General Practitioner
2 SKP | Expired on Dec 31, 2018
Online CME dari Ikatan Dokter Indonesia mengenai "Pendekatan Diagnosis dan Tatalaksana
Gagal Jantung". CME ini bernilai 2 SKP IDI dan memiliki 10 pertanyaan untuk dijawab.
Anda dapat mendownload dan mengerjakannya kapanpun dan dimanapun.
Course Description
Seorang pasien dikatakan mengalami gagal jantung bila terdapat 1 kriteria mayor dan 2
kriteria minor.
Klasifikasi Gagal Jantung (3)
Berdasarkan kapasitas fungsional NYHA, gagal jantung diklasifikasikan sebagai berikut:
Kelas I: Tidak terdapat batasan dalam melakukan aktivitas fisik. Aktivitas sehari- hari
tidak menimbulkan kelelahan, palpitasi, atau sesak nafas
Kelas II: Terdapat batasan aktivitas ringan. Tidak terdapat keluhan saat istirahat,
namun aktivitas fisik sehari-hari menimbulkan kelelahan, palpitasi, atau sesak napas.
Kelas III: Terdapat batasan aktivitas bermakna. Tidak terdapat keluhan saat istirahat
tetapi aktivitas fisik ringan menyebabkan kelelahan, palpitasi, atau sesak.
Kelas IV: Tidak dapat melakukan aktivitas fisik tanpa keluhan. Terdapat gejala saat
istirahat. Keluhan meningkat saat melakukan aktivitas.
Pemeriksaan Penunjang Gagal Jantung(3)
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan pada pasien diduga gagal jantung adalah
darah perifer lengkap, elektrolit, kreatinin, laju filtrasi glomerulus (GFR), glukosa darah, tes
fungsi hati, dan urinalisis.
Ekokardiografi
Ekokardiografi adalah teknik pencitraan ultrasound jantung. Pengukuran fungsi ventrikel
untuk membedakan antara pasien disfungsi sistolik dengan pasien dengan fungsi sistolik
normal adalah fraksi ejeksi ventrikel kiri (normal >45-50%).
Diagnosis Banding (5)
Beberapa diagnosis banding gagal jantung adalah:
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), asma, pneumonia, infeksi paru berat
(ARDS), emboli paru
Penyakit ginjal: gagal ginjal kronik, sindrom nefrotik
Sirosis hepatik
Diabetes ketoasidosis
Penatalaksanaan (3,6,7)
Non Medikamentosa
Memantau berat badan. Pasien gagal jantung harus secara rutin menimbang berat
badan. Bila terdapat kenaikan >2 kg dalam 3 hari maka perlu dipertimbangkan
kenaikan dosis diuretik. Sebaliknya bila terdapat pengurangan berat badan, perlu
pertimbangan penggunaan obat-obatan lain atau penyesuaian dosis, karena
pengurangan berat badan berarti terjadi perburukan gagal jantung.
Asupan cairan. Pasien gagal jantung perlu menjalani restriksi cairan 1,5-2 liter per
hari terutama pada pasien dengan gejala berat yang disertai hiponatremia. Pada pasien
dengan gejala ringan atau sedang, restriksi cairan rutin tidak memberikan keuntungan
klinis.
Latihan fisik. Pasien dengan gagal jantung kronik yang stabil dianjurkan untuk
melakukan aktivitas fisik. Lakukan pembatasan beban kerja sampai 60% hingga 80%
dari denyut nadi maksimal (220/umur). Sementara untuk pasien dengan gagal jantung
akut, tidak dianjurkan untuk latihan fisik (tirah baring).
Modifikasi gaya hidup. Anjurkan pasien untuk berhenti merokok dan minum alkohol
dan anjurkan keluarga untuk melakukan hal yang sama bila ada perokok dalam
keluarga.
Pada kondisi akut, berikan terapi oksigen, pemasangan akses intravena (IV
line). Berikan oksigen 2-4 liter/menit. Pemasangan akses intravena bertujuan untuk
pemberian furosemid 20 sampai dengan 40 mg bolus IV dapat diulang tiap jam
sampai dosis maksimal 600 mg/hari.
Medikamentosa
Strategi pengobatan gagal jantung beserta obat-obatan yang digunakan tercantum dalam tabel
dan gambar berikut.
Komplikasi
Syok kardiogenik
Gangguan keseimbangan elektrolit
2. Yang termasuk kriteria mayor (tipikal) pada kasus no. 1 di atas adalah:
a. Takikardia
b. Sering batuk
c. Peningkatan tekanan vena jugularis
d. Riwayat hipertensi
e. Riwayat diabetes mellitus
3. Pasien laki-laki 70 tahun datang dengan keluhan sering sesak napas sejak satu bulan terakhir. Sesak
terutama dirasakan saat menaiki tangga dan mandi. Sesak membaik bila istirahat. Sebelumnya
pasien memiliki riwayat hipertensi dan kebiasaan merokok. Pemeriksaan fisik TD 140/70 mmHg, FN
90 kali/menit, FP 28 kali/menit, suhu afebris. JVP 5+1, rhonki -/-, edema tungkai +/+ minimal.
Diagnosis pasien tersebut adalah:
a. Gagal jantung kronik NYHA kelas I
b. Gagal jantung kronik NYHA kelas II
c. Gagal jantung kronik NYHA kelas III
d. Gagal jantung kronik NYHA kelas IV
e. Gagal jantung akut
5. Pasien laki-laki 70 tahun datang dengan keluhan sering sesak napas sejak satu bulan terakhir. Sesak
terutama dirasakan saat menaiki tangga dan mandi. Sesak membaik bila istirahat. Sebelumnya
pasien memiliki riwayat hipertensi dan kebiasaan merokok. Pemeriksaan fisik TD 140/70 mmHg, FN
90 kali/menit, FP 28 kali/menit, suhu afebris. JVP 5+1, rhonki -/-, edema tungkai +/+ minimal. Terapi
non medikamentosa untuk pasien ini adalah, kecuali:
a. Berhenti merokok
b. Batasi asupan cairan hingga 1,5 – 2 liter perhari
c. Memantau berat badan
d. Latihan fisik intensitas ringan
e. Terapi oksigen
6. Seorang wanita 67 tahun datang dengan keluhan sesak napas memberat sejak 3 jam yang lalu.
Sebelumnya pasien mengeluh sering sesak terutama bila menaiki tangga. Selain itu pasien juga
mengeluh sering batuk terutama malam hari. Riwayat merokok disangkal. Terdapat riwayat diabetes
mellitus dan hipertensi tidak terkontrol sejak 5 tahun terakhir. Pemeriksaan fisik KU lemah,
kesadaran compos mentis, TD 130/90 mmHg, frekuensi nadi 110 kali.menit, frekuensi napas 35
kali/menit, suhu afebris. JVP 5+2, rhonki basah kasar di kedua lapang paru, S3 gallop (+), edema
tungkai (+/+). Tatalaksana awal untuk pasien tersebut adalah:
a. Pemberian nitrogliserin
b. Terapi oksigen 2-4 liter/menit dan pemasangan akses intravena
c. Pemantauan berat badan
d. Pemeriksaan elektrokardiografi
e. Pemeriksaan foto rontgen thoraks
7. Seorang wanita 67 tahun datang dengan keluhan sesak napas memberat sejak 3 jam yang lalu.
Sebelumnya pasien mengeluh sering sesak terutama bila menaiki tangga. Selain itu pasien juga
mengeluh sering batuk terutama malam hari. Riwayat merokok disangkal. Terdapat riwayat diabetes
mellitus dan hipertensi tidak terkontrol sejak 5 tahun terakhir. Pemeriksaan fisik KU lemah,
kesadaran compos mentis, TD 130/90 mmHg, frekuensi nadi 110 kali.menit, frekuensi napas 35
kali/menit, suhu afebris. JVP 5+2, rhonki basah kasar di kedua lapang paru, S3 gallop (+), edema
tungkai (+/+). Terapi medikamentosa yang dapat diberikan pada pasien ini adalah:
a. Diuretik dan ACE Inhibitor
b. ACE inhibitor dan Beta blocker
c. Penyekat kalsium (Calcium channel blocker) dan ARB
d. Aldosteron antagonis
e. Nitrogliserin
8. Dosis furosemid sebagai diuretik untuk pasien gagal jantung akut adalah:
a. 20-40 mg bolus intravena, dapat diulang tiap 1 jam
b. 10 mg, bolus intravena tidak perlu diulang
c. 15 mg bolus intravena tidak perlu diulang
d. 20 mg per oral diulang tiap 1 jam
e. 40 mg per oral diulang tiap setengah jam
9. Pasien laki-laki 70 tahun datang dengan keluhan sering sesak napas sejak satu bulan terakhir. Sesak
terutama dirasakan saat menaiki tangga dan mandi. Sesak membaik bila istirahat. Sebelumnya
pasien memiliki riwayat hipertensi dan kebiasaan merokok. Pemeriksaan fisik TD 140/70 mmHg, FN
90 kali/menit, FP 28 kali/menit, suhu afebris. JVP 5+1, rhonki -/-, edema tungkai +/+ minimal.
Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan untuk pasien ini untuk mengetahui kondisi fungsional
jantung adalah:
a. Rontgen thoraks
b. Ekokardiografi
c. CT Scan
d. MRI
e. Elektrokardiogram