Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

MODEL ASESMEN MUSABAQAH TILAWAH AL-QURAN (MTQ)


CABANG TILAWAH

Bahrudin, Kumaidi
UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Universitas Muhammadiyah Surakarta
bahrudintegal@yahoo.co.id, kuma_426@yahoo.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model penilaian MTQ Cabang Tilawah,
karena model penilaian yang selama ini digunakan dalam MTQ tidak sesuai dengan teori
asesmen. Jenis penelitian ini adalah research and development, yang dimulai dengan research dan
diteruskan dengan pengembangan model. Research dilakukan untuk memperoleh informasi
mengenai kelemahan-kelemahan model penilaian MTQ Cabang Tilawah yang digunakan
selama ini dan aspek-aspek yang mendukung perlunya dilakukan pengembangan model
penilaian tersebut. Pengembangan model mengacu pada prosedur Borg & Gall (1983), yang
dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: pra-pengembangan, pengembangan, dan diseminasi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa model penilaian yang dikembangkan dalam penelitian ini layak
digunakan dalam penilaian MTQ Cabang Tilawah. Penilaian tentang kelayakan tersebut
didasarkan pada validitas dan reliabilitas instrumen yang digunakan dalam uji coba. Dari
analisis rasional mengenai isi instrumen yang dilakukan oleh sejumlah pakar diperoleh
penilaian bahwa instrumen-instrumen penilaian yang dikembangkan dalam penelitian ini
adalah valid. Kemudian dari estimasi reliabilitas skor gabungan hasil uji coba diperoleh
koefisien reliabilitas sebesar 0,96. sehingga hasil penilaian yang dikembangkan dalam penelitian
ini adalah reliabel.
Kata kunci: MTQ, asesmen, tajwid, fasih, suara, irama

AN ASSESSMENT MODEL OF MUSABAQAH TILAWAH AL-QURAN (MTQ)


OF THE TILAWAH SECTION

Bahrudin, Kumaidi
UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Universitas Muhammadiyah Surakarta
bahrudintegal@yahoo.co.id, kuma_426@yahoo.com
Abstract
This study aims to develop a model of an assessment of MTQ of the tilawah section because
the assessment of MTQ that has been applied so far is not relevant to assessment theories.
This was a research and development study, started with research and continued with
developing a model. The research was conducted to obtain information about weaknesses of
the model of the assessment of MTQ of the tilawah section having been applied so far and
aspects supporting the needs for developing an assessment model. The model development
referred to the procedure by Borg & Gall (1983), consisting of three steps, i.e.: pre-
development, development, and dissemination. The results of the study show that the
assessment model developed in the study is appropriate to be applied in the assessment of
MTQ of the tilawah section. The evaluation of the appropriateness is based on the validity and
reliability of the instruments in the tryout. From the analysis of the rationale of the instrument
contents done by several experts, the instruments developed in the study are considered valid.
Based on the estimation of the reliability of the combined scores from the tryout, the
reliability coefficient is 0.96, the assessment instruments developed in the study are reliable.
Keywords: MTQ, assessment, tajwid, fashahah, voice, rhythm

Model Asesmen Musabaqah Tilawah Al-quran (MTQ) − 153


Bahrudin, Kumaidi
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

Pendahuluan Adapun penilaian dapat diartikan se-


Musabaqah Tilawah Al-Quran (MTQ) bagai kegiatan menafsirkan data hasil peng-
adalah nama sebuah kompetisi yang mem- ukuran. Data hasil pengukuran, yang berupa
perlombakan semua cabang lomba al- skor-skor bisa berbeda antara individu yang
Quran. Salah satu cabang yang diper- satu dengan individu yang lain, sehingga ha-
lombakan adalah tilawah al-Quran. Oleh sil penafsirannya pun akn bersifat indivi-
karena itu, dalam MTQ terdapat salah satu dual. Karena itulah penilaian berfokus pada
lomba yang bernama MTQ Cabang Ti- individu. Dalam dunia pendidikan misalnya,
lawah. Tilawah al-Quran adalah suatu jenis penilaian berfokus pada prestasi belajar yang
lomba membaca al-Quran dengan bacaan dicapai oleh individu setiap peserta didik
mujawwad dan murattal, yakni bacaan al- (Mardapi, 2008, p.3). Sedangkan dalam
Quran yang mengandung nilai ilmu mem- MTQ Cabang Tilawah, penilaian berfokus
baca, seni membaca dan adab membaca pada kualitas bacaan al-Quran setiap ind-
menurut pedoman yang telah ditentukan ividu peserta MTQ.
(Tim LPTQ, 2011, p.41). Penilaian dalam MTQ Cabang Tila-
Sebagai sebuah lomba, MTQ Cabang wah dilakukan terhadap empat komponen,
Tilawah tidak bisa dilepaskan dari kegiatan yaitu: (1) tajwid; (2) fashahah; (3) suara; dan
penilaian dan pengukuran. Penilaian dalam (4) lagu (Tim LPTQ, 2011, pp.53-54). Pe-
kegiatan ini dilakukan untuk menentukan nilaian terhadap keempat komponen ter-
kualitas tilawah (bacaan al-Quran) setiap sebut didasarkan pada sejumlah norma pe-
peserta. Penilaian kualitas tilawah tersebut nilaian yang telah ditetapkan oleh LPTQ.
didasarkan para skor yang didapatkan oleh Norma-norma penilaian tersebut diatur da-
para peserta. Besar dan kecilnya skor para lam buku “Pedoman Musabaqah al-Quran
peserta menggambarkan kualitas tilawah 2010” (buku pedoman terbaru yang terbit
mereka. Peserta yang mendapatkan skor pada tahun 2011) pada halaman 60-61.
paling tinggi dalam MTQ Cabang Tilawah Norma-norma penilaian di atas jika
dapat dinilai sebagai yang paling bagus dicermati mengandung sejumlah kelemahan,
kualitas tilawahnya, sehingga ia layak untuk sehingga model penilaian MTQ Cabang
ditetapkan sebagai juara. Tilawah dalam beberapa aspek tidak sesuai
Penilaian dan pengukuran meskipun dengan teori pengukuran/asesmen. Aspek-
merupakan substansi yang berbeda, namun aspek penilaian MTQ Cabang Tilawah yang
keduanya memiliki keterkaitan yang bersifat tidak sesuai dengan teori pengukuran terse-
hirarkis (Griffin & Nix, 1991, p.3). Maksud- but terlihat dalam uraian singkat di bawah.
nya, kegiatan yang satu baru akan terjadi se- Pertama, selama ini penilaian dalam
telah kegiatan yang lain. Dalam konteks ini, MTQ Cabang Tilawah menggunakan maqra’
penilaian selalu dilakukan setelah peng- (sejumlah ayat lomba) yang berbeda-beda
ukuran. untuk setiap pesertanya. Padahal penilaian
Pengukuran adalah proses penetapan dalam MTQ Cabang Tilawah dilakukan ter-
skor terhadap individu atau karakteristiknya hadap seluruh elemen bacaan yang termuat
menurut aturan tertentu (Ebel & Frisbie, dalam setiap maqra’ tersebut. Dengan demi-
1986, p.14), atau kegiatan menetapkan ang- kian, penggunaan maqra’ yang berbeda-beda
ka (skor) dengan cara yang sistematis untuk sama dengan menilai atau mengukur kua-
menyatakan keadaan individu (Allen & Yen, litas tilawah setiap peserta dengan meng-
1979, p.2). Dalam MTQ Cabang Tilawah, gunakan alat ukur yang tidak sama. Peng-
keadaan individu dimaksud berupa ke- gunaan maqra’ yang berbeda-beda bisa me-
mampuan setiap peserta untuk melantunkan nyebabkan hasil penilaian menjadi kurang
ayat-ayat al-Quran sesuai kaidah-kaidah adil, karena maqra’ yang berbeda-beda di
tajwid yang dibawakan dengan suara yang samping memuat jenis dan jumlah elemen
indah. bacaan yang berbeda, juga kemungkinan

