Anda di halaman 1dari 10

e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan

Volume V No 1 Oktober 2016


ISSN: 2302-3600

KAJIAN PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG TAPIOKA SEBAGAI


BINDER DALAM PAKAN BUATAN TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN
NILA GIFT (Oreochromis sp.)

Ike Yunita Sari*†, Limin Santoso*, Suparmono*

ABSTRAK

Ikan nila (Oreohromis sp.) merupakan ikan air tawar yang memiliki nilai
ekonomis tinggi sehingga banyak dibudidayakan. Faktor penting dalam budidaya
ikan adalah ketersediaan pakan. Harga bahan baku pakan yang semakin tinggi
menyebabkan harga pakan meningkat, sehingga untuk menekan harga pakan perlu
dicari bahan baku lokal yang mudah didapat dan harga terjangkau. Salah satunya
dengan memanfaatkan tepung tapioka sebagai bahan perekat untuk pakan buatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan tepung tapioka
sebagai bahan perekat pada pakan ikan nila. Penelitian dilaksanakan pada bulan
April hingga Mei 2016 di Laboratorium Perikanan Fakultas Pertanian Universitas
Lampung. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap
dengan 4 perlakuan dan tiga ulangan yaitu A (pakan ikan dengan perekat carboxy
methyl cellulose 2,5%), B (pakan ikan dengan perekat tepung tapioka 5%), C (pakan
ikan dengan perekat tepung tapioka 7,5%), dan D (pakan ikan dengan perekat
tepung tapioka 10%). Data yang diperoleh dianalisis dengan uji ANOVA dan
dilanjutkan dengan uji BNT. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan D (pakan
ikan dengan perekat tepung tapioka 10%) memberikan pengaruh nyata terhadap
ketahanan pakan dalam air, laju pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila.
Perlakuan D menghasilakan pertumbuhan berat mutlak 3,68 gram, daya tahan
pakan dalam air paling lama 83 menit 26 detik, rasio konversi pakan 1,17 dan
kelangsungan hidup 100%.

Kata Kunci : ikan nila, pakan, bahan perekat, tepung tapioka, pertumbuhan.

Pendahuluan Filipina pada tahun 1987. Ikan ini


Ikan nila GIFT (Geneticaly didatangkan ke Indonesia pada tahun
Improvement of Farmed Tilapia) adalah 1994 melalui Balai Penelitian Perikanan
salah satu jenis ikan air tawar yang Air Tawar (Khairuman dan Amri,
dikembangkan pertama kali oleh 2003). Pada kegiatan budidaya ikan,
International Center for Living Aquatic pakan merupakan kebutuhan penting
Research Management (ICLARM) di yang harus dipenuhi. Pakan merupakan
*
Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Jl. Prof. Sumantri
Brodjonegoro No. 1 Gedong Meneng Bandar Lampung 35141

