Anda di halaman 1dari 43

ENERGI TERBARUKAN

Dosen : Dr. Herti Utami, S.T., M.T.


ENERGI BIOMASSA
• Biodiesel adalah padanan solar atau minyak
diesel.
• Bioetanol diproduksi dari bahan
berkarbohidrat, terutama yang bergula
dan/atau berpati, sedangkan biodiesel
diproduksi dari minyak-lemak nabati.
• Gasifikasi dan Biogas
• Energy final ≡ bentuk final energi ≡ bentuk energi yang
mencapai/diterima konsumen akhir.
• Macam energi final :
 bahan bakar
(minyak tanah, bensin, solar, elpiji, dll);
 listrik;
 kalor (heat) hanya dimanfaatkan/ditransaksikan di
lokasi pembangkitan.
• Bahan bakar hayati/nabati (biofuels) adalah salah satu
bentuk final bioenergi (≡ energi yang
diperoleh/dibangkitkan/berasal dari biomassa).
• Biomassa ≡ bahan2 organik berumur relatif muda dan
berasal dari tumbuhan/hewan; produk, sisa panen & limbah
industri budidaya (pertani-an, perkebunan, kehutanan,
peternakan, perikanan).
• 2 bentuk final lain dari bioenergi :
 listrik hayati (biomass-based electricity);
 kalor dendrotermal (untuk pengeringan, dll)
Fungsi penting/kritikal sumber daya biomassa
• Di antara semua sumber energi terbarukan, hanya
biomassa yang relatif langsung bisa dikonversi
menjadi bahan bakar (untuk mensubstitusi BBM) !
• Di antara semua energi final, bahan bakar cair
memiliki manfaat ekonomi paling tinggi, karena nilai
energi per satuan volumenya besar, mudah ditangani,
dikirim dan dibawa dlm kendaraan. ⇒ berperan
dominan dalam sektor transportasi !.
• Biodiesel dan bioetanol adalah 2 bahan bakar cair
hayati (liquid biofuels) paling penting dewasa ini !.
• Bahan mentah pembuatan biodiesel dan bioetanol
banyak terdapat di dalam negeri; teknologi pembuatan
dan penggunaannya relatif mudah dikuasai bangsa kita
sendiri ! 4
Penghapusan subsidi harga BBM dan kenaikan besar harga minyak
bumi akhir-akhir ini telah menyulut kesadaran bahwa bahan bakar
hayati memang dibutuhkan

BBM BBH pensubstitusi/pengganti


Solar (minyak diesel) Biodiesel
Bensin Bioetanol
- Biogas
Minyak tanah
- Biokerosin¶
- Minyak-lemak nabati
- Biogas
Minyak bakar
- Lignoselulosa (kayu, bagas,
jerami, dll)
¶ Minyak (hidrokarbon) asal tumbuhan yang berkarakteristik pembakaran/
penyalaan mirip dengan minyak tanah. 5
Biodiesel
• Biodiesel ini nama lain dari fatty acid methyl ester
(FAME) yang berasal dari minyak nabati yang dapat
diperbaharui dan mudah diperoleh.
• Keunggulan biodiesel ini antara lain lebih ramah
lingkungan karena bersifat biodegradable
• emisi polutan hidrokarbon yang tidak terbakar hasil
pembakaran lebih rendah daripada solar dan memiliki
angka cetane yang lebih tinggi daripada solar.
• Angka cetane ini menunjukkan seberapa cepat bahan
bakar mesin diesel yang diinjeksikan ke ruang bakar
bisa terbakar secara spontan setelah bercampur
dengan udara. Bahan bakar dengan angka cetane yang
tinggi akan semakin baik.

