Anda di halaman 1dari 4

Nama : Ainurrasyid Fikri

NIM : 190432626033
Kelas : Ekonomi Pembangunan offering C

TUGAS REVIEW
PIDATO PERTAMA PANCASILA
OLEH BUNG KARNO
1 JUNI 1945
Sebelumnya BPUPKI telah melalukan sidang penentuan dasar negara selama tiga hari
berturut dari tanggal 29 Mei 1945. Sampai pada tanggal 1 Juni 1945 Bung Karno mendapat
bagian untuk menyampaikan pendapatnya tentang dasar negara dalam sidang tersebut. Pada
awal pembukaan pidato yang dikemukakan Bung Karno, beliau mengawali pidato dengan
mengajak seluruh anggota sidang untuk semangat dalam memperjuangkan kemerdekaan, dan
membuka pikiran mengenai apa itu arti kemerdekaan bagi bangsa Indonesia sendiri.
Beliu mengambil kata dari bahasa Belanda " P h i l o s o f i s c h e g r o n d s l a g. "
yang artinya ialah pundamen, filsafat, pikiran yang sedalam dalamnya, jiwa, hasrat yang
sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan negara Indonesia Merdeka yang kekal dan abadi.
Menurut saya kutipan beliau yang terpenting dan menarik adalah mengenai proses menuju
kemerdekaan “Maka oleh karena itu saya minta kepada tuan-tuan sekalian, janganlah
mengingat bahwa ini dan itu lebih dulu harus selesai dengan njlimet, dan kalau sudah selesai,
baru kita dapat merdeka. Asal ada buminya, ada rakyatnya, ada pemerintahnya, kemudian
diakui oleh satu negara yang lain, yang merdeka, inilah yang sudah bernama: merdeka.”
Menurutnya tidak perlu memikirin perkara-perkara kecil yang membuat bingung (dalam
bahasa orang jawa : jelimet).

Beliau juga mengajak para anggota sidang untuk melihat kembali perjalanan sejarah
proses kemerekaan beberapa negara besar di dunia seperti Jerman, Arab Saudi, Iran, Tiongkok,
Nippon/Jepang, Amerika, Inggris, Rusia, Mesir. Mereka semua sudah merdeka tetapi
kondisi awal setelah mereka merdeka sudah pasti berbeda beda. Sebagai contoh saja Arab
Saudi, negara ini sudah berani memerdekakan diri walaupun 80% dari rakyatnya terdiri dari
kaum Badui, yang terkenal dengan watak yang keras. Bung Karno mengutip dari buku
Amstrong yang menceritakan tentang pemerintahan yang dipimpin oleh Ibnu Saud yaitu Arab
Saudi. Bahwa ketika Ibnu Saud mendirikan negara Arab, rakyat Arab sebagian masih belum
mengetahui teknologi, contohnya saja mereka tidak mengetahui bahwa mobil itu
membutuhkan bahan bakar.

Seperti contoh lain, yaitu Uni Soviet yang didirikan oleh masa Lenin. Pada saat itu
diawal kemerdekaanya sekitat 150 milyar rakyatnya masih belum bisa membaca dan menulis.
Jadi pada intinya Bung Karno pada saat itu menyampaikan bahwa apabila Indonesia
ingin merdeka tidak perlu menyelesaikan segala sesuatu hal sampai njelimet, seperti
negara negara yang dicontohkan beliau tadi.
Pada tahun 1933, Bung Karno menulis Risalah atau gagasan, bahwa kemerdekaan, politic
independence menurutnya adalah jembatan emas. Di seberang jembatan itulah, terdapat masyarakat
yang nantinya akan disempurnakan setelah kemerdekaan dapat diwujudkan. Jadi intinya semua akan
berproses setelah kita memberanikan untuk memerdekakan diri terlebih dahulu.

Dikutip oleh Bung Karno, dalam kitab yang ditulis Armstrong, dikatakan “Ibnu Saud
mendirikan suatu negara dalam satu malam.” Ibnu Saud mendirikan negara Arab setelah dirinya
memasuki kota Riad bersama 6 orang lainnya. Setelah ia “meletakkan jembatan” itu, barulah di
seberangnya, di kemudian hari, ia memperbaiki masyarakat Arab Saudi. Masyarakat yang tidak bisa
membaca diwajibkan untuk belajar membaca dan menulis. Masyarakat nomaden yang bergelandangan
dari Badui, diberi tempat tinggal dan lahan tani untuk bercocok tanam agar tidak menjadi gelandangan

Tidak jauh berbeda dengan kisah Ibnu Saud, pada saat Lenin mendirikan Uni Soviet, negara
tersebut belum mempunyai Djnepprpostoff, dam yang sangat besar di sungai Djneppr, radio station
yang menyundul ke angkasa, dan kereta api dalam jumlah yang cukup. Setelah Lenin mendirikan Uni
Soviet, barulah masyarakatnya berbenah untuk menciptakan kemajuan-kemajuan tersebut.

