Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sistem endokrin merupakan suatu sistem kelenjar yang

memproduksi substansi yang digunakan di dalam tubuh. Kelenjar tanpa

saluran atau kelenjar buntu digolongkan bersama di bawah nama organ

endokrin. Hal ini dikarenakan sekresi yang dihasilkan langsung masuk

ke dalam aliran darah. Beberapa dari organ endokrin ada yang

menghasilkan satu hormon tunggal, dan ada pula yang menghasilkan

dua atau beberapa jenis hormon. Misalnya kelenjar hipofisis

menghasilkan beberapa jenis hormon yang mengendalikan kegiatan

beberapa organ lain. Karena itulah maka kelenjar hipofisis disebut

sebagai “glands of master”.

Sistem endokrin juga merupakan suatu hormon yang berfungsi

sebagai “pembawa pesan”, yang nantinya akan dialirkan ke dalam darah

ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan menerjemahkan

“pesan” tersebut menjadi suatu tindakan. Misalnya seperti sel beta yang

mensintesis insulin kemudian dibawa ke aliran darah untuk mengatur

regulasi glukosa darah.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui berbagai macam hormon endokrin dan
metabolismenya

1|Badanku semakin kurus


2. Untuk mengetahui anatomi kelenjar pancreas sebagai sistem
endokrin.
3. Untuk mengetahui histologi pankreas sebagai sistem endokrin.
4. Untuk mengetahui fisiologi pankreas sebagai sistem endokrin.
5. Untuk mengetahui biokimia pankreas sebagai sistem endokrin.

1.3. Manfat

1. Agar mahasiswa mengetahui berbagai macam hormon endokrin dan


metabolismenya
2. Agar mahasiswa mengetahui anatomi kelenjar pancreas sebagai
sistem endokrin.
3. Agar mahasiswa mengetahui histologi pankreas sebagai sistem
endokrin.
4. Agar mahasiswa mengetahui fisiologi pankreas sebagai sistem
endokrin.
5. Agar mahasiswa mengetahui biokimia pankreas sebagai sistem
endokrin.

2|Badanku semakin kurus


BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Data Tutorial

Hari / Tanggal Sesi 1 : Senin, 18 September 2017


Hari / Tanggal Sesi 2 : Rabu, 20 September 2017
Tutor : dr. Nyoman Cahyadi Tri Setiawam
Moderator : I Gede Yoga Mahendra
Sekretaris : Lintang Usnaini

2.2 Skenario
LBM 1
BADANKU SEMAKIN KURUS

Tn. Rasid 42 tahun, seorang lurah di desanya datang ke


Puskesmas dengan keluhan badan semakin kurus, padahal 6
bulan terakhir pasien semakin sering makan, dan sering
minum. Selain itu Tn. Rasid juga mengeluhkan sering
kencing, badan terasa cepat lelah, pegal-pegal, dan
kesemutan pada kaki.
Tn. Rasid sangat khawatir sangat khawatir dengan
kondisinya karena ayah Tn. Rasid dulu memiliki keluhan
yang sama dengannya dan meninggal pada usia 45 tahun
karena komplikasi, ayah Tn. Rasid saat itu sudah diterapi
dengan insulin. Adik Tn. Rasid juga memiliki keluhan yang
sama dengan Tn Rasid dan meninggal saat umur 15 tahun
karena gangguan pembentukan hormon pada pankreasnya.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD 130/90
mmHg, N 120x/m, t 36,7, RR 20x/m. Pemeriksaan fisik lain

3|Badanku semakin kurus


dalam batas normal. Dokter kemudian melakukan
pemeriksaan penunjang pada pasien didapatkan GDS: 350
mg/dl.
Dokter menjelaskan tentang kemungkinan dari penyakit
yang diderita Tn. Rasid, dan Tn. Rasid sangat penasaran
kenapa penyakit di derita ayahnya bisa mengenai dia, apakah
akan menular lagi ke anaknya, dan kenapa gula darah yang
tinggi malah membuatnya kurus dan cepat lelah, padahal
dulu dia pernah mengikuti penyuluhan di polindes dan
seingat Tn. Rasid gula darah itu sumber energi bagi tubuh.
Dokter kemudian menjawab semua pertanyaan yang di
ajukan Tn. Rasid dan menyarankan Tn. Rasid untuk rajin
berolahraga dan mengurangi makanan yang mengandung
karbohidrat.

2.3 Pembahasan LBM

I. Klarifikasi Istilah

1. GDS : merupakan salah satu pemeriksaan kimia yang bertujuan


untuk screening diabetes melitus debagai deteksi dini dari
penyakit ini. (Dewi, 2008).

II. Identifikasi Masalah

1. Kenapa gula darah yang tinggi malah membuat penderita menjadi


kurus dan cepat lelah sedangkan gula darah itu sendiri merupakan
sumber energi bagi tubuh?.
2. Kenapa orang yang mengidap penyakit DM dianjurkan untuk
berolahraga dan mengurangi konsumsi karbohidrat?.

III. Brainstorming

4|Badanku semakin kurus


1. Kenapa gula darah yang tinggi malah membuat penderita menjadi
kurus dan cepat lelah sedangkan gula darah itu sendiri merupakan
sumber energi bagi tubuh?.

Ada banyak faktor dan komplikasi yang membuat badan kurus


pada penderita tersebut, namun lebih baik sebelum mengetahui faktor
badan kurus kita mengetahui mekanisme berpengaruhnya diabetes
terhadap penurunan berat badan. (Sudoyono, 2009).
Dalam keadaan normal selama proses pencernaan, tubuh
mengolah makanan menjadi gula yang lebih sederhana yaitu glukosa,
kemudian glukosa memasuki sirkulasi sistemik untuk diedarkan
keseluruh tubuh. Kemudian pankreas melepaskan zat kimia yang
dikenal sebagai insulin. Hormone insulin ini berpengaruh terhadap
perubahan gula hasil pencernaan tadi untuk menjadi energi bagi tubuh
manusia. Insulin menimbulkan efeknya dengan bekerja pada otot
rangka inaktif, hati, dan jaringan lemak. Hormon ini merangsang jalur-
jalur biosintetik yang menyebabkan peningkatan pemakaian glukosa,
peningkatan penyimpanan karbohidrat dan lemak, serta meningkatkan
sintesis protein. Dalam melakukannya, hormon ini menurunkan kadar
glukosa, asam lemak, dan asam amino darah. Pola metabolik ini khas
untuk keadaan absorptif. Sehingga, sekresi insulin meningkat pada
keadaan ini dan menyebabkan jalur-jalur metabolik bergeser ke arah
anabolisme. Ketika sekresi insulin rendah, efek kebalikannya terjadi.
Laju pemasukan glukosa ke dalam sel berkurang, dan terjadi
katabolisme. (Sudoyono, 2009).

Pada penderita diabetes, sel-sel tubuh penderita tidak dapat


memanfaatkan gula dalam darah untuk energi sehingga sel-sel
mengirim sinyal ke otak bahwa mereka membutuhkan lebih banyak
bahan bakar. Otak kemudian mengirim sinyal ke organ pencernaan
yang memicu respons untuk makan banyak (polifagia). Tetapi semakin

5|Badanku semakin kurus


banyak makan, semakin banyak pula gula yang menumpuk dalam
aliran darah karena tidak bisa diserap oleh sel-sel yang membutuhkan
karena disebabkan oleh menurunnya sekresi insulin oleh sel beta
pancreas atau tidak disekresikan insulin sama sekali dan bisa
disebabkan karena sekresi insulin tetap normal bahkan meningkat
namun sel sasaran insulin kurang peka terhadap hormone tersebut
tergantung pada tipe DM. Disisi lain, ginjal harus bekerja keras untuk
membersihkan gula dari aliran darah yg disekresikan melalui urin, dan
disaat yang sama, pankreas memproduksi insulin jumlah banyak
(hiperinsulinemia). Untuk mentralisir gula, ginjal butuh banyak air
sehingga menimbulkan rasa haus yang berlebihan (polidipsia). Selain
memicu rasa kelaparan dan akibat tak ada insulin untuk membantu
glukosa memasuki sel, akhirnya otak memerintah tubuh untuk
memecah lemak dari jaringan otot dalam upaya menyediakan energi
untuk sel, karena tak ada glukosa untuk energi. Proses inilah yang
dapat menyebabkan penederita diabetes menjadi kurus. (Sudoyono,
2009).

2. Kenapa orang yang mengidap penyakit DM dianjurkan untuk


berolahraga dan mengurangi konsumsi karbohidrat?.
Karena dengan berolahraga atau dengan melakukan aktivitas
fisik seperti olahraga secara teratur dapat membuang kelebihan kalori
sehingga dapat mencegah terjadinya kegemukan dan kemungkinan
untuk menderita DM. Sehingga sejumlah gula dalam tubuh akan
berkurang dan kebutuhan akan hormon insulin juga akan berkurang.
Pada orang yang jarang berolah raga zat makanan yang masuk ke dalam
tubuh tidak dibakar, tetapi hanya akan ditimbun dalam tubuh sebagai
lemak dan gula. Proses perubahan zat makanan dan lemak menjadi gula
memerlukan hormon insulin. Namun jika hormon insulin kurang
mencukupi, maka akan timbul gejala DM. (Sudoyono, 2009).