6
• Cetane number (CN) atau angka setana
merupakan ukuran untuk menunjukkan kualitas
bahan bakar diesel, atau ignition quality atau
kualitas pembakaran
• Sebenarnya angka jumlah C16 di dalam bahan
tersebut, kandungan C16 semakin banyak maka
solar akan mudah terbakar
• Kandungan hidrokarbon dalam solar C14-C21
• Spesifikasi bahan bakar diesel yang dipasarkan di
Indonesia ada 2 jenis, yaitu cetane number 48
dan cetane number 51
• Bio solar B20 cetane number di atas 50, solar
murni 48
• BBN atau bahan bakar nabati yang hasil reaksi
FAME masih mengandung oksigen. Namun
ada yang dari hidrodioksigenasi, yaitu
penghilangan oksigen dari minyak yang ini
cetane numbernya lebih tinggi
• Bahan bakar mesin diesel yang berupa ester
metil/etil asam-asam lemak
• Dibuat dari minyak-lemak mulus (≡ minyak
goreng) dengan proses metanolisis/etanolisis.
• Atau dari asam lemak bebas (≡ produk
samping pemulusan minyak-lemak) via proses
esterifikasi dgn metanol/etanol.
• Kompatibel dengan solar, berdaya lumas lebih
baik.
• Berkadar belerang hampir nihil,umumnya < 15
ppm.
• BXX = camp. XX %-vol biodiesel dengan (100 –
XX) %-vol solar. Contoh : B5, B20, B100.
• Sudah efektif memperbaiki kualitas emisi
kendaraan diesel pada level B2 !.
Mengapa Indonesia Memerlukannya ?.
• Seiring dengan kian langkanya minyak bumi, harga Bahan
Bakar Minyak (BBM) makin tinggi.
• Indonesia sudah mengimpor ≈ milyaran liter/tahun solar
 Keterjaminan penyediaan solar di dalam negeri kian rawan.
• Negara ini kaya dengan sumber bahan mentah biodiesel :
 salah satu penghasil minyak sawit dan kelapa terbesar di
dunia (2 tumbuhan minyak paling produktif).
 memiliki puluhan tumbuhan penghasil minyak-lemak yang
belum termanfaatkan dengan baik (paling potensial : jarak
pagar, kapok/randu, malapari).
• Negara tropik kita ini juga berkawasan darat relatif amat luas.
• Teknologi produksi biodiesel relatif tak rumit. Perangkat lunak
dan kerasnya mudah dikembangkan & dikuasai bangsa kita
 Biodiesel dapat menjadi pensubstitusi unggul bagi solar !
10
Produktifitas berbagai sumber minyak-lemak nabati
Nama Indon Nama Inggris Nama Latin kg-/ha/thn
Sawit Oil palm Elaeis guineensis 5000
Kelapa Coconut Cocos nucifera 2260
Alpokat Avocado Persea americana 2217
K. Brazil Brazil nut Bertholletia excelsa 2010
K. Makadam Macadamia nut Macadamia ternif. 1887
Jarak pagar Physic nut Jatropha curcas 1590
Jojoba Jojoba Simmondsia califor. 1528
K. pekan Pecan nut Carya pecan 1505
Jarak kaliki Castor Ricinus communis 1188
Zaitun Olive Olea europea 1019
Kanola Rapeseed Brassica napus 1000
Opium Poppy Papaver somniferum 978
11
Tumbuhan sumber potensial minyak-lemak utk biodiesel
Nama Nama Latin Sumber Kadar, %-b kr P / NP
Sawit Elais guineensis Sabut + Dg buah 45-70 + 46-54 P
Kelapa Cocos nucifera Daging buah 60 – 70 P
Jarak pagar Jatropha curcas Inti biji 40 – 60 NP
Kacang suuk Arachis hypogea Biji 35 – 55 P
Kapok/randu Ceiba pentandra Biji 24 – 40 NP
Kecipir Psophocarpus tetrag. Biji 15 – 20 P
Kelor Moringa oleifera Biji 30 – 49 P
Karet Hevea brasiliensis Biji 40 – 50 NP
Kemiri Aleurites moluccana Inti biji (kernel) 57 – 69 NP
Malapari Pongamia pinnata Biji 27 – 39 NP
Kusambi Sleichera trijuga Daging biji 55 – 70 NP
Nyamplung Callophyllum inophyllum Inti biji 40 – 73 NP
Saga utan Adenanthera pavonina Inti biji 14 – 28 P
kr ≡ kering; P ≡ minyak/lemak Pangan (edible fat/oil), NP ≡ minyak/lemak Non-
Pangan (nonedible fat/oil 12
Tumbuhan Indonesia penghasil minyak-lemak (1)
Nama Nama Latin Sumber Kadar, %-b kr P / NP
Sawit Elais guineensis Sabut + Dg buah 45-70 + 46-54 P
Kelapa Cocos nucifera Daging buah 60 – 70 P
Jarak pagar Jatropha curcas Inti biji 40 – 60 NP
Kacang suuk Arachis hypogea Biji 35 – 55 P
Kapok/randu Ceiba pentandra Biji 24 – 40 NP
Kecipir Psophocarpus tetrag. Biji 15 – 20 P
Kelor Moringa oleifera Biji 30 – 49 P
Karet Hevea brasiliensis Biji 40 – 50 NP
Kemiri Aleurites moluccana Inti biji (kernel) 57 – 69 NP
Malapari Pongamia pinnata Biji 27 – 39 NP
Kusambi Sleichera trijuga Daging biji 55 – 70 NP
Nyamplung Callophyllum inophyllum Inti biji 40 – 73 NP
Saga utan Adenanthera pavonina Inti biji 14 – 28 P
13
Tumbuhan Indonesia penghasil minyak-lemak (2)