Kemudian, Bung Karno menyerukan kepada anggota sidang lainya agar untuk tidak
zwaarwichtig (khawatir). Karena semboyan Indonesia Merdeka bukan sekarang saja kita siarkan,
melainkan Berpuluh-puluh tahun yang lalu kita telah menyiarkan semboyan Indonesia Merdeka, bahkan
sejak tahun 1932 dengan nyata-nyata kita mempunyai semboyan ‘INDONESIA MERDEKA
SEKARANG,. Bahkan 3 kali sekarang, yaitu Indonesia Merdeka: s e k a r a n g, s e k a r a n g, s e k
a r a n g !” Tampak sekali semangat Bung Karno yang mengapi-api untuk menuntut Indonesia
segera merdeka.

Beliau kemudian kembali bertanya, kini ketika Indonesia akhirnya memiliki kesempatan untuk
merdeka, mengapa lantas kita merasa khawatir dan gentar hati. “Jikalau umpamanya kita pada saat
sekarang ini diberikan kesempatan oleh Jepang untuk merdeka, maka dengan mudah Gunseikan diganti
dengan orang yang bernama Tjondro Asmoro, atau Soomubutyoo diganti dengan orang yang bernama
Abdul Halim. Jikalau umpamanya butyoo-butyoo diganti dengan orang-orang Indonesia, pada sekarang
ini, sebenarnya kita telah mendapat political independence, politieke onafhankelijheid,- in one night, di
dalam satu malam!” lanjutnya.

Setelah beliau menyeru-nyerukan kesempatan Indonesia untuk merdeka, beliau kemudian


bertanya kepada para anngota sidang “Saudara-saudara, persoalannya adalah demikian: kita berani
merdeka atau tidak? … Saudara-saudara, jika tiap-tiap orang Indonesia yang 70 milyar ini lebih dulu
harus merdeka di dalam hatinya sebelum kita dapat mencapai political independence, saya ulangi lagi,
sampai lebur kiamat kita belum dapat Indonesia Merdeka!” Menurut saya, dalam kutipan tersebut
sangat Nampak keberanian Bung Karno dalam mengambil segala tindakan dan risiko, demi agar
Indonesia dapat segera merebut kemerdekaannya.

Setelah Bung Karno mengajak para anggota sidang membuka pikiran mengenai proses
kemerdekaan, dan menyulut semangat anggota sidang untuk segera memerdekakan diri. Selanjutnya
Bung Karno mulai membahas dasar negara sebagai syarat penting untuk merdeka dan mepertahankan
kemerdekaan tersebut. Beliau kembali memberikan contoh negara-negara besar yang memiliki masing
dasar negara yang berbeda-beda.

Contoh saja Adolf Hitler yang mebuat dasar negara Jerman dengan f ilsafat nasional-
sosialisme. Lenin yang mengambil dasar negaranya yaitu Uni Soviet dengan filsafat
Marxistische, Historisch Materialistische. Jepang mengambil dasar negara yang dinamakan
Tennoo Koodoo Seishin. Arab Saudi sendiri mengambil isi dasar negara sesuai kaidah agama
Islam. Sedangkan Tiongkok yang mengambil dasar negara dari gagasan Sun Yat Sen yang
mengambil di dalam buku " The Three People's Principles " yang memiliki tiga prinsip
mengenai negaranya yaitu nasionalisme, demokrasi, sosialisme.

Menurut beliau dasar negara yang dimiliki negara-negara besar diatas sudah lama
dibentuk sebelum negara-negara tersebut merdeka, karena mereka yakin bahwa dasar negara
suatu syarat penting sebagai ideologi negara dan benteng untuk memertahankan kemerdekaan
mereka. Kemudian setelah menyampaikan hal tersebut, Bung Karno menyampaikan bahwa
yang dibutuhkan dasar negara Indonesia ialah dasar negara yang memiliki sifat tidak
memihak hanya kepada satu golongan saja, melainkan untuk seluruh bangsa Indonesia.