6|Badanku semakin kurus


Pada diabetes tipe 2, latiahan jasmani dapat memperbaiki
kendali glukosa secara menyeuruh terbukti dengan penurunan
konsentrasi HbA1c, adalah zat yang terbentuk dari reaksi antara glukosa
(gula) dengan hemoglobin yaitu bagian dari sel darah merah yang
bertugas mengangkut oksigen ke seluruh bagian tubuh yang cukup
menjadi pedoman untuk penurunan risiko komplikasi diabetes dan
kematian. Selain mengurangi risiko, latihan jasmani akan memberikan
pengaruh yang baik pada lemak tubuh, teakanan darah arteri, sensivitas
barorefleks, vasodilatasi endhothelium, aliran darah pada kulit. Angka
kesakitan dan kematian pada diabetisi yang aktif, 50% lebih rendah
dibandingkan mereka yang santai atau kurang melakukan aktifitas fisik.
Dan dari penelitian epideiologi retro dan prospektif pada DM tipe 1
juga terbukti bahwa latihan jasmani yang teratur akan mencegah
komplikasi makro maupun mikrovasskular serta meningkatkan harapan
hidup. (Sudoyono, 2009).

Karbohidrat yang masuk kedalam tubuh akan dipecah menjadi


glukosa atau gula, kemudian diubah menjadi energi utama oleh tubuh.
Proses ini dibantu oleh oleh hormone insulin. Namun, karena penderita
diabetes hormone insulinnya tidak bekerja dengan baik, maka hanya
sedikit glukosa yang mampu diubah menjadi energi. Akibatnya, glukosa
dalam darah atau gula darah menjadi meningkat. Itulah sebabnya kenapa
pada penderita diabetes dianjurakn untuk mengurangi konsumsi
karbohidrat karena memengaruhi kadar gula darah. Ketika penderita
diabetes mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat atau
gula yang tinggi, maka kadar gula darahnnya pun bisa langsung naik.
Makanan yang mengandung karbohidrat tinggi membuat tubuh harus
menghasilkan lebih banyak insulin agar gula darah dapat terkontrol.
Namun seperti yang kita ketahui , penderita diabetes tidak mampu
menghasilkan insulin jumlah banyak, atau insulin tidak mampu

7|Badanku semakin kurus


mengubah glukosa menjadi energi dengan efektif. Sehingga asupan
karbohidrat yang tinggi akan beresiko meningkatkan kadar gua darah
yang bisa membahayakan. (Sudoyono, 2009).

IV. Rangkuman Permasalahan

Bagan

PANKREAS

ANATOMI HISTOLOGI FISIOLOGI BIOKIMIA PATOFISIOLOGI

DM TIPE 1 DM TIPE 2
SEKRESI KERJA
HORMON

Penjelasan Bagan

Pangkreas adalah suatu organ pada system pencernaan yang


memiliiki dua fungsi utama : menghasilkan enzim pencernaan atau
fungsi eksokrin serta menghasilkan beberapa hormone atau fungsi
endokrin. Berdasarkan anatominya pangkreas terletak pada kuadran

8|Badanku semakin kurus


kiri atas abdomen atau perut dan bagian kaput atau kepalanya
menempel pada organ duodenum. Pangkreas seperti spons dan
warnanya kekuningan. Pancreas meluas sampai ke bagian belakang
perut, di belakang daerah perut dan melekat ke bagian pertama usus
duodenum. Sebagai kelenjar endokrin menghasilkan hormone
insulin , glucagon ,somatostatin dan sebagai kelenjar eksokrin yang
menyintesis dan mengeluarkan cairan pancreas yang mengandung
enzim pencernaan. Bagian eksokrin terdiri dari asinus yang
berbentuk tubular dikelilingi lamina basal. Asinus pancreas ini
terdiri dari sel-sel zimogen (penghasil protein). Kemudian duktus
eksretorius meluas ke dalam setiap asinus dan tampak sebagai sel
sentroasinar yang terpulas pucat di dalam lumennya. Produksi
sekresi asini dikeluarkan melalui ductus interkalaris (intralobular)
yang kemudian berlanjut sebagai ductus interlobular. Bagian
endokrin pangkreas yaitu pulau langerhans tersebar diseluruh
pangkreas. Pulau ini dipisahkan oleh reticular tipis dari jaringan
eksokrin di sekitarnnya. Pada pulau langerhans juga terdapat
beberapa sel yaitu sel A penghasil hormone glucagon, sel B
penghasil insulin, sel D penghasil somatostatin. (Tortora, 2009).

Pangkreas mensekresikan hormone yang bekerja terhadap


organ target dan sesuai dengan kebutuhan untuk menjaga
homoestatis dari tubuh. Pada saat kadar glukosa dalam darah
meningkat maka tubuh akan melakukan kompensasi untuk
mempertahankan kadar gula tetap stabil dengan cara sel B
meningkatkan produksi insulin untuk menurunkan kadar glukosa
dalam darah, sebaliknya jika kadar glukosa menurun maka sel A
meningkatkan produksi hormone glucagon dan produksi insulin
diturunkan. Dari proses-proses yang terjadi dimana kelebihan

9|Badanku semakin kurus


kadar glukosa dalam darah dapat menyebabkan terjadinya diabetes
mellitus. (Tortora, 2009). (Sherwood, 2012).

V. Learning Issue

1. Jelaskan mengenai 3 golongan hormone !


2. Jelaskan mengenai anotomi dan histofisiologi kelenjar pankreas
sebagai kelenjar endokrin !
3. Jelaskan peran insulin terhadap metabolisme karbohidrat,lemak dan
protein !
4. Bagaimana proses dari mekanisme sekresi insulin ?
5. Jelaskan mengenai glukagon dan fungsinya !
6. Jelaskan perbedaan diabetes melitus tipe 1 dan 2 !

VI. Referensi

Pankreas adalah sebuah kelenjar memanjang yang terletak di


belakang dan di bawah lambung, di atas lengkung pertama duodenum.
Kelenjar campuran ini mengandung jaringan eksokrin dan endokrin.
Bagian eksokrin yang utama terdiri dari kelompok-kelompok sel
sekretorik mirip anggur yang membentuk kantong yang dikenal sebagai
asinus, yang berhubungan dengan duktus yang akhirnya bermuara di
duodenum. Bagian endokrin yang lebih kecil terdiri dari pulau-pulau
jaringan endokrin terisolasi yang disebut dengan pulau Langerhans,
yang tersebar di seluruh pankreas. (Sherwood, 2013)
Pankreas memiliki fungsi dalam proses pencernaan. Selain itu
juga, pankreas menyekresi dua hormon penting, yakni insulin dan
glukagon, yang sangat penting untuk pengaturan metabolisme glukosa,
lipid, dan protein secara normal. Walaupun pankreas menyekresi
hormon-hormon lain seperti amilin, somatostatin, dan polipeptida

10 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
pankreas, fungsi hormon-hormon tersebut tidak sejelas fungsi insulin
dan glukagon. (Guyton, 2016).

Bila konsentrasi glukosa darah meningkat sangat tinggi,


peningkatan sekresi insulin menyebabkan konsentrasi glukosa darah
kembali menurun ke nilai normalnya. Sebaliknya, penurunan kadar
glukosa darah akan merangsang sekresi glukagon; yang artinya
glukagon ini akan berfungsi secara berlawanan, yakni akan
meningkatkan kadar glukosa darah agar kembali ke nilai normalnya.
Pada sebagian besar kondisi yang normal, mekanisme umpan balik
insulin ini jauh lebih penting daripada mekanisme glukagon, namun
pada keadaan kelaparan atau pemakaian glukosa yang berlebihan selama
aktivitas fisik dan keadaan stres yang lain, mekanisme glukagon juga
menjadi bernilai. (Guyton,2016).

Konsentrasi glukosa darah juga perlu dijaga agar tidak


meningkat terlalu tinggi karena empat alasan berikut. (1) Glukosa dapat
menimbulkan sejumlah besar tekanan osmotik dalam cairan
ekstraselular, dan bila konsentrasi glukosa meningkat sangat berlebihan,
akan dapat mengakibatkan timbulnya dehidrasi sel. (2) Tingginya
konsentrasi glukosa dalam darah menyebabkan keluarnya glukosa
dalam air seni. (3) Hilangnya glukosa melalui urine juga menimbulkan
diuresis osmotik oleh ginjal, yang dapat mengurangi jumlah cairan
tubuh dan elektrolit. (4) Peningkatan jangka panjang glukosa darah
dapat menyebabkan kerusakan pada banyak jaringan, terutama
pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan timbulnya beberapa
penyakit salah satunya adalah diabetes melitus. Kerusakan vaskular,
akibat diabetes melitus yang tidak terkontrol, akan berakibat pada
peningkatan risiko terkena serangan jantung, stroke, penyakit ginjal
stadium akhir, dan kebutaan. (Guyton,2016).

