PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Praktikum
1. Mahasiswa dapat memahami dasar teori seismik bias.
2. Mahasiswa dapat melakukan pekerjaan seismik refraksi yang meliputi
3. pengambilan data, pengolahan data dan interpretasi.
4. Mahasiswa dapat menerapkan metode seismik refraksi untuk menghitung
ketebalan overburden.
2
BAB II
DASAR TEORI
3
AA” hAcosi A’A”
= + ……………………………….. (5)
v1 v1 v2
2hpcosi
TAP + TBP = + TAB …………………………………. (10)
v1
v1
4
hp = (TAP +TBP-TAB) ............................................ (11)
2 cosi
P dx
A’P’ = ∫ ……………………………………………….. (14)
A
cos w
Pada dasarnya harga w tidak terlalu besar, sehingga dapat diambil pendekatan
cos w = 1. Oleh karena itu, A’P’ = x merupakan pendekatan yang sangat
dimungkinkan. Maka persamaan (13) dapat ditulis sebagai berikut :
hA cos ic x
T’AP = + ………………………………………...... (15)
V1 v2
Pada persamaan (15) T’AP adalah linear terhadap x, jika diambil x sebagai
absis dan T’AP sebagai ordinat dan diplot titik-titk yang bersesuaian (lingkaran
hitam). Garis lurus tersebut merupakan suatu sort (bentuk baru yang lebih pendek)
dan traveltime curve yang dikandung oleh titik-titik yang berhubungan, seperti yang
5
ditunjukkan pada gambar 2. Nilai T’AP dengan mudah dihitung dari persamaan 12,
dan kecepatan v2 pada lapisan bawah diperoleh dari kemiringan (slope) garis lurus,
yaitu dengan mendefferensial persamaan 15 terhadap x :
d 1
(T’AP) = ……………………………………. (16)
dx v2
TAP yang diperoleh pada persamaan (12) merupakan suatu besaran yang
menunjukkan kecepatan pada lapisan bawah, yang disebut velocity-traveltime.
Dengan cara yang sama dapat diperoleh :
(TAP + TBP – TAB)
T’BP = TBP - …………………………………….. (17)
2
6
v1
Dengan hA dan hB adalah kedalaman pada titik A dan titik B, dengan kata lain,
seperti dimana perpotongan kurva T’AP dengan ordinat pada titik A mengindikasikan
τ’A dan perpotongan kurva T’BP dengan ordinat pada titik B mengindikasikan τ’B.
Dengan demikian didapat :
v1 τ’A
hA = ……………………………………………………..... (22)
cos i
v1 τ’B
hB = ……………………………………………………..... (22)
cos i
Dengan prosedur tersebut diatas , kedalaman setiap titik penembakan dan titik
penerima dihitung. Yang perlu dicatat bahwa TAP, TBP, TAB pada persamaan (11)
untuk dihitung kedalaman pada titik penerimaan harus merupakan waktu tempuh
gelombang bias dari permukaan lapisan bawah. Namun demikian, jika waktu tempuh
pada titik dekat titik tembak bukan dari gelombang bias, tetapi dari gelombang
langsung, maka kedalaman hp pada titik penerima tidak dapat ditentukan dengan
persamaan (11).
Pada kasus ini, derngan menuliskan kembali persamaan (12) dan (17),
TAP + TBP – TAB
= TAP – T’AP = TBP – T’BP ……………………. (24)
2
Sehingga dari persamaan (11) dan (24) diperoleh,
v1
hp = (TAP – T’AP) ………………………………………... (25)
cos i
v1
hp = (TBP – T’BP) ………………………………………... (26)
cos i
7
Harga dari TAP dan T’BP yang berhubunagn dengan TAP dan TBP dapat dibaca
dari ekstensi (memperpanjang) kurva TAP dan T’BP. Jadi harga kedalaman hp dapat
dihitung dari persamaan (25) dan (26).
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
8
Hammer atau palu sebagai sumber gelombang
Plate/piringan sebagai sumber gelombang
Geophone
Baterai
Kabel – kabel coaxial untuk penghubung datri geophone ke Seismograf
9
8. Pindahkan geophone pada titik yang telah ditentukan sesuai dengan
rencana.
9. Sebelum dibuat sumber gelombang baru, tekan tombol “RESET”
supaya gelombang yang terekam pada titik sebelumnya hilang.
10. Lakukan langkah 5 sampai 9 sampai titik terakhir dilintasan tersebut .
11. Lakukan pengukuran balik, artinya pada titik terakhir dilintasan
tersebut diletakkan piringan .
12. Lakukan langkah 2 sampai 10.
10
BAB IV
PENGOLAHAN DATA
Tabel 4.1
10
Hasil Perhitungan
11
4.2 Hasil Pengolahan Data
4.2.1 Secara Manual (Langkah Kerja)
1) Data hasil penelitian (berupa waktu datang gelombang seismik) dimasukkan
dalam kolom (a) untuk Up dip (TAP) dan b untuk down dip(TBP).
2) Kolom © merupakan hasil penjumlahan kolom (a) dan kolom (b) atau sama
dengan TAP + TBP
3) Kolom (d) diisi dengan hasil pengurangan kolom © dengan waktu
gelombang seismic dari titik tembak ke titik terjauh (TAB).(TAP + TBP) - TAB.