154 − Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Tahun 18, Nomor 2, 2014
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

besar memiliki tingkat kesulitan yang juga hakim dalam melakukan penilaian. Penilaian
berbeda-beda. dalam MTQ Cabang Tilawah dilakukan
Kedua, penilaian dalam MTQ Cabang oleh beberapa orang hakim untuk setiap
Tilawah dilakukan secara tidak proporsio- bidangnya. Oleh karena itu, wajar jika sering
nal. Secara sederhana, penilaian dikatakan terjadi perbedaan skor di antara para hakim
proporsional jika skor akhir dari sebuah tes tersebut. Potensi terjadinya perbedaan skor
yang seluruh jawabannya salah adalah nol. ini disadari oleh LPTQ sebagai penyeleng-
Ketidakproporsionalan penilaian dalam gara MTQ. Untuk menghindari terjadinya
MTQ ini terlihat pada dua aspek, yaitu: (1) perbedaan skor yang terlalu tajam, LPTQ
penetapan nilai maksimal untuk setiap bi- menetapkan aturan bahwa selisih antara skor
dangnya yang jauh tidak sebanding dengan tertinggi dan skor terendah yang diberikan
jumlah elemen maqra’ yang dinilai, dan (2) oleh para hakim MTQ Cabang Tilawah
pemotongan skor untuk setiap kesalahannya tidak lebih dari 3 point. Ketika terjadi per-
terlalu besar. Pemotongan skor yang terlalu bedaan skor lebih dari 3 point, maka Majelis
besar untuk setiap kesalahannya dapat me- Hakim akan bermusyawarah untuk melaku-
nyebabkan skor maksimal setiap bidang pe- kan perubahan terhadap sebagian skor yang
nilaian MTQ habis karena kesalahan yang diberikan oleh salah seorang hakim (Tim
relatif kecil (sedikit). LPTQ, 2011, p.34).
Ketiga, model penilaian MTQ Cabang Aturan-aturan penilaian tersebut da-
Tilawah yang digunakan selama ini dapat pat membuat hasil penilaian MTQ Cabang
mendorong para hakim penilai tidak kon- Tilawah tidak objektif, karena sebagian skor
sisten dalam melakukan penilaian. Inkonsis- peserta terjadi akibat hasil kompromi Majelis
tensi penilaian ini dapat terjadi terutama Hakim, bukan lagi hasil penilaian hakim ter-
pada bidang tajwid dan fashahah. Jumlah item hadap performa bacaan peserta. Selain itu,
penilaian di kedua bidang ini sangat banyak, aturan tersebut juga akan mengurangi ke-
yakni meliputi semua elemen bacaan yang mandirian para hakim dalam melakukan
termuat dalam sebuah maqra’ yang jumlah- penilaian. Padahal kemandirian dalam peni-
nya ratusan bahkan mencapai ribuan. Ele- laian sangat penting.
men bacaan yang jumlahnya sangat banyak Dari uraian-uraian tersebut dapat di-
itu diberi nilai maksimal masing-masing 30 simpulkan bahwa model penilaian MTQ
point (Tim LPTQ, 2011, pp.59-60). Nilai Cabang Tilawah yang digunakan selama ini
maksimal ini akan dipotong sebesar 3 point dalam beberapa aspeknya tidak sesuai de-
setiap kali peserta melakukan kesalahan jali, ngan prinsip-prinsip penilaian yang telah
dan 1 point untuk setiap kesalahan khafi lama diterapkan dalam dunia pendidikan.
(Tim LPTQ, 2011, p.60). Ini artinya, nilai Ketidaksesuaian tersebut antara lain terlihat
maksimal di kedua bidang itu akan habis pada pemakaian instrumen ganda melalui
terpotong hanya karena peserta salah dalam pengunaan maqra’ yang berbeda-beda untuk
membaca 10 huruf, atau 10 harakat. Bagai- setiap pesertanya; dan penilaian yang tidak
mana jika kesalahan yang dilakukannya lebih proporsional; teknik penilaian yang dapat
dari itu? Jika ini terjadi, maka akan ada mendorong para hakim berlaku tidak kon-
sejumlah kesalahan yang tidak bisa dilaku- sisten dalam melakukan penskoran, dan in-
kan pemotongan skor, karena nilai maksi- tervensi Majelis Hakim melalui wewenang-
mal sudah habis terpotong oleh beberapa nya yang dapat mengubah sebagian skor
kesalahan sebelumnya. Dengan demikian, yang diberikan hakim.
model penilaian MTQ Cabang Tilawah yang Sejumlah penyimpangan yang ter-
berlaku selama ini dapat mendorong para dapat dalam model penilaian MTQ di atas
hakim/penilai untuk tidak konsisten dalam mendorong penulis untuk melakukan pene-
melakukan penilaian. litian dan pengembangan. Penelitian dilaku-
Keempat, model penilaian MTQ Ca- kan untuk mengkaji secara lebih mendalam
bang Tilawah membatasi kemandirian para mengenai kelemahan-kelemahan model pe-

Model Asesmen Musabaqah Tilawah Al-quran (MTQ) − 155


Bahrudin, Kumaidi
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

nilaian MTQ Cabang Tilawah yang diguna- an dengan penilaian tilawah, baik tilawah
kan selama ini dan aspek-aspek yang men- yang bercorak mujawwad maupun yang ber-
dukung mengenai perlunya diadakan pe- corak murattal.
ngembangan model penilaian tersebut. Belum banyaknya hasil penelitian ten-
Selain oleh peneliti sendiri, penelitian tang MTQ merupakan tantangan dan sekali-
tentang model penilaian MTQ Cabang Ti- gus peluang yang sangat besar bagi peneliti
lawah, terutama di Indonesia, bisa dikatakan untuk mengadakan penelitian tentang ber-
belum dilakukan, setidaknya hingga artikel bagai aspek yang berkaitan dengan MTQ.
ini dibuat. Dari survei yang diadakan pene- Namun demikian, bertolak dari sejumlah
liti di sejumlah lembaga yang terkait dengan kelemahan yang terdapat dalam model peni-
penyelenggaraan MTQ, seperti LPTQ dan laian MTQ Cabang Tilawah sebagaimana
Kemenag, dan di sejumlah perpustakaan tersebut, maka permasalahan yang men-
Islam tidak diperoleh satu pun hasil pene- desak untuk diteliti adalah pengembangan
litian tentang model penilaian MTQ. Di model penilaian MTQ tersebut.
Indonesia, kajian tentang MTQ pada Pengembangan model penilaian MTQ
umumnya ditulis dalam bentuk artikel, mi- Cabang Tilawah memerlukan penelitian pen-
salnya artikel yang ditulis oleh M. Nasir dahuluan untuk mengkaji berbagai model
yang berjudul “MTQ dan Kepedulian Uni- penilaian yang ada dalam literatur dan me-
versal.” Namun, artikel yang ditulis pada 9 milih model yang paling cocok untuk di-
Mei 2008 ini sama sekali tidak menyinggung kembangkan dalam penilaian MTQ Cabang
apa pun yang terkait dengan penilaian MTQ Tilawah. Peneliti memandang bahwa model
Cabang Tilawah. Sedangkan Shihab (2002) penilaian MTQ Cabang Tilawah dapat di-
hanya mengkritisi sebagian aspek dari peni- kembangkan berdasarkan teori pengukuran
laian MTQ Cabang Tafsir. Substansi peni- dan asesmen, sebagaimana yang dilakukan
laian MTQ Cabang Tafsir tentu saja sangat oleh para pakar pendidikan terhadap model
berbeda dengan penilaian MTQ Cabang penilaian dari berbagai disiplin ilmu. Oleh
Tilawah. karena itu, permasalahan yang diangkat da-
Selain Indonesia, negara Islam yang lam penelitian dan pengembangan ini adalah
giat menyelenggarakan MTQ adalah Mesir. “Bagaimana mengembangkan model peni-
Di negara yang merupakan salah satu kiblat laian MTQ Cabang Tilawah yang sesuai de-
MTQ Internasional ini terdapat hasil pe- ngan teori pengukuran” tersebut.
nelitian tentang tilawah yang dilakukan oleh Bertolak dari sini, tujuan penelitian ini
Michael Frishkopf. Frishkopf melakukan adalah untuk mendapatkan model asesmen
kajian tentang tilawah al-Qur‟an dengan MTQ Cabang Tilawah yang sesuai dengan
judul “Mediated Qur’anic Recitation and the teori pengukuran, dan untuk mengetahui
Contestation of Islam Contemporary Egypt.” aspek-aspek yang perlu dikaji dalam pe-
Dalam penelitian ini Frishkopf menjelaskan ngembangan model asesmen MTQ Cabang
tilawah al-Quran sebagai salah satu media Tilawah berdasarkan teori pengukuran
penyiaran Islam di Mesir dewasa ini. Ia tersebut. Ada beberapa manfaat yang di-
membahas secara panjang lebar tentang tila- harapkan dapat dipetik dari penelitian ini.
wah al-Quran dan menjelaskan secara rinci Pertama, hasil penelitian ini diharapkan da-
mengenai perbedaan antara tilawah mujaw- pat mengungkapkan adanya sejumlah kele-
wad dan tilawah murattal dari berbagai segi, mahan yang terdapat dalam model penilaian
misalnya dari segi timbre (warna suara), eks- MTQ yang digunakan selama ini. Kedua,
presi, modulasi, melodi, aksen, pause (jeda), hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah
pengulangan bacaan dan sebagainya (Frish- satu literatur yang dapat dijadikan rujukan
kopf, 2007, p.10). Namun, perlu di tegaskan oleh dewan hakim MTQ dalam melakukan
bahwa Frishkopf dalam penelitiannya sama penilaian, dan oleh Lembaga (LPTQ) dalam
sekali tidak menyinggung tentang model pe- menyusun pedoman penilaian yang baru da-
nilaian atau apa pun namanya yang berkait- lam penilaian MTQ. Ketiga, hasil penelitian

