Gaya bahasa sering digunakan pada suatu karya sastra seperti novel, cerpen, dan lain-lain. Karya
sastra yang menggunakan gaya bahasa akan lebih bermakna dan menarik para pembaca untuk
menikmati setiap kata-kata yang ada di dalamnya. Apa saja gaya bahasa yang dapat dipakai oleh
seorang penulis dalam karyanya?
MAJAS PENEGASAN
1. MAJAS PLEONASME
Majas Pleonasme merupakan majas yang digunakan untuk memperjelas tujuan atau maksud dengan
menggunakan kata berulang yang semakna dengan kata sebelumnya (kata yang mendahuluinya).
Contoh:
(kata ‘naik’ sudah pasti ke atas, dan kata ‘turun’ sudah pasti ke bawah)
– Bagi anak yang namanya sudah kami sebut, harap bisa maju ke depan.
2. MAJAS HIPERBOLA
Majas Hiperbola merupakan majas yang digunakan untuk menggambarkan suatu keadaan dengan
cara melebih-lebihkan (berlebihan).
Contoh:
Majas repetisi adalah gaya bahasa yang mempergunakan kata yang diulang-ulang beberapa kali
untuk mempertegas maksud dan tujuan. Majas repetisi biasa dipakai dalam teks pidato.
Contoh:
– Selama matahari bersinar, selama bumi masih berputar, selama kita terus berjuang, selama kita
satu berpadu, maka jayalah negara negeri kita.
– Bangunlah bangsaku, bangunlah negeriku, bangunlah dari tidurmu yang sudah teramat panjang!
– Tidak ada angin, tidak ada hujan, tiba-tiba dia marah-marah ke semua orang yang ada di dalam
ruangan.
4. MAJAS KLIMAKS
Majas klimaks merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata yang berturut-turut dan sifatnya
semakin meningkat atau memuncak.
Contoh:
– Jangankan seratus ribu, satu juta, sepuluh juta, seratus juta, bahkan satu miliar pun akan aku beli
buku itu.
– Seluruh warga, mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua datang menghadiri pesta
kemenangan itu.
5. MAJAS ANTIKLIMAKS
Majas antiklimaks merupakan kebalikan dari majas klimaks. Majas ini menggunakan kata berturut-
turut namun sifatnya terus menurun.
Contoh:
– Apalagi dua tahun, dua bulan, dua pekan, dua jam saja aku tak berani meninggalkannya sendiri.
– Kepala sekolah, guru, dan siswa memiliki tugas, kewajiban, dan tanggungjawab yang sama dalam
menjaga keamanan sekolah.
– Persiapan pemilihan umum telah dilaksanan serentak di ibu kota negara, ibu kota provinsi,
kabupaten, kecamatan, hingga desa-desa seluruh Indonesia.
6. MAJAS ASIDENTON
Majas asidenton merupakan majas yang menguraikan beberapa hal tanpa menggunakan kata
penghubung.
Contoh:
– Kaya, miskin, tua, muda, pria, wanita semua hadir untuk menyambut calon pemimpin bangsa yang
kharismatik itu.
7. MAJAS POLISIDENTON
Majas polisidenton merupakan majas yang menguraikan beberapa hal dengan menggunakan kata
penghubung.
Contoh:
– Sebelum berangkat ke sawah, ayah mempersiapkan bekal dan membawa cangkul, kemudian
mengeluarkan sepeda kumbangnya untuk digunakan pergi ke sawah.
8. MAJAS KOREKSIO
Majas koreksio merupakan majas yang menyebutkan kata-kata yang salah, kemudian diikuti dengan
kata-kata pembetulan yang mengoreksi kata sebelumnya.
Contoh:
– Perempuan itu datang dengan dua, maaf maksud saya, empat pengawalnya yang tinggi besar.
9. MAJAS INTERUPSI
Majas interupsi adalah majas yang menggunakan kata sisipan sebagai penegas maksud dan tujuan.
Contoh:
– Pak Zaenudin, walikota Kediri yang baru, orangnya sangat dermawan kepada semua orang.
Majas retorika dapat diartikan sebagai majas yang menggunakan kalimat tanya yang sebenarnnya
tidak memerlukan jawaban, akan tetapi untuk mempertegas suatu pernyataan atau bermaksud
menyindir.
Contoh:
– Apakah kamu tega membiarkan orang tua hidup susah di kampung sementara kau hidup mewah di
kota?
– Apakah sopan jika kita berfoto-foto ketika sedang menghadiri pemakaman seorang kerabat?
Majas paralelisme merupakan majas yang digunakan untuk menegaskan atau memperjelas tujuan
dan maksud suatu pernyataan atau ujaran. Majas ini menggunakan kata, frase, atau klausa yang
sejajar atau berkedudukan sama.