Nama Nama Latin Sumber Kadar, %-b kr P / NP


Nimba Azadirachta indica Inti biji 40 – 50 NP
Akar kepayang Hodgsonia macrocarpa Biji ≈ 65 P
Alpukat Persea gratissima Dg buah 40 – 80 P
Cokelat Theobroma cacao Biji 54 – 58 P
Gatep pait Samadera indica Biji ≈ 35 NP
Kepoh Sterculia foetida Inti biji 45 – 55 NP
Ketiau Madhuca mottleyana Inti biji 50 – 57 P
Randu alas/agung Bombax malabaricum Biji 18 – 26 NP
Seminai Madhuca utilis Inti biji 50 – 57 P
Siur (-siur) Xanthophyllum lanceatum Biji 35 – 40 P
Tengkawang tungkul Shorea stenoptera Inti biji 45 – 70 P
Tengk. terindak Isoptera borneensis Inti biji 45 – 70 P
Wijen Sesamum orientale Biji 45 – 55 P
14
Tumbuhan Indonesia penghasil minyak-lemak (3)
Nama Nama Latin Sumber Kadar, %-b kr P / NP
Bidaro Ximenia americana Inti biji 49 – 61 NP
Bintaro Cerbera manghas/odollam Biji 43 – 64 NP
Bulangan Gmelina asiatica Biji ? NP
Cerakin/Kroton Croton tiglium Inti biji 50 – 60 NP
Kampis Hernandia peltata Biji ? NP
Kemiri cina Aleurites trisperma Inti biji ? NP
Labu merah Cucurbita moschata Biji 35 – 38 P
Mayang batu Madhuca cuneata Inti biji 45 – 55 P
Nagasari (gede) Mesua ferrea Biji 35 – 50 NP
Pepaya Carica papaya Biji 20 – 25 P
Pulasan Nephelium mutabile Inti biji 62 – 72 P
Rambutan Nephelium lappaceum Inti biji 37 – 43 P
Sirsak Annona muricata Inti biji 20 – 30 NP
15
Tumbuhan Indonesia penghasil minyak-lemak (4)
Nama Nama Latin Sumber Kadar, %-b kr P / NP
Srikaya Annona squamosa Biji 15 – 20 NP
Kenaf Hibiscus cannabinus Biji 18 – 20 NP
Kopi arab (Okra) Hibiscus esculentus Biji 16 – 22 NP
Rosela Hibiscus sabdariffa Biji ≈ 17 NP
Kayu manis Cinnamomum burmanni Biji ≈ 30 P
Padi Oryza sativa Dedak ≈ 20 P
Jagung Zea Mays Germ ≈ 33 P
Tangkalak Litsea sebifera Biji ≈ 35 P
? Taractogenos kurzii Inti biji 48 – 55 NP
Kursani Vernonia anthelmintica Biji ≈ 19 NP

kr ≡ kering; P ≡ minyak/lemak Pangan (edible fat/oil), NP ≡ minyak/lemak


Non-Pangan (nonedible fat/oil).
 Hanya beberapa dari puluhan tumbuhan ini (mis. : sawit, kelapa, kacang
suuk) sudah termanfaatkan sebagai sumber komersial minyak/lemak !.
16
• Minyak-lemak mentah (crude vegetable oil) tidak boleh/bisa
dijadikan bahan bakar compression-ignition (CI) engine, karena
umumnya berkadar fosfor tinggi (→ kerak atau deposit) dan
mengandung asam lemak bebas (korosif).

• Straight vegetable oil (SVO) = Pure Plant oil (PPO) ≠ crude


vegetable oil (CVO); SVO atau PPO sudah dibersihkan dari
fosfor dan asam lemak bebas (= Degummed, Deacidified Oil).

• Untuk dapat berbahan bakar SVO atau PPO murni, motor diesel
harus dimodifikasi (→ Elsbett engine).
• SVO/PPO dapat dijadikan pencampur solar, tapi kemungkinan
hanya sampai 20 %-volume (harus lewat pengujian ekstensif )

17
Bahan mentah utama/tulang-punggung ?
• Mestinya adalah minyak-lemak non-pangan : jarak
pagar, kapok/randu, malapari, nimba, nyamplung, dll.
• Yang paling potensial, jarak pagar (Jatropha curcas);
produktif, bisa di lahan kering.
• Pada kondisi normal, minyak-lemak pangan (sawit,
kelapa, kacang, dll.) tak akan bisa bersaing, karena
harga minyak-lemak mentahnya lebih ditentukan oleh
permintaan dari sektor pangan (harga tinggi, karena
pangan ≡ kebutuhan paling vital).
• Tetapi industri biodiesel dapat menjadi pendukung
keuletan daya saing industri minyak pangan nasional,
menampung surplus minyak-lemak pangan di kala
pasokan melonjak tinggi di atas permintaan.
18
Mengapa perlu transesterifikasi (atau konversi ke
biodiesel [ester metil/etil] )?.

• Minyak-lemak umumnya berberat molekul rata-rata


besar (> 600, mudah merengkah), berviskositas tinggi
(30 – 50 cSt, sulit dipompa) dan berangka setan
rendah (< 45).
• Solar berviskositas 2 – 6 cSt (mm2/s) dan berangka
setan > 45 (48); komponen-komponennya berberat
molekul < 300.
• Ester metil/etil asam-asam lemak (komponen
biodiesel) umumnya berviskositas di daerah
viskositas solar, berangka setan > 45 dan berberat
molekul rata-rata < 300.

19
• Industri biodiesel berbasis IPTEK ≡ minimal mampu mencampur-
campur aneka minyak-lemak (bahan mentah) guna menghasilkan
biodiesel yang tepat memenuhi persyaratan standar kualitas/mutu.
 Jadi akan juga mampu menampung minyak-lemak yang diperah/
diekstraksi dari biji-biji limbah industri makanan-minuman
maupun biji-biji pohon penghias atau peneduh. Produksi minyak-
lemaknya bisa menjadi lahan bisnis Usaha Kecil Menengah !.
20
Manfaat Pemasukan Biodiesel ke dalam
Liquid Fuel Mix di Indonesia
 Mengurangi impor ADO (Automotive Diesel Oil).
 Menguatkan security of supply bahan bakar diesel.
 Memperbesar basis sumber daya bahan bakar cair.
 Mempertangguh struktur dan keuletan (resiliency) daya saing
industri sawit dan kelapa dalam negeri.
 Meningkatkan kesempatan kerja.
 Mengurangi ketimpangan pendapatan antar individu dan antar
daerah.
 Meningkatkan kemampuan nasional dalam teknologi pertanian
dan industri.
 Meningkatkan kemampuan dan volume produksi barang modal.
 Memupuk komoditi ekspor baru.
 Mengurangi kecenderungan pemanasan global dan pencemaran
udara (bahan bakar ramah lingkungan). 21
Kebutuhan lahan untuk menghasilkan 1 liter
biodiesel ?
• Sangat bergantung pada produktifitas tanaman minyak !
• Untuk jarak pagar (belum ada budidaya dan riset
ekstensif), 4 ton biji per hektar (sesudah tahun ke-4), 0,3
m3 minyak mentah per ton biji, 0,95 liter biodiesel per
liter minyak mentah.  ≈ 0,9 hektar/m3-biodiesel !.
• Untuk sawit (sudah ada budidaya dan riset ekstensif), 15
– 20 ton TBS (tandan buah segar) per hektar (mulai
tahun ke-4), 0,20 – 0,22 m3 minyak mentah, 0,95 liter
biodiesel per liter CPO.
 ≈ 0,3 hektar/m3-biodiesel (3 m2/liter-biodiesel) !