156 − Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Tahun 18, Nomor 2, 2014
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

ini diharapkan menjadi salah satu alternatif para pakar ini dijadikan sebagai bahan untuk
model penilaian MTQ Cabang Tilawah di merevisi keempat draf tersebut. Draf-draf
masa-masa mendatang. instrumen yang telah direvisi selanjutnya
diujicobakan pada sejumlah subjek coba
Metode Penelitian (sampel). Uji coba dilakukan sebanyak tiga
kali dan setiap selesai uji coba dilakukan
Penelitian ini menggunakan prosedur penelaahan oleh sejumlah pakar untuk me-
penelitian pengembangan (research & develop- lihat kekurangan atau kelemahan yang
ment). Research & development secara general mungkin masih terdapat di dalam draf-draf
dapat diartikan sebagai kegiatan yang di- tersebut. Sedangkan perevisian draf-draf
awali dengan penelitian dan diteruskan instrumen didasarkan pada hasil penilaian
dengan pengembangan. Research dilakukan dan masukan pakar ketika menelaah draf-
selain untuk mendapatkan sejumlah infor- draf dimaksud.
masi mengenai kelemahan-kelemahan yang Subjek uji coba dalam penelitian ini
terdapat dalam model penilaian MTQ ditentukan secara random. Subjek uji coba I
Cabang Tilawah yang digunakan selama ini, berjumlah 10 orang peserta STQ tingkat
juga untuk memperoleh informasi yang Jawa Barat tahun 2009 (menggunakan
diperlukan untuk melakukan analisis dan rekaman), sedangkan subjek uji coba II dan
penilaian mengenai perlu atau tidaknya di- III masing-masing berjumlah 11 dan 30
lakukan pengembangan model penilaian orang mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati
MTQ Cabang Tilawah yang lebih sesuai Bandung. Setiap uji coba melibatkan 12
dengan teori pengukuran. Temuan-temuan orang hakim (rater) yang menilai empat
dalam research kemudian dijadikan sebagai komponen penilaian MTQ Cabang Tilawah
bahan untuk melakukan pengembangan dengan setiap komponennya dinilai oleh
model MTQ Cabang Tilawah tersebut. tiga orang hakim.
Pengembangan model penilaian MTQ Instrumen yang digunakan untuk me-
Cabang Tilawah ini mengikuti prosedur ngumpulkan data dalam penelitian pengem-
yang dikemukakan oleh Borg & Gall (1983). bangan ini terdiri dari angket, maqra’ dan
Secara singkat pengembangan model pe- lembar penskoran. Angket digunakan untuk
nilaian ini dilakukan melalui tiga tahap, mengumpulkan data yang berkenaan dengan
yaitu: (1) tahap pra-pengembangan model; analisis kebutuhan pengembangan model
(2) tahap pengembangan model; dan (3) asesmen MTQ Cabang Tilawah. Sementara
tahap desiminasi atau implementasi model. maqra’ dan lembar penskoran digunakan
Tahap pra-pengembangan ditempuh untuk mengumpulkan data tentang tingkat
dengan melakukan sejumlah kegiatan, yaitu: kualitas tilawah para subjek coba dan ter-
(1) mengkaji buku “Pedoman Musabaqah utama untuk uji model yang di dalamnya
al-Quran 2010” (buku pedoman MTQ ter- mencakup estimasi validitas dan reliabilitas
baru), (2) menentukan spesifikasi penilaian hasil penilaian.
MTQ Cabang Tilawah, dan (3) menentukan Penentuan validitas instrumen dilaku-
strategi pengembangan indikator penilaian kan melalui judgment pakar, sedangkan esti-
kualitas tilawah, strategi pembuatan instru- masi reliabilitasnya menggunakan pendekat-
men, dan startegi penyusunan pedoman an analisis varians yang prosedurnya di-
penilaian MTQ. dasarkan pada generalizability theory melalui
Tahap pengembangan dimulai dengan konsep G-Study”. Adapun desain yang di-
penyusunan draf instrumen penilaian MTQ gunakan adalah desain multifacet, karena pe-
Cabang Tilawah, yang meliputi instrumen nilaian dalam MTQ Cabang Tilawah seti-
penilaian tajwid, fashahah, suara dan lagu. daknya melibatkan tiga kondisi pengukuran,
Draf-draf instrumen ini kemudian ditelaah yaitu: peserta, rater, dan butir. Harga koe-
oleh para pakar untuk diungkap berbagai fisien reliabilitas diperoleh dari perbanding-
kekurangan dan kelemahannya. Hasil telaah an antara varian skor murni dan varian skor