11 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
Tingginya kadar glukosa darah dapat menyebabkan dehidrasi
berat pada sel di seluruh tubuh. Hal ini terjadi sebagian karena glukosa
tidak dapat dengan mudah berdifusi melewati pori-pori membran sel,
dan naiknya tekanan osmotik dalam cairan ekstraselular menyebabkan
timbulnya perpindahan air secara osmosis keluar dari sel. Selain efek
dehidrasi sel langsung akibat glukosa yang berlebihan, keluarnya
glukosa ke dalam urine akan menimbulkan keadaan diuresis osmotik.
Diuresis osmotik adalah efek osmotik glukosa dalam tubulus ginjal yang
sangat mengurangi reabsorpsi cairan tubulus. Efek keseluruhannya
adalah kehilangan cairan yang sangat besar dalam urine, sehingga
menyebabkan dehidrasi cairan ekstraselular, yang selanjutnya
menimbulkan dehidrasi kompensatorik cairan intraselular. Sehingga
gambaran klasik dari penyakit diabetes adalah adanya poliuria
(kelebihan ekskresi urine), dehidrasi ekstrasel dan intrasel, serta
bertambahnya rasa haus. (Guyton, 2016).

Peningkatan kadar glukosa darah yang berkepanjangan juga


menimbulkan kerusakan di banyak jaringan lainnya. Contohnya,
neuropati perifer, yaitu kelainan fungsi saraf perifer, dan disfungsi
sistem saraf otonom yang sering menjadi komplikasi diabetes melitus
yang tidak terkontrol dalam waktu lama. Kelainan-kelainan tersebut
dapat menimbulkan gangguan refleks kardiovaskular, gangguan
pengaturan kandung kemih, penurunan sensasi di ekstremitas, dan
gejala-gejala lain akibat kerusakan saraf perifer. (Guyton,2016).

Kurangnya insulin berefek pada metabolisme protein dengan


pregeseran neto menuju katabolisme protein. Penguraian protein-protein
otot menyebabkan otot rangka lisut dan lemah, serta penurunan berat
badan dan, pada anak yang mengidap diabetes, penurunan pertumbuhan
secara keseluruhan. Berkurangnya penyerapan asam amino disertai
meningkatnya penguraian protein menyebabkan asam amino dalam

12 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
darah meningkat . Peningkatan asam amino darah ini dapat digunakan
untuk glukoneogenesis sehingga hiperglikemia menjadi bertambah
parah. (Sherwood,2013).

Selama kelaparan yang lama, otak mulai menggunakan badan


keton menggantikan glukosa sebagai sumber energi utama. Karena
kematian akibat kelaparan biasanya lebih dise-babkan oleh terkurasnya
protein daripada hipoglikemia (gula darah yang rendah), untuk
mempertahankan hidup pada keadaan tanpa asupan kalori maka
glukoneogenesis perlu dijaga seminimal mungkin selama kebutuhan
energi untuk otak tidak terganggu. Protein sel, dalam persentase yang
bermakna, dapat dikatabolisme tanpa menyebabkan malfungsi sel yang
serius, tetapi akhirnya akan tercapai tahap ketika sel yang dikanal tidak
dapat berfungsi dengan baik. Untuk menghindari tahap kegagalan fatal
tersebut selama mungkin sewaktu kelaparan, otak mulai menggunakan
keton sebagai sumber energi utama sehingga pemakaian glukosa
berkurang. Pemakaian asam lemak oleh otak sisa dari"makanan" yang
diserap hati ini membatasi keharusan mobilisasi protein untuk
menghasilkan glukosa untuk memberi makan otak. Kedua adaptasi
metabolik terhadap kelaparan berkepanjangan ini; yaitu penurunan
katabolisme protein dan pemakaian keton oleh otak menjadi penyebab
tingginya kadar keton dalam darah. Otak menggunakan keton hanya
ketika kadar keton darah tinggi. Kadar keton yang tinggi juga secara
langsung menghambat penguraian protein di otot. Karena itu, keton
menghemat protein tubuh sekaligus memenuhi kebutuhan energi otak.
(Sherwood, 2013)

VII. Pembahasan Learning Issues

1. Jelaskan mengenai 3 golongan hormon !

13 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
Tiga golongan umum hormon sebagai berikut :

1. Protein dan polipeptida, mencakup hormon yang disekresi oleh


kelenjar hipofisis anterior dan posterior, pankreas (insulin dan
glukagon), kelenjar paratiroid (hormon paratiroid), dan banyak
hormon lainnya.
2. Steroid disekresi oleh korteks adrenal (kortisol dan aldosteron),
ovarium (estrogen dan progesteron), testis (testosteron), dan
plasenta (estrogen dan progesteron).
3. Turunan asam amino tirosin, disekresi oleh kelenjar tiroid
(tiroksin dan triiodotironin) dan medula adrenal (epinefrin dan
norepinefrin). Sampai saat ini, tidak diketahui adanya hormon
polisakarida maupun hormon asam nukleat. ( Guyton,2016).
Hormon Polipeptida dan Protein Disimpan dalam Vesikel
Sekretoris sampai Hormon Tersebut Diperlukan.

14 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
Sebagian besar hormon di tubuh berupa polipeptida dan protein.
Hormon-hormon tersebut memiliki ukuran yang bervariasi dari peptida
kecil dengan 3 asam amino (thyrotropin-releasing hormone) sampai
protein dengan asam amino yang berjumlah hampir 200 (growth
hormone dan prolaktin). Umumnya, polipeptida dengan 100 atau lebih
asam amino disebut protein, dan polipeptida dengan asam amino yang
berjumlah kurang dari 100 disebut sebagai peptida. Hormon protein
dan peptida disintesis di bagian kasar retikulum endoplasma yang
terdapat di berbagai sel endokrin,dengan cara yang sama seperti
kebanyakan protein lainnya. Hormon tersebut biasanya disintesis
pertama kali sebagai protein besar yang tidak memiliki aktivitas
biologis (praprohormon) dan dipecah untuk membentuk prohormon
yang lebih kecil di retikulum endoplasma. Prohormon tersebut
kemudian ditransfer ke aparatus Golgi untuk dikemas dalam vesikel
sekretoris. Saat proses pengemasan tersebut berlangsung, enzim enzim
di dalam vesikel akan memecah prohormon untuk menghasilkan
hormon yang berukuran lebih kecil dan memiliki aktivitas biologis
serta fragmen-fragmen inaktif. Vesikel tersebut disimpan dalam
sitoplasma, dan banyak vesikel tersebut yang terikat pada membran sel
sampai sekresi hormon tersebut dibutuhkan. Sekresi hormon (dan
fragmen-fragmen inaktif) terjadi ketika vesikel sekretoris menyatu
dengan membran sel dan kandungan granularnya dikeluarkan ke dalam
cairan interstisial atau secara langsung ke dalam aliran darah dengan
cara eksositosis. (Guyton, 2016).
Pada banyak keadaan, rangsang eksositosis adalah peningkatan
konsentrasi kalsium sitosol akibat depolarisasi membran plasma. Pada
keadaan yang lain, rangsang reseptor permukaan sel endokrin
menimbulkan peningkatan adenosin monofosfat siklik (cAMP) diikuti
aktivasi protein kinase yang memulai terjadinya sekresi hormon.
Hormon peptida bersifat larut air, yang memungkinkan hormon-

15 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
hormon tersebut memasuki sistem sirkulasi dengan mudah, tempat
hormon tersebut dibawa ke jaringan targetnya. (Guyton, 2016).

Hormon Steroid Biasanya Disintesis dari Kolesterol dan Tidak


Disimpan.
Struktur kimia hormon steroid mirip dengan struktur kimia
kolesterol, dan pada sebagian besar keadaan, hormon tersebut disintesis
dari kolesterol itu sendiri. Hormon steroid bersifat larut lemak dan
terdiri atas tiga cincin sikloheksil dan satu cincin siklopentil yang
bergabung menjadi sebuah struktur. Meskipun sel endokrin penghasil
steroid memiliki sedikit simpanan hormon steroid, sejumlah besar
simpanan ester kolesterol dalam vakuola sitoplasma dapat dimobilisasi
secara cepat untuk sintesis steroid setelah adanya rangsang. Banyak
kolesterol pada sel penghasil steroid berasal dari plasma, namun sintesis
kolesterol de novo juga terjadi di sel penghasil steroid. Oleh karena
steroid sangat larut dalam lemak, begitu disintesis, steroid akan
berdifusi dengan mudah melalui membran sel dan memasuki cairan
interstisial dan kemudian akan masuk ke dalam darah. (Guyton, 2016).

Hormon Amin Berasal dari Tirosin.


Dua kelompok hormon yang berasal dari tirosin, yaitu hormon
tiroid dan hormon medula adrenal, dibentuk oleh kerja enzim di
kompartemen sitoplasma sel kelenjar. Hormon tiroid disintesis dan
disimpan di kelenjar tiroid serta terikat pada makromolekul protein
tiroglobulin, yang disimpan di folikel besar di dalam kelenjar tiroid.
Sekresi hormon terjadi ketika amin tersebut terlepas dari tiroglobulin,
dan hormon yang bebas tersebut kemudian dilepaskan ke dalam aliran
darah. Setelah masuk ke dalam darah, sebagian besar hormon tiroid

16 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
akan bergabung dengan protein plasma, terutama globulin pengikat
tiroksin, yang melepas hormon tersebut perlahan-lahan ke jaringan
target. (Guyton, 2016).