22
Proses Produksi Biodiesel
• Proses pembuatan biodiesel ini memerlukan 3 tahapan
proses yaitu tahap persiapan (pretreatment), tahap
reaksi transesterifikasi, dan tahap pemurnian
• Dalam tahap persiapan perlu dilakukan tergantung dari
kualitas bahan baku.
• Proses degumming perlu dilakukan untuk
pretreatment pada pemurnian minyak. Minyak kasar
biasanya masih mengandung kotoran-kotoran
(misalnya fosfatida, wax, pengotor lainnya) baik yang
tidak larut maupun yang larut dalam minyak.
• Sedangkan pada tahapan reaksi, jika
transesterifikasi, minyak ini direaksikan
dengan alkohol berupa metanol atau etanol,
karena itu disebut dengan metanolisis atau
etanolisis.
• Reaksi tersebut sangat lambat sehingga perlu
katalis yang berupa asam, basa atau enzim.
Katalis basa adalah katalis yang paling baik
sehingga banyak menggunakan katalis ini
seperti natrium hidroksida, kalium hidroksida,
natrium metilat dan kalium metilat.
• Komposisi yang terdapat dalam minyak nabati terdiri
dari trigliserida-trigliserida asam lemak (mempunyai
kandungan terbanyak dalam minyak nabati, mencapai
sekitar 95%), asam lemak bebas, mono dan digliserida,
serta beberapa komponen-komponen lain seperti
fosfogliserida, vitamin, mineral, dan sulfur.
• Bahan-bahan mentah untuk pembuatan biodiesel
adalah trigliserida, dan asam-asam lemak
• Trigliserida adalah triester dari gliserol dengan asam-
asam lemak, yaitu asam-asam karboksilat beratom
karbon 6 – 30.
• Trigliserida banyak dikandung dalam minyak dan
lemak, merupakan komponen terbesar penyusun
minyak nabati. Selain trigliserida, terdapat juga
monogliserida dan digliserida.
• Ketika konsentrasi asam lemak bebas dalam minyak tinggi, seperti dalam
CPO, esterifikasi simultan dan reaksi transesterifikasi melalui katalis asam
dapat berpotensi untuk mendapatkan konversi biodiesel yang hampir
sempurna
• Pembuatan biodiesel dilakukan dengan dua tahap untuk bahan yang
mengandung asam lemak bebas (free fatty acid/FFA) tinggi, yaitu tahap
esterifikasi dan transesterifikasi.
• Bahan baku dengan kadar FFA tinggi (> 2%) seperti ini perlu diesterifikasi
terlebih dahulu untuk mengkonversi asam lemak bebas menjadi metil
ester.
• Esterifikasi adalah tahap konversi dari asam lemak bebas menjadi ester.
Esterifikasi mereaksikan minyak dan lemak dengan alkohol. Katalis-katalis
yang cocok adalah zat berkarakter asam kuat, seperti asam sulfat, asam
sulfonat organik atau resin penukar kation asam kuat merupakan katalis-
katalis yang biasa terpilih dalam praktek industrial
• Esterifikasi dilakukan untuk membuat biodiesel dari minyak berkadar
asam lemak bebas tinggi (berangka-asam ≥ 2 mg-KOH/g).
• Pada tahap ini, asam lemak bebas akan dirubah menjadi metil ester.
• Tahap esterifikasi dilanjutkan dengan tahap transesterfikasi.
• Akan tetapi sebelum produk esterifikasi diumpankan ke
tahap transesterifikasi, air dan bagian terbesar katalis
asam yang dikandungnya harus dihilangkan terlebih
dahulu.
• Kandungan air harus dihilangkan karena, reaksi
esterifikasi bersifat reversible, sehingga pembentukan
asam lemak bebas dapat terjadi dengan adanya air
• Transesterifikasi adalah tahap konversi dari trigliserida
menjadi alkil ester melalui reaksi dengan alkohol, dan
menghasilkan produk samping gliserol.
• Diantara alkohol-alkohol monohidrik yang menjadi
kandidat sumber/pemasok gugus alkil, metanol adalah
yang paling umum digunakan, karena harganya murah
dan reaktifitasnya paling tinggi (sehingga reaksi disebut
metanolisis).
• Jadi biodiesel ini adalah metil ester (alkohol
yang digunakan metanol) atau etil ester
(alkohol yang digunakan adalah etanol).
• Dalam tahap pemurnian, adalah pemisahan
hasil reaksi. Biodiesel dipisahkan dari gliserol,
sisa alkohol dan katalis.
• Selanjutnya dilakukan penetralan katalis basa
dengan asam, pencucian dan pemurnian hasil
ester (biodiesel) dari air.
SNI-04-7182-2006
Persyaratan Mutu Biodiesel di Indonesia

