Anda di halaman 1dari 8

COMMUNITY DEVELOPMENT: PROGRAM PENDUKUNG

TERLAKSANYA POSYANDU

A. PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari program
pembangunan secara keseluruhan. Keberhasilan pelaksanaan pembangunan
dalam bidang kesehatan sangat tergantung pada peran aktif masyarakat yang
bersangkutan. Pembangunan di bidang kesehatan mempunyai arti yang
penting dalam kehidupan nasional, khususnya didalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan. Untuk mencapai keberhasilan tersebut erat kaitannya
dengan pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia sebagai modal
dasar pembangunan nasional. Pengembangan sumber daya manusia
merupakan suatu upaya yang besar, sehingga tidak hanya dilakukan oleh
pemerintah saja tanpa adanya keterlibatan masyarakat. Salah satu upaya untuk
menciptakan pembangunan kesehatan adalah posyandu (Effendi, 1998).
Posyandu adalah milik masyarakat, dilaksanakan oleh masyarakat dan
ditujukan untuk kepentingan umum. Posyandu tersebar di lebih dari 70.000
desa di Indonesia. Pada tahun 2010, diperkirakan sekitar 91,3% anak 6-11
bulan dan 74,5% balita dibawa ke Posyandu sekurang-kurangnya satu kali
selama enam bulan terakhir. Tujuan didirikannya Posyandu adalah dalam
upanya untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak balita, angka
kelahiran agar terwujud keluarga kecil bahagia dan sejahtera, Pos pelayanan
terpadu (Posyandu) ini merupakan wadah titik temu antara pelayanan
professional dari petugas kesehatan dan peran serta masyarakat dalam
menanggulangi masalah kesehatan masyarakat, terutama dalam upaya
penurunan angka kematian bayi dan angka kelahiran (Kemenkes RI, 2011).
Dimana kegiatan tersebut dilaksanakan oleh kader-kader kesehatan
terpilih yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan dari puskesmas
mengenai pelayanan kesehatan dasar. Kader-kader ini diperoleh dari wilayah
sendiri yang terlatih dan terampil untuk melaksanakan kegiatan rutin di
Posyandu maupun di luar hari buka Posyandu. Untuk mewujudkan tujuan
posyandu tersebut maka perlu dibarengi dengan mutu pelayanan kesehatan

1
yang berkualitas oleh kader Posyandu dan program program pendukung untuk
terlaksananya kegiatan Posyandu ini (Dekpes RI, 2006).

B. TINJAUAN PUSTAKA
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk, dan
bersama masyarakat, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan
kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar.
Upaya peningkatan peran dan fungsi Posyandu bukan semata-mata
tanggungjawab pemerintah saja, namun semua komponen yang ada di
masyarakat, termasuk kader. Peran kader dalam penyelenggaraan Posyandu
sangat besar karena selain sebagai pemberi informasi kesehatan kepada
masyarakat juga sebagai penggerak masyarakat untuk datang ke Posyandu dan
melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat (Kemenkes RI, 2012).
Istilah Posyandu yang dikenal sebagai Pos Pelayanan Terpadu adalah
suatu tempat yang kegiatannya tidak dilakukan setiap hari melainkan satu
bulan sekali diberikan oleh pemberi pelayanan kesehatan dan terdiri dari
beberapa pelayanan kesehatan yaitu pelayanan pemantauan pertumbuhan berat
badan balita, pelayanan imunisasi, pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Pelayanan Ibu berupa pelayanan ANC (Antenatal Care), kunjungan pasca
persalianan (Nifas) sementar. Pelayanan Anak berupa deteksi dan intervensi
dini tumbuh kembang balita dengan maksud menemukan secara dini kelainan-
kelainan pada balita dan melakukan intervensi segera, pecegahahan dan
penanggulangan diare dan pelayanan kesehatan lainnya sasaran Posyandu
terdiri atas pasangan usia subur, ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan balita
(Arali, 2008).
Lima kegiatan Posyandu selanjutnya dikembangkan menjadi tujuh
kegiatan Posyandu (Sapta Krida Posyandu), yaitu Kesehatan Ibu dan Anak,
Keluarga Berencana, Immunisasi, Peningkatan gizi, Penanggulangan Diare,
Sanitasi dasar. Cara-cara pengadaan air bersih, pembuangan kotoran dan air
limbah yang benar, pengolahan makanan dan minuman, dan Penyediaan Obat
essensial. Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh Kader,