Model Asesmen Musabaqah Tilawah Al-quran (MTQ) − 157


Bahrudin, Kumaidi
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

amatannya yang dikomputasi dengan meng- dari teks apa pun tidak lain merupakan se-
gunakan teknik yang dikembangkan oleh buah performansi atau sebuah unjuk kerja.
Thorndike, sebagaimana dijelaskan dalam Sebuah performansi hanya cocok di-
bukunya yang berjudul “Applied Psycometrics” ukur dengan tes performansi, dan tilawah
terbitan tahun 1982. Kemudian nilai koefi- al-Quran adalah sebuah performansi, se-
sien yang dihasilkan dibandingkan dengan hingga penilaian mengenai kualitas tilawah
kriteria reliabilitas minimal yang diperkenan- para pesera MTQ juga sebaiknya meng-
kan, yaitu 0,70 (Linn, 1990, p.143). gunakan performance assessment. Sebagaimana
Penelitian ini menggunakan pendekat- dikatakan Stiggins (1994, p.171) bahwa per-
an kuantitatif, karena data utamanya berupa formance assessment diperlukan terutama untuk
skor-skor penilaian MTQ Cabang Tilawah menilai keterampilan (skill) dan karya cipta
di bidang tajwid, fashahah, suara dan lagu. siswa. Karakteristik penilaian tersebut tam-
Sedangkan teknik analisis datanya meng- paknya cocok digunakan dalam penilaian
gunakan teknik analisis deskriptif. Teknik MTQ Cabang Tilawah. Penilaian dalam
analisis ini digunakan untuk menjelaskan MTQ cabang ini di samping dilakukan un-
secara faktual karakteristik model penilaian tuk menilai kemampuan para peserta dalam
MTQ Cabang Tilawah yang digunakan membaca ayat-ayat al-Quran, juga untuk
selama ini dan karakteristik model penilaian menilai keterampilan olah vokal atau suara,
MTQ Cabang Tilawah hasil pengembangan. dan sebagainya.
Analisis deskriptif juga digunakan untuk Selanjutnya, autentisitas yang menjadi
menjelaskan strategi pengembangan instru- ciri dalam penilaian performansi juga ter-
men-instrumen penilaian MTQ Cabang lihat dalam penilaian MTQ Cabang Tilawah.
Tilawah yang mencakup strategi penentuan Sebagaimana dikatakan oleh Stiggins (1991:
indikator-indikator penilaian di setiap bi- 85) bahwa dalam penilaian unjuk kerja (per-
dangnya beserta item-item pengukuran formansi), guru menghendaki respons siswa
yang merupakan penjabaran dari indikator- yang “authentic” atau yang asli berupa aktivi-
indikator tersebut, serta untuk aspek vali- tas yang dapat diamati. Dalam MTQ Cabang
ditas dan reliabilitas instrumen-instrumen Tilawah, pengukuran dilakukan secara lang-
penilaian dikembangkan tersebut. sung terhadap performa para peserta dalam
melakukan seni baca al-Quran, sehingga
Hasil Penelitian dan Pembahasan hasil pengukuran benar-benar menggambar-
kan kemampuan asli para peserta tersebut.
Penelitian ini dilakukan untuk me- Objek dari penilaian performansi ada-
ngembangkan model asesmen (penilaian) lah segala yang berkaitan dengan ‘observable
Musabaqah Tilawah al-Quran (MTQ) performance’ (performansi yang dapat diamati).
Cabang Tilawah. Secara faktual, produk Observable performance dalam penilaian MTQ
penelitian ini berupa seperangkat instrumen Cabang Tilawah tentu berbeda dengan
penilaian unjuk kerja (performance assessment) dalam penilaian pembelajaran. Dalam pem-
yang dapat digunakan untuk menilai perfor- belajaran, performa yang memungkinkan
ma bacaan al-Quran para peserta. Peng- untuk diobservasi boleh jadi berkenaan
gunaan instrumen unjuk kerja ini didasarkan dengan proses kognitif yang kompleks, mi-
pada kenyataan bahwa tilawah atau pem- salnya melakukan analisis, memecahkan
bacaan al-Quran adalah kegiatan melafalkan masalah, melakukan percobaan, membuat
huruf-huruf yang terhimpun dalam ayat-ayat keputusan, mengukur, bekerja sama dengan
al-Quran menurut kaidah tajwid. Seperti yang lain, pernyataan oral, atau mengunjuk-
halnya pelafalan huruf-huruf dari teks yang kan suatu produk. Di samping itu, penilaian
lain, pelafalan huruf-huruf yang terhimpun performansi juga dapat digunakan untuk
dalam ayat-ayat al-Quran juga dilakukan mengakses cara berpikir (habit of mind), cara
dengan cara mendemonstrasikan pengucap- bekerja, dan perilaku nilai (behaviors of value)
an huruf-huruf yang dilafalkan/dibaca. Men- dari siswa dalam kehidupan nyata. Jenis
demonstrasikan pengucapan huruf-huruf

158 − Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Tahun 18, Nomor 2, 2014
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

penilaian ini sangat sesuai dengan efektivitas kedua kriteria di atas, yaitu: instrumen pe-
pembelajaran (Baker, 1998, p.248). nilaian tajwid, instrumen penilaian fashahah,
Dalam penilaian MTQ Cabang Tila- instrumen penialian suara, dan instrumen
wah, observable performance meliputi semua penilaian lagu. Instrumen penilaian tajwid
aspek yang dinilai dalam lomba yang ada dan fashahah digunakan untuk menilai ke-
dalam diri para peserta. Hampir seluruh tepatan bacaan, sedangkan instrumen peni-
objek penilaian dalam MTQ Cabang Ti- laian suara dan lagu digunakan untuk me-
lawah dapat bersifat observable, yakni obser- nilai keindahan bacaan.
vasi dalam arti luas, meliputi pengamatan Untuk memperoleh gambaran ten-
melalui penglihatan, pendengaran dan pe- tang keempat instrumen penilaian unjuk
rasaan. Pengamatan melalui penglihatan kerja (performance assessment) di atas, berikut
dapat dilalukan ketika menilai perilaku ini akan diuraikan mengenai tiga hal, yaitu:
peserta MTQ dari awal hingga akhir lomba. (1) pengembangan indikator instrumen pe-
Pengamatan melalui pengerahan pendengar- nilaian tajwid, fashahah, suara, dan lagu, (2)
an dilakukan dalam penilaian aspek tajwid, pengembangan item-item penskoran dari
fashahah, suara, dan lagu. Sedangkan peng- setiap indikator penilaian tajwid, fashahah,
amatan melalui pengerahan perasaan ter- suara, dan lagu, dan (3) teknik penskoran
utama dilakukan dalam menilai aspek seni dari keempat bidang penilaian MTQ Ca-
baca al-Quran. Dalam praktiknya, ketiga bang Tilawah tersebut.
jenis pengamatan tersebut dilakukan oleh
dewan hakim secara simultan. Pengembangan Indikator Instrumen Penilai-
Alat penunjang dalam melaksanakan an Tajwid, Fashahah, Suara, dan Lagu
asesmen kinerja pada penilaian MTQ Penilaian dalam MTQ Cabang Tila-
Cabang Tilawah tidak jauh berbeda dengan wah dilakukan terhadap empat bidang,
yang ada dalam asesmen pembelajaran. Jika yaitu: (1) bidang tajwid; (2) bidang fashahah;
dalam asesmen pembelajaran, asesmen ki- (3) bidang suara; dan (4) bidang lagu (Tim
nerja menggunakan lembar observasi atau LPTQ, 2011, p.54). Keempat bidang inilah
sebuah format pengamatan kinerja atau yang juga menjadi komponen penilaian
penampilan siswa, maka dalam asesmen MTQ Cabang Tilawah dalam penelitian pe-
MTQ Cabang Tilawah pun sama. Dalam ngembangan ini. Penilaian terhadap keempat
lembar pengamatan tertera aspek-aspek bidang ini dilakukan melalui sejumlah indi-
yang diamati sesuai dengan target yang di- kator yang menjadi cakupan masing-masing.
nginkan. Berdasarkan deskriptor-deskriptor Dalam penelitian ini, indikator-indikator pe-
yang nampak selama proses pengamatan, nilaian tersebut dikembangkan melalui dua
ditentukanlah skor kinerja peserta dengan cara, yaitu: (1) mendeduksi isyarat-isyarat al-
berpedoman pada kriteria penilaian yang Quran dan Hadis Nabi, dan (2) meng-
telah ditetapkan sebelumnya. adaptasi indikator-indikator penilaian MTQ
Secara garis besar, kriteria penilaian Cabang Tilawah yang termuat dalam buku
dalam MTQ Cabang Tilawah dapat dibeda- “Pedoman Musabaqah al-Quran”.
kan menjadi dua, yaitu: ketepatan bacaan Mendeduksi isyarat-isyarat al-Quran
dan keindahan bacaan. Instrumen yang di- dan hadis di sini maksudnya menjabarkan
gunakan untuk menilai kedua kriteria ter- pernyataan maupun petunjuk yang diberi-
sebut tentu berbeda, karena ketepatan baca- kan oleh kedua sumber ajaran Islam ter-
an menyangkut benar atau salahnya bacaan sebut mengenai aspek-aspek kualitas tilawah
al-Quran yang dilakukan oleh para peserta, al-Qur‟an menjadi rincian indikator penilai-
sedangkan keindahan bacaan lebih berkaitan an tilawah. Dalam konteks ini, ada sejum-
dengan unsur seni dalam membaca al- lah ayat al-Quran dan hadis yang dapat di-
Quran. jadikan sebagai rujukan untuk merumuskan
Ada empat instrumen yang dikem- indikator-indikator penilaian MTQ Cabang
bangkan dalam penelitian ini untuk menilai Tilawah. Ayat-ayat dimaksud antara lain