Email: Ikeyunitasar1@yahoo.co.id

© e-JRTBP Volume 5 No 1 Oktober 2016


538 Kajian Penambahan Tepung Tapioka Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila Gift

sumber energi, pertumbuhan dan yang digunakan adalah akuarium


perkembangbiakan. Penggunaan bahan ukuran 50x40x40 cm sebanyak 12 buah,
perekat sangat menentukan kualitas selang aerasi, batu aerasi, scopnet,
pelet yang akan dihasilkan, karena toples, selang sipon, timbangan analitik,
bahan perekat dapat menjaga keutuhan thermometer, DO meter, pH Test Paper
komponen-komponen penyusun pakan dan blower. Ikan uji berasal dari Balai
serta dapat memperkuat ikatan Benih Ikan Kota Metro sebanyak 180
penyusun pakan sehingga pakan yang ekor berukuran 3-4 cm dengan padat
dihasilkan tidak mudah rapuh dan tebar 15 ekor/akuarium. Pakan yang
hancur. Bahan perekat pakan dapat digunakan adalah pakan buatan dengan
dibedakan menjadi dua jenis yaitu bahan baku tepung ikan, tepung kedelai,
bahan perekat alami dan buatan. Bahan tepung jagung, dedak, premiks, minyak
perekat alami telah banyak digunakan ikan, tepung tapioka dan CMC.
sebagai bahan perekat untuk berbagai Rancangan yang digunakan Rancangan
pakan, antara lain tepung tapioka, Acak Lengkap dengan perlakuan A
tepung gaplek, molase, serta rumput (Pakan ikan dengan perekat cmc 2,5%)
laut. Bahan perekat sintetis yang biasa perlakuan B (Pakan buatan dengan
digunakan adalah CMC (carboxy perekat tepung tapioka 5%), perlakuan
methyl cellulose), Namun dari sisi harga C (Pakan buatan dengan perekat tepung
CMC kurang ekonomis apabila tapioka 7,5%) perlakuan D (Pakan
digunakan sebagai bahan perekat pakan buatan dengan perekat tepung tapioka
ikan dan merupakan bahan baku impor, 10%).
sehingga diperlukan bahan perekat
alami yang memiliki potensi perekat Pada proses pembuatan pakan, bahan
yang baik, dengan penggunan bahan baku ditimbang dan dicampur sesuai
baku lokal, harga terjangkau, dengan formulasi yang telah ditentukan
persediaannya terjamin dan tidak kemudian dicetak dan dikeringkan. Ikan
bersaing dengan kebutuhan manusia. uji ditempatkan dalam akuarium
Tepung tapioka merupakan bahan baku sebanyak 15 ekor/akuarium dengan
lokal yang berlimpah, mudah diolah dan volume air 55 liter. Frekuensi
harganya relatif murah. Selain memiliki pemberian pakan tiga kali sehari pada
kandungan karbohidrat yang cukup pukul 08.00 pagi, 12.00 siang dan 17.00
tinggi tepung tapioka mengandung sore, dengan feeding rate (FR) 5% dari
amilosa sebesar 17% dan amilopektin bobot tubuh. Sampling dilakukan setiap
83% sehingga dapat dijadikan alternatif 10 hari sekali selama masa
bahan perekat alami pada pakan ikan. pemeliharaan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Analisis data yang diukur yaitu
pengaruh penambahan tepung tapioka hubungan panjang-berat, faktor kondisi,
sebagai bahan perekat pada pakan ikan frekuensi kejadian, indeks pilihan, dan
nila. nilai indeks dominansi.
Parameter penelitian yang diamati
Metode Penelitian berupa uji fisik pakan (water stability),
Penelitian dilaksanakan pada bulan uji kimia pakan (proksimat) dan uji
April sampai Mei 2016 selama 40 hari biologi seperti tingkat kelangsungan
bertempat di Laboratorium Budidaya hidup (SR), pertumbuhan berat mutlak,
Perairan Universitas Lampung. Wadah rasio konversi pakan dan kualitas air.