2
tim penggerak PKK Desa/ Kelurahan dan petugas kesehatan dari Puskesmas.
Kegiatan pelayanan masyarakat dilakukan dengan sistem 5 (lima) meja, yaitu
untuk meja satu sampai empat dilakukan oleh kader kesehatan dan meja lima
dilaksananak oleh petugas kesehatan seperti, dokter, bidan, perawat, juru
imunisasi dan sebagainya (Shakira, 2009).
Manfaat Posyandu bagi masyarakat yaitu mendukung perbaikan
perilaku, keadaan gizi dan kesehatan keluarga sehingga: mendukung perilaku
hidup bersih dan sehat, memperoleh kemudahan untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan dasar, mendukung pencegahan penyakit yang berbasis
lingkungan dan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, mendukung
pelayanan KB, memperoleh bantuan dalam pemecahan masalah kesehatan,
efisiensi dalam mendapatkan pelayanan terpadu. Bagi Kader, pengurus
Posyandu dan tokoh Masyarakat yaitu mendapatkan informasi tentang upaya
kesehatan, dapat membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan.
Bagi Puskesmas yaitu sebagai pusat pemberdayaan masyarakat dan pusat
pelayanan kesehatan, membantu masyarakat dalam pemecahan masalah
kesehatan, meningkatkan efisiensi waktu, tenaga dan dana dengan pemberian
pelayanan secara terpadu. Bagi Sektor Lain yaitu lebih spesifik membantu
masyarakat dalam pemecahan masalah, meningkatkan efiseiansi pemberian
pelayanan sesuai tupoksi masing-masing (Azwar, 2007).
Tujuan Posyandu yaitu menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB),
Angka Kematian Ibu ( ibu Hamil, melahirkan dan nifas), membudayakan
NKKBS, meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang
menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera, berfungsi sebagai
Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, Gerakan Ketahanan
Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera (Arali, 2008).
Jenis Posyandu, dilihat dari indikator-indikator yang ditetapkan oleh
Depkes RI 2006, Posyandu secara umum dapat dibedakan menjadi 4 (empat)
tingkat yaitu : Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang
ditandai oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta
jumlah kader terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang. Penyebab tidak

3
terlaksananya kegiatan rutin bulanan Posyandu, disamping jumlah kader yang
terbatas, dapat pula karena belum siapnya masyarakat. Intervensi yang dapat
dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah memotivasi masyarakat serta
menambah jumlah kader. Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat
melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah
kader sebanyak 5 orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya
masih rendah yaitu < 50%. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan
peringkat adalah meningkat cakupan dengan mengikut sertakan tokoh
masyarakat sebagai motivator serta lebih menggiatkan kader dalam mengelola
kegiatan Posyandu. Posyandu Purnama Posyandu yang sudah melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5
(lima) orang atau lebih. Cakupan utamanya > 50% serta mampu
menyelenggarakan program tambahan seta telah memperoleh sumber
pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya
masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu.
Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan
lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata kader sebanyak 5 (lima) orang atau
lebih. Cakupan dari kegiatan utamanya > 50%, mampu menyelenggarakan
program tambahan serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana
sehat yang dikelola masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK yang
bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu Intervensi yang dilakukan
bersifat pembinaan termasuk pembinaan dana sehat, sehingga terjamin
kesinambungannya.
Dasar Pelaksanaan Posyandu yaitu Surat keputusan bersama
Mendagri/Menkes/BKKBN. Masing-masing No.23 tahun 1985.
21/Men.Kes/Inst.B./IV 1985, 1I2/HK-011/ A/1985 tentang penyelenggaraan
Posyandu yaitu : Mmeningkatkan kerja sama lintas sektoral untuk
menyelenggarakan Posyandu dalam lingkup LKMD dan PKK,
mengembangkan peran serta masyarakat dalarn meningkatkan fungsi
Posyandu serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam program-program
pembangunan masyarakat desa, meningkatkan fungsi dan peranan LKMD
PKK dan mengutamakan peranan kader pembangunan, melaksanakan