Parameter dan satuannya Batas nilai Metode Uji Metode setara


Massa jenis pada 40 oC, kg/m3 850 – 890 ASTM D 1298 ISO 3675
Viskos. kinem. pd 40 oC, mm2/s (cSt) 2,3 – 6,0 ASTM D 445 ISO 3104
Angka setana min. 51 ASTM D 613 ISO 5165
Titik nyala (mangkok tertutup), oC min. 100 ASTM D 93 ISO 2710
Titik kabut, oC maks. 18 ASTM D 2500 -
Korosi bilah tembaga (3 jam, 50 oC) maks. no. 3 ASTM D 130 ISO 2160
Residu karbon (%-b),
- dalam contoh asli maks. 0,05 ASTM D 4530 ISO 10370
- dalam 10 % ampas distilasi (maks. 0,3)
Air dan sedimen, %-vol. maks. 0,05 ASTM D 2709 -
Temperatur distilasi 90 %, oC maks. 360 ASTM D 1160 -
Abu tersulfatkan, %-b maks. 0,02 ASTM D 874 ISO 3987
31
SNI-04-7182-2006
Persyaratan Mutu Biodiesel di Indonesia
(lanjutan)
Parameter dan satuannya Batas nilai Metode Uji Metode setara
Belerang, ppm-b (mg/kg) maks. 100 ASTM D 5453 prEN ISO 20884
Fosfor, ppm-b (mg/kg) maks. 10 AOCS Ca 12-55 FBI-A05-03
Angka asam, mg-KOH/g maks. 0,8 AOCS Cd 3-63 FBI-A01-03
Gliserol bebas, %-b maks. 0,02 AOCS Ca 14-56 FBI-A02-03
Gliserol total, %-b maks. 0,24 AOCS Ca 14-56 FBI-A02-03
Kadar ester alkil, %-b min. 96,5 dihitung FBI-A03-03
Angka iodium, %-b (g-I2/100 g) maks. 115 AOCS Cd 1-25 FBI-A04-03
Uji Halphen negatif AOCS Cb 1-25 FBI-A06-03

SNI-04-7182-2006 disusun dengan mengacu pada Standar-Standar Syarat Mutu Biodiesel


Di A.S., Eropa, dan Australia serta memperhatikan kondisi Indonesia .
Contoh : Persyaratan Uji Halphen hanya pada pada SNI-04-7182-2006, karena ada
beberapa sumber daya khas Indonesia yang masih harus diteliti cermat.
32
Tantangan-tantangan :
• Teknologi domestik untuk memproduksi biodiesel
sampai sekarang baru terbukti pada kapasitas-
kapasitas kecil. Untuk mampu berkompetisi dengan
teknologi luar negeri, perlu dibuktikan dengan
kapasitas yang besar
• Bahan-bahan mentah yang paling tersedia : minyak-
minyak sawit, kelapa, dan inti sawit. Tetapi,
ketiganya minyak pangan (tidak kompetitif jika
permintaan dari sektor pangan sedang tinggi).
• Bahan-bahan mentah non-pangan paling potensial :
minyak2 jarak-pagar, kapok, dan malapari.

33
• Dibutuhkan upaya kreatif untuk mengeksploitasi
(hampir) semua sumber daya minyak nabati agar bisa
dicampurkan dengan bahan-bahan mentah utama
seperti minyak sawit, kelapa, dan jarak pagar.
Contoh : kebanyakan biji yang dibuang industri sari
buah (sirsak, jambu, pepaya, rambutan, dll)
mengandung cukup banyak minyak-lemak.
 Jika tantangan di atas dapat diatasi, industri biodiesel
dapat membantu pembangunan ekonomi semua
propinsi (pulau) di Indonesia.