2. Jelaskan mengenai anotomi dan histofisiologi kelenjar pankreas sebagai


kelenjar endokrin !

(Sumber : Gartner Hiatt,2012)

Pankreas, yang terletak di atas dinding tubuh posterior, jauh di


dalam peritoneum, terdiri atas empat bagian yaitu: prosesus unsinatus,
kepala, badan, dan ekor. Panjangnya sekitar 25 cm, lebarnya 5 cm, dan
tebalnya 1 sampai 2 cm, serta beratnya sekitar 150 g. Kapsula jaringan
ikatnya tipis dan membentuk septa, yang membagi kelenjar menjadi
lobulus. Pembuluh darah dan saraf yang memasok pankreas, berjalan
bersama sistem duktus di dalam kompartemen jaringan ikat. Pankreas
menghasilkan sekret eksokrin dan endokrin. Komponen endokrin
pankreas yang disebut pulau Langerhans tersebar di antara asinus

17 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
sekretoris sehingga pankreas disebut sebagai kelenjar ganda. (Garner,
2012).

Di antara sel-sel eksorin di seluruh pankreas tersebar kelompok-


kelompok atau "pulau", sel endokrin yang dikenal sebagai pulau
Langerhans. Pulau Langerhans membentuk 1-2% total masa pankreas.
Sel endokrin pankreas yang terbanyak adalah sel β (beta), tempat
sintesis dan sekresi insulin serta merupakan 60% massa total pulau.
Produksi insulin dimulai dengan sistesis rantai polipeptida tunggal yang
disebut preproinsulin, pada RER sel β. Dalam sisterna RER, produk
awal ini diubah menjadi proinsulin lewat pemotongan fragmen
polipeptida secara enzimatik. Di dalam jalinan trans Golgi, proinsulin
dikemas dalam vesikel bersalut klatrin, yang kemudian kehilangan
selubung klatrinnya saat menuju plasmalema. Selanjutnya, sebuah
segmen di dekat pusat molekul proinsulin dibuang dengan cara eksisi
untuk membentuk insulin, yang tersusun oleh dua rantai polipeptida
pendek yang saling dihubungkan oleh ikatan disulfida. Insulin
dilepaskan ke dalam ruang antarsel sebagai respons atas meningkatnya
kadar gula darah, yang terjadi setelah konsumsi makanan kaya
karbohidrat. (Sherwood, 2012)

18 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
Sumber : Guyton,2011

Sel α (alpha) menghasilkan hormon glukagon dan merupakan


25% massa pulau. Glukagon adalah suatu hormon peptida yang
dilepaskan sebagai respons atas kadar gula darah yang rendah, dan juga
pada konsumsi makanan rendah karbohidrat dan tinggi protein. Sama
seperti pada produksi insulin, glukagon juga diproduksi sebagai
prohormon yang kemudian mengalami pemotongan proteolitik untuk
menghasilkan hirmon aktif. Glukagon terutama bekerja pada hepatosit,
menyebabkan sel tersebut mengaktifkan enzim glikogenolitik. Enzim
tersebut memecah glikogen menjadi glukosa, yang dilepaskan ke aliran
darah, sehingga meningkatkan kadar gula darah. Glukagon juga
mengaktifkan enzim hati yang berfungsi untuk glukoneogenesis (sintesis
glukosa dari sumber nonkarbohidrat) apabila simpanan glikogen intrasel
pada hepatosit berkurang. (Sherwood, 2012)

Sel D (delta) adalah tempat sintesis somatostatin. Somatostatin


mempunyai efek parakrin dan endokrin. Efek parakrin menyebabkan
inhibisi penglepasan hormon endokrin oleh sel α dan β. Efek
endokrinnya bekerja pada sel otot polos saluran cerna dan kandung
empedu dan menyebabkan penurunan motilitas kedua organ tersebut.
Somatostatin dilepaskan bila kadar gula, asam amino atau kilomikron

19 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
darah meningkat, yang terjadi sesudah makan. Vasoactive intestinal
peptide (VIP) dihasilkan oleh jenis sel δ yang dikenal sebagai sel D1.
Hormon tersebut mengindukasi glikogenolisis dan hiperglikemia dan
juga mengatur motilitas usus dan tonus sel otot polos dinding usus.
Selain itu, VIP mengontrol sekresi ion dan air oleh sel epitel intestinal.
(Sherwood, 2012)

Sel pulau yang paling jarang adalah sel F, yang menyekresi


polipeptida pankreas, Polipeptida pankreas adalah hormon yang
dihasilkan oleh sel PP. Hormon tersebut menghambat sekresi bagian
eksokrin pankreas dan merangsang penglepasan enzim oleh sel utama
lambung, tetapi menekan penglepasan HCl oleh sel parietal lambung.
(Sherwood, 2012).

3. Jelaskan peran insulin terhadap metabolisme karbohidrat,lemak dan


protein ! (Guyton,2016).
Insulin dan Efek Metaboliknya.
Insulin diisolasi pertama kali dari pankreas pada tahun 1922 oleh
Banting dan Best. Mereka memperhatikan pasien diabetes parah dalam
waktu hampir semalam yang memburuk dengan cepat dan meninggal,
dibandingkan dengan orang yang hampir normal. Dahulu, insulin
dihubungkan dengan "gula darah," dan ada benarnya karena insulin
sangat berpengaruh terhadap metabolisme karbohidrat. Namun,
kematian pada pasien diabetes biasanya disebabkan kelainan
metabolisme lemak, yang menimbulkan keadaan seperti asidosis dan
arteriosklerosis. Selain itu, pada pasien yang mengalami diabetes
berkepanjangan,berkurangnya kemampuan untuk menyintesis protein
akan menyebabkan kehilangan jaringan dan banyak kelainan fungsi sel.
Oleh karena itu, jelaslah sudah bahwa pengaruh insulin terhadap

20 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
metabolisme lemak dan protein, hampir sama besar dengan pengaruh
insulin terhadap metabolisme karbohidrat. (Guyton, 2016).
Insulin Adalah Suatu Hormon yang Berhubungan dengan Energi
Berlebihan
Bila terdapat sejumlah besar makanan berenergi-tinggi di dalam
diet, terutama kelebihan jumlah karbohidrat, sekresi insulin meningkat.
Selanjutnya, insulin memainkan peran penting dalam penyimpanan
kelebihan energi. Bila terdapat kelebihan karbohidrat, insulin
menyebabkan karbohidrat tersimpan sebagai glikogen terutama di hati
dan otot. Semua kelebihan karbohidrat yang tidak dapat disimpan
sebagai glikogen serta diubah di bawah rangsangan insulin menjadi
lemak dan disimpan di jaringan adiposa. Dengan adanya kelebihan
protein, insulin mempunyai efek langsung dalam memacu ambilan asam
amino oleh sel dan pengubahan asam amino ini menjadi protein. Selain
itu, insulin menghambat pemecahan protein yang sudah terdapat di
dalam sel. (Guyton, 2016).

Efek Insulin terhadap Metabolisme Karbohidrat

Segera setelah menyantap makanan tinggi karbohidrat, glukosa


yang diabsorbsi ke dalam darah menyebabkan sekresi insulin dengan
cepat. Insulin selanjutnya menyebabkan ambilan, penyimpanan, dan
penggunaan glukosa yang cepat oleh hampir semua jaringan tubuh,
namun terutama oleh otot, jaringan adiposa, dan hati. Insulin
meningkatkan metabolisme dan pengambilan glukosa otot. Dalam
sehari, jaringan otot tidak bergantung pada glukosa untuk energinya
tetapi sebagian besar bergantung pada asam lemak. Alasan utama untuk
hal tersebut adalah karena membran otot istirahat yang normal hanya
sedikit permeabel terhadap glukosa, kecuali bila serabut otot dirangsang
oleh insulin. Diantara waktu-waktu makan jumlah insulin yang disekresi
terlalu kecil untuk meningkatkan jumlah ambilan glukosa yang

21 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
bermakna ke dalam sel-sel otot. Akan tetapi, ada dua kondisi saat otot
menggunakan sejumlah besar glukosa. Salah satu dari kondisi tersebut
adalah selama kerja fisik sedang atau berat. Penggunaan glukosa yang
besar ini tidak membutuhkan sejumlah besar insulin, karena serabut otot
yang aktif menjadi permeabel terhadap glukosa bahkan tanpa adanya
insulin akibat proses kontraksi itu sendiri. Keadaan kedua penggunaan
sejumlah besar glukosa oleh otot adalah selama beberapa jam setelah
makan. Pada saat ini konsentrasi glukosa darah tinggi dan pankreas
menyekresikan sejumlah besar insulin. Insulin tambahan menyebabkan
transpor glukosa yang cepat ke dalam sel otot. Hal ini menyebabkan sel
otot selama periode ini lebih cenderung menggunakan glukosa daripada
asam lemak. (Guyton,2016).

Bila setelah makan otot tidak aktif, dan glukosa yang belum
ditranspor ke dalam otot jumlahnya banyak, sebagian besar glukosa
sampai batas 2 hingga 3 persen akan disimpan dalam bentuk glikogen
otot daripada digunakan untuk energi. Glikogen ini kemudian dapat
digunakan oleh otot untuk menghasilkan energi. Glikogen terutama
digunakan selama masa penggunaan energi yang besar dan singkat oleh
otot dan bahkan untuk menyediakan sejumlah besar energi anaerob
selama beberapa menit pada suatu waktu melalui perombakan glikolisis
glikogen menjadi asam laktat, yang bahkan dapat terjadi tanpa adanya
oksigen. (Guyton, 2016).

Salah satu efek terpenting insulin adalah menyebabkan sebagian


besar glukosa yang diabsorbsi sesudah makan segera disimpan di hati
dalam bentuk glikogen. Selanjutnya, di antara waktu makan, bila tidak
tersedia makanan dan konsentrasi glukosa dalam darah mulai berkurang,
sekresi insulin menurun dengan cepat dan glikogen hati dipecah kembali
menjadi glukosa, yang akan dilepaskan kembali ke dalam darah untuk
menjaga konsentrasi glukosa agar tidak berkurang terlalu jauh.

22 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
Mekanisme yang dipakai oleh insulin untuk menyebabkan terjadinya
ambilan glukosa dan penyimpanan di hati meliputi beberapa langkah
yang hampir terjadi secara bersamaan.

1. Insulin menghambat fosforilase hati, yaitu enzim utama yang


menyebabkan terpecahnya glikogen hati menjadi glukosa. Keadaan
ini mencegah pemecahan glikogen yang sudah tersimpan di sel-sel
hati.
2. Insulin meningkatkan ambilan glukosa dari darah oleh selsel hati.
Keadaan ini terjadi dengan meningkatkan aktivitas enzim
glukokinase, yang merupakan salah satu enzim yang menyebabkan
timbulnya fosforilasi awal dari glukosa setelah glukosa berdifusi ke
dalam sel-sel hati. Begitu difosforilasi, glukosa terperangkap
sementara di dalam sel-sel hati, sebab glukosa yang sudah
terfosforilasi tadi tidak dapat berdifusi kembali melewati membran
sel.
3. Insulin juga meningkatkan juga aktivitas enzim-enzim yang
meningkatkan sintesis glikogen, termasuk enzim glikogen sintetase,
yang bertanggung jawab terhadap polimerisasi unit monosakarida
untuk membentuk molekul glikogen. Efek akhir seluruh kerja ini
adalah meningkatnya jumlah glikogen dalam hati. Jumlah total
glikogen dapat meningkat hingga sekitar 5 sampai 6 persen massa
hati, yang setara dengan hampir 100 gram glikogen yang disimpan
di seluruh hati. (Guyton, 2016).

Glukosa Dilepaskan dari Hati di antara Waktu Makan.

Ketika kadar glukosa darah mulai menurun sampai pada


kadar yang rendah di antara waktu-waktu makan, beberapa peristiwa
akan berlangsung sehingga hati melepaskan glukosa kembali ke
dalam sirkulasi darah.

23 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
1. Berkurangnya kadar glukosa darah menyebabkan pankreas
mengurangi sekresi insulinnya.
2. Kurangnya insulin selanjutnya akan mengembalikan semua efek
yang dijelaskan sebelumnya untuk penyimpanan glikogen, terutama
menghentikan sintesis glikogen lebih lanjut dalam hati dan
mencegah ambilan glukosa lebih jauh oleh hati dan darah.
3. Kurangnya insulin (bersamaan dengan meningkatnya glukagon,
yang akan dibicarakan nanti) mengaktifkan enzim fosforilase, yang
menyebabkan pemecahan glikogen menjadi glukosa fosfat.
4. Enzim glukosa fosfatase, yang telah dihambat oleh insulin, sekarang
menjadi aktif karena tidak ada insulin dan menyebabkan lepasnya
radikal fosfat dan glukosa, dan keadaan ini menyebabkan glukosa
bebas berdifusi kembali ke dalam darah. (Guyton,2016).

Jadi, hati akan memindahkan glukosa dari darah bila terdapat


kelebihan glukosa di dalam darah sesudah makan, dan hati akan
mengembalikan glukosa ke dalam darah lagi sewaktu konsentrasi
glukosa turun di antara waktu makan. Biasanya, dengan cara ini, sekitar
60 persen glukosa dalam makanan, akan disimpan di hati dan
selanjutnya akan dikembalikan lagi. (Guyton,2016).

Insulin Memacu Konversi Kelebihan Glukosa menjadi Asam


Lemak dan Menghambat Glukoneogenesis di Hati.

Bila jumlah glukosa yang masuk ke dalam sel hati lebih banyak
daripada jumlah yang dapat disimpan sebagai glikogen atau dapat
digunakan untuk metabolisme sel hepatosit setempat, insulin akan
memacu pengubahan semua kelebihan glukosa ini menjadi asam lemak.
Asam-asam lemak ini selanjutnya bergabung sebagai trigliserida di
dalam lipoprotein berdensitas sangat rendah (VLDL) dan ditranspor
dalam bentuk lipoprotein ini melalui darah ke jaringan adiposa dan
ditimbun sebagai lemak. (Guyton,2016).

24 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
Insulin juga menghambat glukoneogenesis. Insulin melakukannya
terutama dengan menurunkan jumlah dan aktivitas enzim-enzim hati
yang dibutuhkan untuk glukoneogenesis. Akan tetapi, sebagian efek
untuk menghambat glukoneogenesis disebabkan oleh kerja insulin yang
mengurangi pelepasan asam amino dari otot dan jaringan ekstra hepatik
lainnya dan kemudian keberadaan prekursor penting ini yang diperlukan
untuk glukoneogenesis. (Guyton,2016).

Berkurangnya Efek Insulin terhadap Ambilan dan Pemakaian


Glukosa oleh Otak.

Otak agak berbeda dengan sebagian besar jaringan tubuh lainnya


karena insulin sedikit berpengaruh atau tak memiliki pengaruh sama
sekali terhadap ambilan atau penggunaan glukosa. Bahkan, sebagian
besar sel-sel otak bersifat permeabel terhadap glukosa dan dapat
menggunakan glukosa tanpa perantaraan insulin. Sel-sel otak juga cukup
berbeda dari sebagian besar sel tubuh lain karena sel-sel otak secara
normal hanya menggunakan glukosa sebagai sumber energi dan
mengalami kesulitan untuk dapat menggunakan sumber energi lain,
seperti lemak. Oleh karena itu, kadar glukosa darah harus selalu
dipertahankan di atas nilai kritis, yang merupakan salah satu fungsi
terpenting dari sistem pengaturan kadar glukosa darah. Bila kadar
glukosa darah turun terlalu jauh, yakni mencapai kisaran antara 20
sampai 50 mg/100 ml, gejala syok hipoglikemik akan timbul, yang
ditandai dengan adanya iritabilitas saraf progresif yang menyebabkan
pasien menjadi pingsan, kejang, dan bahkan timbul koma.
(Guyton,2016).

Efek Insulin terhadap Metabolisme Karbohidrat di Sel-Sel Lain

Insulin meningkatkan pengangkutan ke dalam dan pemakaian


glukosa oleh sebagian besar sel tubuh lain (kecuali sel-sel otak), dengan

25 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
cara yang sama seperti yang dilakukan oleh insulin dalam memengaruhi
pengangkutan dan penggunaan glukosa di sel otot. Pengangkutan
glukosa ke dalam sel lemak terutama menyediakan substrat untuk gugus
gliserol molekul lemak. Oleh karena itu, secara tidak langsung, insulin
meningkatkan timbunan lemak dalam sel-sel tersebut. (Guyton,2016)

Efek Insulin terhadap Metabolisme Lemak

Insulin mempunyai berbagai efek yang dapat menyebabkan


timbulnya penyimpanan lemak di jaringan lemak. Insulin akan
meningkatkan pemakaian glukosa oleh sebagian besar jaringan tubuh,
yang secara otomatis akan mengurangi pemakaian lemak sehingga
berfungsi sebagai suatu "penghemat lemak." Akan tetapi, insulin juga
meningkatkan pembentukan asam lemak. Hal ini terutama terjadi bila
lebih banyak karbohidrat yang dicerna daripada yang dapat digunakan
untuk energi sehingga substrat untuk sintesis lemak akan tersedia.
Hampir semua sintesis lemak terjadi di sel hati, dan asam lemak
kemudian ditranspor dari hati melalui lipoprotein darah ke sel adiposa
untuk disimpan. (Guyton,2016).

Berbagai faktor yang mengarah pada peningkatan sintesis asam


lemak di hati meliputi hal-hal berikut.