4
pembentukan Posyandu di wilayah/ di daerah masing-masing dari
melaksanakan pelayanan paripurna sesuai petunjuk Depkes dan BKKBN,
undang-undang no. 23 tahun 1992 pasal 66 , dana sehat sebagai cara
penyelenggaraan dan pengelolaan pemeliharaan kesehatan secara paripurna
(Permen, 2007).
Pembiayaan Posyandu didapatkan untuk melakukan posyandu
didapatkan dari: Sumber Daya Masyarakat yaitu iuran pengguna posyandu,
iuran masyarakat umum dalam bentuk dana sehat, sumbangan dari perorangan
atau kelompok masyarakat, dana social keagamaa, misalnya zakat, infak dsb.
Swasta/ Dunia Usaha misalnya dengan menjadikan Posyandu sebagai anak
angkat perusahaan dan bantuannya dapat berupa dana, prasarana atau tenaga
sukarelawan. Hasil Usahadimana pengurus dan kader Posyandu dapat
melakukan usaha dimana hasilnya dapat disumbangkab untuk pengelolaan
Posyandu, contohnya Kelompok Usaha Bersama (KUB) dan Taman Obat
Keluarga (TOGA). Pemerintah berupa dana stimulant atau dalam bentuk
sarana dan prasarana Posyandu (Permen, 2007).

C. PROGRAM PELAKSANAAN POSYANDU


Pada hakikatnya Posyandu didirikan dari, oleh dan untuk masyarakat
dalam mencapai pelayanan kesehatan yang baik. Penyelenggaraannya
dilakukan oleh kader yang telah dilatih di bidang kesehatan dan KB dan
keanggotaannya berasal dari PKK, tokoh masyarakat, dan pemuda atau
pemudi. Pengelola Posyandu sendiri adalah pengurus yang dibentuk oleh
ketua RW yang berasal dari kader PKK, tokoh masyarakat formal dan
informal serta kader kesehatan yang ada di wilayah tersebut (Effendy, 1998).
Kader kesehatan merupakan kader-kader yang dipilih masyarakat
menjadi penyelenggara Posyandu. Para ahli mengemukakan pendapat tentang
kader kesehatan. Menurut Gunawan dalam Hasdi (2007), kader kesehatan
dinamakan juga promotor kesehtan desa (prokes) adalah tenaga sukarela yang
dipilih oleh dari masyarakat dan bertugas mengembangkan masyarakat.
Pendapat ini diperkuat oleh pendapat Dirjen Depkes RI yang menyebutkan
kader adalah warga masyarakat setempat yang dipilih dan ditinjau oleh
masyarakat dan dapat bekerja secara sukarela. Para kader kesehatan

5
masyarakat itu hendaknya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup
sehingga memungkinkan mereka untuk membaca, menulis dan menghitung
secara sederhana.
Tujuan pembentukan kader adalah untuk mengikutsertakan masyarakat
secara aktif dan bertanggung jawab. Keikutsertaan masyarakat dalam
meningkatkan efisiensi pelayanan adalah dasar terbatasnya daya dan adanya
dalam operasional Posyandu yang akan memanfaatkan sumber daya yang ada
di masyarakat secara optimal. Tugas-tugas kader berbeda-beda antara satu
tempat dan tempat yang lainnya. Tugas-tugas tersebut meliputi pelayanan
kesehatan dan pembangunan masyarakat, tetapi yang harus mereka lakukan itu
terbatas pada bidang-bidang atau tugas-tugas yang pernah diajarkan kepada
mereka (Heru, 2005).
Langkah-langkah yang dilakukan kader adalah langkah satu:
kader mendaftar bayi/balita yang dibawa ibu-ibu: yaitu nama bayi/balita
tersebut ditulis pada secarik kertas yang kemudian diselipkan pada KMSnya.
Apabila balita merupakan peserta baru, berarti KMS baru diberikan, nama
anak ditulis pada KMS dan secarik kertas yang kemudian diselipkan pada
KMSnya. Selain itu kader juga mendaftarkan ibu hamil, yaitu nama ibu hamil
tersebut ditulis pada Formulir atau Register ibu hamil. Apabila ibu hamil tidak
membawa balita, langsung dipersilahkan menuju ke kegiatan 4. Langkah
dua: kader di kegiatan 1 meminta orang tua balita untuk membawa bayi/
balitanya dan menyerahkan KMS kepada kader di kegiatan - 2. Kader di
kegiatan 2 menimbang dan mencatat hasil penimbangan bayi/ balita tersebut
pada secarik kertas yang diselipkan dalam KMS. Langkah tiga: Setelah di
timbang,kader meminta keluarga balita menyerahkan KMS dan kertas catatan
kepada kader di kegiatan 3, setelah itu kader memindahkan catatan hasil
penimbangan balita dari secarik kertas ke dalam KMS anak tersebut. Kader
menyerahkan KMS kepada keluarga balita yang kemudian menuju ke kegiatan
4. Langkah empat: Kader yang bertugas menerima KMS anak dari keluarga
balita membacakan dan menjelaskan data KMS tersebut. Kader kemudian
memberikan nasihat kepada keluarga balita, baik dengan mengacu pada data
KMS maupun pada hasil pengamatan terhadap anaknya. Apabila tidak ada

6
petugas kesehatan di kegiatan 5 (pelayanan), kader dapat melakukan rujukan
ke tenaga kesehatan, bidan, PLKB, atau Puskesmas apabila ditemukan
masalah pada balita, ibu hamil atau ibu menyusui. Selain itu, kader juga dapat
memberikan penyuluhan gizi atau pertolongan dasar, misalnya Pemberian
Makanan Tambahan (PMT), tablet tambah darah (tablet besi), Vitamin A,
Oralit dan sebagainya. Langkah lima: Khusus untuk kegiatan ini utamanya
hanya dapat dilakukan oleh petugas kesehatan, bidan, atau PLKB yang
memberikan layanan antara lain: Imunisasi, Keluarga Berencana (KB),
pemberian tambah darah (tablet besi), vitamin A dan obat-obatan lainnya
(DepKes RI, 2006).

D. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan, Melihat efesiensi pelayanan serta manfaat dari
Posyandu, tentunya upaya-upaya yang sudah berjalan harus ditingkatkan agar
anggota masyarakat dapat menolong diri dan keluarganya dalam bidang
kesehatan juga yang lebih penting dengan mengikuti kegiatan Posyandu secara
teratur bagi yang mempunyai balita. Dapatlah tercapai apa yang kita harapkan
yaitu sumber daya manusia yang berkemampuan dalam menghadapi
kehidupan dimasa yang akan datang. Namun kita tidak boleh menutup mata
untuk memperhatikan para kader yang sangat banyak pengorbanannya dalam
mangelola Posyandu, baginya tidak lupa perhatian kita padanya. Keberhasilan
pengelolaan Posyandu memerlukan dukungan yang kuat dari berbagai pihak,
baik dukungan moril, materil, maupun finansial. Selain itu diperlukan adanya
kerjasama, tekanan dan pengabdian para pengelolanya termasuk kader.
Apabila kegiatan Posyandu terselenggara dengan baik akan memberikan
kontribusi yang besar, dalam menurunkan angka kematian ibu, bayi, dan anak
balita.
Saran tenaga kesehatan diharapkan memberikan pelatihan yang
berkualitas bagi kader kadernya dengan tujuan bisa meningkatkan
kesejahteraan masyarakat khususnya dalam hal kesehatan. Bagi para calon
kader atau yang telah menjadi kader agar selalu mengikuti pelatihan kader
yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuannya.

7
E. DAFTAR PUSTAKA
Arali, 2008. Cakupan pelayanan ANC (K1 dan K4) salah dan tidak terkendali,
Polewari Mandar Sulawesi Barat.
Azwar S, 2007. Manfaat dan keuntungan Posyandu, Yogyakarta; Pustaka
Pelajar Offset.
Departemen kesehatan RI. 2006. Buku Kader Posyandu Dalam Usaha
Perbaikan Gizi Keluarga. Jakarta.
Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta: EGC.
Hasdi 2007. Pemberdayaan masyarakat untuk pembengunan Keehatan di
Semua Tingkatan. USU Pers

Heru. 2005. Masyarakat sumber Pembangunan Kesehatan. Artikel Ilmiah


Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Buku Panduan Kader
Posyandu Menuju Keluarga Sadar Gizi. Direktorat Bina Gizi.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Buku Saku Posyandu “Ayo
ke Posyandu Setipa Bulan” Pusat Promosi Kesehatan.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 54 Tahun 2007 Tentang Pedoman
Pembentukan Kelompok Kerja Operasional Pembinaan Pos Pelayanan
Terpadu.
Shakira 2009. Penyelenggaraan Posyandu. Yogyakarta; Gadjah Mada
University Press.

Anda mungkin juga menyukai