Anda di halaman 1dari 6

t)errjeran ter edah memutuskan apakan untuk kondisi dilakukan pasien operasllayak menjalani operasi.

Untuk

dokter anastesi juga memerlukan masa perdarahan berbagai (bledding macam time) pemrikasaan clan
masalaboratorium

(clotting time) (larah pasien, serum, Hemoglobin, protein darah radiologi berupa foto
thoraks clan EKG.

Di bawah ini adalah berbagai jenis pemeriksaan penunjang yang sering dilakuka pada pasien sebelum operasi
(tidal' semua jenis pemeriksaan dilakukan pasien, namun tergantung pada jenis penyakit dan operasi yang
dijalani pasien). Pemeriksaan penunjang antara lain:
Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti: Foto thoraks, abdomen foto tulang (daerah fraktur), USG (Ultra
Sono Grafi), CT scan (computerized Tomography Scan), MRI (Magnrtic Resonance Imagine), BNO-IVp
Renogram, Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in Loop), EKG/ECG (Electro cardio Grafi), ECHO, EEG
(Electro Enchephalo Grafi) dan lainlain.

Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksan darah: Hemoglobin, angka leukosit, limfosit, LED (laju enap
darah), jumlah trombosit, protein total (albumin dan globulin), elektrolit (kalium, natrium dan chlorida), CT
BT, ureum kretinin, BUN dan lain-lain. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsun tulang jika penyakit
terkaut dengan kelainan darah.

Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan tubuh untuk memastikan penyakit
pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan apakah ada tumor ganas/jinak atau hanya
berupa infeksi kronis saja.

d. Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD)

Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah pasien dalan rentang normal atau tidak.
Uji KGD biasanya dilakukan dengan puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8 pagi) dan
juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP (ppst prandial).

Status Anastesi
1eriksaan
neriksaaan status fisik untuk dilakukan pembiusan dilakukan untuk keselamatan pembedahan. Sebelum
dilakukan anastesi demi kepentingan pembedahan, akan mengalami pemeriksaan status fisik yang
diperlukan untuk menilai seh mana risiko pembiusan terhadap diri pasien. Pemeriksaan yang biasa
digunaadalah pemeriksaan dengan menggunakan metode ASA (American Society of 1asthesiologist).
Pemeriksaan ini dilakukan karena Obat dan teknik anastesi pada numnya akan mengganggu fungsi
pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf. erikut adalah tabel pemeriksaan ASA.

ASA Grade Status Fisik Mortality (%)


Tidak ada gangguan organik, biokimia dan psikiatri. Misal: Penderita dengan herinia
ingunalis tanpa kelainan lain, orang tua sehat, bayi muda 0,05 yang sehat.
Il Gangguan sistemik ringan sampai sedang yang bukan diseababkan oleh penyakit yang
akan dibedah. Misal•. Penderita dengan obesitas, penderita dengan bronkitis dan
penderita dengan diabetes mellitus ringan yang akan mengalami appendiktomi.
Penyakit sistemik berat; misalnya penderita diabetes mellitus dengan komplikasi
pembuluh darah dan datang dengan appendisitis akut.

IV Penyakit/gangguan lalu dapat diperbaiki sistemik dengan berat pembedahan, yang menbahayakan
misalnya•. Insufisiensi jiwa yang tidak koronerse- 25 atau infark miokard.

Keadaan terminal dengan kemungkinan hidup kecil, pembedahan dilakukan 50 sebagai


pilihan terakhir. Misal•. Penderita syok berat karena perdarahan akibat kehamilan di
luar rahim pecah.

