Anda di halaman 1dari 8

Pendekatan Diagnosis dan Tatalaksana Gagal Jantung

General Practitioner
2 SKP | Expired on Dec 31, 2018

Online CME dari Ikatan Dokter Indonesia mengenai "Pendekatan Diagnosis dan Tatalaksana
Gagal Jantung". CME ini bernilai 2 SKP IDI dan memiliki 10 pertanyaan untuk dijawab.
Anda dapat mendownload dan mengerjakannya kapanpun dan dimanapun.
Course Description

Pendekatan Diagnosis dan Tatalaksana Gagal Jantung


Oleh: Sepriani Timurtini Limbong
Pendahuluan
Gagal jantung adalah suatu kondisi dimana jantung tidak mampu memompa darah ke seluruh
tubuh sebagaimana yang dibutuhka dan ditandai dengan adanya gejala berupa sesak napas,
tanda retensi cairan (kongesti), dan bukti obyektif adanya kelainan struktur atau gangguan
fungsi jantung. (1-3) Kondisi ini termasuk dalam salah satu penyakit terkait kardiovaskular.
Berdasarkan data WHO dan CDC, penyakit kardiovaskular masih menjadi penyebab
kematian pertama di dunia. Tahun 2015, WHO mencatat ada 17 juta orang meninggal akibat
penyakit kardiovaskular dan jumlah tersebut adalah 31% dari seluruh kematian oleh berbagai
sebab. (4)
Di Indonesia sendiri, penyakit terkait kardiovaskular masih menjadi penyebab kematian
utama. Usia pasien dengan gagal jantung di Indonesia relatif lebih muda dibandingkan di
benua Eropa dan Amerika, namun dengan tampilan klinis yang lebih berat. (3) Prevalensi
kasus gagal jantung di komunitas meningkat seiring dengan meningkatnya usia yaitu berkisar
0,7% (40-45 tahun), 1,3% (55-64 tahun), dan 8,4% (75 tahun ke atas). Lebih dari 40% pasien
kasus gagal jantung memiliki fraksi ejeksi lebih dari 50%. Pada usia 40 tahun, risiko
terjadinya gagal jantung sekitar 21% untuk lelaki dan 20,3% pada perempuan. (5) Jumlah
penderita, mortalitas, dan morbiditas penyakit ini diperkirakan akan semakin bertambah
secara progresif seiring dengan berjalannya waktu,
Pada dasarnya diagnosis gagal jantung dapat dilakukan sedini mungkin. Meski demikian,
banyak pasien datang ke fasilitas kesehatan saat gejala gagal jantung sudah berat dan sudah
meliputi gangguan struktur atau fungsi jantung yang sudah berat. Karenanya penting bagi
dokter praktik umum untuk melakukan pendekatan diagnosis secara cermat dan sedini
mungkin, terutama bila pasien memiliki berbagai faktor risiko sehingga tatalaksana non
medikamentosa dan medikamentosa dapat dilakukan sejak awal. Dengan demikian, pasien
pun dicegah untuk jatuh pada kondisi gagal jantung yang berat.
Definisi dan Diagnosis
Gagal jantung adalah sindrom atau kumpulan gejala yang kompleks sebagai akibat dari
adanya kelainan struktur atau fungsi dari pengisian ventrikel atau pompa jantung. (6) Tanda
kardinalnya adalah gejala sesak napas dan kelelahan yang mengurangi kemampuan
beraktivitas serta retensi cairan yang mengakibatkan terjadinya kongesti hepar, edema
tungkai, hingga edema paru. Secara praktis, diagnosis gagal jantung adalah sebagai berikut
(3,7)
:
Manifestasi klinis gagal jantung (3)
Berikut ini adalah manifestasi klinis gagal jantung yaitu