1. Insulin meningkatkan pengangkutan glukosa ke dalam sel-sel hati.


Setelah konsentrasi glikogen dalam hati mencapai 5 sampai 6
persen, glikogen ini sendiri akan menghambat sintesis glikogen
lebih lanjut. Kemudian, seluruh glukosa tambahan yang memasuki
sel-sel hati menjadi tersedia untuk dipakai membentuk lemak.
Glukosa mula-mula dipecah menjadi piruvat dalam jalur glikolisis,
dan piruvat ini selanjutnya diubah menjadi asetil koenzim A (asetil-
KoA), yang merupakan substrat asal untuk sintesis asam lemak.

26 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
2. Kelebihan ion sitrat dan ion isositrat akan terbentuk oleh siklus asam
sitrat saat kelebihan glukosa dipakai sebagai sumber energi. Ion-ion
ini selanjutnya mempunyai efek langsung dalam mengaktifkan
asetil-KoA karboksilase, yaitu enzim yang dibutuhkan untuk
melakukan proses karboksilasi asetil-KoA menjadi malonil-KoA,
yang merupakan tahap pertama sintesis asam lemak.
3. Sebagian besar asam lemak ini kemudian disintesis di dalam hati
dan digunakan untuk membentuk trigliserida, yaitu bentuk
penyimpanan lemak yang umum dijumpai. Trigliserida ini akan
dilepaskan dari sel-sel hati ke dalam darah dalam bentuk lipoprotein.
Insulin akan mengaktifkan lipoprotein lipase di dinding kapiler
darah jaringan lemak,yang akan memecah trigliserida sekali lagi
menjadi asam lemak, yang menjadi suatu keharusan agar asam
lemak dapat diabsorbsi ke dalam sel-sel lemak, tempat asam lemak
ini diubah menjadi trigliserida dan disimpan. (Guyton,2016).

Peran Insulin dalam Penyimpanan Lemak di Sel-Sel Adiposa.

Insulin mempunyai dua efek penting lain yang dibutuhkan untuk


menyimpan lemak di sel-sel adiposa.

1. Insulin menghambat kerja lipase peka hormon (hormonesensitive


lipase). Enzim inilah yang menyebabkan hidrolisis trigliserida yang
sudah disimpan dalam sel-sel lemak. Oleh karena itu, pelepasan
asam lemak dari jaringan adiposa ke dalam sirkulasi darah akan
terhambat.
2. Insulin meningkatkan pengangkutan glukosa melalui membran sel
ke dalam sel-sel lemak dengan cara yang sama seperti insulin
meningkatkan pengangkutan glukosa ke dalam sel-sel otot. Sebagian
glukosa ini lalu dipakai untuk menyintesis sedikit asam lemak,
namun yang lebih penting adalah, glukosa ini dipakai untuk
membentuk sejumlah besar a-gliserol fosfat. Zat ini menyediakan

27 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
gliserol yang akan berikatan dengan asam lemak untuk membentuk
trigliserida yang merupakan bentuk lemak yang disimpan dalam sel-
sel adiposa. (Guyton,2016).
Oleh karena itu, bila tidak ada insulin, bahkan penyimpanan
sejumlah besar asam lemak yang diangkut dari hati dalam bentuk
lipoprotein hampir terhambat. (Guyton,2016).

Defisiensi Insulin Meningkatkan Penggunaan Lemak Sebagai


Sumber Energi

Bila tidak ada insulin, semua aspek pemecahan dan penggunaan


lemak sebagai sumber energi akan sangat meningkat. Keadaan ini secara
normal bahkan terjadi di antara waktu makan saat sekresi insulin
minimum, namun menjadi sangat berlebihan pada keadaan diabetes
melitus saat sekresi insulin hampir nol. (Guyton,2016).

Efek yang terjadi adalah sebagai berikut.

Defisiensi Insulin Menyebabkan Lipolisis Simpanan Lemak dan


Pelepasam Asam Lemak Bebas

Bila tidak ada insulin, semua efek insulin yang menyebabkan


penyimpanan lemak akan berbalik. Efek yang terpenting yaitu
peningkatan aktivitas enzim lipase peka hormon yang terdapat di sel-sel
lemak. Keadaan ini akan menyebabkan hidrolisis trigliserida yang
tersimpan, yang akan melepaskan sejumlah besar asam lemak dan
gliserol ke dalam sirkulasi darah. Akibatnya, konsentrasi asam lemak
bebas plasma akan meningkat dalam beberapa menit. Asam lemak bebas
ini selanjutnya menjadi substrat energi utama yang digunakan oleh
seluruh jaringan tubuh selain otak. (Guyton,2016).

Defisiensi Insulin Meningkatkan Konsentrasi Kolesterol Plasma dan


Fosfolipid

28 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
Kelebihan asam lemak di plasma akibat defisiensi insulin juga
memacu pengubahan sejumlah asam lemak menjadi fosfolipid dan
kolesterol di hati, yang merupakan dua zat utama yang dihasilkan dari
metabolisme lemak. Kedua zat ini, bersama-sama dengan kelebihan
trigliserida yang dibentuk pada waktu yang sama di hati, kemudian
dilepaskan ke dalam darah dalam bentuk lipoprotein. Kadang-kadang,
lipoprotein plasma meningkat sebanyak tiga kali lipat bila tidak ada
insulin, yang memberikan konsentrasi total lipid plasma yang lebih
tinggi beberapa persen daripada konsentrasi normalnya yang sebesar 0,6
persen. Konsentrasi lipid yang tinggi ini khususnya konsentrasi
kolesterol yang tinggi akan memacu perkembangan aterosklerosis pada
pasien diabetes yang serius. (Guyton,2016).

Kekurangan insulin juga menyebabkan terbentuknya asam


asetoasetat secara berlebihan di sel-sel hati karena efek berikut ini. Bila
tidak ada insulin namun terdapat kelebihan asam lemak di sel-sel hati,
mekanisme pengangkutan karnitin yang dipakai untuk mengangkut
asam lemak ke dalam mitokondria, akan menjadi sangat aktif. Di dalam
mitokondria, proses oksidasi beta asam lemak selanjutnya berjalan
cepat, sehingga asetil-KoA dilepaskan dalam jumlah yang sangat besar.
Sebagian besar dari kelebihan asetil-KoA ini kemudian dipadatkan
untuk membentuk asam asetoasetat, yang selanjutnya dilepaskan ke
dalam sirkulasi darah. Sebagian besar asam asetoasetat ini akan
melewati sel-sel perifer, tempat asam asetoasetat diubah lagi menjadi
asetil-KoA dan digunakan sebagai sumber energi seperti biasanya.
(Guyton,2016)

Pada waktu yang sama, tidak adanya insulin juga menekan


pemakaian asam asetoasetat di jaringan perifer. Jadi, begitu banyaknya
asam asetoasetat yang dilepaskan dari hati sehingga tidak semuanya
dapat dimetabolisme oleh jaringan. Selama beberapa hari sesudah

29 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
hilangnya sekresi insulin, konsentrasi asam asetoasetat meningkat,
kadangkala konsentrasinya dapat mencapai 10 mEq/L atau lebih, yang
merupakan suatu keadaan asidosis cairan tubuh yang berat. Sebagian
asam asetoasetat ini juga diubah menjadi asam β-hidroksibutirat dan
aseton. Kedua zat ini, bersama dengan asam asetoasetat disebut sebagai
benda keton, dan bila terdapat dalam jumlah besar dalam cairan tubuh,
akan disebut ketosis. (Guyton,2016).

Efek Insulin terhadap Metabolisme Protein dan Pertumbuhan

Selama beberapa jam sesudah makan, ketika di dalam darah


sirkulasi terdapat kelebihan zat nutrisi, protein, karbohidrat, dan lemak
disimpan di dalam jaringan agar hal ini dapat terjadi diperlukan insulin.
Seperti halnya mekanisme penyimpanan glukosa dan lemak, cara yang
dipakai oleh insulin agar dapat terjadi penyimpanan protein ini belum
dipahami dengan baik. (Guyton,2016).

Ada beberapa fakta yang telah diketahui, yaitu sebagai berikut.

1. Insulin merangsang pengangkutan sejumlah besar asam amino ke


dalam sel. Di antara asam amino yang banyak diangkut adalah valin,
leusin, isoleusin, tirosin, dan fenilalanin. Sehingga insulin bersama-
sama dengan hormon pertumbuhan mempunyai kemampuan untuk
meningkatkan ambilan asam amino ke dalam sel. Akan tetapi, asam
amino yang dipengaruhi pada dasarnya tidak harus asam-asam
amino yang sama.
2. Insulin meningkatkan translasi RNA caraka, sehingga terbentuk
protein baru. Dengan cara yang belum dapat dijelaskan, insulin
dapat "menyalakan" mesin ribosom. Bila tidak ada insulin, ribosom
akan berhenti bekerja, hampir seperti insulin melakukan mekanisme
kerja "mati-hidup"("on-off' mechanism).

