagi dua kelompok. Pertama, kelompok orang yang didesain khusus sebagai sumber
belajar utama yang dididik secara profesional untuk mengajar, seperti guru, konselor, instruktur,
dan widyaiswara. Termasuk kepala sekolah, laboran, teknisi sumber belajar, pustakawan dan lain-
lain. Kelompok yang kedua adalah orang yang memiliki profesi selain tenaga yang berada di
lingkungan pendidikan dan profesinya tidak terbatas. Misalnya politisi, tenaga kesehatan,
pertanian, arsitek, psikolog, lawyer, poli-si pengusaha dan lain-lain.
3. Bahan (Matterials)
Bahan merupakan suatu format yang digunakan untuk menyimpan pe-san pembelajaran,
seperti buku paket, buku teks, modul, program video, film, OHT (over head transparency),
program slide, alat peraga dan sebagainya (biasa disebut software).
4. Alat (Device)
Alat yang dimaksud di sini adalah benda-benda yang berbentuk fisik sering disebut juga
dengan perangkat keras (hardware). Alat ini berfungsi untuk menyajikan bahan-bahan pada butir
3 di atas. Di dalamnya mencakup multimedia Projector, Slide Projector, OHP, Film, tape
recorder, Opaqe projector, dan sebagainya.
5. Teknik
Teknik yang dimaksud adalah cara (prosedur) yang digunakan orang dalam memberikan
pembelajaran guna tercapai tujuan pembelajaran. Di dalamnya mencakup ceramah,
permainan/simulasi, tanya jawab, sosiodrama, dan sebagainya.
6. Latar (Setting)
Latar atau lingkungan yang berada di dalam sekolah maupun lingkungan yang berada di
luar sekolah, baik yang sengaja dirancang maupun yang tidak secara khusus disiapkan untuk
pembelajaran. Termasuk di dalamnya adalah pengaturan ruang, pencahayaan, ruang kelas,
perpustakaan, laboratorium, tempat workshop, halaman sekolah, kebun sekolah, lapangan
sekolah, dan sebagainya.
PENUTUP
Proses pembelajaran agar bermakna bagi peserta didik harus memperhatikan karakteristik
peserta didik, metode pembelajaran yang sesuai, model pembelajaran, media yang baik, serta
sumber belajar yang dapat dipahami siswa karena ada di lingkungan siswa.
Proses pembelajaran yang efektif adalah proses pembelajaran yang menggunakan berbagai
ragam sumber belajar. Kegiatan belajar mengajar ditekankan pada aktivitas siswa dengan
melakukanpengamatan benda-benda atau situasi yang ada di lingkungan sekitar
Setelah mempelajari makalah ini diharapkan guru dapat mendapatkan dan memanfaatkan
sumber belajar dan fasilitas pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran yang relevan di
sekolah. Serta diharapkan dapat memahami ragam sumber belajar, memahami pemanfaatan
sumber belajar yang tersedia di sekolah, memahami pemanfaatan sumber belajar di luar sekolah,
baik berupa lingkungan, lembaga, personal, dan sebagainya.
Pendahuluan
Peningkatan mutu pendidikan dapat kita lakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah
dengan berusaha untuk memahami bagaimana peserta didik belajar dan bagaimana informasi yang
diperoleh dapat di proses dalam pikiran mereka sehingga menjadi milik mereka serta bertahan lama dalam
pikirannya. Dengan kata lain, kita perlu menyadari bahwa peserta didik merupakan sumber daya manusia
sebagai aset bangsa sangat berharga. Oleh sebab itu, perlu diupayakan penerapan iklim belajar yang tepat
untuk menciptakan lulusan yang benar-benar kreatif, inovatif dan berkeingina untuk maju melalui
pemanfaatan sumber belajar untuk mengembangkan potensinya seara utuh dan optimal.
Sumber belajar sebagaimana di ketahui adalah sarana atau fasilitas pendidikan yang merupakan
komponen penting untuk terlaksananya proses belajar mengajar di sekolah. Dalam melaksanakan kegitan
belajar mengaja guru sewajarnya memanfaatkan sumber belajar, karena pemanfaatan sumber belajar
merupakan hal yang sangat penting dalam konteks belajar mengajar tersebut. Di katakan demikian karena
memanfaatkan sumber belajar akan dapat membantu dan memberikan kesempatan belajar yang berpartisipa
serta dapat memberikan perjalanan belajar yang kongkrit. Kemudian dapat juga memperluas cakrawala
dalam kelas, sehingga tujuan yang telah ditentukan dapat di capai dengan efisien dan efektif.
Sumber belajar dapat diartikan sebagai segala hal di luar diri anak didik yang memungkinkannya
untuk belajar yang dapat berupa pesan, orang, bahan, alat teknik dan lingkungan. Uraian tersebut dapat di
lihat dari defenisi AECT (Association For Educaton Communication Technology) yang menyatakan
penegrtian sumber belajar sebagai berikut :
Sumber belajar untuk teknologi pendidikan meliputi semua sumber (data, orang, barang) yang
dapat digunakan oleh peserta didik baik secara tepisah maupun dalam bentuk gabungan, biasanya
dalam situasi informal, untuk memberikan fasilitas belajar”
Kenyataan yang kita hadapi selama di sekolah adalah siswa hanya menerima pelajaran yang
diberikan oleh guru. Dan selama proses belajar megajar berlngsung keaktifan siswa sangat kurang sekali.
Hal ini menggambarkan belajar secara tradisional dimana siswa hanya mendengar penjelasan dari guru
sebagai satu-satunya sumber. Sedangkan kita ketahui kemampuan guru terbatas baik dari segi keterampilan
maupun dari pengetahuan. Walaupun di gunakan juga sumber lain seperti buku teks, namun sumber belajar
tidak terbatas pada buku saja masih banyak sumber belajar lain yang dapat membantu dalam proses belajar
mengajar.