Seorang pasien dikatakan mengalami gagal jantung bila terdapat 1 kriteria mayor dan 2
kriteria minor.
Klasifikasi Gagal Jantung (3)
Berdasarkan kapasitas fungsional NYHA, gagal jantung diklasifikasikan sebagai berikut:
 Kelas I: Tidak terdapat batasan dalam melakukan aktivitas fisik. Aktivitas sehari- hari
tidak menimbulkan kelelahan, palpitasi, atau sesak nafas
 Kelas II: Terdapat batasan aktivitas ringan. Tidak terdapat keluhan saat istirahat,
namun aktivitas fisik sehari-hari menimbulkan kelelahan, palpitasi, atau sesak napas.
 Kelas III: Terdapat batasan aktivitas bermakna. Tidak terdapat keluhan saat istirahat
tetapi aktivitas fisik ringan menyebabkan kelelahan, palpitasi, atau sesak.
 Kelas IV: Tidak dapat melakukan aktivitas fisik tanpa keluhan. Terdapat gejala saat
istirahat. Keluhan meningkat saat melakukan aktivitas.
Pemeriksaan Penunjang Gagal Jantung(3)
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan pada pasien diduga gagal jantung adalah
darah perifer lengkap, elektrolit, kreatinin, laju filtrasi glomerulus (GFR), glukosa darah, tes
fungsi hati, dan urinalisis.
Ekokardiografi
Ekokardiografi adalah teknik pencitraan ultrasound jantung. Pengukuran fungsi ventrikel
untuk membedakan antara pasien disfungsi sistolik dengan pasien dengan fungsi sistolik
normal adalah fraksi ejeksi ventrikel kiri (normal >45-50%).
Diagnosis Banding (5)
Beberapa diagnosis banding gagal jantung adalah:
 Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), asma, pneumonia, infeksi paru berat
(ARDS), emboli paru
 Penyakit ginjal: gagal ginjal kronik, sindrom nefrotik
 Sirosis hepatik
 Diabetes ketoasidosis

Penatalaksanaan (3,6,7)
Non Medikamentosa
 Memantau berat badan. Pasien gagal jantung harus secara rutin menimbang berat
badan. Bila terdapat kenaikan >2 kg dalam 3 hari maka perlu dipertimbangkan
kenaikan dosis diuretik. Sebaliknya bila terdapat pengurangan berat badan, perlu
pertimbangan penggunaan obat-obatan lain atau penyesuaian dosis, karena
pengurangan berat badan berarti terjadi perburukan gagal jantung.
 Asupan cairan. Pasien gagal jantung perlu menjalani restriksi cairan 1,5-2 liter per
hari terutama pada pasien dengan gejala berat yang disertai hiponatremia. Pada pasien
dengan gejala ringan atau sedang, restriksi cairan rutin tidak memberikan keuntungan
klinis.
 Latihan fisik. Pasien dengan gagal jantung kronik yang stabil dianjurkan untuk
melakukan aktivitas fisik. Lakukan pembatasan beban kerja sampai 60% hingga 80%
dari denyut nadi maksimal (220/umur). Sementara untuk pasien dengan gagal jantung
akut, tidak dianjurkan untuk latihan fisik (tirah baring).
 Modifikasi gaya hidup. Anjurkan pasien untuk berhenti merokok dan minum alkohol
dan anjurkan keluarga untuk melakukan hal yang sama bila ada perokok dalam
keluarga.
 Pada kondisi akut, berikan terapi oksigen, pemasangan akses intravena (IV
line). Berikan oksigen 2-4 liter/menit. Pemasangan akses intravena bertujuan untuk
pemberian furosemid 20 sampai dengan 40 mg bolus IV dapat diulang tiap jam
sampai dosis maksimal 600 mg/hari.
Medikamentosa
Strategi pengobatan gagal jantung beserta obat-obatan yang digunakan tercantum dalam tabel
dan gambar berikut.
Komplikasi
Syok kardiogenik
Gangguan keseimbangan elektrolit