30 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
3. Sesudah melewati periode waktu yang lebih lama, insulin juga
meningkatkan kecepatan transkripsi rangkaian genetik DNA yang
terpilih di dalam inti sel, sehingga menyebabkan peningkatan jumlah
RNA dan beberapa sintesis protein lagi terutama mengaktifkan
sejumlah besar enzim untuk penyimpanan karbohidrat, lemak, dan
protein.
4. Insulin menghambat proses katabolisme protein sehingga akan
mengurangi kecepatan pelepasan asam amino dari sel,khususnya
dari sel-sel otot. Hal ini diduga akibat dari kemampuan insulin untuk
mengurangi pemecahan protein yang normal oleh lisosom sel.
5. Di dalam hati, insulin menekan kecepatan glukoneogenesis. Hal ini
terjadi dengan cara mengurangi aktivitas enzim yang memacu
glukoneogenesis. Oleh karena zat yang terbanyak dipergunakan
untuk sintesis glukosa melalui proses glukoneogenesis adalah asam
amino plasma, proses penekanan glukoneogenesis ini akan
menghemat pemakaian asam amino dari cadangan protein dalam
tubuh. (Guyton,2016).

Sehingga dapat ditarik kesimpulan insulin dapat meningkatkan


pembentukan protein dan mencegah pemecahan protein. (Guyton,2016).

Kekurangan Insulin Menyebabkan Berkurangnya Protein dan


Peningkatan Asam Amino Plasma

Bila tidak ada insulin, hampir seluruh proses penyimpanan protein


menjadi terhenti sama sekali. Proses katabolisme protein akan
meningkat, sintesis protein berhenti, dan sejumlah besar asam amino
dibuang ke dalam plasma. Konsentrasi asam amino dalam plasma sangat
meningkat, dan sebagian besar kelebihan asam amino akan langsung
digunakan sebagai sumber energi atau menjadi substrat dalam proses
glukoneogenesis. Pemecahan asam amino ini juga meningkatkan
ekskresi ureum dalam urine. Limbah protein yang dihasilkan merupakan

31 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
salah satu efek yang serius pada penyakit diabetes melitus yang parah.
Limbah tersebut dapat menimbulkan kelemahan yang hebat dan
terganggunya fungsi organ. (Guyton,2016),

4. Bagaimana proses dari mekanisme sekresi insulin ?

Mekanisme Sekresi Insulin

(Sumber : Guyton,2016)

Mekanisme sel dasar sekresi insulin dari sel-sel beta pankreas


sebagai respons terhadap kenaikan kadar gula darah, yaitu faktor
pengatur utama sekresi insulin. Sel-sel beta tersebut mempunyai
sejumlah besar pengangkut glukosa (GLUT-2) yang memungkinkan
terjadinya ambilan glukosa dengan kecepatan yang sebanding dengan
nilai kisaran fisiologis konsentrasi glukosa dalam darah. Begitu berada
di dalam sel, glukosa akan terfosforilasi menjadi glukosa-6-fosfat oleh
glukokinase. Sehingga ini menjadi langkah pembatas kecepatan
metabolisme glukosa di sel beta dan dianggap sebagai mekanisme utama
untuk mendeteksi glukosa dan menyesuaikan jumlah insulin yang
disekresi ke tingkat glukosa darah. Glukosa-6-fosfatase selanjutnya
dioksidasi untuk membentuk adenosin trifosfat (ATP), yang

32 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
menghambat kanal kalium yang peka-ATP di sel. Penutupan kanal
kalium akan mendepolarisasikan membran sel sehingga akan membuka
kanal kalsium berpintu listrik (voltagegated calcium channels), yang
sensitif terhadap perubahan voltase membran. Keadaan ini akan
menimbulkan aliran masuk kalsium yang merangsang penggabungan
vesikel yang berisi insulin dengan membran sel dan menyekresi insulin
ke dalam cairan ekstraselular melalui eksositosis. (Guyton,2016).
Zat-zat nutrisi lain, seperti asam amino tertentu, dapat juga
dimetabolisme oleh sel-sel beta untuk meningkatkan kadar ATP intrasel
dan merangsang sekresi insulin, Beberapa hormon, seperti glukagon,
glucose-dependent insulinotropic peptide (gastric inhibitory peptide),
dan asetilkolin akan meningkatkan kadar kalsium intrasel melalui jaras
sinyal lainnya dan memperkuat efek glukosa, meskipun hormon-hormon
ini tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap sekresi insulin tanpa
adanya glukosa. Hormon-hormon lain, meliputi somatostatin dan
norepinefrin (dengan mengaktivasi reseptor a-adrenergik), menghambat
eksositosis insulin. Obat-obatan sulfonilurea merangsang sekresi insulin
dengan cara terikat pada kanal kalium yang peka-ATP dan menghambat
aktivitas kanal tersebut. Hal ini menimbulkan efek depolarisasi yang
memicu sekresi insulin, sehingga obat ini berguna untuk merangsang
sekresi insulin pada pasien dengan diabetes tipe 1. (Guyton,2016).

Pada waktu dahulu, ada anggapan bahwa sekresi insulin hampir


seluruhnya diatur oleh besarnya konsentrasi glukosa darah. Akan tetapi,
dari penelitian lebih lanjut mengenai fungsi metabolik insulin terhadap
metabolisme protein dan metabolisme lemak, kadar asam amino dalam
darah dan faktor-faktor lain juga berperan penting dalam pengaturan
sekresi insulin. (Guyton,2016)

Pada kadar normal glukosa darah waktu puasa sebesar 80 sampai


90 mg/100 ml, kecepatan sekresi insulin akan minimum yakni 25

33 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
ng/menit/kg berat badan, suatu kadar glukosa darah yang hanya
mempunyai aktivitas fisiologis yang kecil. Bila konsentrasi glukosa
dalam darah tiba-tiba meningkat dua sampai tiga kali dari kadar normal
dan kemudian kadar glukosa ini dipertahankan pada nilai ini, sekresi
insulin akan meningkat dengan nyata dan berlangsung dalam dua tahap,
seperti yang ditunjukkan oleh perubahan dalam konsentrasi insulin
plasma.

1. Dalam waktu 3 sampai 5 menit sesudah terjadi peningkatan segera


kadar glukosa darah, kadar insulin plasma meningkat hampir,
mencapai 10 kali lipat; keadaan ini disebabkan oleh pengeluaran
insulin yang sudah terbentuk lebih dahulu oleh sel-sel beta pulau
Langerhans. Akan tetapi, kecepatan sekresi awal yang tinggi ini
tidak dapat dipertahankan; sebaliknya,dalam waktu 5 sampai 10
menit kemudian kecepatan sekresi insulin akan berkurang sampai
kira-kira setengah dari kadar normalnya.
2. Kira-kira 15 menit kemudian, sekresi insulin meningkat untuk kedua
kalinya, sehingga dalam waktu 2 sampai 3 jam akan mencapai
gambaran seperti dataran yang baru, biasanya pada saat ini
kecepatan sekresi bahkan lebih besar daripada kecepatan pada tahap
awal. Sekresi ini disebabkan oleh adanya tambahan pelepasan
insulin yang sudah lebih dulu terbentuk dan oleh adanya aktivasi
beberapa sistem enzim yang menyintesis dan melepaskan insulin
baru dan sel beta. (Guyton,2016).

Faktor-Faktor Lain yang Merangsang Sekresi Insulin

Selain perangsangan sekresi insulin oleh kelebihan glukosa darah,


beberapa asam amino mempunyai pengaruh yang serupa. Efek yang
kuat terutama dihasilkan oleh arginin dan lisin. Efek ini berbeda dari
rangsangan sekresi insulin oleh glukosa dengan cara berikut ini.
Pemberian asam amino yang dilakukan saat tidak ada peningkatan kadar

34 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
glukosa darah, hanya menyebabkan peningkatan sekresi insulin sedikit
saja. Akan tetapi, bila pemberian itu dilakukan pada saat terjadi
peningkatan glukosa darah, sekresi insulin yang diinduksi oleh glukosa
dapat meningkat dua kali lipat dengan adanya kelebihan asam amino.
Jadi, asam amino tersebut sangat memperkuat rangsangan glukosa
terhadap sekresi insulin. Perangsangan sekresi insulin oleh asam amino
sangat penting sebab insulin selanjutnya meningkatkan pengangkutan
asam amino ke dalam sel-sel jaringan dan meningkatkan pembentukan
protein intrasel. Jadi, penggunaan insulin untuk pemakaian kelebihan
asam amino sama pentingnya dengan penggunaan insulin bagi
penggunaan karbohidrat. (Guyton,2016).