Contoh:
– Cinta tidak terlihat namun terasa , seperti angin membadai yang tak kau lihat tapi sangat terasa.
12. MAJAS TAUTOLOGI
Majas tautologi adalah majas yang menggunakan kata yang bermakna sama secara berulang dalam
satu kalimat dengan tujuan untuk mempertegas suatu pernyataan. Kata yang digunakan biasanya
adalah sinonim dari kata sebelumnya.
Contoh:
– Saya sangat percaya, yakin, dan mengimani bahwa Tuhan akan membersamai perjuangan kita
dalam menegakkan keadilan ini.
MAJAS PERBANDINGAN
1. MAJAS PERSONIFIKASI
Majas personifikasi adalah majas yang menggambarkan sebuah benda mati seolah-seolah seperti
manusia.
Contoh:
– Angin malam mengantarkan rinduku pada istriku di tempat nan jauh disana.
2. MAJAS TROPEN
Majas tropen merupakan majas yang menggunakan kata-kata yang tepat dan sejajar dengan
pengertian atau kondisi yang dimaksud.
Contoh:
– Andini telah terbang menggunakan pesawat Sriwijaya, maka jangan kau hanyut dalam kesedihan
berkepanjangan.
3. MAJAS METAFORA
Majas metafora dapat diartikan sebagai majas yang membandingkan suatu benda dengan benda lain
secara langsung.
Contoh:
– Usaha yang dirintis oleh pemuda itu bangkrut karena hutangnya yang menumpuk sangat banyak.
4. MAJAS SINEKDOKE
a. Sinekdoke pars prototo. Majas ini menyebutkan sebagian untuk menyatakan keseluruhan.
Contoh:
Sejak tadi pagi, Hidayat belum terliha batang hidungnya di tempat pertemuan ini.
(batang hidung yang dimaksud adalah badan seseorang secara keseluruhan, bukan hanya hidungnya
saja)
b. Sinekdoke totem proparte. Majas ini menyebutkan keseluruhan untuk menyatakan sebagian.
Contoh:
Kabupaten Kebumen mampu mengalahkan Kabupaten Grobogan dalam turnamen pencak silat
tingkat nasional tadi malam.
(Yang bertanding dalam pencak silat hanya satu orang, akan tetapi disebutkan kabupaten)
5. MAJAS METONIMIA
Majas metonimia merupakan majas yang menggunakan sebuah nama atau merk dagang untuk
menunjuk sebuah benda tertentu.
Contoh:
6. MAJAS EUFIMISME
Majas eufimisme adalah majas yang menggunakan kata-kata penghalus untuk menyatakan kondisi
atau hal yang sebenarnya.
Contoh:
7. MAJAS ALEGORI
Majas alegori digunakan untuk menjelaskan maksud suatu pernyataan secara tidak langsung, namun
masih memiliki keterkaitan. Majas alegori menjelaskan hal yang tersirat dengan perbandingan yang
tepat namun di luar konteks.
Contoh:
– Hidup bagaikan menaiki kapal di lautan, ada masa dimana kita dihantam badai, ada saatnya kita
ditenangkan dengan laut yang tenang. Semua ada waktunya dan harus kita lalui dengan penuh
perjuangan.
8. MAJAS SIMILE
Majas simile digunakan untuk membandingkan dua hal dengan kata-kata penghubung. Kata
penghubung yang digunakan antara lain ‘layaknya’, ‘bagaikan’, ‘bak’, dan lain sebagainya.
Contoh:
– Cinta Ahmad kepada istrinya sangat dalam bagaikan dalamnya palung lautan.
9. MAJAS SIMBOLIK
Majas simbolik merupakan majas yang menggunakan suatu simbol untuk mewakili suatu hal.
Contoh:
(Tikus yang dimaksud adalah pejabat koruptor yang memakan uang rakyat)
Majas hiperbola merupakan majas yang mempergunakan kata yang dilebih-lebihkan sebagai
pembanding.
Contoh:
Majas sinestesia adalah majas (gaya bahasa) yang mempertukarkan dua indera yang berbeda.
Contoh:
– Wajahnya berubah jadi sangat dingin ketika mendengar berita duka itu
MAJAS SINDIRAN
1. MAJAS SINISME
Majas sinisme merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk menyindir secara kasar.
Contoh:
– Dengan tidak pernah memperhatikan guru dan tidak pernah belajar, semoga kau dapat mendapat
rangking satu dengan nilai terbaik.
2. MAJAS IRONI
Majas ironi menggunakan kata-kata kebalikan untuk menyindiri secara halus. Kata-kata yang
digunakan merupakan kebalikan dari fakta atau hal yang sebenarnya ingin disampaikan. Halusnya
sindiran ini, terkadang membuat orang yang disindir tidak merasa disindir.
Contoh:
(Sebenarnya terlambat)
– Kamarmu sungguh rapi, sampai-sampai tak ada sejengkal lantai pun yang tidak tertutup oleh debu
dan kotoran.
3. MAJAS ALUSIO
Majas alusio merupakan gaya bahasa sindirian dengan menggunakan kalimat atau ungkapan yang
sudah lazim.
Contoh:
– Anda orangnya senang kura-kura dalam perahu, bukanlah sudah gaharu cendana pula.
4. MAJAS SARKASME
Majas sarkasme adalah gaya bahasa sindirian yang sangat kasar, sehingga dapat menyakiti hati
orang yang disindir.
Contoh:
MAJAS PERTENTANGAN
1. MAJAS PARADOKS
Majas paradoks adalah majas yang menyajikan pertentangan sesuatu yang sebenarnya bukan
pertentangan. Hal yang dipertentangkan biasanya adalah hal yang sudah berlainan.
Contoh:
– Setelah kepergian anaknya, wanita itu merasa kesepian di tengah ramainya kota ini
– Laki-laki itu sangat kaya di kota ini, tapi sangat miskin di hadapan Tuhan.
2. MAJAS ANTITESIS
Majas antitesis adalah majas yang menggunakan kata-kata yang saling bertentangan arti dalam satu
kalimat.
Contoh:
3. MAJAS LITOTES
Majas litotes adalah majas yang terkesan merendahkan perumapamaan untuk mendapatkan kesan
santun atau merendah.
Contoh:
(Air putih seadanya yang dimaksud tentu bukan hanya air putih, akan tetapi minuman dan beragam
makanan yang sudah disajikan)
Majas kontradiksi interminus adalah majas yang berisi sangkalan terhadap pernyataan yang
disebutkan sebelumnya.
Contoh:
– Masalah di negeri ini tidak akan selesai, kecuali diadakan pergantian para pemimpinnya.
Gaya bahasa yang menggunakan pengulangan konsonan pada awal kata secara urut.
Contoh:
2. INVERSI
Gaya bahasa inversi adalah gaya bahasa yang mendahulukan predikat sebelum subjek dalam suatu
kalimat.
Contoh:
3. APOFASIS
Gaya bahasa apofasis menegaskan sesuatu dengan cara seolah-olah menyangkal hal yang ditegaskan
itu.
Contoh:
– Cara bicaranya yang baik seakan membius seluruh karyawan yang mendengarnya. Entah apa yang
terjadi ketika mereka tahu watak aslinya
– Tingkah polah mandor itu terekam dengan sangat baik di ingatan kami. Kami hanya perlu
menunggu waktu yang tepat untuk membuatnya tidak berkutik lagi.
4. KIASMUS
Gaya bahasa kiasmus terdiri dari dua bagian, baik frasa ataupun klausa, yang sifatnya sejajar namun
dipertentangkan satu sama lain. Susunan frasa atau klausanya terbalik jika dibandingkan dengan
frasa atau kalimat yang lain.
Contoh:
– Pada saat dan kondisi tertentu, kadang orang kaya merasa miskin, dan orang miskin merasa dirinya
kaya
– Habis sudah kesabaran kami, ketekunan kami sudah lenyap untuk melanjutkan usaha ini.
– Dunia memang panggung sandiwara, orang pintar dapat berlagak bodoh, orang bodoh[un dapat
berlagak pintar.
5. ELIPSIS
Gaya bahasa elipsis adalah gaya bahasa yang menghilangkan unsur-unsur dalam suatu kalimat.
Unsur yang dihilangkan biasanya adalah unsur yang mudah ditebak oleh pembaca.
– Aku sudah berjuang sekeras mungkin, aku juga sudah mengorbankan semua yang kumilki, akan
tetapi hasilnya …
6. PARARIMA
Gaya bahasa pararima merupakan gaya bahasa dalam bentuk pengulangan konsonan awal dan akhir
dalam suatu kata atau bagian kata yang berlainan.
Contoh:
– Para anak jalanan dan pengemis lari kocar-kacir melihat satpol PP sedang razia
– Biografi ini menuliskan lika-liku perjalan hidup sang guru di desa terpencil
7. EKLAMASIO
Gaya bahasa eklamasi merupakan gaya bahasa yang menggunakan kata seru. Gaya bahasa ini bisa
dibilang sedikit seperti membentak, kagum, dan memberikan penegasan.
Contoh:
Gaya bahasa dapat Anda gunakan dalam karya tulisan kata-kata yang ingin Anda ucapkan.
Perhatikan gaya bahasa yang Anda pakai karena jika salah penggunaan, maka akan menimbulkan
kesan yang berbeda. Kesalahan pengucapan gaya bahasa pada seseorang bisa menimbulkan kesan
yang berbanding terbalik dengan yang sesungguhnya, dan bisa juga menjadikan pertengkaran,
apalagi masjas yang menyindir.