4) Kolom (e) diisi dengan hasil kolom (d) yang terbagi 2. (T AP + TBP - TAB)/2
untuk gelombang bias. Sedangkan untuk gelombang langsung kolom (e)
diisikan dari hasil TAP – T’AP atau TBP – T’BP.
5) Untuk mendapatkan harga T’AP, maka kolom (f) diisikan dengan
mengurangkan kolom (a) dengan kolom (e). Hal ini berlaku untuk
gelombang bias.Dan untuk gelombang langsung harga T’AP merupakan nilai
dari perpanjangan garis lurus yang didapat dari grafik T’ AP (gelombang bias
vs x).
6) Kolom (h) merupakan kedalaman tiap-tiap titik geophone yang merupakan
hasil kolom (e) dengan kecepatan rambat gelombang pada lapisan pertama
yang dibagi dengan kosinus sudut kritis (untuk gelombang bias) dan pada
gelombang langsung hp = [(TAP + TBP - TAB)/2] x (v/co sic).
7) Pembuatan grafik dengan memasukkan nilai Tap dan Tbp serta jarak.
8) Pembuatan grafik kedalaman dengan jarak.
11
3) Kolom (d) diisi dengan hasil pengurangan kolom © dengan waktu
gelombang seismic dari titik tembak ke titik terjauh (TAB).(TAP + TBP) - TAB.
4) Kolom (e) diisi dengan hasil kolom (d) yang terbagi 2. (T AP + TBP - TAB)/2
untuk gelombang bias. Sedangkan untuk gelombang langsung kolom (e)
diisikan dari hasil TAP – T’AP atau TBP – T’BP.
5) Untuk mendapatkan harga T’AP, maka kolom (f) diisikan dengan
mengurangkan kolom (a) dengan kolom (e). Hal ini berlaku untuk
gelombang bias.Dan untuk gelombang langsung harga T’AP merupakan nilai
dari perpanjangan garis lurus yang didapat dari grafik T’ AP (gelombang bias
vs x).
6) Kolom (h) merupakan kedalaman tiap-tiap titik geophone yang merupakan
hasil kolom (e) dengan kecepatan rambat gelombang pada lapisan pertama
yang dibagi dengan kosinus sudut kritis (untuk gelombang bias) dan pada
gelombang langsung hp = [(TAP + TBP - TAB)/2] x (v/co sic).
7) Pembuatan grafik dengan memasukkan nilai Tap dan Tbp serta jarak.
8) Pembuatan grafik kedalaman dengan jarak.
12
BAB V
INTERPRETASI DATA
Tabel 5.1
Hasil Perhitungan
13
Grafik 5.1
Hubungan T vs X pada lintasan (0-30)
14
Grafik 5.2
Penampang bawah tanah pada lintasan (0-30)
15
y1=m1x+c1 y3=m3x+c3
x y x.y x2 x y x.y x2
0 0 0 0 22 21.5 473 484
2 5 10 4 24 16.5 396 576
4 10 40 16 26 11 286 676
6 15.2 91.2 36 28 5.5 154 784
8 20 160 64 30 0 0 900
∑=
50.2 301.2 120 ∑= 130 54.5 1309 3420
20
y2=m2x+c2 y4=m4x+c4
2
x y x.y x x y x.y x2
8 20 160 64 0 52 0 0
10 23 230 100 2 49 98 4
12 26 312 144 4 46.5 186 16
14 28.8 403.2 196 6 43.5 261 36
16 31.8 508.8 256 8 41 328 64
18 34.2 615.6 324 10 38 380 100
20 37.2 744 400 12 35 420 144
22 40.2 844.4 484 14 32.5 455 196
24 43.2 1036.8 576 16 30 480 256
26 46 1196 676 18 27 486 324
28 49 1372 784 20 24 480 400
30 52 1560 900 22 21.5 473 484
∑= 228 431.4 9022.8 4904 ∑= 132 440 4047 2024
16
y1= m1x+c1 m1 = (n.∑xy)-(∑x.∑y) / (n.∑x2)-(∑x)2
= (5x293)-(980) / (5x120)-(400)
= 2,425
c1 = (∑y/n) – m1(∑x/n)
= (49/5) – 2,425(20/5)
= 0,1
17
Perhitungan Data Seismik dengan Metode Hagiwara
Line 2
V2 = 1 / m2
= 1 / 0,0015305
= 653,3812 m/s
Jad jenis batuannya adalah : Alluvium, Sand (dry)
18
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan data V1 dan V2 pada data Tap, dapat disimpulkan atau diinterpretasikan
yaitu :
1. Lapisan pertama berupa Alluvium, Sand (dry )
2. Lapisan kedua berupa Alluvium, Sand (dry )
6.2 Saran
1. Alat-alat yang layak pakai sangat diharapkan praktikan guna menunjang aktivitas
belajar dan kegiatan praktikum itu sendiri.
2. Perbedaan pandangan antar asisten sering kali terjadi. Untuk itu perlu adanya
koordinasi sehingga tidak membuat dampak buruk bagi praktikan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Winda, Ir, MT, dkk. 2008. “Buku Panduan Praktikum Geofisika Tambang”.
Laboratorium Geofisika, Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral,
UPN “Veteran” Yogyakarta.
20
LAMPIRAN
21