Bung Karno mengusulkan dasar yang pertama yaitu dasar kebangsaan, yang
dimaksud kebangsaan disini bukanlah arti yang sempit, melainkan ialah nationale staat
(kesatuan nasional) yang sebelumya pernah Bung Karno sampaikan di dalam rapat Taman
Raden beberapa hari sebelumnya. Bung Karno kembali menguraikan lebih jelas dengan apakah
yang dinamakan bangsa? Apakah syaratnya bangsa?. Bung Karno mengutip dari Ernest Renan,
"le desir d'etre ensemble", yaitu kehendak akan bersatu. Yang dimaksud adalah menjadi
bangsa, yaitu satu gerombolan manusia yang mau bersatu, yang merasa dirinya bersatu.
Bung Karno juga mengambil definisi dari Otto Bauer yaitu “Eine Nation ist eine aus
Schiksalsgemeinschaft erwachsene Charaktergemein-schaft ". (Bangsa adalah satu
persatuan perangai yang timbul karena persatuan nasib).
Orang dan tempat tidak dapat dipisahkan. Rakyat tidak dapat dipisahkan dengan
buminya, tanah airnya. Yang disebutkan oleh Ernest Renan dan Otto Bauer hanya sekedar
mengingat karakter, tanpa mengingat tempat, yaitu tanaha air.
Pendek kata, bangsa Indonesia, Natie Indonesia, bukanlah sekedar satu golongan orang
yang hidup dengan "le desir d'etre ensemble" di atas daerah yang kecil seperti Minangkabau,
atau Madura, atau Yogya, atau Sunda, atau Bugis, tetapi bangsa Indonesia ialah s e l u r u h
manusia-manusia yang menurut geopolitik yang telah ditentukan oleh Allah s.w.t. tinggal di
kesatuannya semua pulau-pulau Indonesia dari ujung Utara Sumatera sampai ke Irian!
Beberapa gagasan di atas ditolak oleh golongan Tionghoa karena mereka memeluk
paham kosmopolitisme. Namun, kemudian ditentang oleh para pemimpin dengan
mengeluarkan gagasan bahwa yang perlu ditanamkan dalam nilai-nilai berbangsa dan
bernegara adalah perikemanusiaan. “Internasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak
berakar di dalam buminya nasionalisme. Nasionalisme tidak dapat hidup subur, kalau tidak
hidup dalam taman-sarinya internasionalisme. Jadi, dua hal ini, saudara-saudara, prinsip 1
dan prinsip 2, yang pertama-tama saya usulkan kepada tuan-tuan sekalian, adalah
bergandengan erat satu sama lain.” Sehingga, prinsip kedua yang diusulkan adalah
internasionalisme.
Kemudian dasar yang ketiga yang diungkapkan oleh Soekarno
adalah mufakat. Mufakat adalah membicarakan segala hal yang diperlukan dengan cara
perwakilan dan permusyawaratan.
Prinsip nomor 4 yang diusulkan Bung Karno yang di dalam 3 hari ini belum mendengarkan
prinsip itu, yaitu prinsip kesejahteraan, prinsip tidak akan ada kemiskinan di dalam Indonesia
Merdeka. Menurut Fransche Revolutie adalah yang dinamakandemocratie di sana itu
hanyalah p o l i t i e k e democratie saja semata-mata tidak ada sociale
rechtvaardigheid, - tak ada k e a d i l a n s o s i a l , tidak ada e k o n o
m i s c h e democratie sama sekali.
Kemudian, apakah prinsip yang ke-5? Bung karno kemudian mengatakan “Saya telah
mengemukakan 4 prinsip :
1. Kebangsaan Indonesia.
2. Internasionalisme, - atau peri-kemanusiaan.
3. Mufakat, - atau Demokrasi.
4. Kesejaahteraan Sosial
Prinsip yang kelima hendaknya: Menyusun Indonesia Merdeka dengan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa.
Saudara-saudara! “Dasar-dasar Negara” telah saya usulkan. Lima bilangannya. Inikah
Panca Dharma? Bukan! Nama Panca Dharma tidak tepat di sini. Dharma berarti kewajiban,
sedang kita membicarakan dasar . Namanya bukan Panca Dharma, tetapi – saya namakan ini
dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa – namanya ialah Pancasila . Sila artinya azas
atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan Negara Indonesia, kekal dan abadi.
Setelah menyampaikan kelima prinsip tersebut, Bung Karno kemudian menutup
musyawarah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai