Disusun oleh:
Riki Indra Kusuma
160121150001
Dosen Pembimbing:
Dr. Endang Syamsudin, drg., Sp.BM(K)
1
ANATOMI DAN FISIOLOGI TEMPOROMANDIBULAR JOINT
Pendahuluan
komponen dari sistem pengunyahan, terdiri dari sepasang sendi kiri dan kanan yang
masing – masing dapat bergerak bebas dalam batas tertentu. Berbeda dengan persendian
lain yang selalu berada pada tempatnya dan tiap penyimpangan gerak keluar dari
TMJ kedua kondilus tidak harus selalu dalam fossanya selama pergerakan, masing –
masing sisi dapat bergerak ke depan – belakang , kiri – kanan, maupun atas dan bawah.
Gerakan ini terikat, bergantung serta ditentukan oleh adanya koordinasi neuromuscular,
otot – otot mastikasi dan ligament sendi. Oleh karena itu untuk memahami biomekanika
TMJ, perlu dipahami terlebih dahulu tentang anatomi dan fisiologi system
mandibular serta mekanisme oklusi gigi geligi rahang atas dan bawah.1
merupakan salah satu sendi paling kompleks pada tubuh manusia. TMJ memberikan
pergerakan hinging pada satu sisi sehingga disebut sendi ginglymoid. Namun pada saat
menjadi sendi arthrodial. Oleh karena itu, secara teknis TMJ termasuk sendi
ginglymoarthrodial.1
2
TMJ dibentuk oleh kondilus mandibula yang berada pada fossa mandibular pada
tulang temporal. Kedua tulang ini dipisahkan oleh diskus artikularis. Secara fungsional
diskus ini sebagai tulang yang tidak mengalami osifikasi sehingga sendi dapat bergerak
ke beberapa bidang, melindungi sendi dari kekuatan yang dapat merusak. Diskus
artikularis terdiri dari jaringan ikat fibrous dengan sedikit pembuluh darah dan
compound joint adalah sendi yang tersusun atas hubungan dari tiga tulang. Pada TMJ
walaupun tulang sebenarnya hanya menghubungakan dua tulang yaitu mandibula dan
temporal, namun dengan adanya diskus artikularis yang berfungsi sebagai non-ossified
bone sehingga dianggap sebagai tulang ketiga yang membentuk compound joint.1
Komponen penyusun TMJ, terdiri dari: fossa mandibular atau fossa glenoidalis,
eminensia artikularis atau tuberkel, kondilus, diskus, kapsula fibrosa, ligament ekstra
1. Kondilus mandibula
kondilus yang berbentuk konveks dilapisi oleh lapisan fibrokartilago yang tebal
yang berlanjut menjadi lapisan tipis jaringan fibrous yang lebih datar pada
bagian posterior.2
Bentuk kondilus pada manusia bervariasi baik dari segi bentuk dan
kondilus meningkat dengan faktor 2 hingga 2,5, sedangkan pada dimensi sagittal
meningkat hanya sedikit saja. Sehingga kondilus lebih konveks arah sagittal
3
Permukaan artikulasi pada sendi diselubungi oleh jaringan ikat yang padat,
yang terdiri dari sejumlah kondrosit, proteoglikan, serat elastik dan serat
disebabkan oleh sebuah matriks dengan kandungan air yang tinggi dan berat
molekul kondroitin sulfat yang tinggi di dalam jaringan kolagen tipe II.
tipe I dan reduksi dari tipe II. Interleukin 1a menghambat sintesa matriks dari
Gambar 1. Dimensi Kondilus. Kiri: Lebar kondilus pada sisi frontal. Tengah: Dimensi anteroposterior
dari porsi tengah pada sisi sagittal. Kanan: Dimensi anteroposterior pada sisi horisontal 3
A. Datar. B. Konveks. C. Berangulasi. D. Bulat. Frekuensi dari bentuk kondilus ini berdasarkan
penelitian dari Yale et al (1963), Solberg et al (1985) dan Christiansen et al (1987)
4
Kondilus merupakan bagian dari mandibula yang berartikulasi terhadap
Kutub medial pada umumnya lebih menonjol daripada kutub lateral. Dari
sisi atas, dapat digambarkan sebuah garis yang menyusuri bagian tengah dari
kutub kondilus dan akan diperluas ke arah medial dan posterior ke arah batas
Gambar 4. Kondilus tampak sedikit terotasi sehingga bila ditarik garis imajiner yang
melalui kutub lateral dan medial, diperluas ke arah medial dan posterior akan berakhir
pada batas anterior dari foramen magnum.1
5
Gambar 5. Jarak interkondilus. Kiri: Data spesifik berdasarkan jenis kelamin, jarak
antara sepasang kutub medial dan kutub lateral dari kondilus. Nilai di atas merupakan
nilai rerata. Kanan: Gambaran ilustratif skematik dari sudut interkondilus.3
sebenarnya pada kondilus terhampar baik ke arah anterior dan posterior hingga
aspek paling superior dari kondilus (Gambar 6). Permukaan artikulasi bagian
6
2. Diskus artikularis
Diskus artikularis terdiri dari dua bagian yaitu ruang sendi atas dan ruang
sendi bawah. Ruang atas besar dan meluas ke dalam bidang sagital dari posterior
fosa glenoidalis dan ke depan menuju anterior tuberkel artikularis. Ruang sendi
bawah yang melapisi kondilus memiliki cekungan posterior yang relatif besar
dan cekungan anterior yang relatif lebih kecil. Diskus artikularis berbentuk oval
memiliki sedikit pembuluh darah ataupun serat saraf. Namun pada bagian perifer
dari diskus memiliki sedikit inervasi. Dari sisi sagittal, diskus artikularis dapat
sentral merupakan bagian yang paling tipis dan disebut dengan zona intermediat.
Diskus artikularis menjadi lebih tebal pada bagian anterior dan posterior dari
zona intermediat. Batas posterior pada umumnya lebih tebal daripada bagian
anterior. Pada sendi yang normal, permukaan artikularis pada kondilus terletak
pada zona intermediat dari diskus, dibatasi oleh bagian anterior dan posterior
Gambar 7. Kondilus normalnya berada pada zona intermediat (IZ) yang lebih
tipis. Batas anterior (AB) dari diskus lebih tebal daripada zona intermediat,
dan bagian posterior (PB) lebih tebal daripada batas anterior.1
7
Dari sisi anterior, diskus artikularis secara umum lebih tebal pada sisi
medial daripada sisi lateral, sebagai respon dari peningkatan ruang antara
kondilus dan fossa artikularis ke bagian medial dari sendi (Gambar 8). Bentuk
tepatnya dari diskus bergantung pada morfologi dari kondilus dan fossa
struktural pada sendi. Jika perubahan terjadi, morfologi dari diskus dapat
fungsi.
