Anda di halaman 1dari 12

EKONOMI SUMBER DAYA MANUSIA

SAP 2

NON REGULER / D1 / KELOMPOK 6

Ni Made Dwi Aksami 1515151094

Made Wirahadi Kusuma Pinatih 1515151102

I Made Bayu Wira Satya Susila Putra 1515151103

Kadek Deny Anjasmara 1515151105

Ida Ayu Nari Widnyani Jelantik 1515151111

Tjokorda Gde Nanda Pradana 1515151114

AA Ngurah Alit Pujastariawan 1515151115

PROGRAM NON REGULER

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2017
0
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 2003, Tenaga kerja adalah setiap orang yang
mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk
memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat. Pada kenyataannya masih saja
terdapat banyaknya pengangguran terlebih di Indonesia. Hal ini dapat berdampak negative
terhadap perkembangan ekonomi. Krisis ekonomi yang telah menjatuhkan Indonesia dari
tingkat negara berpendapatan menengah menjadi negara ke pendapatan rendah dengan
dampak pada meningkatnya jumlah penduduk miskin dan pengangguran. Oleh karena
sasaran kebijakan adalah mempercepat pemulihan ekonomi dengan melakukan upaya
mengatasi masalah kemiskinan dan pengangguran.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup, seseorang harus mempunyai pendapatan yang
didapat dari upah atau gaji. Dalam pasar kerja seseorang yang telah memberikan tenaga
kerjanya atau berhak untuk mendapatkan upah yang disebut dengan utilitas. Demikian jika
seseorang menginginkan penghasilan maka mereka wajib untuk bekerja.
Dengan banyaknya pencari kerja kadang tidak seimbang dengan kesempatan kerja
yang ada. Hal ini menyebabkan tingginya tingkat pengangguran. Baik yang disebabkan
oleh orang yang tidak mendapatkan pekerjaan maupun seseorang yang memang tidak ingin
mencari pekerjaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah Pendekatan Penawaran Tenaga Kerja Secara Mikro ?
2. Bagaimanakah Pendekatan Penawaran Tenaga Kerja Secara Makro ?
3. Apa Sajakah Factor-Faktor Determinan Penawaran Tenaga Kerja ?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Bagaimana Pendekatan Penawaran Tenaga Kerja Secara Mikro
2. Mengetahui Bagaimana Pendekatan Penawaran Tenaga Kerja Secara Makro
3. Mengetahui Apa Saja Factor-Faktor Determinan Penawaran Tenaga Kerja

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penawaran Tenaga Kerja Pendekatan Mikro


Penawaran tenaga kerja pendekatan mikro ini dapat dilihat dari individu itu sendiri. Jika
seseorang tersebut aktif mencari pekerjaan, maka orang tersebut didefinisikan berada pada
kategori angkatan kerja. Pada dasarnya jika individu berada pada kategori angkatan kerja
atau menawarkan tenaga kerjanya di pasar kerja, maka sebenarnya yag ditawarkan adalah
waktu yang dimiliki yang akan digunakan dalam kesepakatan kerja untuk memproduksi
barang dan jasa. Garry Bracker dengan teorinya yang sangat terkenal mengenai alokasi
waktu (Time Allocation) menyatakan bahwa semua orang pasti memiliki waktu. Masalahnya
adalah apakah waktu tersebut akan dialokasikan di pasar kerja (untuk bekerja) atau kegiatan
lainnya. Teori yang dapat digunakan adalah teori tentang keputusan untuk bekerja (A Theory
of the Decision to Work) seperti yang dikatakan oleh Ehrenberg (1988).
Keputusan untuk bekerja pada dasarnya adalah sebuah keputusan tentang bagaimana
menggunkkan waktu yang dimiliki. Seseorang dapat menggunakan waktu yang tersedia
untuk melakukan aktivitas-aktvitas dengan waktu luang yang menyenangkan. Namun
seseorang juga dapat menggunakan waktu yang tersedia dengan bekerja. Jadi waktu yang
dimiliki seseorang sebenarnya dapat digunakan waktu luang (leisure time) dan untuk
bekerja.
Sudarsono dkk (1988) menyatakan bahwa membagi waktu atau mengalokasikan waktu
yang dimiliki individu kedalam 2 aktivitas yaitu untuk waktu luang dan waktu kerja. Waktu
yang dimiliki individu jika digunakan untuk bekerja sebanyak X jam, maka waktu luangnya
sebanyak (24-X) jam perhari dimana waktuluang ini dapat dipergunakan untuk makan,
tidur, menekuni hobi, olah raga dan sebagainya. Secara ekonomi dapat dikatakan orang
yang menggunakan waktunya untuk waktu luang dapat disebut mengkonumsi waktu luang
dan dia akan memperoleh kepuasan atau utilitas. Demikian pula individu yang
menggunakan waktunya sebagian untuk bekerja (missal x jam) juga akan mrmprtoleh
kepuasan/utilitas karena dapat mengkonsumi barang dan jassa dari upah yang di dapat
karena bekerja.