Dalam penggunaan sumber belajar tersebut oleh siswa harus di arahkan oleh guru. Jadi guru
bukan hanya satu-satunya sumber belajar melainkan ada sumber lain yang serta bermanfaat bagi perluasan
pemahaman dan pengalaman siswa. Sumber belajar yang lain tersebut sebenarnya banyak tedapat di
sekeliling kita sungguhpun itu tidak harus memakai peralatan yang mahal. Bahan-bahan sederhanapun bisa
di jadikan sumber belajar yang berharga.
Belajar dengan mengutamakan sumber belajar adalah sistem belajar yang berorientasi kepada
siswa yang di atur sangat rapi untuk belajar individual atau kelompok. Kegiatan belajar di lakukan dengan
menggunakan sumber belajar baik manusia maupun bahan belajar non manusia dalam situasi belajar yang
di atur secara efektif.
Fenomena yang kita lihat sekarang ini, sumber-sumber belajar yang tesedia di lingkungan kita
masih kurang di manfaatkan sehingga pelaksanaan proses belajar mengajar juga kurang optimal yang lebih
jauh mengakibatkan mutu pendidikan yang kita harapkan belum lagi tecapai. Beranjak dari hal
inilah penulis tertarik untuk membahas tentang “Pemafaatan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar”. Lebih
lanjut dalam makalah ini .
Berdasarkan pada persyaratan tersebut maka sebuah sumber belajar harus berorientasi pada siswa
secara individu, berbeda dengan sumber belajar tradisional yang dibuat berdasarkan pada pendekatan yang
berorientas pada guru atau lembaga pendidikan
Dalam kegiatan instruksional ada banyak sumber dan daya yang dapat kita manfaatan baik yang
tedapat di ruang maupun yang banyak tedapat di sekitar kita, dan semuanya bermanfaat untuk
meningkatkan cakrawala berfikir siswa dalam rangka peningkatan hasil belajar. Berikut ini ada beberapa
manfaat sumber belajar menurut P&K (1983:7) yaitu :
1. Sumber belajar dapat memberikan perjalanan belajar yang kongkrit dan langsung
kepada pelajarnya. Seperti kegiatan darma wisata ke pabrik, pusat tenaga lstrik,
pelabuhan dan sebagainya.
2. Sumber belajar menyajikan sesuatu yang tidak mungkin di adakan atau di kunjungi
dan di lihat secara langsung oleh siswa. Contohnya seperti penggunaan peta, denah,
foto dan sebagainya.
3. Sumber belajar dapat menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada di
dalam kelas, misalnya buku, foto-foto dan nara sumber
4. Sumber belajar dapat memberikan informasi yang akurat dan terbaru, misalnya
penggunaan buku teks, majalah, dan orang sumber informasi
5. Sumber belajar dapat memecahkan masalah pendidikan atau pengajaran baik dalam
lingkup mikro maupun makro
6. Sumber belajar dapat memberikan motivasi yang positif, lebih-lebih jika di atur dan
direncanakan pemanfaatannya dengan tepat.
7. Sumber belajar dapat merangsang untuk berfikir, bersikap dan berkembang lebih
lanjut.
Berdasarkan ke tujuh poin di atas maka dapat kita lihat besarnya manfaat sumber belajar dalam
proses pembelajaran, dan menggunakan sistem pendekatannya berorientasi pada siswa sehingga betul-
betul menekankan pada perkembangan pola pikir siswa
Berdasarkan pendapat tersebut dapat diketahui bahwa dalam pemanfaatan sumber belajar
termasuk lingkungan oleh siswa sangat tergantung pada bimbingan dan arahan dari guru. Berarti di sini
guru berfungsi sebagai fasilitator, komunikator, motivator dan manager. Fungsi guru seperti inilah yang
sangat diharapkan untuk mencapai tujuan pendidikan.
Guru memang sudah tahu dan mengenal dengan baik jenis-jenis sumber belajar yang harus
digunakan. Itu saja belum cukup karena disini dibutuhkan lagi kemauan dan kreatifitas guru-guru tadi
untuk menyediakan dan mencari pengetahuan tentang cara memanfaatkan sumber belajar tersebut secara
efektif dan efisien.
Guru sebagai salah satu komponen penting dalam pendidikan seyogyanya harus mengerti dan
cakap dalam mencari dan memakai sumber belajar yang ada mampu berperan sebagai komunikator,
fasilitator, dan motivator dalam menumbuhkan kreatifitas siswa untuk memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber belajar. Pihak sekolah juga harus memperhatikan kebutuhan akan sumber belajar dalam rangka
meningkatkan kualitas pendidikan agar dapat menghasilkan keluaran yang berkualitas.
Untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber belajar diperlukan adanya kerjasama yang baik antara pihak sekolah, masyarakat serta lembaga
terkait lainnya.
Daftar Pustaka
REPORT THIS AD
REPORT THIS AD
Share this:
Twitter
Facebook
Terkait
Teori Belajardalam "Teknologi Pendidikan"
Sistem Belajar Jarak Jauhdalam "Teknologi Pendidikan"
Peta Konsepdalam "Ilmiah"
This entry was posted on Juni 20, 2008, in Teknologi Pendidikan. Bookmark the permalink.15 Komentar
Navigasi pos
← Aspek-aspek yang Terabaikan
CPNS Buka Lagi?! →
15 THOUGHTS ON “PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR”
1. uwes berkata:
Juni 25, 2008 pukul 3:45 am
keep writing. bersama kita tebar benih-be