Makalah Kepuasan Kerja MSDM
Makalah Kepuasan Kerja MSDM
Disusun Oleh:
Kelompok IV
Andi Nurul Fajriah 1710312320004
Annisa Fitriana 1710312320006
None Nafisah 1710312120033
Muhammad Syarif 1710312210029
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan
Rahmat dan Hidayah-Nya, sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Kami bersyukur kepada Illahi Rabbi yang telah memberikan
Hidayah dan Taufik-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Kepuasan Kerja” terselesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun sangat kami harapkan
demi kesempurnaan makalah atau penyusunan makalah berikutnya menjadi lebih baik.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada Dosen pengampu kami, Ibu
Hj. Dahniar, SE, M.Si Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kami.
Aamiin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kepuasan Kerja ........................................................................ 3
2.2 Hubungan Kepuasan Kerja dengan MSDM ............................................... 3
2.3 Komponen Kepuasan Kerja ....................................................................... 4
2.4 Mengukur Kepuasan Kerja ........................................................................ 4
2.5 Teori-Teori Kepuasan Kerja ...................................................................... 5
2.6 Pengaruh Kepuasan Kerja .......................................................................... 7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui yang dimaksud dengan kepuasan kerja.
2. Mengetahui hubungan kepuasan kerja dengan MSDM
3. Mengetahui komponen-komponen kepuasan kerja.
4. Mengetahui cara mengukur kepuasan kerja dalam organisasi.
5. Mengetahui teori-teori kepuasan kerja dalam organisasi.
6. Mengetahui kondisi yang mempengaruhi kepuasan kerja.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
kepuasan kerja dengan manajemen SDM yaitu dengan adanya sikap kepuasan
kerja/ tidak puas dengan pekerjaannya maka manajemen SDM bisa mengatur
karyawan yang memang tidak puas dengan pekerjaannya, apa yang melatar
belakangi karyawan tersebut tidak puas dengan pekerjaannya. Hal tersebut bisa
disebabkan karena jenis pekerjaannya tidak disukai atau lainnya. Sehingga
dengan adanya kepuasan kerja ini manajemen SDM bisa mengatur karyawan
sebaik mungkin yang bertujuan untuk produktivitas yang baik dalam
pekerjaannya.
4
2. Pengukuran kepuasan kerja dengan Minnesota Satisfaction Questionare
Skala ini berisi tanggapan yang mengharuskan karyawan untuk memilih
salah satu dari alternatif jawaban : ‘Sangat tidak puas’, ‘Tidak puas’,
‘Netral’, ‘Puas’, dan ‘Sangat puas’ terhadap pernyataan yang diajukan.
Berdasarkan jawaban-jawaban tersebut dapat diketahui tingkat
kepuasan kerja karyawan.
3. Pengukuran kepuasan kerja berdasarkan ekspresi wajah
Pada pengukuran metode ini responden diharuskan memilih salah satu
gambar wajah orang, mulai dari wajah yang sangat gembira, gembira,
netral, cemberut, dan sangat cemberut. Kepuasan kerja karyawan akan
dapat diketahui dengan melihat pilihan gambar yang diambil responden.
5
Menurut Locke seorang individu akan merasa puas atau tidak puas
merupakan sesuatu yang pribadi, tergantung bagaimana ia
mempersepsikan adanya kesesuaian atau pertentangan antara keinginan-
keingiannnya dan hasil-keluarannya. Tambahan waktu libur akan
menunjang kepuasan tenaga kerja yang menikmati waktu luang setelah
bekerja, tetapi tidak akan menunjang kepuasan kerja seorang tenaga kerja
lain yang merasa waktu luangnya tidak dapat dinikmati.
2. Model dari Kepuasan Kerja Bidang/Bagian (Facet Satisfaction)
Menurut model Lawler orang akan merasa puas dengan bidang tertentu
dari pekerjaan mereka (misalnya dengan rekan kerja, atasan, gaji) jika
jumlah dari bidang mereka persepsikan harus mereka terima untuk
melaksanakan kerja mereka sama dengan jumlah yang mereka persepsikan
dari yang secara actual mereka terima.
Misalnya persepsi seorang tenaga kerja terhadap jumlah honorarium
yang seharusnya ia terima berdasarkan unjuk-kerjanya dengan persepsinya
tentang honorarium yang secara actual ia terima. Jika individu
mempresepsikan jumlah yang ia terima sebagai lebih besar daripada
sepatutnta ia terima, ia akan merasa salah dan tidak adil. Sebaliknya jika ia
terima, ia merasa tidak puas.
Untuk menentukan tingkat kepuasan kerja tenaga jerja, Lawler
memberikan nilai bobot kepada seseorang setiap bidang sesuai dengan nilai
pentingnya bagi individu, ia kemudian mengkombinasikan semua skor
kepuasan bidang yang dibobot ke dalam satu skor total.
3. Teori Proses Bertentangan (Opponent-Process Theory)
Teori ini menekankan bahwa orang ingin memperahankan suatu
keseimbangan emosional (emotional eqibrillium). Teori proses
bertentangan mengasumsikan bahwa kondisi emosional yang ekstrem tidak
memberikan kemaslahatan. Kepuasan atau ketidakpuasan kerja (dengan
emosi yang berhubungan) memacu mekanisme fisiologikal dalam sistem
pusat saraf yang membuat aktif emosi yang bertentagan atau berlawanan.
6
Di hipotesiskan bahwa emosi yang berlawanan, meskipun lebih lemah dari
emosi yang asli, akan terus ada dalam jangka aktu yang lebih lama.
Teori ini menyatakan bahwa jika orang memperoleh ganjaran pada
pekerjaan mereka merasa senang, sekaligus ada rasa tidak senang (yang
lebih lemah). Setelah beberapa saat rasa senang menurun dan dapat
menurun sedemikian rupa sehingga orang merasa agak sedih sebelum
kembali ke normal. Ini demikian karena emosi tidak senang (emosi yang
berlawanan) berlangsung lebih lama. Berdasarkan asumsi bahwa kepuasan
kerja bervariasi secara menadasar dari waktu ke waktu, akibatnya ialah
bahwa pengukuran kepuasan kerja perlu dilakukan secara periodik dengan
interval waktu yang sesuai.
7
Sementara itu menurut Wibowo (2007:312) “antara kepuasan
dan ketidakhadiran/kemangkiran menunjukkan korelasi negatif”.
Sebagai contoh perusahaan memberikan cuti sakit atau cuti kerja
dengan bebas tanpa sanksi atau denda termasuk kepada pekerja yang
sangat puas.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kepuasan kerja adalah sikap emosional yang menyenangkan dan
mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja,
kedisiplinan dan prestasi kerja. Karyawan yang lebih suka menikmati
kepuasan kerja dalam pekerjaan akan lebih mengutamakan pekerjaannya
daripada balas jasa walaupun balas jasa itu penting. Tolak ukur tingkat
kepuasan yang mutlak tidak ada karena setiap individu karyawan berbeda
kepuasannya. Kepuasan kerja hanya diukur dengan kedisiplinan, moral
kerja dan turnover kecil maka secara relatif kepuasan kerja karyawan
baik.
9
DAFTAR PUSTAKA
10