Anda di halaman 1dari 4

2.4.

4 Anti Angina Lain

Monografi:

IVABRADIN

Indikasi:

arteri koroner, pengobatan simtomatik angina pektoris stabil kronik pada pasien dengan ritme sinus
normal yang tidak dapat mentoleransi penggunaan beta bloker, gagal jantung kronis (gagal jantung
kronis kategori NYHA II sampai IV dengan disfungsi sistolik, ritme sinus dan denyut jantung ≥ 75
detak/menit) dikombinasikan dengan terapi standar termasuk terapi yang menggunakan beta bloker
atau tidak dapat mentoleransi penggunaan beta bloker.

Peringatan:

gagal jantung ringan termasuk disfungsi ventrikel kiri asimtomatik, pasien dengan fibrilasi atrial atau
aritmia lainnya dipantau (ketidakefektifan pengobatan), hipotensi sedang, retinitis pigmentosa, lansia,
gangguan fungsi hati (sedang), gangguanfungsi ginjal apabila kreatinin klirens kurang dari 15 mL/menit.

Interaksi:

tidak dianjurkan penggunaan bersama dengan diltiazem atau verapamil, denyut jantung dimonitor pada
penggunaan bersama inhibitor CYP3A4 seperti flukonazol, pemberian bersama amiodaron atau
disopiramid meningkatkan risiko aritmia ventrikular, pemberian bersama klaritromisin dan telitromisin
dapat meningkatkan kadar plasma ivabradin, pemberian bersama eritromisin meningkatkan risiko
aritmia ventrikel, pemberian bersama ketokonazol meningkatkan kadar plasma ivabradin, pemberian
bersama flukonazol meningkatkan kadar plasma ivabradin- dosis awal ivabradin diturunkan, pemberian
bersama itrakonazol kemungkinan dapat meningkatkan kadar plasma ivabradin, pemberian bersama
meflokuin meningkatkan risiko aritmia ventrikel, pemberian bersama pimozid atau sertindol
meningkatkan risiko aritmia ventrikel, pemberian bersama nelfinavir dan ritonavir kemungkinan dapat
meningkatkan kadar plasma ivabradin, pemberian bersama sotalol meningkatkan risiko aritmia ventrikel,
pemberian bersama diltiazem dan verapamil meningkatkan kadar plasma ivabradin, pemberian bersama
grapefruit juice meningkatkan kadar plasma ivabradin sehingga harus dihindari, pemberian bersama
pentamidin isetionat meningkatkan risiko aritmia ventrikel.

Kontraindikasi:
hipersensitivitas terhadap ivabradin, bradikardi (denyut jantung kurang dari 60 detak/menit), syok
kardiogenik, infark miokard akut, sesaat setelah stroke, sick-sinus syndrome, sino-atrial block, gagal
jantung sedang sampai berat, pasien dengan pacemaker, angina tidak stabil, blokade jantung derajat dua
dan tiga, congenital QT syndrome, gangguan fungsi hari berat, hipotensi berat (tekanan darah < 90/50
mmHg), pemberian bersama inhibitor CYP3A4 seperti ketokonazol, itrakonazol, antibiotik makrolida
(klaritromisin, eritromisin, josamisin, telitromisin), inhibitor protease HIV (nelfinavir, ritonavir) dan
nefazodon, kehamilan, menyusui.

Efek Samping:

sangat umum: gangguan penglihatan termasuk phosphenes umum: sakit kepala (bulan pertama
pengobatan), pusing (akibat bradikardi), pandangan kabur, bradikardi, perpanjangan interval PQ pada
EKG (AV 1st degree block), ekstrasistol ventrikel;

tidak umum: eosinofil, hiperurisemia, sinkop (akibat bradikardi), vertigo, palpitasi, ekstrasistol
supraventrikel, hipotensi (akibat bradikardi), dispnea, mual, konstipasi, diare, angioedema, ruam, kram
otot, astenia (akibat bradikardi), letih, peningkatan kreatinin darah; jarang: eritema, pruritus, urtikaria,
malaise (akibat bradikardi); sangat jarang: fibrilasi atrial, sick-sinus syndrome, AV 2nd degree block, AV
3rd degree block.