Model Asesmen Musabaqah Tilawah Al-quran (MTQ) − 159


Bahrudin, Kumaidi
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

surat al-Furqan (25) ayat 32 dan surat al- tas suara yang bagus dan mampu mem-
Muzammil (73) ayat 4 yang memerintahkan bawakannya dengan lagu/nada yang serasi.
umat Islam agar membaca al-Quran secara Tanpa kedua aspek tersebut, maka bacaan
tartil. al-Quran akan terdengar kurang, atau bah-
Istilah tartil secara terminologi berarti kan tidak indah. Dengan demikian, kualitas
membaca al-Quran secara perlahan-lahan suara dan lagu akan menentukan keindahan
dan jelas, mengeluarkan setiap huruf dari bacaan.
makhraj atau tempat keluarnya dan mene- Patut diakui bahwa meskipun al-
rapkan sifat-sifatnya, serta men-tadabburi Quran dan hadis mengisyaratkan komponen
maknanya (Annuri, 2010, p.30). Tartil juga suara dan lagu merupakan aspek penting
berarti membaca al-Quran dengan men- dalam tilawah al-Quran, namun keduanya
tajwidkan huruf-hurufnya dan mengetahui bukanlah kitab ilmiah yang menjelaskan
tempat-tempat waqf (berhenti) yang benar” segala sesuatu secara teoritis dan detail.
(Utsman, 1994, p.49; Nashr, 1349 H, p.7), Oleh karena itu, untuk menentukan indi-
atau membaca al-Quran dengan memper- kator-indikator penilaian suara dan lagu
jelas huruf-hurufnya, berhenti (waqf) dan diperlukan ijtihad dan kajian terhadap buku-
memulai (ibtida’), sehingga pembaca dan buku yang relevan. Kajian terhadap buku
pendengarnya dapat memahami dan meng- “Pedoman Musabaqah al-Quran 2010”
hayati kandungan pesan-pesannya (Shihab, menjadi pilihan yang paling tepat, karena
2002, p.516). buku ini secara lengkap telah menjelaskan
Perlahan-lahan dalam membaca al- indikator-indikator penilaian dari keempat
Quran mengisyaratkan pentingnya peng- bidang penilaian MTQ Cabang Tilawah.
aturan tempo bacaan. Kejelasan bacaan, Salah satu bagian yang penting dalam
penerapkan waqf dan ibtida’ secara benar, buku ini adalah penjelasannya mengenai
serta pemahaman dan perenungan makna bidang-bidang penilaian MTQ Cabang Tila-
menunjukkan pentingnya aspek fashahah. wah dan aspek-aspek penilaian yang ter-
Sedangkan bacaan yang sesuai dengan ilmu dapat di masing-masing bidang tersebut.
tajwid menunjukkan pentingnya penerapan Dalam buku tersebut dijelaskan tentang
semua kaidah tajwid dalam membaca al- aspek-aspek (indikator-indikator) penilaian
Quran. Keseluruhan aspek tartil ini dapat bidang tajwid, fashahah, suara dan lagu.
dijadikan sebagai indikator-indikator penilai- Aspek-aspek penilaian bidang tajwid meli-
an kualitas tilawah, terutama yang menyang- puti: (1) makharij al-huruf, (2) sifat al-huruf, (3)
kut penilaian bidang tajwid dan fashahah, ahkam al-huruf; dan (4) al-madd wa al-qashr.
serta sebagian indikator penilaian bidang Aspek-aspek penilaian bidang fashahah me-
suara. liputi: (1) al-waqf wa al-ibtida’, (2) mura`at al-
Selain tartil, aspek keindahan dalam huruf wa al-harakat, dan (3) mura`at al-kalimat
membaca al-Quran juga menjadi komponen wa al-ayat (Tim LPTQ, 2011, p.53). Aspek-
yang penting. Hal itu diisyaratkan oleh aspek penilaian bidang suara meliputi: (1)
beberapa hadis Nabi yang memerintahkan vokal dan keutuhan suara, (2) kejernihan
agar umat Islam membaca al-Quran dengan suara, (3) kehalusan/kelembutan, (4) kese-
suara yang indah, atau dilagukan (Nawawi, rasian nada, dan (5) pengaturan nafas. Se-
2010, p.343; Al-Baqi (1), 1996, p.236). Ke- dangkan aspek-aspek penilaian dalam bidang
indahan sebuah bacaan ditentukan oleh lagu meliputi: (1) lagu pertama dan penutup;
banyak faktor, antara lain kualitas suara dan (2) jumlah lagu; (3) peralihan; keutuhan dan
lagu/nada. Keindahan bacaan al-Quran juga tempo lagu; (4) irama dan gaya, dan (5)
tidak luput dari kedua faktor tersebut. Bah- variasi (Tim LPTQ, 2011, pp.53-54).
kan dapat dikatakan bahwa keduanya adalah Bidang-bidang penilaian MTQ Cabang
faktor keniscayaan. Artinya, untuk meng- Tilawah dan aspek-aspek penilaian yang ada
hasilkan bacaan al-Quran yang terdengar di dalamnya merupakan hasil ijtihad (curah-
indah maka pembaca harus memiliki kuali- an pemikiran) para ulama yang ahli di bi-

160 − Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Tahun 18, Nomor 2, 2014
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

dangnya selama bertahun-tahun. Meskipun indikatornya. Penilaian terhadap kedua in-