34
Inovasi Proses Produksi Biodiesel

• Untuk mendapatkan proses yang paling


menguntungkan untuk produksi biodiesel perlu
dikembangkan inovasi proses teknologi dengan
melakukan berbagai kemungkinan.
• Tentunya hal ini memerlukan riset dan kajian dari
berbagai hal. Jika digunakan bahan baku tertentu
maka kontinyuitas dari bahan baku itu harus
diperhatikan.
• Dan dalam memproduksi suatu produk perlu
dilakukan evaluasi ekonomi yang menjadi dasar
untuk tahap pengembangan selanjutnya.
Metode Transesterifikasi In Situ
• Dalam proses produksi biodiesel, selama ini menggunakan metode
transesterifikasi konvensional.
• Pada metode ini, bahan baku lebih dahulu diambil minyaknya lalu minyak
tersebut daru dikonversi menjadi biodiesel.
• Namun untuk minyak non pangan, dengan asumsi bahwa minyak tersebut
memang diperuntukkan untuk bahan baku biodiesel, maka dapat
dilakukan metode transesterifikasi secara langsung (in situ), dari biji bahan
tersebut.
• Pada tahap ini proses ekstraksi (pengambilan minyak) dan proses reaksi
atau konversi minyak menjadi biodiesel dijadikan satu. Dengan harapan
penghilangan satu proses yaitu proses pengambilan minyak dihilangkan
maka produk biodiesel yang dihasilkan akan lebih murah.
• Teknik pembuatan biodiesel langsung dari (biji) sumber (yaitu
transesterifikasi ekstraktif atau in situ transesterification) perlu
dikembangkan untuk memanfaatkan sumber yang mengandung ≤ 30 %
minyak (termasuk bungkil perahan).
Proses Produksi Biodiesel Secara Kontinyu
dengan Distilasi Reaktif
• Proses produksi biodiesel masih banyak dilakukan secara batch. Ini
hanya akan menguntungkan jika untuk produksi skala kecil, namun
untuk skala besar akan lebih ekonomis jika proses dilakukan secara
kontinyu.
• Dan agar proses produksi biodiesel lebih efisien, perlu dilakukan
usaha untuk mengintegrasikan antara unit reaksi dan unit
pemisahan pada satu unit reaksi.
• Ini dapat dilakukan dengan menggunakan distilasi reaktif (reactive
distillation), merupakan alat yang mengkombinasikan antara
distilasi dan reaksi dalam satu unit kolom. Reaktan diubah menjadi
produk pada zona reaksi dan secara simultan dilakukan pemisahan
produk, serta pengembalian (recycle) sisa reaktan ke zona tersebut.
Dengan proses ini diharapkan akan lebih menguntungkan, karena
dua unit proses hanya menjadi satu proses saja, produk hasil bisa
lebih murni dan konversi lebih tinggi.
Unit produksi biodiesel (kelapa) 50 liter/batch.
38
Unit produksi biodiesel 150 liter/batch (900 – 1000 liter/hari) milik
Kelompok Riset Biodiesel ITB [di Lab. Pilot Teknik Kimia ITB]
39
Unit produksi biodiesel 1500 liter/batch (4500 – 5000 liter/hari)
sedang dibuat di sebuah bengkel fabrikator di Bandung
40
• Pembuatan biodiesel langsung dari ampas/bungkil
perahan minyak (ampas kelapa sisa pembuatan VCO/
santan, ampas kopra, bungkil jarak pagar, dll.) atau
bahan berkadar minyak ≤ 30 %-berat.
• Catatan : tepung ampas kelapa bisa masih mengandung
12 – 16 % minyak; bungkil perahan biji jarak pagar
bisa masih mengandung 10 – 15 % minyak.
• Bahan ‘digodok’ di dalam metanol (atau etanol)
berkatalis, minyak yang ada di dalam bahan terekstrak
keluar sudah dalam bentuk biodiesel mentah untuk
di’finishing’.
• Mereduksi biaya total produksi biodiesel dari bahan
berminyak.

41

Anda mungkin juga menyukai