Dosis:

arteri koroner: dosis awal 5 mg dua kali sehari, apabila diperlukan dosis dapat ditingkatkan setelah 3-4
minggu pengobatan menjadi 7,5 mg dua kali sehari, apabila pasien tidak dapat mentoleransi dosis ini
(denyut jantung pada saat istirahat kurang dari 50 detak/menit atau muncul gejala bradikardi seperti
pusing, kelelahan atau hipotensi) maka dosis diturunkan menjadi 2,5 mg dua kali sehari, pengobatan
harus dihentikan apabila denyut jantung tetap di bawah 50 detak/menit atau gejala bradikardi muncul,
lansia dosis awal 2,5 mg dua kali sehari; gagal jantung kronis: dosis awal 5 mg dua kali sehari, setelah 2
minggu pengobatan apabila diperlukan dosis dapat ditingkatkan menjadi 7,5 mg dua kali sehari jika
denyut jantung istirahat terus-menerus lebih dari 60 detak/menit atau diturunkan menjadi 2,5 mg dua
kali sehari jika denyut jantung istirahat terus-menerus kurang dari 50 detak/menit atau muncul gejala
bradikardi seperti pusing, kelelahan atau hipotensi, pengobatan harus dihentikan apabila denyut jantung
tetap di bawah 50 detak/menit atau gejala bradikardi tetap muncul.
NESIRITID

Indikasi:

terapi intravena pada gagal jantung kongestif akut yang mengalami dispnea pada saat istirahat atau
dengan aktivitas yang minimal.

Peringatan:

dapat terjadi reaksi alergi karena kandungan proteinnya yang diberikan secara parenteral. Hindari pada
pasien dengan cardiac filling pressure rendah atau berpotensi mengalami cardiac filling pressure rendah.
Tidak dianjurkan pada kondisi valvular stenosis, kardiomiopati obstruktif atau restriktif, perikarditis
konstriktif, pericardial tamponade. Dapat menyebabkan hipotensi, sehingga harus diikuti dengan
monitoring tekanan darah secara intensif. Risiko hipotensi meningkat jika diberikan bersamaan dengan
obat lain yang menyebabkan hipotensi atau pemberian dosis yang lebih tinggi daripada yang dianjurkan.
Dapat menyebabkan azotemia dan peningkatan klirens kreatinin.

Interaksi:

Peningkatan efek hipotensi dengan pemberian bersamaan dengan penghambat ACE atau obat lain yang
menimbulkan efek hipotensi. Inkompatibel secara fisika dan kimia dengan injeksi heparin, insulin,
etakrinat, bumetanid, enalaprilat, hidralazin dan furosemid.

Kontraindikasi:

Hipersensitif terhadap nesiritid. Tidak boleh digunakan sebagai terapi awal pada kondisi syok kardiogenik
atau pada pasien dengan tekanan darah sistolik kurang dari 90 mmHg pada awal terapi.

Efek Samping:

hipotensi, takikardi ventrikel, ekstrasistol ventrikel, bradikardi, angina pektoris, sakit kepala, nyeri
abdomen, nyeri punggung, insomnia, pusing, ansietas, mual, muntah.

Dosis:

Injeksi bolus 2 mcg/kg bb diikuti dengan pemberian melalui infus 0,01 mcg/kg bb/menit.
TRIMETAZIDIN DIHIDROKLORIDA

Indikasi:

Terapi tambahan pada antiangina lain. Tidak digunakan sebagai terapi tunggal.

Peringatan:

kehamilan dan menyusui. Tidak sebagai terapi kuratif serangan angina, tidak untuk pengobatan awal
angina tidak stabil atau infark miokard; Gagal ginjal dengan bersihkan kreatinin < 15 mL/menit, gagal hati
berat.

Kontraindikasi:

hipersensitif terhadap obat dan komponen obat, menyusui.

Efek Samping:

jarang terjadi, mual, muntah.

Dosis:

Dua kali sehari pada pagi dan sore hari saat makan

Anda mungkin juga menyukai