Fungsi utama dari diskus adalah untuk mengurangi friksi sliding dan untuk
terdiri dari kolagen tipe I dan tipe II. Orientasi dari serat kolagen dari diskus
menunjukkan pola tertentu. Pada bagian intermediat, serat padat dari kolagen
secara umum terorientasi arah sagittal. Serat ini saling menjalin dengan serat
8
transverse pada bagian anterior dan posterior. Serat elastik dapat ditemukan pada
seluruh bagian dari diskus, namun lebih banyak pada bagian anterior dan medial
diskus akan menjadi lebih kaku. Stratum inferior dan konveksitas dari bagian
diskus terletak pada bagian superior dari kondilus. Dalam posisi sentris
kondilus, bagian paling tipis dari diskus, bagian intermedia, terletak diantara
anterior terletak pada sisi depan dari kondilus. Diskus artikularis melekat pada
kutub medial dan lateral dari kondilus oleh karena susunan transverse dari serat
9
3. Eminensia artikularis dan fossa glenoidalis tulang temporal
zigomatikus dan merupakan dinding anterior dari fosa glenoidalis. Bentuk dari
eminensia artikularis tampak seperti sadel, bila dilihat dari samping berbentuk
konkaf. Komposisi eminentia artikularis terdiri dari lapisan tebal tulang padat
kondilus pada tulang temporal. Dinding anterior fosa dibatasi oleh eminentia
artikularis sedangkan dinding posterior dibatasi oleh plat timpani dan dinding
anterior meatus arkustikus eksternal. Pada bagian medial dibatasi oleh sutura
antara skuamosa dengan sayap besar tulang sphenoid yang dilapisi oleh lapisan
fibrokartilago.2
squamous dari tulang temporal. Bagian dari tulang temporal ini terdiri dari fossa
mandibular yang konkaf, di mana terdapat kondilus (Gambar 10) dan disebut
juga fosa artikular atau glenoid. Posterior dari fossa mandibularis adalah fissura
medial dan terbagi menjadi fisura petrosquamous di bagian anterior dan fisura
petrotimpanik di bagian posterior. Sedangkan pada sisi anterior dari fossa adalah
mandibula relatif tipis, menunjukkan bahwa area tulang temporal ini tidak
10
didesain untuk menampung gaya yang besar. Namun di sisi lain, eminensia
artikularis terdiri dari tulang yang tebal dan padat, yang lebih toleransi terhadap
fibrous tipis. Sebagai tambahan dari dinding kapsul sisi lateral, medial, dan
posterior, terdapat dinding anterior yang dapat dibagi menjadi bagian atas dan
bawah. Dinding medial dan lateral diperkuat dengan ligamen medial dan lateral.
Perlekatan dari diskus pada sisi kutub lateral dan medial dari kondilus
artikularis atas dan di bawah dari leher mandibula sedikit di bawah dari batas
dengan permukaan anterior dari kapsul. Kapsul diperkuat pada sisi lateral oleh
memanjang secara oblique ke arah bawah dan belakang dari tuberkel artikularis
11
hingga permukaan lateral dari leher mandibula untuk mencegah pergerakan
Diskus artikularis tidak hanya melekat pada ligamen kapsul pada bagian
anterior dan posterior saja namun juga pada bagian medial dan lateral. Sehingga
sendi dapat terbagi menjadi 2 rongga yang berbeda. Rongga bagian atas atau
rongga superior dibatasi oleh fossa mandibular dan permukaan superior dari
inferior dari diskus. Permukaan dalam dari rongga dikelilingi oleh sel-sel
ini bersama dengan tepi sinovial yang terspesialisasi pada batas anterior dari
(Gambar 11).1
Oleh karena struktur jaringan ikat yang longgar, dinding anterior kapsul
tidak dapat menahan beban yang sama dengan bagian lain dari kapsul.
Masuknya kapsul pada kondilus bersifat superfisial dan terletak pada tingkat
12
Gambar 12. Skematik perlekatan kapsul sendi pada tulang kondilus.3
A. Tampak sisi lateral. B. Tampak sisi frontal
pada otot antagonis. Tipe 2 memiliki ambang yang rendah, namun beradaptasi
yang tinggi namun adaptasinya lambat. Dan reseptor tipe 4 selalu siap untuk
sendi bersifat non vaskular, maka cairan sinovial berfungsi sebagai medium
bebas dan cepat terjadi diantara pembuluh darah dari kapsul, cairan sinovial, dan
kondilus, dan fossa sangatlah halus, sehingga friksi selama pergerakan dapat
Yang pertama disebut dengan boundary lubrication yang terjadi ketika sendi
digerakkan dan cairan sinovial akan terdorong dari satu area dari rongga ke area
13
lainnya. Cairan sinovial yang terletak pada batas atau area sisa dari gaya pada
friksi pada sendi yang bergerak dan merupakan mekanisme primer dari lubrikasi
Ketika sendi berfungsi, gaya terjadi diantara permukaan artikularis. Gaya ini
membuat sejumlah kecil cairan sinovial keluar dan masuk pada jaringan
pada saat terjadi tekanan kompresif, sejumlah kecil cairan sinovial akan
menghilangkan friksi pada sendi yang terkompresi, bukan sendi yang bergerak.
Hanya sebagian kecil dari friksi yang tereliminasi sebagai hasil dari weeping
5. Zona Bilaminar
retrodiscal fat pad, atau zona trilaminar. Struktur ini terdiri dari lapisan atas
(stratum superior) dan lapisan bawah (stratum inferior). Diantara kedua lapisan
ini terdapat genu vasculosum dengan sejumlah pembuluh darah, saraf, dan sel-
sel lemak. Stratum superior terdiri dari jaringan longgar dari serat elastik dan
kolagen, lemak, dan pembuluh darah. Sedangkan stratum inferior terdiri dari
serat pada kolagen. Pada zona bilaminar serat kolagen tersusun lebih longgar
14
dan menyusuri sisi sagittal. Serat-serat pada kedua stratum terbujur pada bagian
posterior dari diskus dan saling menjalin dengan serat transversum dari bagian
posterior dan serat sagital pada zona intermediat. Serat elastik di dalam zona
bilaminar memiliki diameter yang lebih besar daripada serat pada diskus dan
dari meatus tulang auditorik, bagian kartilago dari meatus auditorik, dan fascia
dari glandula parotis. Stratum inferior masuk ke dalam sisi posterior dari
Gambar 13. Anatomi makroskopis. Kiri: Pada saat rahang tertutup. (1) Zona bilaminar, (2)
Bagian posterior dari diskus artikularis, (3) Kondilus; Kanan: Pada saat rahang terbuka. (1)
Zona Bilaminar, (2) Stratum Superior, (3) Stratum Inferior
6. Ligamentum TMJ
Ligamen pada sistem mastikasi, seperti pada sendi gerak bebas lainnya,
paling penting. Ligamen tidak secara aktif terlibat dalam fungsi, namun
15
terdapat ligamen-ligamen berikut yang memberikan dukungan terhadap
TMJ:1,3,4
1. Ligamen Kolateral
Ligamen ini melekat pada batas medial dan lateral dari diskus
artikularis hingga kutub dari kondilus. Ligamen ini juga biasa disebut
ligamen diskal, dan terdapat 2 ligamen. Ligamen diskal medial melekat pada
tepi medial dari diskus hingga kutub medial dari kondilus. Sedangkan
ligamen diskal lateral melekat pada tepi lateral dari diskus hingga kutub
adalah ligamen nyata, terdiri dari serat jaringan ikat kolagen; sehingga
ligamen ini tidak dapat memanjang. Ligamen ini berfungsi untuk membatasi
gerakan diskus menjauh dari kondilus ketika gliding ke arah anterior dan
pergerakan hinging dari TMJ, yang terjadi diantara kondilus dan diskus
16
Gambar 14. Sendi TMJ (tampak anterior)
2. Ligamen Kapsular
Serat dari ligamen kapsular melekat di atas dari tulang temporal di sepanjang
artikularis. Pada bagian inferior, serat dari ligamen kapsular melekat pada
leher dari kondilus. Ligamen kapsular berperan untuk menahan gaya medial,
Gambar 15. Ligamen kapsular. Ligamen ini meluas ke arah anterior hingga
eminensia artikularis dan menyelimuti keseluruhan permukaan artikularis dari sendi
17
3. Ligamen Lateral atau Ligamen Temporomandibular
bagian dalam, yang lebih horisontal, dan bagian superfisial yang lebih
atas gerakan retrusi dan laterotrusi sehingga melindungi zona bilaminar yang
sensitif dari cedera. Sedangkan bagian yang vertikal dari ligamen lateral ini
Gambar 16. Ligamen temporomandibular. OOP, the outer oblique portion; IHP, the
inner horizontal portion. OOP membatasi pergerakan membuka rotasional; IHP
membatasi pergerakan posterior dari kondilus dan diskus
4. Ligamen Stylomandibula
Meskipun demikian, hal ini dapat mencegah rotasi ke atas yang berlebihan
18
dari mandibula, yang terkadang dapat memberikan permasalahan pada
5. Ligamen Sphenomandibula
ada pada 1/3 pasien. Ligamen ini juga disebut ligamen diskomalleolar
(=Pinto’s Ligament).3 Pada sebagian besar dari individu ligamen ini juga
petrotimpanik atau pada ligamen anterior dari malleus (Gambar 18). Oleh
6. Ligamen Tanaka
19
Histologi Permukaan Artikulasi
Permukaan artikulasi kondilus dan fossa mandibular terdiri dari empat lapisan
atau daerah berbeda. Lapisan paling superfisial disebut daerah artikulasi (articular
zone). Lapisan artikular ini tersusun dari jaringan ikat fibrous. Lapisan kedua disebut
daerah proliferatif (proliferative zone), pada daerah ini dijumpai adanya jaringan
mesenkim yang tidak berdiferensiasi. Jaringan ini berguna untuk proliferasi kartilago
(fibrocartilaginous zone). Pada adaerah ini fibril kolagen tersusun dalam bundle dengan
pola saling menyilang. Lapisan terdalam atau lapisan ke empat merupakan lapisan
kartilago terkalsifikasi (calcified cartilage zone). Daerah ini terdiri dari kondrosit dan
Gambar 18. Gambaran histologi TMJ, menunjukkan empat zona kondilus; (1) zona artikular,
(2) zona proliferatif; (3) zona fibrokartilago; dan (4) zona kartilago terkalsifikasi.5
Suplai darah arterial dari sendi temporomandibular didapat secara utama dari
arteri maksilaris dan arteri superficial temporalis. Kedua arteri ini juga merupakan
penyedia utama dari otot-otot mastikasi. Terlepas dari adanya jaringan arteri di
sekitarnya, kondilus juga mendapatkan suplai dari arteri alveolaris inferior melalui
20
sumsum tulang. Drainase venosa melalui vena temporalis superficial, pleksus
Gambar 19. Suplai arteri. Diagram suplai arteri pada sendi TMJ kiri. Kondilus tersuplai
dari dari semua 4 sisi. Sebagai tambahan, terdapat anastomosis dengan arteri alveolaris
inferior di dalam sumsum tulang.
reseptor: Ruggini mekanoreseptor (Tipe 1), Pacinian corpuscles (Tipe 2), Golgi tendon
organ (Tipe 3), dan free nerve endings (Tipe 4). Reseptor-reseptor ini terletak di dalam
kapsul sendi, ligamen lateral, dan zona bilaminar dan genu vasculosum. Bagian
anteromedial dari kapsul memiliki reseptor yang relatif sedikit, dari tipe 4.
Gambar 20. Inervasi sensoris dari TMJ kiri. Serat saraf afferen dari cabang mandibula dari
nervus trigeminal dan mengeluarkan 4 tipe cabang nerve ending.
21
Gambar 21. Diagram skematik dari berbagai area inervasi pada TMJ
Fitur unik dari TMJ adalah sendi bagian kiri dan kanan terhubung oleh tulang
mandibula yang sangat tebal dan kuat; Oleh karena itu, salah satu sendi tidak dapat
digerakkan sendiri dan akan memberikan gerakan kompensasi pada sendi yang lain.
Kedua sendi TMJ harus melakukan pergerakan secara simultan karena kedua sendi ini
tidak dapat beroperasi secara independen; namun pergerakan ini tidak selalu identik
pada kedua sendi. Setiap TMJ dapat berotasi dengan sumbu pada kepala kondilus dan
dapat slide ke arah anterior dari fossa mandibular ke eminensia artikularis. Gerakan
rotasi saja hanya akan memberikan hasil bukaan mulut yang kecil, dalam kenyataannya,
gerakan slide dan rotasi terjadi secara simultan. Gerakan mundur dari arah slide akan
menarik rahang dan merotasinya pada arah yang berlawanan dan menutup rahang. Maka
pergerakan yang mungkin pada sendi adalah: 1. Rotasi dari kepala kondilus di dalam
22
Gambar 22. Pergerakan dasar mandibula.4 A) Gerakan Rotasi; B) Gerakan Slide
fungsional yakni: Depresi, Elevasi, Protrusi, Retraksi, dan Deviasi lateral dari
mandibula. Gerakan fungsional ini kemudian akan secara kombinasi menimbulkan pola
Perlu diketahui bahwa otot pengunyahan sangat jarang dalam kondisi yang
relaksasi total, kecuali pada kondisi tidur dalam atau tidak sadarkan diri. Otot-otot
mastikasi tetap berada pada aktivitas yang rendah (tonus otot) untuk melawan gravitasi,
cukup kuat untuk menjaga mulut dalam kondisi tertutup tanpa kontak antara geligi
rahang atas dan rahang bawah. Hal ini dikenal dengan posisi istirahat mandibula atau
posisi postural. Kebanyakan gerakan dari mandibula, dimulai pada posisi istirahat
1. Depresi
progresif dari rotasi dan sliding dengan kepala mandibular berotasi terhadap
permukaan bawah dari diskus ketika sendi slide ke depan menuju ke eminensia
23
artikularis. Foramen mandibula adalah bagian dari mandibula yang paling
sedikit bergerak dari keseluruhan jarak dari gerak depresi. Gerakan ini mungkin
menjadi hal yang penting bagi mayoritas nervus dan pembuluh darah untuk
melakukan gerakan slide pada kondilus ke depan selama gerakan depresi pada
kondilus dan bagian atas kepala melakukan gerakan slide pada diskus artikularis
pada setiap TMJ ke depan pada saat yang bersamaan. Aktivitas ini disertai
dengan tahap akhir dari aktifitas digastrik dan otot-otot suprahyoid lainnya
ini dapat bergerak demikian jika tulang hyoid terfiksir oleh kekuatan otot
2. Elevasi
masseter, dan pterygoid medialis pada kedua sisi. Otot pterygoid medialis yang
kekuatan pasif yang dihasilkan oleh otot-otot elevator dan ligamen selama
membuka mulut; sehingga, diperlukan aktifitas elektrik yang sedikit pada otot
24
Gambar 23. Gerakan Rotasi pada mandibula6
Protrusi dihasilkan oleh gerakan slide ke depan yang simetris pada kedua
TMJ dan retrusi adalah kebalikannya. Kedua gerakan ini jarang terjadi secara
bilateral dari otot pterygoid medialis dan lateralis akan mengakibatkan protrusi
25
4. Ekskursi Lateral
Kepala dari mandibula pada sisi di mana gerakan dilakukan, tetap berada
gerakan Bennet. Gerakan ke arah lateral dihasilkan dari kontraksi dari pterygoid
medial dan lateralis kontralateral, sementara serat posterior dari otot temporalis
geligi kontak maksimal selama ekskursi lateral adalah sisi kerja di mana
Gambar 24. Gerakan Grinding pada TMJ6 C. Pada sisi kiri; D. Pada sisi kanan
26
Adanya gangguan pada salah satu komponen di atas akan mempengaruhi
kehilangan gigi, terutama yang melibatkan gigi belakang dapat merupakan salah satu
penyebab terjadinya gangguan pada gerakan penguyahan yang akan berlanjut pada
gangguan sendi rahang yang disebut TMJ disorder. TMJ disorder disebut juga TMD
sering ditemukan dalam praktek dokter gigi sehari-hari. TMD merupakan istilah yang
digunakan untuk mengenali sejumlah masalah klinis yang meliputi otot-otot mastikasi,
muskuloskeletal.2 Penderita dengan gangguan ini akan merasa tidak nyaman walaupun
gangguan ini jarang disertai dengan rasa sakit yang hebat. Pada zaman modern ini
dimana kita sudah memasuki era globalisasi, semakin banyak penyakit yang dihadapi
para dokter gigi salah satu diantaranya yaitu TMD. Menurut jurnal American Dental
Association pada tahun 1990, trauma merupakan penyebab utama kelainan TMJ.
Didapatkan 40% dari 90% kasus kelainan TMJ merupakan akibat trauma. Trauma yang
sederhana seperti pukulan pada rahang atau sesuatu yang lebih kompleks seperti yang
mengenai kepala, leher, dan rahang. Penelitian terbaru juga menunjukkan benturan
Faktor lainnya yang mendukung antara lain tekanan psikologik, sering kali sulit
27
KELAINAN PADA TMJ
Selama bertahun-tahun gangguan fungsional sistem pengunyahan telah
Yang lain menekankan rasa sakit seperti pain - dysfunction syndrom, myofascial pain -
gejala - gejala tersebut tidak selalu terbatas pada TMJ, maka digunakan istilah yang
tidak hanya
Tanda dan gejala klinis tentang TMD dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori
menurut struktur yang terpengaruhi, yaitu: otot, TMJ dan gigi geligi.
yang paling umum. Umumnya gangguan fungsional pada otot dikelompokkan dalam
kategori besar yang disebut masticatory muscle disorder, berupa dua gejala utama yang
dapat diamati yaitu rasa sakit dan disfungsi. Keluhan yang paling umum dari pasien
masticatory muscle disorder adalah rasa sakit pada otot, yang berkisar dari
ketidaknyamanan ringan hingga berat. Rasa sakit yang dirasakan pada jaringan otot
Gejala sering berkaitan dengan perasaan lelah otot dan ketegangan otot, yang dikaitkan
dengan vasokontriksi arteri nutrien yang relevan dan akumulasi produk-produk limbah
28
metabolic dalam jaringan otot (muscle). Di daerah iskemik otot melepaskan zat
Disfungsi adalah gejala klinis umum yang berkaitan dengan masticatory muscle
Jika jaringan otot digunakan secara berlebihan, maka kontraksi akan meningkatkan rasa
sakit. Oleh karena itu, untuk mempertahankan kenyamanan pasien membatasi gerakan
dalam kisaran yang tidak meningkatkan rasa sakit. Secara klinis ini disebut sebagai
ketidakmampuan untuk membuka lebar. Pada beberapa penyakit myalgia, pasien masih
dapat membuka lebar secara perlahan, rasa sakit masih terjadi dan mungkin menjadi
semakin memburuk.4,5
yang tidak sama, perawatan pada masingmasing jenis juga berbeda. Kebanyakan
gangguan otot ini terjadi dan berkembang dalam waktu relatif pendek. Jika kondisi-
kondisi itu tidak diatasi, bisa banyak terjadi gangguan sakit kronis. Masticatory muscle
disorder kronis menjadi lebih rumit, dan perawatannya berbeda dibanding yang akut.
Oleh karena itu, penting untuk mampu mengidentifikasi gangguan otot akut dan
gangguan otot kronis sehingga dapat dilakukan terapi dengan tepat. Fibromyalgia
adalah salah satu contoh gangguan myalgic cronics yang terjadi sebagai masalah
penyakit muskuloskeletal sistemik, ini perlu diketahui oleh dokter gigi dan ditangani
membiarkannya. Dua gejala utama masalah TMJ adalah nyeri dan disfungsi.1
29
Timbulnya bunyi pada sendi merupakan disfungsi TMJ yang dapat dibagi atas dua jenis,
yaitu rubbing sound, dan clicking sound. Pada kebanyakan kasus suara kliking pada
TMJ 70-80 % disebabkan oleh disk displacement dengan berbagai tingkatan dan arah,
translatori kondilus dan meniscus (diskus) selama gerakan menutup dan membuka
kondilus dan meniscus sewaktu keduanya bergerak. Normalnya , aktifitas otot adalah
sedemikian sehingga meniscus yang fleksibel bergerak mulus antara kondilus dan
eminentia. Jika posisi awal kondilus berubah (misal akibat perubahan pola oklusi), arah
gerakannya bisa berubah dan zona posterior yang lebih tebal sementara terjebak antara
untuk menghindari kliking akan terjadi dan muncul rentetan lebih lanjut dari kliking
dan gerak adaptasi, pada kelompok yang mengalami kliking terdapat penyimpangan
pola gerakan disbanding pada kelompok sehat. Tidak adanya serabut nyeri pada
meniskus, membuat kliking jarang sekali menimbulkan nyeri, tetapi jika resistensi
Kliking umumnya terjadi selama gerak membuka mulut, tetapi juga bisa terjadi
sesaat sebelum menutup mulut ketika diskus bergerak kebelakang pada arah yang sudah
berubah. Kliking dapat dihilangkan dengan membuka atau menutup mandibula pada
sumbu retrusi atau dengan meletakkan bidang gigit (bite plane) berkontak dengan gigi
incisivus bawah tepat sebelum gerak menutup. Perubahan pola oklusi adalah salah satu
30
penyebab terjadinya kliking. Penyebab lainnya adalah gerak mandibula yang berlebihan
dan mendadak yang mengakibatkan pergerseran diskus atau clenching pada gigi yang
berkepanjangan sehingga pembukaan berubah akibat kelelahan otot. Kliking juga bisa
terjadi secara intermiten pada remaja akibat gerak adaptasi waktu pertumbuhan sedang
berlangsung, keadaan ini bisa dihindari dengan menutup dan membuka pada sumbu
retrusi.
rahang pada saat terjadinya kliking. Kliking keras mungkin mengindikasikan adanya
kelainan sendi yang biasa diikuti dengan krepitus keras yang menunjukkan adanya cacat
dibedakan/diklasifikasikan menjadi :7
1. Kelompok 1 :
b) Hipermobilitas diskus.
2. Kelompok 2 :
3. Kelompok 3 :
b) Hipertropi cartilage
4. Kelompok 4 :
31
b) Hipermobilitas kondilus
Seperti halnya otot dan sendi, gigi geligi juga dapat menunjukkan tanda dan
gejala gangguan fungsional. Salah satunya adalah kerusakan pada struktur pendukung
gigi geligi. Tanda yang timbul berupa mobilitas gigi yang terlihat secara klinis sebagai
gerakan tidak biasa dari gigi terhadap soketnya. Hal ini dapat disebabkan oleh hilangnya
Hingga saat ini tanda yang paling umum berhubungan dengan gangguan
fungsional gigi adalah tooth wear. Ditandai dengan area mendatar yang mengkilat pada
gigi yang tidak sesuai dengan bentuk alami oklusal gigi. Area ini disebut wear facet.
Meskipun wear facet sering ditemukan pada pasien, tetapi jarang dilaporkan. Tooth
dengan observasi lokasi terbanyak wear facet. Jika tooth wear dihubungkan dengan
aktivitas parafungsional, maka secara logika akan ditemukan pada permukaan gigi
fungsional (seperti cusp lingual maxilla, cusp buccal mandibula). Melalui pemeriksaan
pada pasien ditemukan bahwa kebanyakan tooth wear berasal dari kontak eksentrik gigi
pasien berusaha untuk mencari pengobatan. Namun banyak juga yang tidak
memberikan gejala yang jelas sehingga diabaikan oleh pasien. Oleh karena itu perlu
diketahui pemeriksaan TMJ dengan tepat. Pemeriksaan TMJ dapat dilakukan dengan
32
pada TMJ adalah mengukur jarak perpindahan mandibula, palpasi, dan deteksi bunyi
dan ada atau tidaknya rasa nyeri saat dilakukan palpasi. Sedangkan, pemeriksaan
auskultasi bertujuan untuk mengetahui bunyi sendi yang ditimbulkan akibat adanya
kelainan TMJ. Pemeriksaan auskultasi TMJ ini dapat menggunakan light digital
palpation atau menggunakan stetoskop. Pada pemeriksaan standar TMJ dokter gigi
atau struktur dari sistem mastikasi yang menunjukkan adanya kerusakan atau perubahan
dengan adanya nyeri dan dapat juga disertai disfungsi. Temporomandibular Joint (TMJ)
merupakan salah satu bagian dari sistem mastikasi, bersama dengan gigi, periodontal,
a. Anamnesis
dengan tanda dan gejala subklinis dimana pasien mungkin tidak berhubungan dengan
gangguan yang diderita, namun umumnya terkait dengan gangguan fungsional system
beberapa pertanyaan yang akan membantu orientasi klinisi pada TMD. Selain itu juga
untuk mengidentifikasi daerah atau struktur dari sistem mastikasi yang menunjukkan
adanya kerusakan atau perubahan patologis. Kerusakan atau perubahan patologis dari
sistem mastikasi ditunjukkan dengan adanya nyeri dan dapat juga disertai disfungsi.
33
Temporomandibular Joint (TMJ) merupakan salah satu bagian dari sistem mastikasi,
bersama dengan gigi, periodontal, jaringan pendukung gigi dan otot-otot pengunyahan.
Beberapa pertanyaan dapat ditanyakan secara langsung oleh klinisi atau dapat
dimasukkan sebagai pelengkap dalam kuesioner kesehatan umum dan gigi pasien
1. Apakah ada keluhan sulit dan/atau nyeri pada saar membuka mulut, misalnya
2. Apakah ada keluhan rahang yang terasa "terkunci" atau "tidak bisa digerakkan"
3. Apakah terdapat kesulitan dan/ atau nyeri saat mengunyah, berbicara atau saat
menggunakan rahang?
6. Apakah terdapat rasa nyeri pada daerah telinga, pelipis atau pipi?
7. Apakah sering terasa nyeri kepala, nyeri leher atau nyeri gigi?
8. Apakah terdapat cedera yang baru terjadi pada kepala, leher atau rahang?
10. Apakah terdapat riwayat pengobatan atau adanya nyeri daerah wajah yang tidak
adanya variasi normal anatomi dan fungsi. Dimulai dari asimetri wajah, bila terdapat
variasi dari simetris wajah merupakan indikasi diperlukan adanya pemeriksaan lebih
34
lanjut berupa pergerakan rahang, adanya restriksi atau iregularitas dari pergerakan
mandibula.
Bila anamnesa dan pemeriksaan klinis menunjukkan hasil yang positif, maka
pemeriksaan dan anamesa lebih detail akan diperlukan. Tiga struktur penting yang harus
diperiksa adalah nyeri dan/atau disfungsi dari: otot, TMJ dan gigi geligi.
1. Keluhan utama:
a. Lokasi nyeri
c. Karakteristik nyeri
- Kualitas nyeri
- Intensitas nyeri
- Gejala penyerta
- Modalitas
- Medikamentosa
- Emosional
- Gangguan tidur
35
f. Hubungan dengan nyeri daerah lain
3. Review
4. Penilaian psikologis.
b. Pemeriksaan klinis
mengidentifikasi berbagai variasi dari system mastikasi yang normal, sehat beserta
fungsinya. Pemeriksaan klinis dilakukan bila anamnesa telah lengkap, bertujuan untuk
i. Inspeksi
Pada inspeksi, harus diperhatikan bila ada pembengkakan local, deformitas, deviasi
dagu dan gigi geligi. Pembengkakan dapat terjadi akibat bakteri atau arthritis inflamasi.
Pada anak-anak bisa dikarenakan inflamasi glandula parotis. Kondisi gigi geligi yang
abnormal bisa menjadi tanda bruxism atau grinding. Maloklusi atau missing teeth dapat
36
mengakibatkan masalah TMJ problem. Hubungan bilateral antara gigi dan TMJ yan g
Gerakan aktif
Perhatikan bila lima gerakan aktif TMJ menyebabkan nyeri, cakupan pergerakan,
yaitu sekitar 36–38 mm pada dewasa dan dapat bervariasi antara 30 and 67 mm,
tergantung usia dan jenis kelamin. Cara termudah untuk mengukur nya adalah
dengan meminta pasien memasukkan buku jari antara gigi depan (Gambar 4, 5).
37
Penutupan mulut aktif ; pasien diminta menutup mulut (Gambar 6)
bersamaan
Protrusi aktif dagu kedepan (gambar 8) ; dilakukan oleh otot pterygoid medial
dan lateral, masseter, geniohyoid dan digastric. Bila terganggu maka biasanya
38
Gambar 8. Protrusi dagu
Tolakan Gerakan
dan tangan satunya di vertex. Dengan pembukaan mulu 1 cm, pasien diminta
membuka mulut samb il ditahan oleh pemeriksa dengan resistensi kuat untuk
9)
gigi. Pasien lalu diminta untuk menggigit sekeras mungkin. Ini untuk mengetes
(gambar 10)
39
Gambar 10. Penutupan mulut yang tertahan
tangan pada sisi kiri dagu pasien dan menahan kepala se-stabil mungkin dengan
iii. Palpasi
Sendi dipalpasi selama pembukaan aktif, penutupan aktif serta deviasi rahang
kekanan dan kekiri Saat pembukaan, TMJ dipalpasi menggunakan jari sibawah tulang
zygoma pada anterior kondil atau saat menutup dengan ujung jari ditempatkan pada
anterior tragus (gambar 12a) dibelakang kondil atau auditory meatus eksterna (gambar
12b), lakukan tekanan kearah anterior melawan aspek posterior sendi. Umumnya
40
pemeriksa akan merasa ada depresi pada pembukaan. Bila ada efusi berat, dapat terasa
ada buldging. Perhatikan bila ada suara abnormal dan krepitasi pada pergerakan
anteropesterior kondil.
Prosesus koronoid dapat dipalpasi pada pembukaan dan penutupan mulut saat
jari ditempatkan di lengkung zygomatik untuk meraba otot masseter. Lakukan juga
palpasi untuk menemukan bila ada struktur local yang lebih lunak pada otot
pengunyahan, kapsul sendi, dan tulang sekitar soket. Palpasi pada temporal dengan cara
mengepalkan gigi
Gambar 12. Palpasi TMJ. (a) anterior tragus (b) external auditory meatus
Pemeriksaan klinis lain meliputi pemeriksaan fungsi dari nervus kranialis, mata,
Nervus Olfaktori
Merupakan saraf sensorik yang berasal dari mukosa membran nasal dan
berfungsi pada sensai penghidu. Diperiksa dengan meminta pasien untuk menghidu bau
Nervus Optikus
Merupakan saraf sensorik yang berasal dari retina, berfungsi untuk penglihatan.
Diperiksa dengan cara meminta pasien menutup sebelah mata dengan tangan, lalu
41
pasien diminta membaca dan begitu juga sebaliknya. Pemeriksaan lapang pandang juga
Terapi TMD
interocclusal appliance atau alat orthopedic, merupakan alat lepasan yang iasanya
dibuat dari akrilik keras dapat dipasang pas pada pemukaan oklusal dan incisal gigi pada
42
salah satu lengkung, menciptakan kontak oklusal yang tepat dengan gigi-gigi
antagonisnya . Alat-alat akrilik lepasan yang menutupi gigi ini dipakai untuk
penatalaksanaan TMD dengan cara mengubah hubungan oklusal dan menata kembali
Terapi oklusal terdiri dari banyak model yang telah digunakan untuk
pemakaian utamanya adalah untuk mereduksi / mengurangi rasa sakit pada otot. The
repositioning appliance karena tujuannya adalah untuk merubah posisi dari andibula
dalam hubungannya dengan kranium. Tipe lain dari alat-alat oklusal adalah anterior
bite plane, the posterior bite plane, the pivoting appliance, dan the soft or resilient
Terapi oklusal dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu : (1) reversibel, dan (2)
ireversibel. Terapi oklusal reversibel secara temporer mengubah kondisi oklusal pasien
dan paling baik di lakukan dengan alat oklusal, yang dipakai untuk menciptakan
perubahan posisi mandibula dan pola oklusi. Posisi mandibula dan pola oklusi akan
parafungsional, maka alat oklusal akan menjadikan posisi mandibula dan oklusi dalam
hubungan yang optimum sesuai dengan kriteria. Maka ketika alat itu dikenakan, pola
demikian alat oklusal memberikan stabilitas ortopedik. Tipe alat ini telah digunakan
43
untuk menurunkan berbagai gejala TMD dan menurunkan aktivitas parafungsional.
Tentu saja stabilitas ortopedik dipertahankan hanya ketika alat itu dikenakan, sehingga
dengan demikian ini dianggap penanganan reversibel. Ketika alat dilepas maka kondisi
selektif dari gigi dan prosedur restoratif yang memodifikasi kondisi oklusal. Contoh lain
adalah penanganan ortodontik dan prosedur bedah yang bertujuan mengubah oklusi,
posisi mandibular, atau keduanya. Alat yang dirancang untuk mengubah pertumbuhan
Khususnya ketika berhadapan dengan hiperaktivitas otot, maka mustahil untuk pasti
sebagai penanganan awal untuk pasien dengan TMD. Keberhasilan atau kegagalan dari
penanganan ini bisa membantu menentukan kebutuhan untuk terapi oklusal ireversibel
lanjut. Ketika seorang pasien merespon dengan berhasil pada terapi oklusal reversibel ,
Karena sangat kompleks di daerah kepala dan leher, pemeriksaan umum perlu
Bahkan sebelum suatu pemeriksaan struktur mastikasi dilakukan , perlu evaluasi fungsi
nervus kranialis, mata, telinga, dan leher. Pada masa lampau, sangat sedikit informasi
Maitland (1967), dan Menell (1970) direkomendasikan pertama kali oleh Hansson dkk
44
(1980) untuk. Pada akhir 1980-an dengan melihat keuntungan-keuntungan yang
didapatkan setelah diaplikasikan lebih dari 10 tahun, prosedur ini mengalami modifikasi
menjadi lebih sistematis, dan optimal dengan maksud untuk meningkatkan relevansi
intraoral dan extraoral. Gerakan-gerakan aktif dicatat dan pada kasus-kasus tertentu
Setiap struktur sistim mastikasi diuji secara sistematis dan berurutan seperti
berikut :
sendi.
3. Tranlasi dan traksi menggunakan beban tertentu pada kapsul dan ligament.
Test-test dinamis digunakan untuk membedakan suara kliking pada sendi. Dengan
melalui anamnesis dan prosedur pemeriksaan yang akan mengarah pada satu kelainan
spesifik. Jika pasien memiliki satu kelainan tunggal, maka diagnosis menjadi suatu
proedur rutin. Bagaimanapun harus disadari bahwa pasien dapat memiliki lebih dari
satu kelainan pada saat yang bersamaan. Bahkan kenyataannya banyak orang yang telah
menderita selama beberapa bulan yang mungkin telah memiliki lebih dari satu kelainan.
45
membuat prioritas dalam penanganannya. Pada gangguan yang memiliki gejala primer
berupa nyeri, maka sangat perlu dilakukan identifikasi sumber nyeri. Identifikasi pada
kondisi nyeri primer tidak sulit karena asal dan titik penyebab nyeri berada pada lokasi
yang sama. Pada nyeri primer pasien dapat menunjukkan langsung lokasi sumber nyeri.
Tetapi jika nyeri bersifat heterotopik pasien hanya dapat menjelaskan lokasi nyeri yang
dapat berada cukup jauh dari sumber penyebab nyeri yang sebenarnya. Perlu diingat
bahwa penanganan hanya menjadi efektif jika dilakukan pada sumber penyebab nyeri
dan bukan pada lokasi nyerinya. TMJ karena sangat spesifik dan kompleks perlu
kecermatan didalam diagnosa dan perawatan awal atau lanjutan. Kecuali penanganan
Keluhan gangguan atau disfungsi TMJ saat ini telah banyak ditemukan hampir
diatas 30% dari populasi dan sebagian besar terjadi pada wanita. Penatalaksanaan
disfungsi TMJ biasanya diawali dengan perawatan konservatif non bedah, yaitu dengan
istirahat, pemberian NSAID dan aplikasi splint oklusal selama periode minimal 6
46
Tabel 1. Kondisi-kondisi untuk pembedahan TMJ
mempertimbangkan sumber nyeri dan / atau disfungs serta anatomi dari TMJ itu sendiri
neurologis dan kejiwaan harus ditangani secara adekuat juga. intervensi bedah tidak
harus selalu dianggap sebagai pilihan terakhir, seperti pada kondisi seperti ankilosis
berat, tumor, dan dislokasi berulang. Kemajuan dalam pemahaman tentang mekanisme
molekuler, seluler, dan biokimia telah memberikan kemampuan ahli bedah untuk lebih
PROSEDUR PEMBEDAHAN
1) Arthrocentesis
dalam rongga sendi disedot dengan jarum diikuti dengan suntikan zat terapeutik.
47
Prosedur ini biasanya dilakukan di bawah anestesi lokal dengan atau tanpa sedasi, dalam
kondisi steril. Karena teknik ini mudah, maka memungkinkan pengulangan prosedur. 5
bagian atas kompartemen sendi menggunakan anestesi local atau general. Ringer lactate
Dengan pengisian dibawah tekanan, setiap adhesi minor akan dihancurkan/ lisis. Jarum
kedua ditempatkan didalam kompartemen yang sama agar cairan dapat mengalir. Proses
ini ditujukan untuk memperoleh ‘lisis dan pembilasan’ dan dapat memberikan hasil
dan fossa mandibula dengan tekanan hidrolik melalui irigasi ruang sendi superior.
Kegunaan dari prosedur ini adalah untuk Diagnostik: Analisis biokimia dan mikroba
dari cairan sinovial. • Memfasilitasi ruang sendi untuk membersihkan mediator kimia
Indikasi
1. Nyeri berulang pada otot-otot TMJ, sakit kepala, atau sakit telinga yang
2. Mekanisme rahang yang berubah seperti closed lock, hipomobilitas sendi, dan
3. Perubahan oklusi
48
Kontraindikasi
Teknik
1. Pasien duduk miring pada sudut 45 °, dengan kepala menghadap ke sisi yang
eksraktif, dan rincian subjektif dari rasa sakit dan disfungsi diukur dan dicatat.
intravena.
4. Setelah persiapan yang tepat, meatus auditori eksternal diblokir dengan kapas yang
dibasahi dengan minyak mineral. Sebuah garis ditarik dari tengah tragus ke kantus
menunjukkan lokasi fosa artikular dan keunggulan TMJ. Anestesi lokal disuntikkan
pada titik masuk yang direncanakan, menghindari penetrasi ke dalam sendi dan
dibantu oleh palpasi. Cairannya disuntikkan dan segera disedot. Cairan dalam jarum
suntik sering tersedot ke ruang sendi, yang biasanya memiliki tekanan negatif.
49
Kemudian 2 hingga 3 mL larutan Ringer laktat atau bupivakain, 0,5 persen,
disuntikkan untuk membesarkan ruang sendi bagian atas dan membius jaringan yang
berdekatan.
kompartemen superior.
2) TMJ arthroscopy
langsung pada struktur internal sendi termasuk TMJ dengan bantuan perangkat kamera,
digunakan untuk prosedur diagnosis maupun perawatan bedah. Tahun 1918, Takagi
penggunaan arthroscopy untuk TMJ pada tahun 1970. Kemajuan dalam penelitian dan
50
aplikasi arthroscopy untuk penyakit sendi TMJ telah menjadikan arthroscopy diterima
sebagai salah satu prosedur operasi yang aman, minimal invasivf, dan efektif dalam
artroskopi telah menjadi metode perawatan yang efektif terhadap kelainan sendi yang
TMJ arthroscopy dapat digunakan baik untuk alat diagnosis maupun sebagai
modalitas terapi. Sinovial, sendi, dan kartilago meniscal dapat dilihat menggunakan
TMJ arthroscopy.
Teknik standart untuk TMJ arthroscopy adalah melalui pendekatan dari lateral.
Sendi kompartemen bagian atas, dimana sebagian besar gerakan translasi terjadi,
dimasukkan jarum ukuran 21 gauge kearah posterior. Setelah pengisian sendi dengan
cairan RL, pengaliran dilakukan dengan penempatan jarum kedua dengan ukuran 19
gauge di arah anterior dari rongga sendi. Trochar dan kanula kemudian dimasukkan
kedalam rongga sendi yang dibuat oleh aliran cairan didalam sendi. Trochar kemudian
19 gauge kearah anterior dari sendi untuk instrumentasi. Kompartemen sendi bagian
atas kemudian dapat diperiksa akan adanya synovitis, perubahan posisi meniscus,
Jika terlihat adanya adhesi, maka dapat dipisahkan dengan menggunakan gunting
yang sangat kecil yang dimasukkan melalui posisi kanula tadi. Pada beberapa kasus hal
ini memungkinkan untuk mengurangi perubahan letak meniscus, biopsy kartilago atau
synovial, pengambilan fragmen atau bagian kartilago yang mengapung didalam sendi,
mengurangi inflamasi dan meningkatkan lubrikasi. Terapi splint, diet lunak, dan
51
pemberian analgesic digunakan sebagai bagian terapi postoperative. Pasien juga
menetapkan indikasi utama berikut untuk artroskopi TMJ : gangguan internal TMJ,
terutama Wilkes tahap II, III, dan IV; penyakit sendi degeneratif (osteoarthritis, OA);
kelainan intra-artikular; artropati inflamasi (artritis sistemik); dan gejala artikular untuk
bedah ortognatik.5
inti yaitu: telescope dengan variasi diameter. Sebagian besar telescope memiliki
diameter 2 mm namun saat ini telah dikembangkan telescope dengan diameter ultrathin
yaitu 0,7 mm, namun kerugian dari pengurangan diameter ini adalah penurunan kualitas
optic serta resiko instrument lebih mudah patah. Telescope harus memiliki sudut
pandangan 30o untuk mendapatkan akses lapang pandang yang luas. Instrument
berikutnya adalah arthroscopy sheath sebagai akses untuk telescope, ukuran arthoscopy
sheath harus benar – benar pas tapi sedikit lebih panjang untuk melindungi lensa
telescope. Instrument inti lainnya adalah trocar yang berfungsi untuk menembus kulit
dan membawa arthoscopy sheath kedalam ruang sendi. Telescope dihubungkan dengan
kamera dan monitor dengan kabel khusus. Untuk penerangan dibutuhkan sumber
52
Gambar 3. Instrument inti Artroskopi TMJ8
Teknik :
Penempatan suatu kanula kecil ke dalam ruang sendi superior. kemudian suatu
arthroscope dengan sumber cahaya dimasukkan melalui kanula ke dalam ruang sendi
superior. arthroscope dihubungkan ke suatu kamera video dan monitor, yang akan
memperlihatkan secara sempurna seluruh aspek dari fossa glenoid dan aspek superior
diskus. Tteknik bedah yang digunakan kini melibatkan penempatan minimal dua
kanula ke dalam ruang sendi superior. Satu kanula digunakan untuk visualisasi
melewati kanula satunya lagi untuk memungkinkan instrumentasi di dalam sendi. sama
seperti perawatan bedah TMJ lainnya, pasien diberikan terapi fisik pasca bedah.
