Anda di halaman 1dari 17

1

2
3
BAB 1
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Al-Qur’an adalah kitab suci ummat Islam yang diwahyukan Allah kepada
Muhammad melalui perantaraan Malaikat Jibril. Secara harfiah Qur’an
berarti bacaan. Namun walau terdengar merujuk ke sebuah buku/kitab,
ummat Islam merujuk Al-Qur’an sendiri lebih pada kata-kata atau kalimat
di dalamnya, bukan pada bentuk fisiknya sebagai hasil cetakan.

Umat Islam percaya bahwa Al-Qur’an disampaikan kepada Muhammad


melalui malaikat Jibril. Penurunannya sendiri terjadi secara bertahap
antara tahun 610 hingga hingga wafatnya beliau 632 M. Walau Al-Qur’an
lebih banyak ditransfer melalui hafalan, namun sebagai tambahan banyak
pengikut Islam pada masa itu yang menuliskannya pada tulang, batu-batu
dan dedaunan. Umat Islam percaya bahwa Al-Qur’an yang ada saat ini
persis sama dengan yang disampaikan kepada Muhammad, kemudian
disampaikan lagi kepada pengikutnya, yang kemudian menghapalkan dan
menulis isi Al Qur’an tersebut. Secara umum para ulama menyepakati
bahwa versi Al-Qur’an yang ada saat ini, pertama kali dikompilasi pada
masa kekhalifahan Utsman bin Affan (khalifah Islam ke-3) yang berkisar
antara 650 hingga 656 M. Utsman bin Affan kemudian mengirimkan
duplikat dari versi kompilasi ini ke seluruh penjuru kekuasaan Islam pada
masa itu dan memerintahkan agar semua versi selain itu dimusnahkan
untuk keseragaman.

Al-Qur’an memiliki 114 surah , dan sejumlah 6.236 ayat (terdapat


perbedaan tergantung cara menghitung). Hampir semua Muslim
menghafal setidaknya beberapa bagian dari keseluruhan Al-Qur’an,
mereka yang menghafal keseluruhan Al-Qur’an dikenal sebagai hafiz
(jamak:huffaz). Pencapaian ini bukanlah sesuatu yang jarang, dipercayai
bahwa saat ini terdapat jutaan penghapal Al-Qur’an diseluruh dunia.

4
Di Indonesia ada lomba Musabaqah Tilawatil Qur’an yaitu lomba
membaca Al-Qur’an dengan tartil atau baik dan benar. Yang membacakan
disebut Qari (pria) atau Qariah (wanita).

Muslim juga percaya bahwa Al-Qur’an hanya berbahasa Arab. Hasil


terjemahan dari Al-Qur’an ke berbagai bahasa tidak merupakan Al-Qur’an
itu sendiri. Oleh karena itu terjemahan hanya memiliki kedudukan sebagai
komentar terhadap Al-Qur’an ataupun hasil usaha mencari makna Al-
Qur’an, tetapi bukan Al-Qur’an itu sendiri.
Hadits (bahasa Arab: ‫الحديث‬, ejaan KBBI: Hadis) adalah perkataan dan
perbuatan dari Nabi Muhammad. Hadits sebagai sumber hukum dalam
agama Islam memiliki kedudukan kedua pada tingkatan sumber hukum di
bawah Al-Qur’an. Hadits secara harfiah berarti perkataan atau percakapan.
Dalam terminologi Islam istilah hadits berarti melaporkan/ mencatat
sebuah pernyataan dan tingkah laku dari Nabi Muhammad. Namun pada
saat ini kata hadits mengalami perluasan makna, sehingga disinonimkan
dengan sunnah, maka bisa berarti segala perkataan (sabda), perbuatan,
ketetapan maupun persetujuan dari Nabi Muhammad SAW yang dijadikan
ketetapan ataupun hukum. Kata hadits itu sendiri adalah bukan kata
infinitif, maka kata tersebut adalah kata benda.

B. Rumusan Masaah
1. Apa yang di maksud Al-Qur’an ?
2. Apakah semua Ulama’ sepakat terhadap kehujjahan Al-Qur’an ?
3. Bagaimanakah itu Al-Qur’an menjelaskan Terhadap Hukum Dan
Alqur’an Sebagai Sumber Hukum ?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Supaya penulis dan pembaca dapat mengetahui
tentang Al-Qur’an.
2. Supaya penulis dan pembaca bisa mengetahui
terhadap argumin tentang Al-Qur’an sebagai sumber
yang Utama.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Al-Qur’an
Pengertian Al-Qur’an

Sebagaimana telah disinggung sebelum ini tentang sumber dalil dalam


hukum Islam, maka Al-Qur’an merupakan sumber utama dalam
pembinaan hukum Islam.
Secara Bahasa (Etimologi) Merupakan mashdar (kata benda) dari kata
kerja Qoro-‘a yang bermakna Talaa keduanya berarti: membaca, atau
bermakna Jama’a (mengumpulkan, mengoleksi).
Secara Syari’at (Terminologi) Adalah Kalam Allah ta’ala yang
diturunkan kepada Rasul dan penutup para Nabi-Nya, Muhammad
shallallaahu ‘alaihi wasallam, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri
dengan surat an-Naas.
َّ‫ك نننزحلنناَّ ننححنن إإننا‬
‫تنحنإزيل احلقنحرآْنن نعلنحي ن‬
Allah ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an
kepadamu (hai Muhammad) dengan berangsur-angsur.” (Al-Insaan:23)
َّ‫تنحعقإنلوُنن لننعلننكحم نعنربإييناَّ قنحرآْنناَّ أنحننزحلنناَّهن إإننا‬
Dan firman-Nya, “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an
dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.” (Yusuf:2)
Allah ta’ala telah menjaga Al-Qur’an yang agung ini dari upaya merubah,
menambah, mengurangi atau pun menggantikannya. Dia ta’ala telah
menjamin akan menjaganya sebagaimana dalam firman-Nya,
َّ‫ظوُنن لنهن نوإإنناَّ الذذحكنر نننزحلنناَّ نن ننحح إإننا‬
‫لننحاَّفإ ن‬
“Sesungguhnya Kami-lah yang menunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya
Kami benr-benar memeliharanya.” (Al-Hijr:9)
Al-Qur’an disampaikan kepada kita secara mutawatir, baik melalui tulisan
atau bacaan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dan terpelihara dari
perubahan dan pergantian . Sebagaimana telah disebutkan bahwa
sedikitpun tidak ada keraguan atas kebenaran dan kepastian isi Al-Qur’an
itu, dengan kata lain Al-Qur’an itu benar-benar datang dari Allah.
Oleh karena itu hukum-hukum yang terkandung di dalam Al-Qur’an
merupakan aturan-aturan yang wajib diikuti oleh manusia sepanjang masa.

6
Banyak ayat-ayat yang menerangkan bahwa Al-Qur’an itu benar-benar
datang dari Allah.
Dalam surah An Nisa ayat 10 yang artinya, “Sesungguhnya telah kami
turunkan kepada engkau (Muhammad) kitab Al-Qur’an dengan membawa
kebenaran”. Surah An Nahl ayat 89, “Dan telah kami turunkan kepada
engkau (Muhammad) kitab Al-Qur’an untuk menjelaskan segala sesuatu
dan ia merupakan petunjuk, rahmat serta pembawa kabar gembira bagi
orang-orang yang berserah diri”. Dan masih banyak lagi ayat-ayat Al-
Qur’an yang menerangkan bahwa Al-Qur’an itu benar-benar datang dari
Allah.
Al-Qur’an turun di dua tempat yaitu:

1. Di Mekkah atau yang disebut Ayat Makkiyah. Pada umumnya berisikan


soal-soal kepercayaan atau ketuhanan, mengatur hubungan manusia
dengan Tuhannya, ayat-ayatnya pendek dan ditujukan kepada seluruh
ummat. Banyaknya sekitar 2/3 seluruh ayat-ayat Al-Qur’an.

2. Di Madinah atau yang disebut Ayat Madaniyah. Ayat-ayatnya panjang,


berisikan peraturan yang mengatur hubungan sesama manusia mengenai
larangan, suruhan, anjuran, hukum-hukum dan syari’at-syari’at, akhlaq,
hal-hal mengenai keluarga, masyarakat, pemerintahan, perdagangan,
hubungan manusia dengan hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, air dan
sebagainya.

B. Mu’jizat Al-Qur’an

Al-Qur’an memiliki mu’jizat-mu’jizat yang membuktikan bahwa ia benar-


benar datang dari Allah SWT. Menurut Mana’ Qattan di dalam buku
Mabahits Fi Ulumil Qur’an menyebutkan bahwa Al-Qur’an memilki
mujizat pada 4 bidang yaitu:

1. Pada lafadz dan susunan kata. Pada zaman Rasulullah Syair sangat trend
pada saat itu maka Al-Qur’an turun dengan kata-kata dan susunan kalimat

7
yang maha puitis, sehingga Al-Qur’an memastikan bahwa tak ada
seorangpun yang dapat membuat satu surah sekalipun semisal Al-Qur’an.
Seperti yang termaktub dalam surah Al Isra ayat 88, Hud ayat 13-14,
Yunus ayat 38 dan Al Baqarah ayat 23.

2. Pada keterangannya, selain pada kata-katanya Al-Qur’an juga memiliki


mu’jizat pada artinya yang membuka segala hijab tentang hakikat
manusiawi.

3. Pada ilmu pengetahuan. Di dalam terdapat sangat banyak pengetahuan


baik hal yang zahir maupun yang gaib, baik masa sekarang maupun yang
akan datang.

4. Pada penetapan hukum. Peraturan yang ada di dalam Al-Qur’an bebas dari
kesalahan karena ia berasal dari Tuhan Yang Maha Tahu atas segala
ciptaanNya.
Fungsi dan Tujuan Al-Qur’an

Al-Qur’an pertama kali turun di Gua Hira surah Al Alaq ayat 1-5 dan
terakhir kali turun surah al Maidah ayat 3. Al-Qur’an terdiri dari 30 juz,
144 surah, 6.326 ayat, 324.345 huruf . Al-Qur’an berfungsi sebagai:

1. Sumber pokok dan utama dari segala sumber-sumber hukum yang ada. Hal
ini dilandasi oleh ayat Al-Qur’an di dalam surah An Nisa ayat 5.

2. Penuntun manusia dalam merumuskan semua hukum, agar tercipta


kemaslahatan dan keselamatan harus berpedoman dan berwawasan Al-
Qur’an.

3. Petunjuk yang diturunkan Allah SWT kepada umat manusia dengan penuh
rahmat kepada kebahagiaan umat manusia baik didunia maupun diakhirat
dan sebagai ilmu pengetahuan.

8
C. Pokok Ajaran Dalam Isi Kandungan Al-Qur’an

1. Akidah
Akidah adalah keyakinan atau kepercayaan. Akidah islam adalah
keyakinan atau kepercayaan yang diyakini kebenarannya dengan sepenuh
hati oleh setiap muslim.Dalam islam,akidah bukan hanya sebagai konsep
dasar yang ideal untuk diyakini dalam hati seorang muslim.Akan
tetapi,akidah tau kepercayaan yang diyakini dalam hati seorang muslim itu
harus mewujudkan dalam amal perbuatan dan tingkah laku sebagai
seorang yang beriman.

2. Ibadah dan Muamalah

Kandungan penting dalam Al-Qur’an adalah ibadah dean


muamallah.Menurut Al-Qur’an tujuan diciptakannya jin dan manusia
adalah agar mereka beribadah kepada Allah.Seperti yang dijelaskan dalam
(Q.S Az,zariyat 51:56)
Manusia selain sebagai makhluk pribadi juga sebagai makhluk
sosial.manusia memerlukan berbagai kegiatan dan hubungan alat
komunikasi .Komonikasi dengan Allah atau hablum minallah ,seperti
shalat,membayar zakat dan lainnya.Hubungan manusia dengan manusia
atau hablum minanas ,seperti silahturahmi,jual beli,transaksi dagang, dan
kegiatan kemasyarakatan. Kegiatan seperti itu disebut kegiatan
Muamallah,tata cara bermuamallah di jelaskan dalam surat Al-Baqarah
ayat 82.

3. Hukum
Secara garis besar Al-Qur’an mengatur beberapa ketentuan tentang hukum
seperti hukum perkawinan,hukum waris,hukum perjanjian,hukum
pidana,hukum musyawarah,hukum perang,hukum antar bangsa.

9
4. Akhlak
Dalam bahasa Indonesia akhlak dikenal dengan istilah moral .Akhlak,di
samping memiliki kedudukan penting bagi kehidupan manusia,juga
menjadi barometer kesuksesan seseorang dalam melaksanakan
tugasnya.Nabi Muhammad saw berhasil menjalankan tugasnya
menyampaikan risalah islamiyah,anhtara lain di sebabkan memiliki
komitmen yang tinggi terhadap ajhlak.ketinggian akhlak Beliau itu
dinyatakan Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Qalam ayat 4.

5. Kisah-kisah umat terdahulu

Kisah merupakan kandungan lain dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an menaruh


perhatian penting terhadap keberadaan kisah di dalamnya.Bahkan,di
dalamnya terdapat satu surat yang di namaksn al-Qasas.Bukti lain adalah
hampir semua surat dalam Al-Qur’an memuat tentang kisah. Kisah para
nabi dan umat terdahulu yang diterangkan dalam Al-Qur’an antara lain di
jelaskan dalam surat al-Furqan ayat 37-39.

6. Isyarat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi


Al-Qur’an banyak menghimbau manusia untuk mengali dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.Seperti dalam surat ar-
rad ayat 19 dan al zumar ayat 9.

Selain kedua surat tersebut masih banyak lagi dasar-dasar ilmu


pengetahuan dan teknologi seperti dalam kedokteran,farmasi,pertanian,dan
astronomi yang bermanfaat bagi kemjuan dan kesejahteraan umat manusia.

Keistimewaan Dan Keutamaan Al-qur’an :

1. Memberi pedoman dan petunjuk hidup lengkap beserta hukum-hukum


untuk kesejahteraan dan kebahagiaan manusia seluruh bangsa di mana pun
berada serta segala zaman / periode waktu.

2. Memiliki ayat-ayat yang mengagumkan sehingga pendengar ayat suci al-


qur’an dapat dipengaruhi jiwanya.

10
3. Memberi gambaran umum ilmu alam untuk merangsang perkembangan
berbagai ilmu.

4. Memiliki ayat-ayat yang menghormati akal pikiran sebagai dasar utama


untuk memahami hukum dunia manusia.

5. Menyamakan manusia tanpa pembagian strata, kelas, golongan, dan lain


sebagainya. Yang menentukan perbedaan manusia di mata Allah SWT
adalah taqwa.

6. Melepas kehinaan pada jiwa manusia agar terhindar dari penyembahan


terhadap makhluk serta menanamkan tauhid dalam jiwa.

D. Kehujjahan Al-Qur’an

Al-Qur’an dari segi penjelasannya ada 2 macam, Pertama muhkam yaitu


ayat-ayat yang teran artinya, jelas maksudnya dan tidak mengandung
keraguan atau pemahaman lain selain pemahaman yang terdapat pada
lafaznya.Kedua mutasyabih yaitu ayat yang tidak jelas artinya sehingga
terbuka kemungkinan adanya berbagai penafsiran dan pemahaman yang
disebabkan oleh adanya kata yang memiliki dua arti/maksud, atau karena
penggunaan nama-nama dan kiasan-kiasan.
Ibarat Al-Qur’an dalam menetapkan dan menjelaskan hukum yang berupa
perintah dan larangan ada beberapa model.

1. Suruhan, yang berarti keharusan untuk mengerjakan atau meninggalkan.


Keharusan seperti perintah shalat, Allah berfirman yang artinya,”Dan
dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat”. Larangan contohnya firman Allah
dalam surah Al An’am ayat 151 yang artinya,”Janganlah kamu membunuh
orang yang diharamkan Allah membunuhnya kecuali dengan hak”.

2. Janji baik dan buruk, pahala dan dosa serta pujian dan celaan.

3. Ibarat, contohnya seprti istri yang ditalak harus menjalankan masa iddah.

11
E. As-Sunnah(Al-Hadits)
Hadits merupakan segala tingkah laku Nabi Muhammad SAW baik berupa
perkataan, perbuatan, maupun ketetapan (taqrir). Hadits merupakan
sumber hukum Islam yang kedua setelah Al-Qur’an. Allah SWT telah
mewajibkan untuk menaati hukum-hukum dan perbuatan-perbuatan yang
disampaikan oleh nabi Muhammad SAW dalam haditsnya.

Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT:


Artinya: ” … Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia,
dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah, …” (QS Al Hasyr :
7).Perintah meneladani Rasulullah SAW ini disebabkan seluruh perilaku
Nabi Muhammad SAW mengandung nilai-nilai luhur dan merupakan
cerminan akhlak mulia. Apabila seseorang bisa meneladaninya maka akan
mulia pula sikap dan perbutannya. Hal tersebut dikarenakan Rasulullah
SAW memilki akhlak dan budi pekerti yang sangat mulia. Hadits sebagai
sumber hukum Islam yang kedua, juga dinyatakan oleh Rasulullah SAW:
‫ضللحوُا تنلنحن بإإهنماَّ نمنسحكتنحم تننماَّ انحمنرحيإن فإحينكحم تننرحك ن‬
‫ت‬ ‫نرنسحوُلإإه نسننةن نو اإ إكتناَّ ن‬
‫ب انبنندا إ‬
Artinya: “Aku tinggalkan dua perkara untukmu seklian, kalian tidak akan
sesat selama kalian berpegangan kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan
sunah Rasulnya”. (HR. Imam Malik)
Hadits merupakan sumber hukum Islam yang kedua memilki kedua fungsi
sebagai berikut.
Memperkuat hukum-hukum yang telah ditentukan oleh Al-Qur’an,
sehingga kedunya (Al-Qur’an dan Hadits) menjadi sumber hukum untuk
satu hal yang sama. Misalnya Allah SWT didalam Al-Qur’an menegaskan
untuk menjauhi perkataan dusta, sebagaimana ditetapkan dalam firmannya

Artinya: “…Jauhilah perbuatan dusta…” (QS Al Hajj : 30)


Ayat diatas juga diperkuat oleh hadits-hadits yang juga berisi larangan
berdusta.

1. Memberikan rincian dan penjelasan terhadap ayat-ayat Al Qur’an yang


masih bersifat umum. Misalnya, ayat Al-Qur’an yang memerintahkan
shalat, membayar zakat, dan menunaikan ibadah haji, semuanya bersifat
garis besar. Seperti tidak menjelaskan jumlah rakaat dan bagaimana cara

12
melaksanakan shalat, tidak merinci batas mulai wajib zakat, tidak
memarkan cara-cara melaksanakan haji. Rincian semua itu telah dijelaskan
oleh rasullah SAW dalam haditsnya. Contoh lain, dalam Al-Qur’an Allah
SWT mengharamkan bangkai, darah dan daging babi.

Firman Allah sebagai berikut: Artinya: “Diharamkan bagimu bangkai,


darah,dan daging babi…” (QS Al Maidah : 3) Dalam ayat tersebut,
bangkai itu haram dimakan, tetap tidak dikecualikan bangkai mana yang
boleh dimakan. Kemudian datanglah hadits menjelaskan bahwa ada
bangkai yang boleh dimakan, yakni bangkai ikan dan belalang. Sabda
Rasulullah SAW:

‫ ندنمللاَّإن نو نمحيتننتللاَّإن لنننللاَّ انإحنللل ح‬,َّ‫ احلنمحيتننتللاَّإن فناَّنمللا‬:‫ت‬


‫ت‬ ‫ نواحلنجللنراند احلنحللحوُ ن‬,َّ‫ الللندنماَّإن نواننمللا‬: ‫نوالطذنحللاَّإل فناَّحلنكإبللند‬
Artinya: “Dihalalkan bagi kita dua macam bangkai dan dua macam
darah. Adapun dua macam bangkai adalah ikan dan belalalng, sedangkan
dua macam darah adalah hati dan limpa…” (HR Ibnu Majjah)

2. Menetapkan hukum atau aturan-aturan yang tidak didapati dalam Al-


Qur’an. Misalnya, cara menyucikan bejana yang dijilat anjing, dengan
membasuhnya tujuh kali, salah satunya dicampur dengan tanah,
sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

‫ت نسللللحبنع ينحغإسللللنل انحن احلنكحللللل ن‬


‫ب فإحيللللإه نوإلللللنغ اإنذا اننحللللإدنكحم اإننللللاَّإء طننهللللحوُنر‬ ‫إبللللاَّللتنرا إ‬
‫ب انحولنإهللللنن نمللللنرا ت‬
Artinya: “Mennyucikan bejanamu yang dijilat anjing adlah dengan cara
membasuh sebanyak tujuh kali salah satunya dicampur dengan tanah”
(HR Muslim, Ahmad, Abu Daud, dan Baihaqi)

Hadits menurut sifatnya mempunyai klasifikasi sebagai berikut:

1. Hadits Shohih, adalah hadits yang diriwayatkan oleh Rawi yang adil,
sempurna ingatan, sanadnya bersambung, tidak ber illat, dan tidak janggal.
Illat hadits yang dimaksud adalah suatu penyakit yang samar-samar yang
dapat menodai keshohehan suatu hadits

13
2. Hadits Makbul, adalah hadits-hadits yang mempunyai sifat-sifat yang
dapat diterima sebagai Hujjah. Yang termasuk Hadits Makbul adalah
Hadits Shohih dan Hadits Hasan

3. Hadits Hasan, adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang adil, tapi
tidak begitu kuat ingatannya (hafalannya), bersambung sanadnya, dan
tidak terdapat illat dan kejanggalan pada matannya. Hadits Hasan
termasuk hadits yang makbul biasanya dibuat hujjah untuk sesuatu hal
yang tidak terlalu berat atau tidak terlalu penting

4. Hadits Dhoif, adalah hadits yang kehilangan satu syarat atau lebih syarat-
syarat hadits shohih atau hadits hasan. Hadits dhoif banyak macam
ragamnya dan mempunyai perbedaan derajat satu sama lain, disebabkan
banyak atau sedikitnya syarat-syarat hadits shohih atau hasan yang tidak
dipenuhi
Adapun syarat-syarat suatu hadits dikatakan hadits yang shohih, yaitu:
1. Rawinya bersifat adil
2. Sempurna ingatan
3. Sanadnya tidak terputus
4. Hadits itu tidak berilat, dan
5. Hadits itu tidak janggal

14
BAB III
PENUTUP

1.KESIMPULAN
Dalil secara etimologis dengan “sesuatu yang dapat memberi petunjuk
kepada apa yang dikehendaki”. Secara terminologis dalil hukum ialah
segala sesuatu yang dapat dijadikan alasan atau pijakan yang dapat
dipergunakan dalam usaha menemukan dan meneapkan hukum syara atas
dasar pertimbangan yang benar dan tepat. Akan tetapi, dalam
perkembangan perkembangan pemikiran ushul fikih yang terlihat dalam
kitab-kitab ushul fikih kontemporer, istilah sumber hukum dan dalil
hukum tidak dibedakan. Mereka menyatakan bahwa apa yang disebut
denagan dalil hukum adalah mencakup dalil-dalil lain yang dipergunakan
dalam istinbat hukum selain Al-Qur’an dan As-Sunnah Al-Qur’an
merupakan sumber utama dalam pembinaan hukum Islam. Al-Qur’an yang
berasal dari kata qara’a yang dapat diartikan dengan membaca, namun
yang dimaksud dengan Al-Qur’an dalam uraian ini ialah,”kalamullah yang
diturunkan berperantakan ruhul amin kepada Nabi Muhammad saw dalam
bahasa arab, agar menjadi hujjah bagi Rasul bahwa ia adalah utusan Allah
dan agar menjadi pelajaran bagi orang yang mengikuti petunjuknya.
Menjadi ibadah bagi siapa yang membacanya, ia ditulis di atas lembaran
mushaf, dimulai dengan surah Al Fatihah dan di akhiri dengan surah An
Naas. Yang disampaikan kepada kita secara mutawatir, baik melalui tulisan
atau bacaan dari satu generai ke generasi berikutnya. Dan terpelihara dari
perubahan dan pergantian.

15
Hadits merupakan segala tingkah laku Nabi Muhammad SAW baik berupa
perkataan, perbuatan, maupun ketetapan (taqrir). Hadits merupakan
sumber hukum Islam yang kedua setelah Al-Qur’an. Allah SWT telah
mewajibkan untuk menaati hukum-hukum dan perbuatan-perbuatan yang
disampaikan oleh nabi Muhammad SAW dalam haditsnya.

2. SARAN

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak


terdapat kesalahan dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan
krtik dan saran dari semua pihak demi perbaikan makalah ini di masa yang
akan datang.

16
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1.Abdullah, sulaiman. 1995. Sumber Hukum Islam. Jambi : Sinar Grafika.


Diakses pada hari minggu 23 september 2018

2. Abdurachman, Asmuni. 1985. Filsafat Hukum Islam. Jakarta : Logos


Wacana Ilmu. Diakses pada hari minggu 23 september 2018

3.Karim, Syafi’i. 2001. Fiqih Ushul Fiqih. Bandung : Pustaka setia.


Qattan, Manna’. 1973 . Mabahits Fi Ulumil Qur’an. Riyadh : Mansyuratul
‘Asril Hadits. Diakses pada hari minggu 23 september 2018

17

Anda mungkin juga menyukai