Konseling dan Edukasi Pasien


1. Edukasi pasien tentang penyebab dan faktor risiko penyakit gagal jantung kronik,
seperti tekanan darah tidak terkontrol, kadar lemak atau glukosa darah yang tidak
terkontrol.
2. Pasien dan keluarga perlu diberitahu tanda kegawatan kardiovaskular, seperti sesak
napas memberat, nyeri dada, serta pentingnya untuk kontrol kembali setelah
pengobatan di rumah sakit
3. Edukasi mengenai kepatuhan dalam minum obat
4. Menjaga lingkungan sekitar kondusif bagi pasien untuk beraktivitas dan berinteraksi
Kriteria rujukan
1. Pasien gagal jantung harus dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan sekunder yang
memiliki dokter spesialis jantung atau spesialis penyakit dalam untuk perawatan
maupun pemeriksaan lanjutan seperti ekokardiografi.
2. Pada kondisi akut, dimana kondisi klinis mengalami perburukan dalam waktu cepat
harus segera dirujuk layanan sekunder atau layanan tertier terdekat untuk dilakukan
penanganan lebih lanjut.
Prognosis
Prognosis tergantung derajat berat ringannya penyakit, adanya komorbid, dan kepatuhan
pasien terhadap pengobatan yang direncanakan.
ad vitam: dubia
ad functionam: dubia ad malam
ad sanactionam: dubia ad malam
Sumber :
1. Dumitru I. Heart Failure [Internet]. 2017 [cited 2018 Jan 17]. Available from:
https://emedicine.medscape.com/article/163062-overview
2. Centers for Disease control and Prevention. Heart Failure Fact Sheet [Internet]. 2016
[cited 2018 Jan 17]. Available from:
https://www.cdc.gov/dhdsp/data_statistics/fact_sheets/fs_heart_failure.htm
3. Siswanto BB, Hersunarti N, Erwinarto, Barack R, Pratikto RS, Nauli SE, et al. Pedoman
Tatalaksana Gagal Jantung. Perhimpun Dr Spes Kardiovask Indones [Internet]. 2015;1.
Available from:
http://www.inaheart.org/upload/file/Pedoman_TataLaksana_Gagal_Jantung_2015.pd f
4. World Health Organization. Cardiovascular Diseases (CVDs) [Internet]. 2017 [cited 2018
Jan 17].Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs317/en/
5. Ikatan Dokter Indonesia. Gagal Jantung Akut dan Kronik. In: Panduan Praktik Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia; 2014. p.
231–4.
6. Yancy CW, Jessup M, Bozkurt B, Butler J, Casey DE, Drazner MH, et al. 2013
ACCF/AHA guideline for the management of heart failure: Executive summary: A report
of the American college of cardiology foundation/american heart association task force on
practice guidelines. J Am Coll Cardiol [Internet]. 2013;62(16):1495–539. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/j.jacc.2013.05.020
7. Ponikowski P, Voors AA, Anker SD, Bueno H, Cleland JGF, Coats AJS, et al. 2016 ESC
Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart failure. Eur Heart J.
2016;37(27):2129–2200m.
1. Seorang wanita 67 tahun datang dengan keluhan sesak napas memberat sejak 3 jam yang lalu.
Sebelumnya pasien mengeluh sering sesak terutama bila menaiki tangga. Selain itu pasien juga
mengeluh sering batuk terutama malam hari. Riwayat merokok disangkal. Terdapat riwayat diabetes
mellitus dan hipertensi tidak terkontrol sejak 5 tahun terakhir. Pemeriksaan fisik KU lemah,
kesadaran compos mentis, TD 130/90 mmHg, frekuensi nadi 110 kali.menit, frekuensi napas 35
kali/menit, suhu afebris. JVP 5+2, rhonki basah kasar di kedua lapang paru, S3 gallop (+), edema
tungkai (+/+). Kemungkinan diagnosis pasien tersebut adalah:
a. Gagal jantung akut
b. Gagal jantung kronik
c. PPOK eksaserbasi akut
d. Asma
e. Gagal napas tipe I

2. Yang termasuk kriteria mayor (tipikal) pada kasus no. 1 di atas adalah:
a. Takikardia
b. Sering batuk
c. Peningkatan tekanan vena jugularis
d. Riwayat hipertensi
e. Riwayat diabetes mellitus

3. Pasien laki-laki 70 tahun datang dengan keluhan sering sesak napas sejak satu bulan terakhir. Sesak
terutama dirasakan saat menaiki tangga dan mandi. Sesak membaik bila istirahat. Sebelumnya
pasien memiliki riwayat hipertensi dan kebiasaan merokok. Pemeriksaan fisik TD 140/70 mmHg, FN
90 kali/menit, FP 28 kali/menit, suhu afebris. JVP 5+1, rhonki -/-, edema tungkai +/+ minimal.
Diagnosis pasien tersebut adalah:
a. Gagal jantung kronik NYHA kelas I
b. Gagal jantung kronik NYHA kelas II
c. Gagal jantung kronik NYHA kelas III
d. Gagal jantung kronik NYHA kelas IV
e. Gagal jantung akut

4. Yang tidak termasuk diagnosis banding dari gagal jantung adalah:


a. PPOK
b. Asma
c. Sirosis hepatik
d. Gagal ginjal kronik
e. Pneumonia

5. Pasien laki-laki 70 tahun datang dengan keluhan sering sesak napas sejak satu bulan terakhir. Sesak
terutama dirasakan saat menaiki tangga dan mandi. Sesak membaik bila istirahat. Sebelumnya
pasien memiliki riwayat hipertensi dan kebiasaan merokok. Pemeriksaan fisik TD 140/70 mmHg, FN
90 kali/menit, FP 28 kali/menit, suhu afebris. JVP 5+1, rhonki -/-, edema tungkai +/+ minimal. Terapi
non medikamentosa untuk pasien ini adalah, kecuali:
a. Berhenti merokok
b. Batasi asupan cairan hingga 1,5 – 2 liter perhari
c. Memantau berat badan
d. Latihan fisik intensitas ringan
e. Terapi oksigen
6. Seorang wanita 67 tahun datang dengan keluhan sesak napas memberat sejak 3 jam yang lalu.
Sebelumnya pasien mengeluh sering sesak terutama bila menaiki tangga. Selain itu pasien juga
mengeluh sering batuk terutama malam hari. Riwayat merokok disangkal. Terdapat riwayat diabetes
mellitus dan hipertensi tidak terkontrol sejak 5 tahun terakhir. Pemeriksaan fisik KU lemah,
kesadaran compos mentis, TD 130/90 mmHg, frekuensi nadi 110 kali.menit, frekuensi napas 35
kali/menit, suhu afebris. JVP 5+2, rhonki basah kasar di kedua lapang paru, S3 gallop (+), edema
tungkai (+/+). Tatalaksana awal untuk pasien tersebut adalah:
a. Pemberian nitrogliserin
b. Terapi oksigen 2-4 liter/menit dan pemasangan akses intravena
c. Pemantauan berat badan
d. Pemeriksaan elektrokardiografi
e. Pemeriksaan foto rontgen thoraks

7. Seorang wanita 67 tahun datang dengan keluhan sesak napas memberat sejak 3 jam yang lalu.
Sebelumnya pasien mengeluh sering sesak terutama bila menaiki tangga. Selain itu pasien juga
mengeluh sering batuk terutama malam hari. Riwayat merokok disangkal. Terdapat riwayat diabetes
mellitus dan hipertensi tidak terkontrol sejak 5 tahun terakhir. Pemeriksaan fisik KU lemah,
kesadaran compos mentis, TD 130/90 mmHg, frekuensi nadi 110 kali.menit, frekuensi napas 35
kali/menit, suhu afebris. JVP 5+2, rhonki basah kasar di kedua lapang paru, S3 gallop (+), edema
tungkai (+/+). Terapi medikamentosa yang dapat diberikan pada pasien ini adalah:
a. Diuretik dan ACE Inhibitor
b. ACE inhibitor dan Beta blocker
c. Penyekat kalsium (Calcium channel blocker) dan ARB
d. Aldosteron antagonis
e. Nitrogliserin

8. Dosis furosemid sebagai diuretik untuk pasien gagal jantung akut adalah:
a. 20-40 mg bolus intravena, dapat diulang tiap 1 jam
b. 10 mg, bolus intravena tidak perlu diulang
c. 15 mg bolus intravena tidak perlu diulang
d. 20 mg per oral diulang tiap 1 jam
e. 40 mg per oral diulang tiap setengah jam

9. Pasien laki-laki 70 tahun datang dengan keluhan sering sesak napas sejak satu bulan terakhir. Sesak
terutama dirasakan saat menaiki tangga dan mandi. Sesak membaik bila istirahat. Sebelumnya
pasien memiliki riwayat hipertensi dan kebiasaan merokok. Pemeriksaan fisik TD 140/70 mmHg, FN
90 kali/menit, FP 28 kali/menit, suhu afebris. JVP 5+1, rhonki -/-, edema tungkai +/+ minimal.
Pemeriksaan penunjang yang dianjurkan untuk pasien ini untuk mengetahui kondisi fungsional
jantung adalah:
a. Rontgen thoraks
b. Ekokardiografi
c. CT Scan
d. MRI
e. Elektrokardiogram

10. Salah satu komplikasi gagal jantung adalah:


a. Gangguan ginjal
b. Edema paru
c. Pneumonia
d. Syok kardiogenik
e. Sindrom nefrotik

Anda mungkin juga menyukai