Inform Consent
Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap pasien, hal Iain yang sangat penting

terkait dengan aspek hukum dan tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu Inform Consent. Baik pasien maupun
keluarganya harus menyadari bahwa tindakan medis, operasi sekecil apapun mempunyai risiko. Oleh karena itu
setiap pasien yang akan menjalani tindakan medis, wajib menuliskan surat Pernyataan persetujuan dilakukan
tindakan medis (pembedahan dan anastesi).
Meskipun mengandung risiko tinggi tetapi seringkali tindakan operasi tidak dapat dihindari dan merupakan satu-
satunya pilihan bagi pasien. Dan dalam kondisi nyata, tidak semua tindakan operasi mengakibatkan komplikasi
yang berlebihan bagi klien. Bahkan seringkali pasien dapat pulang kembali ke rumah dalam keadaan sehat tanPa
komplikasi atau risiko apapun segera setelah mengalami operasi. Tentunya hal ini terkait dengan berbagai faktor
seperti: Kondisi nutrisi pasien yang baik, cukup istirahat, kepatuhan terhadap peng06atan, kerjasama yang baik
dengan perawat dan tim selama dalam perawatan.
Inform Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi aspek etik hukum, maka pasien atau
orang yang bertanggung jawab terhadap pasien
• . Artlnya apapun menandatangani suvat
pevnyataan persetujuan operasl pada pasien
dengan pembedahan, keluarqa dan tuiuan
segala visiko dan konsekuensinya. Pasien
rnaupun menandatangani surat pernyataan tersut
akan mendapatkan vang detail dengan segala
macam prosedur pemeriksaan, serta vanq akan
dijalani. Jika petugas belum menjelaskan
detail. tuaka pihak berhak untuk menanyakan kembali paham. Hal ini sangat penting untuk dilakukan
karena jika tidak mcka akan dialami oleh pasien/keluarga setelah tindakan operasi yang dilakukan ternvata
tidak sesuai dengan gambaran keluarga.
Benkut ini merupakan contoh form inform consent

NAMA PASIEN • (LIP)


PERNYATAAN
No. RM
PERSETUJUAN TINDAKAN
MEDIS/OPERASI
UNIT RAWAT
Say-a yar•g bertnda tangan di bawah ini:

tahun
Jeras kela«un

Suan-uistn'ayanribu/keluarga• dari pasien yang bernama


t. Menyatakan SETUJUÄIDAK bahwa pasien tersebut akan dilakukan tindakan medis operasi dalam rangka
penyembuhan pasien.
2. Saya mengerti dan memahami tujuan serta risiko/komplikasi yang mungkin terjadi dari tindakan medisJ
op.-asl yang ddakukan terhadap pasien dan oleh karena itu bila terjadi sesuatu diluar kemapuan dokter sebagai
manusia dan dalam batas-batas etik kedokteran sehingga terjadi kematian/kecacatan pada vaseen maka saya
tidak akan menuntut siapapun baik dokter maupun Rumah Sakit.
3 Saya juga menyetujui ditakukannya tindakan pembiusan baik lokal maupun umum dalam kaitannya dengan
ondakan medisfoperasi tersebut. Saya juga mengerti dan memahami tujuan dan kemungkinan os\kc ak}bat
pembiusan yang dapat terjadi sehingga bila terjadi sesuatu diluar kemampuan dokter sebaga! manusia ddan
dalam batas-batas etik kedokteran sehingga terjadi kematian/kecacatan pada pasien maka saya tidak akan
menuntut siapapun baik dokter maupu Rumah sakit.

Mengetahui, Medan, 2016


Dokter yang merawat, Saya yang menyatakan,
Suami/istri/ayah/ibu /keluarga•

(tanda tangan dan nama lengkap)


(tanda tangan dan nama lengkap)
Saksi dari Rumah Sakit,
Saksi dari keluarga,

(tanda t.anqars dan nama lengkap)

(tanda tangan dan nama lengkap)

coret yang tidak perlu


persiapan mental/ Psil€is mental hal n
operasi karena mental pasien yang

Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial aktuoj tegeritas seseorang yang dapat membangkitkan
reaksi sires fisiologi% rrjoor»uri -ikologis (Barbara C. Long).
contoh perubahan fisiologis yang muncul akibat kecernasan/ketakutan antaro
Iain:
Pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecernasan sebelurn operasi dapat mengakibatkan pasien sulit
tidur dan tekanan darahnya akan meningkat sehingga operasi bisa dibatalkan.

Pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi dapat rnengalarni roenstruasi lebih cepat dari biasanya,
sehingga operasi terpaksa harus ditunda. Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi
pengalaman operasi sehingga akan memberikan respon yang berbeda pula, akan tetapi sesungguhnya perasaan
takut dan cemas selalu dialami setiap orang dalarn menghadapi pembedahan. Berbagai alasan yang dapat
menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan antara lain:
Takut nyeri setelah pembedahan.
Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal (body image).
Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti).
Takut/cemas mengalami kondisi yang dama dengan orang Ian yang mempunyai penyakit yang sama.
Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas.

Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi.


Takut operasi gagal.

Retakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat dideteksi dengan adanya perubahan-perubahan
fisik seperti: Meningkatnya frekuensi nadi clan Pernafasan, gerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak
tangan yang kmbab, gelisah, menanyakan pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur, sering berkemih.
Perawat perlu mengkaji mekanisme koping yang biasa digunakan oleh pasien dalam menghadapi stres. Di
samping itu perawat perlu mengkaji hal-hal yang bisa digunakan untuk membantu pasien dalam menghadapi
ketakutan dan kecemasan ini, seperti adanya orang terdekat, tingkat
Pasien, faktor pendukung/support system v
Untul( menqurangi clan mengatasi keccmasan pasien, perawat dapat nvakan hal hal yang terkait dengan persiapan
operasi, antara lain:
a, Pengalaman operasi sebelumnya, b. Pcngcvtian pasien tentang tujuan/alasan tindakan
operasi.
pasien persiapan operasi baik fisik maupun
c.

Pengetahuan pasien tentang situasi/kondisi kamar operasi dan petugas mar operasi.
Pengetahuan pasien tentang prosedur (pre, intra, post operasi).
Pengetahuan tentang latihan-latihan yang harus dilakukan sebelum dan harus dijalankan setalah
operasi, seperti: Latihan nafas dalam, efektif, ROM dan lain-lain.

Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi pengarrblan keputusan pasien dan keluarganya.
Sehingga tidak jarang pasien menolak rasi yang sebelumnya telah disetujui dan biasanya pasien pulang dan
beberapa hari kemudian datang Iagi ke rumah sakit setalah siap dan hal ini berarti telah menunda operasi yang
mestinya sudah berapa hari/minggu yang lalu. Oleh karena itu persiapan mental pasien hal yang penting untuk
diperhatikan dan didukung oleh keluarga/orang pasien.

Persiapan mental dapat dilakukan dengan bantuan keluarga dan Kehadiran dan keterlibatan keluarga sangat
mendukung persiapan pasien. Keluarga hanya perlu mendampingi pasien sebelum operasi, membeikan doa dan
dukungan pasien dengan kata-kata yang menenangkan hati pasien dan meneguhkan keputusan pasien untuk
menjalani operasi.

Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental dapat dilakukan dengan berbagai cara:

Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami pasien sebelum operasi, memberikan
informasi pada pasien tentang waktu hal-hal yang akan dialami oleh pasien selama proses operasi, menunjllkkõl
tempat kamar operasi, dan lain-lain.

Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi maka diharapkan pasien menjadi lebih siap menghadapi
operasi, meskipun demikian ada arga yang tidak menghendaki pasien mengetahui tentang berbagai hal terkait
dengan operasi yang akan dialami pasien.

Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan operasi sesuai dengan tingkat perkembangan.
Gunakan bahasa yang hana dan jelas. Misalnya: Jika pasien harus puasa, perawat akan lay
rnulai puasa dan samapai kapan, manfaatnya untuk apa, dan jika —'oil darahnya, pasien perlu
diberikan penjelasan tujuan dari pemeriksaan darah yang dilakukan, dan lain-lain. Diharapkan
dengan pemberian informasi yang lengkap, kecemasan yang dialami oleh pasien akan dapat diturunkan
rrgrnpersiapkan mental pasien dengan baik.
Merrjberi kesernpatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan tentarg segala prosedur yang ada. Dan
memberi kesempatan pada pasien dan keluarga untuk berdoa bersama-sama sebelum pasien di antar ke kamar ope-