2
Seseorang individu harus mengkonsumsi dengan baik waktu luang dan waktu bekerja.
Karena sebagai seorang manusia kita tidak dapat mengkonsumsi hanya waktu luang atau
waktu bekerja saja. Kita harus memanfaatkan kedua-duanya baik waktu luang maupun
barang dan jasa. Kombinasi kedua jenis konsumsi tersebut memebrikan utilitas total pada
seseorang (Bellante & Jackson, 1990).
Utilitas total adalah penjumlahan utilitas karena mengkonsumsi barang dan jasa dari
hasl bekerja (pendapatn/upah) atau dari alokasi waktu kerja, dan utilitas yang diperoleh
karena mengkonsumsi waktu luang. Utilitas yang dicapai individu dari berbagai macam
kombinasi waktu bekerja (karena konsumsi barang dan jasa) dan waktu luang (konsumsi
waktu luang) dapat dilukiskan dengan menggunakan suatu alat analisis yang dikenal dengan
isitilah kurva indiferensi (indifference curve). Utilitas total yang dicapai akan dibatasi oleh
garis anggaran atau kendala anggaran (Budget line/budget constraint) yang dimiliki oleh
setiap individu dimana garis anggaran ini akan berbeda antara satu orang dengan yang
lainnya.

Gambar 1.1 Garis Anggaran (budget line/budget constraint)

3
Garis anggaran mencerminkan berbagai kombinasi waktu kerja dan waktu luang
sehingga total waktu tersebut adalah sama yaitu 24jam. Misalkan waktu yang tersedia untuk
keperluan bekerja dan waktu senggang sebesar OH jam. Dengan pendapatan diluar
pekerjaan sebesar OA=HB. Bila seluruh waktu yang tersedia OH digunakan untuk waktu
senggang, maka pendapatanya hanya OA=HB dengan tingkkat utility U1. Jika
menggunakan seluruh waktu yang tersedia untuk bekerja maka jumlah barang konsumsi
adalah OC dengan tingkat utility U2. Tingkat utility maksimum dapat dicapai bila fungsi
utility U3 menyinggung budget line di titik E. OD menunjukkan jumlah waktu yang
dipergunakan untuk waktu senggang sedangkan HD merupakan waktu yang dipergunakan
untuk bekerja.
Singkatnya jika seseorang ingin lebih santai, maka waktu luangnya lebih banyak
dibanding dengan waktu bekerja. Demikian jika seseorang ingin memiliki waktu kerja lebih
banyak maka waktu luangnya yang sedikit. Preferensi terhadap waktu kerja dan waktu luang
akan mempengaruhi jumlah waktu yang dimiliki individu yang akan ditawarkan di pasar
kerja. Dengan demikian keputusan untuk bekerja yang dicerminkan oleh waktu kerja akan
mempengaruhi penawaran tenaga kerja dari pendekatan mikro.

1. Karakteristik Kurva Indeferensi

Gambar 1.2 Dua Buah Titik Utiliitas Berbeda

Barang U3
Dan jasa U1
Utility level B

Utility level A

O
waktu luang

4
Utilitas di level B mencerminkan tingkat kebahagiaan lebih tinggi daripada di level A.
Setiap tingkatan dari konsumsi waktu luang dikombinasikan dengan konsumsi barang dan
jasa di level B, selalu lebih tinggi dari pada level A.
2. Beberapa kurva indeferensi tidaklah berpotongan dengan orang yang sama
3. Slope/arah dari kurva indiferen adalah negative, artinya akan menurun. Perbandingan
perubahannya disebut Marginal Rate Of Substitution (MRS)
4. Kurva indeferensi berbentuk cembung, yaitu lebih curam disebelah kiri daripada
disebelah kanan.
5. Orang yang berbeda akan memiliki sejumlah kurva indeferensi yang berbeda.

2.2 Penawaran tenaga kerja pendeketan makro


Penawaran tenaga kerja menggunakan pendekatan makro melihat panawaran tenaga
kerja lebih baik dalam skala nasional, regional/provinsi, kabupaten atau skala yang lebih
kecil seperti kecamatan. Penawaran tenaga kerja secara makro dikenal dengan angkatan
kerja. Angkatan kerja adalah penduduk yang ingin, mampu dan bersedia untuk melakukan
suatu pekerjaan jika terdapat kesempatan kerja. Baik penduduk yang sedang mencari
pekerjaan maupun yang sudah bekerja. Jumlah penawaran tenaga kerja secara makro
berkaitan dengan beberapa fator, yaitu :

1. Jumlah penduduk
Jumlah penduduk merupakan sumber utama penawaran tenaga kerja. Secara umum jika
jumlah penduduk suatu wilayah banyak, maka penawaran tenaga kerjanya juga demikian.
Sebaliknya jika penawaran tenaganya sedikit, maka cenderung jumlah penduduk di wilayah
tersebut juga sedikit. Pada umumnya di wilayah-wilayah Indonesia baik secara nasional
maupun regional. Jumlah penduduk ppada suatu periode tertentu dapat diketahui dengan
cara sensus penduduk, survey penduduk, dan registrasi penduduk.

2. Penduduk Usia Kerja (PUK)


Penduduk usia kerja (PUK) adalah penduduk yang layak untuk bekerja. Penduduk usia
kerja memiliki batasan umur yang bebeda-beda sesuai dengan kondisi ketenagakerjaan di

5
masing-masing Negara. Pendudukusia kerja tidak semua masuk ke pasar kerja karena
sebagain ada yang bersekolah, ibu/bapak rumah tangga, atau pensiunan. Dengan demikian
selain penduduk, PUK juga menentukan penawaran tenaga kerja. Meningkatnya jumlah
PUK dari waktu ke waktu, menandakan penawaran tenaga kerja akan bertambah. Jumlah
penawaran tenaga kerja secara pasti akan tergantung dari tingkat partisipasi masyarakat
dalam pasar kerja. Semakin tinggi puk dan tingkat partisipasi masyarakat yang disebut
Tingkat Penawaran Angkatan Kerja (TPAK) maka penawaran tenaga kerja akan bertambah
lebih banyak.

3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)


Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja TPAK merupakan definisi dari presentase PUK.
TPAK dapat dihitung secara total, maupun menurut karakteristik terentu.

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢


𝑇𝑃𝐴𝐾𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑥100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 𝑢𝑠𝑖𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑𝑒𝑡𝑒𝑟𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢

TPAK secara total ini dapat menyangkut TPAK provinsi, Kabupaten ataupun secara
nasional paad periode tertentu. Naik turunnya TPAK sangat tergantung dari kondisisosial,
ekonomi, demografi dari wilayah yang bersangkutan. Selain TPAK secara total, TPAK juga
dapat dihitung menurut karakteristik tertentu seperti umur, jenis kelamin, daerah tempat
tinggal ataupun segi pendidikan.

4. Angkatan kerja
Jika jumlah PUK dan TPAK telah diketahui maka dengan mengalikan kedua variable
tersebut akan diperoleh jumlah Angkatan kerja atau jumlah penawaran tenaga kerja secara
makro. Jumlah penawaran tenaga kerja ini dapat dilihat secara total seperti Negara,
provinsi, ataupun kabupaten dan dapat juga dianalisis menurut karakteristik tertentuu.

6
Angkatan kerja juga dapat dilihat menurut umur, jenis kelamin, daerah tempat tinggal,
maupun pendidikan.

2.3 Determinan penentuan penawaran tenaga kerja


Beberapa factor penentu yang dianggap sebagai determinan dari penawaran tenaga
kerja dapat diidentifikasikan dari pendekata mikro atau makro. Menurut soedarsono dkk
(1988)ada beberapa factor determinan yang menentukan penawaran tenaga kerja, yaitu:

1. Tingkat Upah
Seseorang yang menawarkan tenaga kerjanya di pasar kerja pasti mengharapkan upah
atau hasil dari tenaga kerja yang ditawarkan. Maka dari itu upah dapat ditentukan menjadi
penentu dari sebagian besar orang/individu untuk masuk kerja atau mengambil tawaran
kerja.

2. Preferensi
Setiap indivdu dengan yang lainnya memiliki preferensi yang berbeda dalam
memperoleh barang dan jasa terhadap waktu luang dan waktu kerja. Preferensi ini
mempengaruhi jumlah penawaran tenaga kerja. Jika suatu daerah memiliki prefensi
penduduk yang sangattinggiakan barang dan jasa (lebih suka terhadap waktu kerja/income
prefer), maka penawaran kerja di daerah tersebut cenderung tinggi. Demikian sebaliknya
jika daerah tersebut preferensi terhadap waktu luangnya tinggi (leisure prefer) maka
penawaran kerja di daerah tersebut cenderung rendah.