demikian, dalam penelitian ini ada sejumlah dikator itu tidak bisa dilepaskan dari unsur
aspek (indikator) penilaian di beberapa keserasian nada.
bidangnya yang perlu diadaptasi agar hasil Adaptasi indikator penilaian bidang
penilaian MTQ Cabang Tilawah menjadi lagu dilakukan dengan memilah indikator
lebih baik, yakni lebih fair, objektif dan ke-3, yakni: peralihan, keutuhan dan tempo
cermat. Aspek-aspek penilaian yang perlu lagu (Tim LPTQ, 2011, pp.53-54) menjadi
diadaptasi itu terdapat dalam bidang pe- tiga indikator yang terpisah dari yang lain.
nilaian fashahah, suara, dan lagu. Sedangkan Alasan pemilahan itu adalah bahwa indi-
aspek-aspek yangada dalam penilaian bidang kator-indikator yang tersebut dalam point
tajwid tidak diadaptasi, karena keseluruh- ke-3 merupakan substansi yang berbeda,
annya dinilai sudah dapat diterima. yang masing-masing berdiri sendiri. Peralih-
Adaptasi indikator penilaian bidang an lagu menyangkut kemampuan peserta
fashahah dilakukan dengan meniadakan salah dalam melakukan perpindahan dari lagu
satu aspek (indikator) penilaiannya, yakni yang satu ke lagu yang lain. Kemudian ke-
mura`at al-kalimat wa al-ayat. Peniadaan utuhan lagu menyangkut kemampuan peser-
indikator ini dilakukan karena penilaian ta dalam membawakan setiap lagu secara
dalam model pengembangan ini berbasis utuh atau lengkap, yaitu: dengan nada ren-
pada huruf, harakat dan elemen-elemen dah, sedang dan tinggi. Sedangkan tempo
maqra’ (ayat) lainnya secara detail, bukan lagu menyangkut kemampuan peserta dalam
berbasis pada kalimat atau ayat yang mengatur ritme lagu apakah cepat, sedang
terdapat dalam maqra’ secara global. Model ataukah lambat. Dengan demikian, indikator
pengembangan ini memandang bahwa aspek penilaian bidang lagu dalam model penilaian
mura`at al-kalimat wa al-ayat sudah tercakup hasil pengembangan berjumlah tujuh, yaitu:
dalam aspek mura`at al-huruf wa al-harakat. (1) lagu pertama dan penutup; (2) jumlah
Karena setiap kesalahan pada mura`at al- lagu; (3) peralihan lagu; (4) keutuhan lagu;
kalimat wa al-ayat dihitung berdasarkan (5) tempo lagu; (6) irama dan gaya; dan (7)
jumlah huruf dan harakat yang terdapat di variasi lagu. Ketujuh indikator tersebut
dalam kalimat atau ayat tersebut. merupakan pengembangan dari lima indika-
Adaptasi indikator penilaian bidang tor penilaian lagu yang selama ini digunakan
suara dilakukan dengan cara menambah dan dalam MTQ Cabang Tilawah.
menyelaraskan sebagian indikator yang ada
pada bidang tersebut. Dalam “Pedoman Pengembangan Item-Item Penskoran dari
Musabaqah al-Quran 2010” tidak disebut- Setiap Indikator Penilaian Tajwid, Fashahah,
kan bahwa kenyaringan suara merupakan Suara, dan Lagu
indikator penilaian bidang suara. Aspek ke- Penilaian dalam MTQ Cabang Tilawah
nyaringan suara ini sangat penting, sehingga di samping dilakukan terhadap ketepatan
ia dijadikan sebagai salah satu indikator bacaan juga dilakukan terhadap keindahan
penilaian suara dalam model penilaian yang bacaan. Penilaian terhadap ketepatan bacaan
dikembangkan dalam penelitian ini. Sedang- al-Quran diaktualisasikan dalam bentuk pe-
kan aspek keserasian nada yang dalam buku nilaian tajwid dan fashahah. Sedangkan pe-
“Pedoman Musabaqah al-Quran 2010” di- nilaian terhadap keindahan bacaan diaktu-
jadikan sebagai salah satu indikator penilai- alisasikan dalam bentuk penilaian suara dan
an suara (Tim LPTQ, 2011, p.54) diubah lagu.
menjadi salah satu indikator penilaian bidang Penilaian dalam MTQ Cabang Tilawah
lagu. Peneliti menilai bahwa keserasian nada terutama yang menyangkut ketepatan baca-
lebih cocok menjadi salah satu indikator pe- an dilakukan terhadap semua elemen bacaan
nilaian bidang lagu, karena dalam penilaian yang termuat dalam maqra’. Dengan demi-
bidang lagu terdapat aspek peralihan lagu kian, item-item pengukuran dalam bidang
serta irama dan gaya sebagai bagian dari tajwid dan fashahah adalah keseluruhan hu-

Model Asesmen Musabaqah Tilawah Al-quran (MTQ) − 161


Bahrudin, Kumaidi
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

ruf, harakat, tanda waqf, dan semua elemen bidang tajwid dan fashahah dilakukan ber-
bacaan lainnya yang secara riil terhimpun dasarkan kriteria benar dan salah, karena
dalam ayat-ayat yang dibaca oleh peserta penilaian di kedua bidang ini memang di-
lomba. Sedangkan item-item penskoran bi- lakukan untuk menilai benar atau tidaknya
dang suara dan lagu tentu bukan berupa para peserta MTQ Cabang Tilawah dalam
elemen bacaan yang termuat dalam maqra’, membaca maqra’ dalam lomba. Sedangkan
tetapi berupa sejumlah kriteria yang dikem- penilaian bidang suara dan lagu yang me-
bangkan berdasarkan prosedur pembuatan nilai aspek keindahan bacaan tidak bisa atau
angket berskala empat untuk setiap indi- tidak cocok menggunakan kriteria benar
kator penilaiannya. dan salah. Penilaian di kedua bidang ini
Perbedaan strategi pengembangan lebih cocok didasarkan pada kriteria bagus
item-item penilaian bidang tajwid dan atau kurang bagus, indah atau kurang indah
fasahah di satu sisi serta item-item penilaian dan sebagainya. Untuk mendapatkan gam-
bidang suara dan lagu di sisi lain dilakukan baran yang lebih jelas, berikut ini disajikan
karena adanya perbedaan karakter penilaian kisi-kisi penilaian dari keempat bidang pe-
di kedua kelompok tersebut. Penilaian nilaian MTQ Cabang Tilawah.

Tabel 1. Kisi-kisi Instrumen Penilaian MTQ Cabang Tilawah Hasil Pengembangan


Bidang
Indikator Penilaian Butir Penilaian
Penilaian
1. Tajwid a. Makharij al-huruf Ketepatan membaca semua huruf berharakat yang terhimpun
dalam maqra’ menurut tempat keluarnya
b. Sifat al-huruf Ketepatan membaca semua huruf berharakat yang terhimpun
dalam maqra’ menurut sifat keluarnya
c. Ahkam al-huruf 1) Ketepatan membaca hukum nun sukun dan tanwin
2) Ketepatan membaca hukum mim sukun
3) Ketepatan membaca mufahham dan muraqqiq
4) Ketepatan membaca alif lam qamariyah dan syamsiyah
5) Ketepatan membaca imalah
6) Ketepatan membaca isymam
d. Hukum al-mad 1) Ketepatan membaca huruf-huruf ber-madd
wa al-qashr 2) Ketepatan membaca huruf-huruf qashr (tidak bermadd)
2. Fashahah a. Al-Waqf wa al- 1) Ketepatan melakukan waqf
ibtida’ 2) Ketepatan melakukan ibtida’ (memulai bacaan setelah waqf)
b. Mura`at al-huruf 1) Ketepatan membaca semua huruf yang ada dalam maqra’
wa al-harakat 2) Ketepatan membaca semua harakat yang ada dalam maqra’
3) Keterhindaran dari penambahan/pengurangan huruf/harakat
3. Suara a. Kejernihan suara Kemampuan bersuara jernih dan tingkat kestabilannya
b. Kehalusan suara Kemampuan bersuara halus dan tingkat kestabilannya
c. Keutuhan suara Kemampuan bersuara utuh dan tingkat kestabilannya
d. Kenyaringan suara Kemampuan bersuara nyaring pada nada-nada tinggi dan
tingkat kestabilannya
e. Pengaturan nafas Kemampuan mengatur nafas dan tingkat kestabilannya
4. Lagu a. Lagu pertama dan Kemampuan memulai dan menutup tilawah dengan lagu bayati/
penutup husaini
b. Jumlah lagu Kemampuan tilawah minimal dengan 5 buah lagu
c. Peralihan lagu Kemampuan melakukan peralihan lagu dengan serasi
d. Keutuhan lagu Kemampuan membawakan lagu secara utuh
e. Tempo lagu Kemampuan dalam mengatur tempo lagu
f. Irama dan gaya Kemampuan tilawah dengan irama dan gaya yang indah
g. Variasi lagu Kemampuan dalam melakukan variasi lagu

162 − Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Tahun 18, Nomor 2, 2014
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