Mengoreksi pengertian yang saah tentang tindakan pembedahan dan halhal lain karena pengertian yang salah

akan menimbulkan kecemasan pada pasien.

e. Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian Obat pre medikasi, seperti valium dan diazepam tablet
sebelum pasien tidur untuk menurunkan kecernasan dan pasien dapat tidur sehingga kebutuhan istirahatnya
terpenuhi.
Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien di kamar operasi, petugas kesehatan di situ akan
memperkenalkan diri sehingga membuat pasien rrgrasa lebih tenang. Untuk memberikan ketenangan pada pasien,
keluarga juga diberikan kesernpatan untuk mengantar pasien samapi ke batas kamar operasi dan diperkenankan
untuk menunggu di ruang tunggu yang terletak di depan kamar operasi.

Obat-Obatan Pre Medikasi


Sebelurn operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan diberikan obatObatan permedikasi untuk memberikan
kesempatan pasien mendapatkan waktu istirahat yang cukup. Obat-obatan premedikasi yang diberikan biasanya
adalah

atau diazepam. Antibiotik profilaksis biasanya di berikan sebelum pasien di operasi. Antibiotik profilaksis
yang diberikan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi selama tindakan operasi, antibiotika profilaksis
biasanya di berikan 1-2 jam sebelum operasi dimulai dan dilanjutkan pasca beda 2- 3 kali• Antibiotik yang dapat
diberikan adalah ceftriakson 1 gram dan lain-lain sesuai indikasi pasien-
Persiapan Pasien Di Kamar Operasi
ersiapan Operasi dilakukan terhadap pasien dimulai sejak pasien rnasuk ke ruung perawatan sampai saat pasien
berada di kamar operasi sebelum tindakan

Persiapan di ruang serah terima diantaranya adalah prosedur persiapan anastesi


dan kemudian prosedur drappinge daidtn kamar operasi persiapan yang harus
dilakukan terhadap pasien yaitu

Undakan dropping yaitu penutupan pasien dengan menggunakan

dine
Priti%ip tinclaloon (Iroppiti/l aclolah' a Selltruli anqoota tim operaqi horus beker)a sama dalarn
pelaksanaan dropping
b. Pevawat berlindal< sebagai ire,tromentator harus rnengatahui bail' (Ian benac proseclor clon prirj%ip- prinsjp
dropping.

c, Sebeltno tinclakon dropping cliJokukan, harus yakin bahwa sarong tang (liqunakan steril (Jon tidak bocor.
Pada saat pelaksanaan tindakon dropping, perawat bertindak sebagai loop harus berdiri di belakarjq
instrumentator untuk rnencegah kc»ntarninasi.
Gunakan duk klem pada setiop keadaan dirnana aJat tenun rnudah bergeser
Drape yang terpasang tidak boleh dipindah-pindah sampai operasi (Ian harus di joqa kesterilannya.
Jumlah lapisan penutup yang bajk minimal 2 lapis, satu lapis rnenggunaLn kertas water prof atau plastik steril dan
lapisan selanjutnya rnenggunakan alat tenun steril.

Teknik Drapping:
Letakkan drape di tempat yang kering, lantai di sekitar meja operasi harus kering.
Jangan memasang drape dengan tergesa-gesa, harus teliti dan mernpertæ

Pertahankan jarak antara daerah steril dengan daerah non steril.


Pegang drape sedikit mungkin.
Jangan melintasi daerah meja operasi yang sudah terpasang drape/alat nun steril tanpa perlindungan gaun operasi.
f. Jago kesterilan bagian depan gaun operasi, berdiri membelakangi daerah

Jangan melempar drape terialu tinggi Saat memasang drape

Jika tenon yang dipasang terkontarninasi. Maka perawat bertugas menyingkirkan tenun tersebut.
i. Hindari yang sudah steril menyentuh daerah kulit pasien yang bejufl)

Anda mungkin juga menyukai