53
Gambar 4. Teknik TMJ arthroscopy
Seperti halnya prosedur bedah lain, bedah artroskopi juga dapat disertai dengan
Vascular injury, sebenarnya jarang terjadi jika prosedur dilakukan dengan tepat
dan hati – hati, perdarahan biasanya terjadi pada saat insersi trocar dan outflow
canule. Perdarahan kecil cukup ditekan tampon sedangkan jika mengenai arteri
atau vena yang cukup besar bisa di kauter atau ligasi. Perdarahan intra capsular
bisa juga terjadi selama intra operasi, untuk mengatasinya keluarkan dulu semua
Ekstravasasi cairan irigasi, biasanya terjadi jika terdapat sumbatan pada outflow
54
Scuffing, adalah terkelupasnya lapisan kartilago sendi pada saat insersi trocar
tajam. Untuk menghindarinya adalah pada saat insersi trocar arahnya harus
benar – benar tepat kea rah crest dari fossa glenoid setalah terasa menyentuh
berukuran sangat kecil sehingga resiko terjadinya patah sangat besar, oleh
karena itu operator harus benar – benar terlatih dalam penggunaannya. Istrumen
glenoid jika mengalami penekanan dengan daya yang cukup kuat. Resiko akan
Infeksi, dapat disebabkan oleh tindakan yang kurang asepsis selama operasi,
Nerve injury, saraf yang biasanya mengalami trauma pada saat prosedur
berlebihan dari cairan irigasi juga dapat menyebabkan cedera temporer pada n
55
3) Condylotomy
dengan gergaji Gigli. Teknik ini sekarang dilakukan dari intra oral. Aspek lateral dari
subsigmoid.
Gambar 5. Dua tipe insisi (subcondylar dan subsigmoid) pada vertical ramus
mandibular untuk condylotomy.
Hal ini mengurangi tekanan pada meniscus dan pergerakan kepala condyle
kearah anterior sehingga mengurangi nyeri dan seringkali mengurangi pergeseran dari
meniscus.
56
Metode lain dalam perawatan internal derangement, yang telah dipopulerkan oleh
Hall dan lainnya, adalah condylotomy modifikasi. Metode ini dapat digunakan untuk
osteotomy subsigmoid vertical intraoral. Terjadinya reposisi anterior dan inferior dari
yang lebih normal terhadap disk yang bergeser. Pergerakan condylar ini akibat dari
4) Condylectomy
TMJ. Digunakan pendekatan preaurikular, dan apabila condyles telah terekspos dengan
baik, dilakukan pemotongan pada leher sendi dan dibuang. Teknik ini biasanya
57
Gambar 8. Retraktor Dunn-Dautrey untuk melindungi arteri maksila interna selama
prosedur condilectomy.
5) Rekonstruksi TMJ
Pada kejadian yang jarang TMJ perlu dilakukan rekonstruksi. Sampai saat ini
tidak ada penggantian yang dapat menggantikan TMJ normal secara adekuat. Indikasi
hampir normal dan anatomis. Rekonstruksi TMJ parsial ataupun total mungkin
diperlukan. Terdapat protesa untuk fossa tetapi biasanya digunakan bersama dengan
penggantian condyle.
meniscus (contoh Teflon®). Material ini dapat menyebabkan reaksi giant cell terhadap
benda asing, dimana terjadi kerusakan tanpa henti terhadap jaringan sekitarnya. Oleh
sebab itu, material ini sekarang sudah tidak digunakan. Graft autogenus seperti kartilago
58
aurikuler dan dermis terkadang digunakan. Komplikasi potensial dari graft ini adalah
gangguan atau displacement, pembentukan kista dengan graft dermal dan fibrous
ankyloses.
Ankylosis dapat diterapi dengan flap otot temporalis, gap arthroplasty atau
Metode yang biasa digunakan dalam gap arthroplasty adalah pemotongan parallel
sekitar 1 cm dari sigmoid notch ke ramus posterior (Gambar 9). Gap arthroplasty
pengambilan blok tulang: baik semua kondilus (kondilektomi) atau bagian yang tebal
dari leher condylar yang disebut sebagai gap artroplasti . Ruang sendi baru dibuat di
bawah ruang sendi asli (Gambar 10) dan graft dimasukkan ke dalam ruang sendi baru
untuk mencegah penyatuan tulang atau reankilosis. Karena kehilangan ramus yang
cukup besar, beberapa gangguan oklusal pasca operasi terjadi dan jika dilakukan secara
59
Gambar 10. Gap arthroplasty.
6. Coronoidektomy
berat yang disebabkan oleh perubahan atrofi pada tendon otot temporalis sekunder
akibat penyakit.
dan permukaan posterior dari tulang zygomatik yang mengakibatkan hambatan mekanis
yang tidak nyeri pada pembukaan mulut. Dengan demikian, koronoidektomi memegang
mulut. Terlepas dari ini, jika flap otot / fasia temporalis digunakan dalam artroplasti
interposisi, ada jaringan parut pada otot, membatasi pembukaan mulut kecuali
60
Gambar 11. Coronoidektomy
PERAWATAN POSTOPERATIVE
Perawatan postoperative jelas merupakan aspek yang sangat penting pada setiap
pembedahan intracapsuler. Mobilisasi dini dan agresif dari sendi sama memegang
peranan untuk suksesnya perawatan. Mobilisasi progresif dengan latihan gerakan aktif
setelah operasi. Pada pasien dengan operasi multiple atau masalah yang berlanjut
dengan adhesi dan pembentukan tulang heterotopic dapat dibantu dengan alat
beberapa minggu pertama setelah operasi. Disarankan untuk diet lunak pada 4-6 minggu
pertama setelah pembedahan. Apabila nyeri telah hilang dan didapatkan pembukaan
61
DAFTAR PUSTAKA
2. Malik, Neelima Anil, ed. Textbook of oral and maxillofacial surgery. 3rd ed.,
3. Bumann A., Lotzmann U. TMJ Disorders and Orofacial Pain, The Role of
4. Atkinson M. Anatomy for Dental Students. 4th edition. Oxford University Press.
2013. p.241-256.
Wiley-Blackwell, 2011.
6. Baker E.W., et al. Anatomy for Dental Medicine, Latin Nomenclature. Thieme.
2016. p.164-167.
http://hapynfun.blogspot.com/2008/02/p encitraan-temporomandibular -
discorder.html. 2008.
11. Bell WE, 1982, Clinical Management of Temporomandibular Disorders, Year Book
Medical Pub.Chicago.
12. Bumann and Lotzman, TMJ Disorders and Orofacial Pain : The Role of Dentistry in
62
13. Celic, Robert; Jerolimov, Vjekoslav; Zlataric, Dubravka Knezovic dan Klaic, Boris.
14. Dipoyono, HM. Gambaran Umum Problema TMJ. Seminar All About TMJ. 2010.
16. Quinn PD, Granquist EJ. Atlas of Temporomandibular Joint Surgery. Second
17. Malik NA. Textbook Of Oral and Maxillofacial Surgery. 3rd Edition. Jaypee
18. Sidebottom, Andrew James, and Nabeela Ahmed. "The Role of Arthroscopy and
Arthrocentesis in TMJ management." Face Mouth & Jaw Surgery 2.1 2012
19. Helen EG, DDS, MD David CS, DMD, MD. Management of complication
Germany. 2018
Surgery, First Edition.John Wiley & Sons, Inc. Published. Oxford. 2015
Missouri. 2016
24. Langdon J. Patel M. etc. Operative Oral and Maxillofacial Surgery. Hodder &
63
25. Fonseca RJ.etc. Oral And Maxillofacial Surgery. 3rd Edition. Elsevier.
26. Andersen L. etc. Essentials of Oral and Maxillofacial Surgery. Wiley Blackwell.
USA. 2014
64