Pengembangan Teknik Penskoran maka instrumen penilaian ter-sebut dapat


dikatakan valid dan reliabel, sehingga layak
Penilaian dalam MTQ Cabang Tilawah
untuk digunakan. Tetapi jika nilai koefisien
tidak bisa dilepaskan dari kegiatan pen-
yang dihasilkan lebih kecil dari kriteria
skoran. Penskoran dilakukan untuk me-
koefisien yang ditetapkan, maka istrumen
nyatakan kemampuan tilawah setiap peserta.
tersebut dapat dikatakan tidak valid dan
Peserta yang mendapatkan skor besar me-
tidak reliabel, sehingga tidak layak untuk
nunjukkan bahwa kemampuan tilawahnya
digunakan.
sangat baik. Sebaliknya, peserta yang men-
Penetapan validitas sebuah instrumen
dapatkan skor kecil menunjukkan bahwa
di samping bisa dilakukan melalui komputasi
kemampuan tilawahnya tidak baik. Menya-
skor-skor hasil uji coba dengan mengguna-
takan kemampuan tilawah dengan angka-
kan persamaan yang telah dirumuskan oleh
angka (skor) lebih jelas dan meyakinkan
para pakar pengukuran, juga bisa dilakukan
daripada menyatakan secara kualitatif.
melalui judgment pakar. Dalam penelitian ini,
Penskoran dalam penilaian MTQ
penetapan validitas instrumen hasil pe-
Cabang Tilawah dilakukan untuk setiap in-
ngembangan dilakukan melalui judgment
dikatornya. Oleh karena itu, penelitian ini
pakar. Penetapan validitas seperti ini dilaku-
mengembangkan formula yang dapat di-
kan melalui proses analisis rasional menge-
gunakan untuk mengkomputasi skor-skor
nai isi instrumen sebuah tes, yang penen-
dari indikator tersebut. Skor-skor untuk
tuannya didasarkan pada pendapat individu
indikator-indikator penilaian tajwid dan
pakar, pendapat subjektif (Allen & Yen,
fashahah dikomputasi dengan menggunakan
1979, p.95). Penetapan validitas yang demi-
formula sebagai berikut:
kian juga disebut dengan istilah professional
∑ ∑ judgment (Azwar, 2009, p.45).
∑ Alasan penggunaan prosedur judgment
pakar adalah bahwa penetapan indikator-
di mana adalah notasi untuk skor indi- indikator dan item-item penilaian dalam
kator i, ∑ adalah jumlah seluruh item di MTQ Cabang Tilawah memerlukan pen-
setiap indikator, dan ∑ adalah jumlah dapat atau penilaian orang-orang yang ahli
item di setiap indikator yang dibaca salah. di bidangnya. Dalam hal ini adalah para
Adapun skor untuk indikator-indi- pakar al-Quran atau para hakim penilai
kator penilaian bidang suara dan lagu tidak MTQ Cabang Tilawah di berbagai bidang-
dikomputasi dengan menggunakan formula nya.
khusus. Skor untuk setiap indikator di kedua Dalam penelitian ini, judgment ter-
bidang penilaian tersebut dapat diperoleh hadap konten dari instrumen-instrumen ha-
secara langsung dari instrumen penilaian sil pengembangan dilakukan oleh sejumlah
yang menyerupai angket berskala empat. pakar al-Quran, hakim penilai dan praktisi
MTQ yang ada di lingkungan UIN Sunan
Validitas dan Reliabilitas Gunung Djati Bandung dan LPTQ Provinsi
Uji coba dalam penelitian ini dilaku- Jawa Barat. Adapun para pakar dimaksud
kan terutama untuk memperoleh informasi adalah: (1) H. Abdul Mujib, M.Ag. (hakim
tentang kelayakan semua instrumen hasil dan praktisi MTQ), (2) Abdul Rozak, M.Ag.
pengembangan untuk digunakan dalam pe- (hafizh dan praktisi MTQ), (3) H. Wawan
nilaian MTQ Cabang Tilawah. Kelayakan Kusnawan, S.Pd.I (praktisi MTQ), (4) Dra.
instrumen dapat diketahui melalui pembukti- Hj. Farida (hakim dan praktisi MTQ), (5).
an validitas dan estimasi reliabilitas instru- Drs. Ending Syarifuddin, M.Ag (pakar al-
men tersebut. Jika pembuktian validitas dan Quran), (6) Drs. H. Dadang Suherman
estimasi reliabilitas menghasilkan nilai koefi- (hakim dan praktisi MTQ), (7) Salim
sien yang lebih besar atau minimal sama Slamet, S.Pd.I (praktisi MTQ), dan (8) Drs.
dengan kriteria koefisien yang ditetapkan, Saiful Anwar, M.Ag. (hafizh dan pakar al-

Model Asesmen Musabaqah Tilawah Al-quran (MTQ) − 163


Bahrudin, Kumaidi
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

Quran). Keseluruhan pakar ini menilai tersebut dapat dikomputasi melalui kuadrat
bahwa instrumen penilaian tajwid, fashahah, rata-rata (mean square) dari setiap variasi
suara, dan lagu yang dikembangkan dalam facetnya. Untuk mendapatkan hasil kompu-
penelitian ini layak untuk digunakan. tasi yang lebih akurat, penetuan kuadrat
Berbeda dengan estimasi validitas di rata-rata (mean square) dimaksud dalam pene-
atas, estimasi reliabilitas instrumen hasil litian ini menggunakan aplikasi program
pengembangan dilakukan melalui komputa- SPSS.
si skor-skor hasil uji coba dengan meng- Kegiatan yang dilakukan sebelum
gunakan aplikasi program SPSS. Estimasi meng-input semua skor penilaian MTQ
reliabilitas instrumen yang dikembangkan Cabang Tilawah ke dalam aplikasi program
dalam penelitian ini menggunakan pen- SPSS adalah menyamakan skala penilaian
dekatan konsistensi internal. Pendekatan dari keempat bidang penilaian MTQ (tajwid,
konsistensi internal bisa dikatakan paling fashahah, suara dan lagu), karena penilaian
praktis di antara pendekatan-pendekatan terhadap keempatnya menggunakan skala
yang lain, karena hanya menggunakan tes yang berbeda. Penyamaan skala dilakukan
tunggal. Meskipun demikian, prosedur yang dengan mengkonversi skor-skor hasil peni-
ditempuh bukan dengan cara membelah laian di keempat bidang tersebut menjadi z-
skor hasil uji coba menjadi beberapa bagian score. Pengkonversian skor tersebut di sam-
(split-half method), sebagaimana yang lazim ping untuk menyamakan skala, juga untuk
ditempuh dalam pendekatan ini, tetapi memperoleh varians skor komposit (skor
dengan melalui analisis varians (ANOVA). gabungan tajwid, fashahah, suara, dan lagu)
Estimasi reliabilitas melalui analisis yang sama.
varians dapat dikatakan logis terutama jika Skor-skor yang telah dikonversi
mengingat bahwa konsepsi reliabilitas sendi- tersebut kemudian diinput ke dalam aplikasi
ri memang merupakan rasio dari berbagai program SPSS. Dengan melalui prosedur
varians distribusi (Azwar, 2009, p.92). Ada- analisis General Linear Model Univarite, maka
pun prosedur analisis varians dalam pene- diperoleh mean square dari penilaian MTQ
litian ini didasarkan pada teori genera- Cabang Tilawah disajikan pada Tabel 2.
lisabilitas, atau yang lebih dikenal dengan
istilah generalizability theory (GT). Sedangkan Tabel 2. Mean Square Skor Gabungan Hasil
desain yang digunakan adalah model multi- Uji Coba Model Penilaian MTQ
facet umum (the general multifacet model).
Sum of Degrees of Mean
Varians-varians analisis dalam peneli-
Source Squares Freedom Square
tian ini bersumber dari tiga variasi facet
(SS) (DF) (MS)
yang terlibat dalam penilaian MTQ Cabang
Tilawah, yaitu: peserta, rater, dan butir. Peserta 494.500 29 17.052
Menurut Thorndike (1982, p.161), variasi Butir 0.940 14 0.067
dari tiga facet ini dapat menghasilkan
Rater 0.317 8 0.040
estimasi tujuh komponen varians yang ber-
beda. Dalam konteks penelitian ini, ketujuh PxB 224.386 406 0.553
komponen varians tersebut adalah PxR 97.359 232 0.420
(varians peserta x butir x rater), varians BxR 1.879 28 0.067
peserta x butir), (varians peserta x rater), PxBxR 207.145 812 0.255
(varians butir x rater), varians pe-
serta), (varians butir), (varians rater) Nilai-nilai mean square yang terdapat
(Thorndike, 1982, pp.161-163). dalam Tabel 2 tersebut dapat digunakan un-
Prosedur estimasi reliabilitas instru- tuk menghitung harga dari ketujuh macam
men penilaian MTQ Cabang Tilawah di- va-rians yang terdapat dalam pengukuran
lakukan dengan cara mencari harga dari ini. Adapun harga varians-varians tersebut
varians-varians di atas. Harga-harga varians sebagai berikut:

164 − Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Tahun 18, Nomor 2, 2014
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

bungan dan varians skor amatan gabungan


dari empat bidang penilaian MTQ Cabang
Tilawah, yakni tajwid, fashahah, suara dan
lagu.
Bertolak dari sini, reliabilitas skor ga-
bungan hasil uji coba model penilaian MTQ
Cabang Tilawah dapat diestimasi dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:

Komponen varians skor murni dan


varians skor amatan dimaksud dapat di-
uraikan sebagai berikut:

Jika nilai setiap mean square yang


terdapat dalam Tabel 2 dimasukkan ke da-
lam persamaan di atas, maka akan diperoleh
harga setiap varians skor gabungan hasil uji Dengan memasukkan harga setiap
coba model penilaian MTQ sebagai berikut: varians skor gabungan di atas ke dalam per-
samaan ini diperoleh koefisien reliabilitas
gabungan sebagai berikut:

Dari perbandingan antara varians


skor murni dan varians skor amatan di atas
diperoleh harga koefisien reliabiltas skor
gabungan hasil uji coba model penilaian
MTQ Cabang Tilawah sebesar 0,96.
Dengan berpegang pada patokan konven-
sional tentang kriteria reliabilitas sebuah tes
yang ditetapkan sebesar r ≥ 0,7, maka dapat
Sebagaimana telah disinggung di atas, disimpulkan bahwa instrumen penilaian
bahwa estimasi reliabilitas melalui analisis yang dikembangkan dalam penelitian secara
varians (ANOVA) merupakan rasio antar keseluruhan adalah reliabel. Dengan demi-
berbagai varians distribusi. Dalam konteks kian, instrumen-instrumen tersebut layak
ini, reliabilitas adalah rasio atau perban- untuk digunakan dalam penilaian MTQ
dingan antara varians skor murni dan vari- Cabang Tilawah, baik yang diselenggarakan
ans skor amatan (Thorndike, 1982, pp.163- oleh pemerintah melalui LPTQ maupun
164). Dengan demikian, koefisien reliabilitas oleh institusi lainnya.
dalam penelitian ini adalah besarnya harga
koefisien yang diperoleh dari perbandingan Simpulan
antara varians skor murni dan varians skor
amatan dari sebuah tes. Berdasarkan for- Pengembangan model asesmen MTQ
mula ini, maka koefisien reliabilitas skor Cabang Tilawah memerlukan pengkajian
gabungan adalah harga yang diperoleh dari yang mendalam terhadap dua aspek, yaitu:
perbandingan antara varians skor murni ga- (1) pedoman penilaian MTQ Cabang Tila-

Model Asesmen Musabaqah Tilawah Al-quran (MTQ) − 165


Bahrudin, Kumaidi
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

wah yang biasa digunakan selama ini, dan hakim atau para calon hakim MTQ me-
(2) teori pengukuran atau asesmen sebagai ngenai teknik-teknik penilaian yang benar,
landasan pengembangan model. Pengkajian (4) menjadikan para hakim MTQ sebagai
terhadap pedoman penilaian yang biasa bagian dari pembaruan model penilaian
digunakan selama ini dilakukan untuk me- MTQ agar proses dan hasil penilaian yang
ngetahui karakteristik penilaian MTQ Ca- dilakukannya lebih berkualitas dari sebelum-
bang Tilawah dan kelemahan-kelemahan nya.
yang terkandung di dalamnya. Sedangkan
pengkajian terhadap teori pengukuran dila- Daftar Pustaka
kukan untuk mengetahui berbagai prinsip
pengukuran dan penilaian yang dapat Al-Baqi, Muhammad Fuad Abd. (1996). Al-
digunakan sebagai dasar untuk mengem- lu’lu’ wal marjan: himpunan hadis shahih
bangkan model penilaian MTQ Cabang yang disepakati oleh Bukhari dan Muslim.
Tilawah. (Terjemahan Salim Bahreisy). Sura-
Pengembangan model asesmen MTQ baya: PT. Bina Ilmu
Cabang Tilawah ini dilakukan melalui bebe- Annuri, Ahmad. (2010). Panduan tahsin
rapa langkah, yaitu: (1) menetapkan maqra’ tilawah al-Quran & ilmu tajwid. Jakarta:
tunggal dalam penilaian MTQ Cabang Pustaka al-Kautsar.
Tilawah; (2) melakukan perubahan terhadap
instrumen penilaian MTQ Cabang Tilawah Allen, M.J., & Yen, W.M. (1979). Introduction
dengan melakukan perincian setiap indika- to measurement theory. Monterey, Cali-
tor menjadi item-item yang secara operasio- fornia: Brooks/Cole Publishing Com-
nal dapat diukur; (3) melakukan perubahan pany.
terhadap teknik penilaian MTQ Cabang Al-Nawawi, Yahya ibn Syarifuddin. (1984).
Tilawah melalui tiga langkah, yaitu: me- Al-tibyan fi adab hamalat al-Quran.
lakukan penilaian terhadap seluruh elemen Bairut: Dar al-Nafais.
bacaan (item) untuk mengganti penilaian
Azwar, Saifuddin. (2009). Reliabilitas dan
yang sebelumnya dilakukan terhadap se-
validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
bagai elemen bacaan saja, menyesuaikan
besaran pengurangan skor dengan jumlah Baker, E.L. (1998). Model-based performance
elemen bacaan yang menjadi item-item assessment. Los Angeles: University of
penskoran agar penilaian MTQ Cabang California, Center for Research on
Tilawah menjadi proporsional, dan merubah Evaluation, Standards, and Student
skor maksimal di setiap bidang penilaiannya Testing (CRESST).
menjadi bobot skor; (4) meniadakan kon- Borg, W.R. & Gall, M.D. (1983). Educational
versi nilai dengan menjadikan skor yang research: An introduction (4th Ed.). New
diberikan para hakim penilai sebagai skor York: Longman.
final.
Crocker, L. & Algina, J. (1986). Introduction
Saran to classical and modern test theory. Holt,
Rinehart & Winston.
Berdasarkan simpulan di atas, maka
peneliti merekomendasikan kepada pembuat Departemen Agama RI. (2005). Al-Quran
kebijakan (LPTQ Pusat) agar melakukan dan terjemahnya. Jakarta: P.T. Arga Pu-
beberapa langkah, yaitu: (1) mengkaji ulang blishing.
model penilaian MTQ yang digunakan se- Ebel, R.L. & Frisbie, D.A. (1986). Essentials
lama ini dengan mendatangkan para pakar of educational measurement. New Jersey:
pengukuran dan penilaian, (2) membarui Prentice-Hall, Inc., Englewood Clifts.
model penilaian MTQ dengan menerapkan
teori pengukuran dan penilaian, (3) melaku- Frishkopf, Michael. (2007). Mediated qur’anic
kan pelatihan secara berkala untuk para recitation and the contestation of Islam

166 − Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Tahun 18, Nomor 2, 2014
Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan

contemporary Egypt. Diakses tanggal 5 Shihab, Quraish M. (2002). Wawasan al-


April 2011 dari http://www.islam Quran Jakarta: Lentera Hati.
world.net/historic. Stiggins, R.J. (1994). Student-centered classroom
Griffin, P. & Nix, P. (1991). Educational assessment. New York: Macmillan
assessment and reporting. London: Har- Publishing Company.
cout Brace Javanovich Publisher. Thorndike, R.L. (1982). Applied psychometrics.
Linn, R.L. (1990). Measurement and evaluation Boston: Houghton Mifflin Company.
in teaching. New York: Macmillan Tim LPTQ. (2011). Pedoman musabaqah al-
Publishing Company. Quran 2010. Jakarta: LPTQ.
Nashr, Al-Syaikh Muhammad Makki. Utsman, Husni Syaikh. (1994). Haq al-tila-
(1349). Nihayat al-qaul al-mufid fi ‘ilm wah. Jeddah-Mekah: Dar al-Manarah li
al-tajwid. Surabaya: Dar al-„Ulum al- al-Nasyr wa al-Tauzi`.
Islamiyyah.

Model Asesmen Musabaqah Tilawah Al-quran (MTQ) − 167


Bahrudin, Kumaidi

Anda mungkin juga menyukai