3. Penduduk
Penawaran tenaga kerja pada suatu daerah akan sangat ditentukan oleh banyak atau
sedikitnya jumlah penduduk. Jika penduduknya banyak maka penawaran tenaga kerja akan
lebih banyak, demikian sebaliknya jika jumlah penduduk sedikit maka penawaran tenaga
kerja akan sedikit.

7
4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
TPAK merupakan presentase penduduk usia kerja yang menawarkan tenaga kerjanya di
pasar kerja. Tingkat partisipasi angkatan kerja yang tinggi menyebabkan penawaran tenaga
kerja akan tinggi. Sebaliknya jika TPAK rendah menyebabkan tingkat penawaran tenaga
kerja yang cenderung rendah.

5. Tingkat Pengangguran
Jika semakin tinggi tingkat pengangguran maka tingkat persaingan untuk memperoleh
pekerjaan akan meingkat. Tingkat pengangguran yang tinggi berarti tingkat partisipasi
dalam pasar kerja akan rendah. Persaingan yang ketat dalam memperoleh pekerjaan
merupakan dampak dari pengngguran, dengan demikian banyak orang yang menyerah dan
putus asa untuk mencari pekerjaan sehingga adanya pengangguran berkepanjangan.

6. Kekayaan Fisik
Kekayaan fisik berpengaruh terhadap penawaran tenaga kerja. Semakin banyak
kekayaan fisik yang dimiliki, maka semakin banyak pula biaya pemeliharaan yang
dibutuhkan maka dari itu seseorang harus bekerja dan mendapat penghasilan. Kekayaan
fisik dapat berpengaruh negative terhadap TPAK jika memiliki kekayaan fisik yang
sedimikian banyak namun mendapatkan penghasilan non kerja yang cukup untuk biaya
pemeiharaan.

7. Sistem Perekonomian
Perubahan struktur perekonomian juga dapat mempengaruhi TPAK. Jika ada perubahan
dari beberapa sektor misalkan sektor pertanian ke sektor industri ata jasa, maka jelas
penawaran tenaga kerja disetiap sektor akan mengalami perubahan. Akan ada sektor yang
jumlah tenaga kerjanya berkurang, namun ada juga sektor yang jumlah tenaga kerjanya
bertambah. Akan berpengaruh positif dan negative jiga terjadinya perubahan struktur
perekonomian terhadap penawarn tenaga kerja di sektor-sektor yang ada.

8. Tingkat Pendidikan

8
Penawaran tenaga kerjaa akan berpengaruh jika seseorang/individu memiliki tingkat
pendidikan yang tinggi. Semakin tinggi pendidikannya maka tingkat penawaran tenaga kerja
akan cenderung tinggi.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penawaran tenaga kerja pendekatan mikro ini dapat dilihat dari individu itu sendiri.
Jika seseorang tersebut aktif mencari pekerjaan, maka orang tersebut didefinisikan berada
pada kategori angkatan kerja. Keputusan untuk bekerja pada dasarnya adalah sebuah
keputusan tentang bagaimana menggunkkan waktu yang dimiliki. Seseorang dapat
menggunakan waktu yang tersedia untuk melakukan aktivitas-aktvitas dengan waktu luang
yang menyenangkan. Namun seseorang juga dapat menggunakan waktu yang tersedia
dengan bekerja.
Penawaran tenaga kerja secara makro dikenal dengan angkatan kerja. Angkatan kerja
adalah penduduk yang ingin, mampu dan bersedia untuk melakukan suatu pekerjaan jika
terdapat kesempatan kerja. Baik penduduk yang sedang mencari pekerjaan maupun yang
sudah bekerja. Determinan dari penawaran tenaga kerja dapat diidentifikasikan dari
pendekata mikro atau makro. Ada beberapa determinan penawaran tenaga kerja, antaralain
Tingkat Upah, Preferensi, Penduduk, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), Tingkat
Pengaguran, Kekayaan Fisik, System Perekonomian, Dan Tingkat Pendidikan.

10
DAFTAR PUSTAKA

http://www.kemenperin.go.id/Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003


Tentang Ketenagakerjaan.

Marhaeni, A.A. I. N., Dewi, Manuati I.G.A,. 2004. Ekonomi Sumber Daya Manusia:Buku Ajar .
Denpasar. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

Mantra,I.B., 2003. Demografi Umum. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

11

Anda mungkin juga menyukai