© e-JRTBP Volume 5 No 1 Oktober 2016


Ike Yunita Sari, Limin Santoso dan Suparmono 539

Pengujian daya tahan pakan dalam air


Kelangsungan hidup diperoleh dilakukan dengan cara merendam 5
berdasarkan persamaan yang batang contoh pelet yang akan diuji ke
dikemukakan oleh Zonneveld et al., dalam 1 liter air, pengamatan dilakukan
(1991) yaitu: sejak pelet direndam sampai pecah atau
hancur.
𝑁
𝑆𝑅 = 𝑁𝑡 𝑥 100 %............................(1)
𝑜 Parameter kualitas air yang diukur
dalam penelitian meliputi pH, suhu,
Keterangan: oksigen terlarut (DO) dan amoniak.
SR = kelangsungan hidup (%) Parameter tersebut diamati sebanyak
Nt = Jumlah ikan pada akhir penelitian tiga kali yaitu pada awal, tengah dan
(ekor) akhir penelitian.
No = Jumlah ikan pada awal penelitian
(ekor) Data dianalisis menggunakan sidik
ragam. Apabila perlakuan berpengaruh
Pertumbuhan mutlak dihitung terhadap peubah yang diukur, maka
dengan menggunakan rumus Effendi dilanjutkan dengan uji beda nyata
(1997) sebagai berikut : terkecil dengan selang kepercayaan
95% (Steel and Torrie, 2001).
𝑊 = 𝑊𝑡 − 𝑊𝑜 …………...……..(2)
Hasil dan Pembahasan
Keterangan: Water stability merupakan tingkat
W = Pertumbuhan berat mutlak (g) ketahanan pakan di dalam air atau
Wt = Berat rata-rata akhir (g) berapa lama waktu yang dibutuhkan
Wo = berat rata-rata awal (g) hingga pakan lembek dan hancur. Daya
tahan pakan didalam air dari waktu
Rasio konversi pakan atau Feed terlama hingga waktu tercepat secara
Convertion Ratio (FCR) adalah berturut-turut yaitu perlakuan D (83
perbandingan antara jumlah pakan yang menit 26 detik), C (35 menit 21 detik),
diberikan dengan daging ikan yang B (32 menit 40 detik) dan A (12 menit
dihasilkan. Rasio konversi pakan 36 detik). Berdasarkan uji statistik pada
dihitung dengan menggunakan rumus selang kepercayaan 95% menunjukan
Zonneveld et al., (1991) sebagai bahwa perlakuan A berbeda nyata
berikut: dengan perlakuan B, C dan D sedangkan
𝐹
perlakuan B dan C tidak berbeda nyata.
𝐹𝐶𝑅 = ……………..(3) Hasil pengujian daya tahan pakan dalam
𝑊𝑡 −𝑊𝑜
Keterangan: air dapat dilihat pada Gambar 1.
FCR = Rasio konversi pakan Data yang telah diperoleh menunjukkan
F = Jumlah total pakan yang diberikan bahwa pakan uji yang memiliki water
(g) stability terendah adalah pakan uji A
Wt = Berat ikan pada akhir penelitian dan pakan uji yang memiliki water
(g) stability tertinggi adalah pakan uji
Wo = Berat ikan pada awal penelitian dengan penambahan bahan perekat
(g) tepung tapioka 10%. Hal ini diduga
karena terjadinya proses gelatinisasi

© e-JRTBP Volume 5 No 1 Oktober 2016


540 Kajian Penambahan Tepung Tapioka Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila Gift

yang menyebabkan ikatan partikel karena pelet yang dihasilkan menjadi


bahan pakan sangat kuat sehingga daya padat dan tidak mudah pecah. Daya
tahan pakan dalam air menjadi lama. tahan pakan dalam air dipengaruhi oleh
Pakan ikan dengan penambahan tepung jenis perekat yang digunakan. Pakan
tapioka sebesar 10% memiliki daya yang mampu bertahan lama di dalam air
tahan pakan dalam air terbaik. Hal ini memiliki peluang termanfaatkan secara
disebabkan tepung tapioka mengandung optimal oleh organisme. Sehingga
banyak amilosa dan amilopektin mampu meningkatkan konsumsi pakan,
sehingga dipanaskan akan menjadi zat pertumbuhan dan produktifitas usaha
yang dapat merekatkan suatu partikel. budidaya. Sebaliknya daya tahan pakan
Dengan demikian penambahan tepung yang rendah menyebabkan pemborosan
tapioka sangat membantu dalam pakan dan mencemari media budidaya
pembuatan pakan berbentuk pelet, (Hariadi 2005).

Gambar 1.Water Stability Pakan Uji


Kandungan nutrien pakan uji dapat proksimat. Berdasarkan analisis
diketahui dengan melakukan uji kimia proksimat didapatkan hasil seperti pada
pakan yaitu dengan melakukan analisis Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Uji Proksimat Pakan Uji


Pakan Perlakuan
No Analisis (%)
A B C D
1 Karbohidrat 32,02 24,03 23,53 32,32
2 Lemak 8,91 24,66 21,90 12,68
3 Protein 29,28 19,64 20,59 19,92
4 Serat Kasar 7,43 12,24 14,96 16,35
5 Kadar Air 9,42 6,54 6,30 6,07
6 Kadar Abu 12,92 12,86 12,68 12,63

Komponen penghasil energi utama proses pemanasan, karena protein rawan


dalam pakan ikan adalah protein, lemak rusak terhadap pemanasan suhu tinggi
dan karbohidrat. Hasil uji proksimat (Irfak, 2013). Selain itu untuk mengatasi
menunjukan kandungan protein pada kebutuhan protein yang rendah pada
perlakuan A lebih tinggi dibandingkan pakan ikan nila dapat diatasi dengan
dengan perlakuan yang lain. Penurunan menggunakan karbohidrat. Karbohidrat
kandungan protein disebabkan oleh merupakan salah satu sumber energi
© e-JRTBP Volume 5 No 1 Oktober 2016
Ike Yunita Sari, Limin Santoso dan Suparmono 541

dalam makanan ikan untuk menghemat mengandung 9,6 kkal/g mempunyai


penggunaan protein. Kandungan nilai kalori efektif sebesar 8 kkal/g
karbohidrat yang tinggi juga untuk ikan (Wedemeyer,1996). Dalam
dipengaruhi oleh penambahan tepung kaitan dengan pakan buatan, adanya
tapioka yang merupakan salah satu lemak dalam pakan berpengaruh
sumber karbohidrat dan dapat terhadap rasa dan tekstur pakan yang
merekatkan komponen pakan. dibuat.
Karbohidrat disimpan sebagai glikogen Pertumbuhan merupakan perubahan
yang dapat digunakan sebagai ukuran baik berat maupun panjang
kebutuhan cadangan energi. dalam suatu periode atau waktu tertentu
Karbohidrat salah satu komponen yang (Effendie, 1997). Pertumbuhan berat
berperan sebagai sumber energi bagi mutlak ikan nila GIFT selama 40 hari
ikan serta bersifat sparing effect bagi pemeliharaan yang tertinggi sampai
protein. Karbohidrat lebih mudah larut terendah berturut-turut sebagai berikut,
dalam air dan dapat digunakan sebagai benih ikan nila GIFT yang diberikan
perekat untuk memperbaiki stabilitas perlakuan pakan D (3,68 gr), pakan A
pakan. Kekurangan karbohidrat dan (3,15 gr), pakan C (2,70 gr) dan pakan
lemak dapat menyebabkan B (2,59 gr). Berdasarkan hasil pengujian
pertumbuhan terhambat karena ikan statistik pada selang kepercayaan 95%
menggunakan protein sebagai sumber menunjukan bahwa penggunaan bahan
energi. Lemak dalam makanan perekat sintetis CMC dan bahan perekat
mempunyai peran yang penting sebagai alami tepung tapioka 10% memberikan
sumber tenaga, bahkan dibanding pengaruh yang berbeda nyata terhadap
dengan protein dan karbohidrat, lemak pertumbuhan ikan nila GIFT.
dapat menghasilkan tenaga yang besar. Sedangkan pada perlakuan B dan C
Protein dan karbohidrat berisi sekitar tidak berbeda nyata. Pertumbuhan berat
4,6 kkal/g, tetapi ikan hanya dapat mulak ikan GIFT dapat dilihat pada
menghasilkan 3,9 kkal/g untuk protein Gambar 2.
dan 1,6 kkal/g untuk karbohidrat. Lipid

Gambar 2. Pertumbuhan Berat Mutlak Ikan Nila GIFT


Keterangan: Huruf yang sama pada histogram menunjukan tidak berbeda nyata antar perlakuan pada tingkat kepercayan 95%

Berdasarkan Grafik 2. dapat diketahui tepung tapioka sebanyak 10% memiliki


bahwa penambahan bahan perekat pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan

© e-JRTBP Volume 5 No 1 Oktober 2016


542 Kajian Penambahan Tepung Tapioka Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila Gift

perlakuan yang lainnya. Hal ini oleh ikan. Pengamatan pertumbuhan


dikarenakan pakan dengan bahan berat ikan dilakukan setiap sepuluh hari
perekat tepung tapioka sebesar 10% sekali selama 40 hari masa
mampu mendukung pertumbuhan yang pemeliharaan. Secara lebih jelas
lebih baik dari pakan lainnya. Tepung pertumbuhan berat ikan selama masa
tapioka merupakan bahan perekat alami pemeliharaan dapat dilihat pada
sehingga dapat dengan mudah dicerna Gambar 3
.
5.00

4.00
CMC
3.00 T. Tapioka 5%
2.00 T. Tapioka 7,5%
T. Tapioka 10%
1.00

0.00
Gambar 3. Grafik Penambahan Berat Ikan Nila GIFT

GIFT di atas menunjukkan rata-rata pertumbuhan yang lebih tinggi terutama


pertumbuhan berat semakin meningkat pada 20 hari masa pemeliharaan hingga
dengan bertambahnya waktu akhir.
pemeliharaan yaitu pada hari ke-0 Kelangsungan hidup merupakan
hingga hari ke-40. Pertumbuhan mutlak persentase organisme yang hidup pada
perlakuan B (Tepung Tapioka 5%) akhir pemeliharaan yang ditebar pada
menunjukan pertumbuhan yang lebih saat pemeliharaan dalam suatu wadah
rendah dari perlakuan yang lain, (Yulianti, 2003). Tingkat kelangsungan
sedangkan perlakuan D (Tepung hidup ikan nila GIFT dapat dilihat pada
Tapioka 10%) menunjukan Gambar 4
.
120 96 ± 0,58 98 ± 0,58 100 ± 0,00
93 ± 0,00
Kelangsungan Hidup

100
80 CMC
(%)

60 T.Tapioka 5%
40
T.Tapioka 7,5%
20
a a a b T.Tapioka 10%
0
A B C D
Perlakuan
Gambar 6. Kelangsungan Hidup Ikan Nila GIFT
Keterangan: Huruf yang sama pada histogram menunjukan tidak berbeda nyata antar perlakuan pada tingkat kepercayan 95%

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa persentase tingkat kelangsungan hidup


kelangsungan hidup ikan tertinggi 100% yang diikuti selanjutnya pada
diperoleh pada perlakuan D dengan perlakuan C dengan tingkat

© e-JRTBP Volume 5 No 1 Oktober 2016


Ike Yunita Sari, Limin Santoso dan Suparmono 543

kelangsungan hidup 98%, kemudian diduga stres akibat penanganan yang


perlakuan B dengan tingkat kurang baik selama penelitian
kelangsungan hidup 96% dan tingkat berlangsung. Kesalahan prosedur dalam
kelangsungan hidup terendah pada budidaya ikan seperti padat tebar yang
perlakuan A yaitu sebesar 93%. terlalu tinggi, penanganan pada waktu
Kelangsungan hidup ikan nila yang tebar, panen dan pengangkutan ikan
dipelihara pada media akuarium yang kurang hati-hati menyebabkan
didapatkan nilai kelangsungan hidup ikan stres dan terluka (Widiyati dan
berkisar antara 91,67-100% (Setiawati, Praseno, 2002).
2003). Kematian benih ikan pada Data perhitungan rasio konversi pakan
perlakuan A, B dan C terjadi setelah pada ikan nila GIFT untuk tiap-tiap
penimbangan ikan yang dilakukan saat perlakuan selama penelitian dapat
sampling, sehingga kematian ikan dilihat pada Gambar 5.

1.50 1,30 ± 0,08 1,14 ± 0,25 1,17 ± 0,11


Rasio Konversi Pakan

1,02 ± 0,03
1.00 CMC
T.Tapioka 5%
0.50 T.Tapioka 7,5%

b b b T.Tapioka 10%
0.00
A
B C D
Perlakuan

Gambar 5. Rasio Konversi Pakan


Keterangan: Huruf yang sama pada histogram menunjukan tidak berbeda nyata antar perlakuan pada tingkat kepercayan 95%

Nilai rasio konversi pakan paling rendah angka 2. Hasil uji statistik pada selang
terdapat pada pemeliharaan ikan kepercayaan 95% menunjukkan bahwa
menggunakan bahan perekat tepung perlakuan A berbeda nyata dengan
tapioka 5% yaitu perlakuan B sebesar perlakuan B, tetapi tidak berbeda nyata
1,02 kemudian diikuti dengan dengan perlakuan C dan D. Nilai rasio
pemeliharaan ikan menggunakan bahan konversi pakan pada pemeliharaan ikan
perekat tepung tapioka 7,5% yaitu dengan penambahan bahan perekat
perlakuan C sebesar 1,14, pemeliharaan tepung tapioka 5% yaitu sebesar 1,02
ikan menggunakan bahan perekat merupakan yang paling rendah dan
tepung tapioka 10% yaitu perlakuan D berbanding lurus dengan pertumbuhan
sebesar 1,17 dan rasio konversi pakan ikan. Pada perlakuan A didapatkan nilai
tertinggi didapat pada pemeliharaan rasio konversi pakan tertinggi sebesar
ikan menggunakan bahan perekat 1,30 yang artinya untuk menghasilkan 1
sintetis carboxy methyl cellulose kg daging ikan diperlukan pakan
sebesar 1,30. Nilai rasio konversi pakan sebanyak 1,30 kg pakan ikan. Pakan
pada penelitian ini cukup efisien pada yang diberikan pada perlakuan A untuk
setiap perlakuan yang masih dibawah benih ikan nila diberikan dalam jumlah

© e-JRTBP Volume 5 No 1 Oktober 2016


544 Kajian Penambahan Tepung Tapioka Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila Gift

yang banyak, akibatnya ikan perlakuan A tinggi. Pada perlakuan D


megkonsumsi pakan yang lebih banyak didapakan nilai rasio konversi pakan
untuk meningkatkan pertumbuhan, akan sebesar 1,17 dengan pertumbuhan berat
tetapi karena jumlah pakan yang ikan yang paling tinggi. Sehingga nilai
diberikan melebihi dari batas rasio konversi pakan paling baik pada
kemampuan dari ikan untuk perlakuan D, hal tersebut dikarenakan
mengkonsumsi pakan tersebut pada perlakuan D rasio konversi pakan
mengakibatkan sebagian pakan tidak rendah dengan pertumbuhan berat ikan
dimanfaatkan secara efisien oleh ikan, yang tinggi dibandingkan pada
sehingga nilai konversi pakan pada perlakuan yang lainnya.

Tabel. 2 Kualitas Air Selama Pemelihaaraan


Perlakuan Optimal
No Parameter
A B C D
1 Suhu (°C) 28,0-29,0 28,0-29,0 27,5-29,0 27,5-29,0 25-30(b)
2 pH 7 7 7 7 6,5-8,0(b)
3 DO (mg/l) 3,8-4,4 3,8-4,2 3,6-4,2 3,6-4,2 3,59-9,65(a)
4 Amoniak (mg/l) 7-9 x 10-5 7-9 x 10-5 6-8 x 10-5 6-9 x 10-5 1(b)

Kualitas air selama pemeliharaan masih 1 mg/L. Selama pemeliharaan


dalam kondisi optimal, hal ini parameter kualitas air menunjukan
dikarenakan media pemeliharaan dalam kondisi yang baik dan tidak
dilakukan pengontrolan agar kualitas air mempengaruhi pertumbuhan dan
tetap dalam kondisi yang optimal, kelangsungan hidup ikan nila GIFT.
sehingga menciptakan lingkungan yang
sesuai dengan habitat ikan nila GIFT. Simpulan
Selama pemeliharaan berlangsung suhu Penambahan tepung tapioka sebagai
tercatat antara 27-29°C. Hal ini sesuai bahan perekat sebanyak 10%
dengan Khairuman dan Amri (2005) memberikan pengaruh terhadap
yang menyatakan suhu optimsl untuk pertumbuhan benih ikan nila GIFT
ikan nila yaitu 25-30°C. Selama dengan pertumbuhan berat mutlak 3,68
pemeliharaan tercatat pH yaitu 7, hal ini gram, daya tahan pakan dalam air paling
sesuai dengan pernyataan Khairuman lama 83 menit 26 detik, rasio konversi
dan Amri (2005) yang menyatakan pakan 1,17 dan kelangsungan hidup
bahwa kisarab pH yang diperlukan oleh ikan nila 100%.
ikan nila yaitu 6,5-8. Kandungan
oksigen terlarut selama pemeliharaan
berada dalam batas toleransi. Oksigen
terlarut selama penelitian adalah 3,6-4,4 Daftar Pustaka
mg/L. Menurut Handayani (2006) Effendie, M. I. 1997. Metode Biologi
oksigen terlarut yang dibutuhkan ikan Perikanan. Fakultas Perikanan.
yaitu 3,59-9,65 mg/L. Kadar amoniak Institut Pertanian Bogor. Bogor. 92-
selama masa pemeliharaan masih dalam 132 hlm.
batas toleran. Khoiruman dan Amri Handayani, H. 2006. Pemanfaatan
(2005) menyatakan bahwa kandungan Tepung Azolla sebagai Penyusun
amoniak dalam air tidak boleh melebihi Pakan Ikan Nila Gift (Oreochromis

© e-JRTBP Volume 5 No 1 Oktober 2016


Ike Yunita Sari, Limin Santoso dan Suparmono 545

sp.).Jurnal aquaculture, vol 1, N02. Zonneveld, N., E.A. Huisman, J.H.


September, 2006 : 162-170. Boom. 1991. Prinsip-prinsip
Hariadi, B. A. Haryono, U. Susilo. budidaya ikan. Gramedia Pustaka
2005. Evaluasi efisiensi pakan Utama, Jakarta. 318 hal.
danefisiensi protein pada pakan ikan
nila (Oreochromis niloticus) yang
diberi pakan dengan kadar
karbohidrat dan energi yang berbeda.
Jurnal Ichtyos, 4(2); 88-92 hal.
Irfak, K. 2013. Desain Optimal
Pengolahan Sludge Padat Biogas
Sebagai Bahan Baku Pakan Ikan
Lele. Di Magetan, Jawa Timur.
Skripsi. FakultasPertanian UB.
Malang.
Khairuman, dan Amri, K. 2003.
Budidaya Ikan Nila. Jakarta: PT
Agromedia Pustaka. 18-29 hlm.
Khoiruman, dan Amri, K. 2005.
Budidaya Ikan Nila Secara Intensif.
Gramedia Pustaka. Jakarta. 25-36
hlm.
Setiawati. 2003. Pertumbuhan dan
efisiensi Pakan Ikan Nila Merah
(Oreochromis sp.) yang dipelihara
pada media bersalinitas. Jurnal
Aquaculture. Vol 2, No 1. 2003;27-
30.
Steel, R.G.D dan J.H. Torrie. 2001.
Prinsip dan Prosedur statistika.
Gramedia pustaka Utama. Jakarta.
Wedemeyer, G.A. 1996. Physhiology of
Fish in Intensive Culture
Systems.New York: An International
Thomson Publishing Company.
Widiyati, A., Praseno,O. 2002.
Peranan vitamin C Dalam Mencegah
dan Mengurangi Stres Pada Benih
Ikan. Warta Penelitian Perikanan
Indonesia, 8(1):853-894.
Yulianti, P. 2003. Pengaruh Padat
Penebaran terhadap Pertumbuhan
dan Sintasan Dederan Ikan Nila Gift
(Oreochromis sp.) di Kolam.Jurnal
Ikhtiologi Indonesia, Vol 3, No 2.
Desember 2003.

© e-JRTBP Volume 5 No 1 Oktober 2016


546 Kajian Penambahan Tepung Tapioka Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila Gift

© e-JRTBP Volume 5 No 1 Oktober 2016

Anda mungkin juga menyukai