Campuran beberapa macam hormon pencernaan yang penting


gastrin, sekretin, kolesistokinin, dan glucosedependent insulinotrophic
peptide (yang tampaknya merupakan hormon terkuat) akan
meningkatkan sekresi insulin dalam jumlah yang cukup banyak.
Hormon-hormon ini dilepaskan oleh saluran cerna sesudah seseorang
makan. Selanjutnya hormon ini menyebabkan peningkatan "antisipasi"
insulin dalam darah yang merupakan suatu persiapan agar glukosa dan
asam amino dapat diabsorbsi dari makanan tersebut. Hormon-hormon
gastrointestinal biasanya bekerja dengan cara yang sama seperti asam
amino dalam meningkatkan sensitivitas respons insulin untuk
meningkatkan glukosa darah, yang hampir menggandakan kecepatan
sekresi insulin saat kadar glukosa darah meningkat. (Guyton,2016)

Hormon-hormon lain yang secara langsung dapat meningkatkan


sekresi insulin atau yang dapat memperkuat rangsang glukosa terhadap
sekresi insulin meliputi glukagon, hormon pertumbuhan, kortisol, dan
yang lebih lemah, progesteron dan estrogen. Manfaat efek perangsangan
hormon-hormon ini adalah bahwa pemanjangan sekresi dari salah satu
jenis hormon ini dalam jumlah besar kadang-kadang dapat

35 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
mengakibatkan sel-sel beta pulau Langerhans menjadi kelelahan dan
karenanya akan meningkatkan risiko untuk terkena diabetes. Memang,
diabetes sering terjadi pada orang yang menggunakan dosis tinggi
beberapa hormon ini. Diabetes secara khusus umum terjadi pada orang
raksasa atau akromegali dengan tumor yang menyekresi hormon
pertumbuhan atau pada orang yang kelenjar adrenalnya menyekresikan
kelebihan glukokortikoid. Pada beberapa keadaan, perangsangan saraf
parasimpatis terhadap pankreas dapat meningkatkan sekresi insulin,
sementara rangsang saraf simpatis mungkin dapat menurunkan sekresi
insulin. Namun diragukan bahwa efek ini memainkan peran utama
dalam regulasi fisiologis sekresi insulin. (Guyton,2016).

5. Jelaskan mengenai glukagon dan fungsinya ! (Guyton,2016).


Glukagon memengaruhi banyak proses metabolik yang juga
dipengaruhi oleh insulin, tetapi pada sebagian besar kasus efek glukagon
adalah berlawanan dengan efek insulin. Tempat utama kerja glukagon
adalah hati, tempat hormon ini menimbulkan berbagai efek pada
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Glukagon bekerja dengan
meningkatkan cAMP. (Guyton,2016).

EFEK GLUKAGON PADA KARBOHIDRAT

Efek keseluruhan glukagon pada metabolisme karbohidrat


menyebabkan peningkatan produksi dan pelepasan glukosa oleh hati
sehingga kadar glukosa darah meningkat. Glukagon melaksanakan efek
hipoglikemiknya dengan menurunkan glikogenesis, mendorong
glikogenolisis, dan merangsang glukoneogenesis. (Guyton,2016).

EFEK GLUKAGON PADA LEMAK

Glukagon juga melawan efek insulin pada metabolisme lemak


dengan mendorong lipolisis serta menghambat sintesis trigliserida.

36 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
Glukagon meningkatkan produksi keton hati (ketogenesis) dengan
mendorong perubahan asam lemak menjadi badan keton. Karena itu,
kadar asam lemak dan keton darah meningkat di bawah pengaruh
glukagon. (Guyton,2016).

EFEK GLUKAGON PADA PROTEIN

Glukagon menghambat sintesis protein di hati serta mendorong


penguraian protein hepatik. Stimulasi glukoneogenesis memperkuat
lebih jauh efek katabolik glukagon pada metabolisme protein di hati.
Glukagon mendorong katabolisme protein di hati, tetapi tidak berefek
nyata pada kadar asam amino darah karena hormon ini tidak
memengaruhi protein otot, yaitu simpanan protein utama di tubuh.
(Guyton,2016).

Pengaturan Sekresi Glukagon

Konsentrasi glukosa darah merupakan faktor pengatur sekresi


glukagon terkuat. Akan tetapi, hendaknya diperhatikan secara khusus,
bahwa pengaruh konsentrasi glukosa darah terhadap sekresi glukagon
jelas bertentangan dengan efek glukosa terhadap sekresi insulin.
Penurunan konsentrasi glukosa darah dari nilai normalnya saat puasa
yang besarnya kira-kira 90 mg/100 ml darah hingga mencapai kadar
hipoglikemik, dapat meningkatkan konsentrasi glukagon plasma
beberapa kali lipat. Sebaliknya, meningkatnya kadar glukosa darah
hingga mencapai kadar hiperglikemik akan mengurangi kadar glukagon
dalam plasma. Jadi, pada keadaan hipoglikemi, glukagon yang disekresi
dalam jumlah sangat besar; selanjutnya sangat meningkatkan
pengeluaran glukosa dari hati dan akibatnya membantu memperbaiki
keadaan hipoglikemia. (Guyton,2016).

Peningkatan kadar asam amino darah akan merangsang sekresi


glukagon. Tingginya kadar asam amino, seperti yang terdapat di dalam

37 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
darah sesudah makan protein (khususnya asam amino alanin dan
arginin), akan merangsang terjadinya sekresi glukagon. Keadaan ini
mirip dengan efek asam amino dalam merangsang timbulnya sekresi
insulin. Jadi, pada kasus ini, respons glukagon dan respons insulin
tidaklah bertentangan satu sama lain. Manfaat perangsangan asam
amino terhadap sekresi glukagon adalah bahwa glukagon kemudian
memacu konversi cepat asam amino menjadi glukosa sehingga lebih
banyak lagi glukosa yang tersedia untuk jaringan. (Guyton,2016)

Aktivitas fisik akan merangsang sekresi glukagon. Pada aktivitas


fisik yang melelahkan, konsentrasi glukagon dalam darah sering kali
meningkat sebanyak empat sampai lima kali lipat. Apa yang
menyebabkan keadaan ini masih belum dipahami sebab konsentrasi
glukosa darah tidak begitu menurun. Efek yang menguntungkan dari
glukagon adalah mencegah penurunan kadar glukosa darah. Salah satu
faktor yang mungkin dapat meningkatkan sekresi glukagon saat
beraktivitas fisik adalah meningkatnya kadar asam amino di sirkulasi
darah. Faktor-faktor lain, seperti rangsang saraf otonom pada pulau
Langerhans dapat juga berperan. (Guyton,2016).

Terdapat hubungan umpan-balik negatif langsung antara


konsentrasi glukosa darah dan laju sekresi sel beta dan sel alfa tetapi
dalam arah berlawanan. Peningkatan kadar glukosa darah merangsang
sekresi insulin, tetapi menghambat sekresi glukagon, sementara
penurunan kadar glukosa darah menyebabkan penurunan sekresi insulin
dan peningkatan sekresi glukagon. Karena insulin menurunkan glukosa
darah dan glukagon meningkatkan glukosa darah, perubahan seresi
kedua hormon pankreas ini sebagai respons terhadap perubahan glukosa
darah bekerja sama secara homeostatis untuk memulihkan kadar glukosa
darah ke normal. (Guyton, 2016).

38 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
Demikian juga, penurunan konsentrasi asam lemak darah secara
langsung menghambat pengeluaran insulin dan merangsang pengeluaran
glukagon oleh pankreas, keduanya adalah mekanisme kontrol umpan-
balik negatif untuk memulihkan kadar asam lemak darah ke normal.
Efek berlawanan yang ditimbulkan oleh konsentrasi glukosa dan asam
lemak dalam darah pada sel alfa dan beta pankreas adalah efek yang
sesuai untuk mengatur kadar molekul-molekul nutrien ini dalam darah
karena efek insulin dan glukagon pada metabolisme karbohidrat dan
lemak saling berlawanan. Efek konsentrasi asam amino darah pada
sekresi kedua hormon ini adalah cerita yang berbeda. Peningkatan
konsentrasi asam amino darah merangsang sekresi baik insulin maupun
glukagon. Jika, selama penyerapan makanan yang kaya protein,
peningkatan asam amino darah hanya merangsang sekresi insulin maka
dapat terjadi hipoglikemia. Karena hanya sedikit tersedia karbohidrat
untuk diserap setelah konsumsi diet tinggi-protein, peningkatan sekresi
insulin yang dipicu oleh asam amino akan mendorong sebagian besar
glukosa masuk ke dalam sel sehingga terjadi penurunan mendadak kadar
glukosa darah. Namun, peningkatan simultan sekresi glukagon yang
dipicu oleh peningkatan kadar asam amino darah meningkatkan
produksi glukosa oleh hati. Karena efek hiperglikemik glukagon
melawan efek hipoglikemik insulin, hasil akhir adalah terpeliharanya
kadar normal glukosa darah (dan pencegahan kelaparan hipoglikemik
otak) selama absorpsi makanan yang kaya protein, tetapi rendah
karbohidrat. (Guyton, 2016).

6. Jelaskan perbedaan diabetes melitus tipe 1 dan 2 !

Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik


dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kinerja insulin atau kedua-duanya (ADA, 2010). Menurut
WHO, Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau

39 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai
dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan
metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari
insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh
gangguan produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar
pankreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh
terhadap insulin (Depkes, 2008).

Berdasarkan Perkeni tahun 2011 Diabetes Mellitus adalah


penyakit gangguan metabolisme yang bersifat kronis dengan
karakteristik hiperglikemia. Berbagai komplikasi dapat timbul akibat
kadar gula darah yang tidak terkontrol, misalnya neuropati, hipertensi,
jantung koroner, retinopati, nefropati, dan gangren. Diabetes Mellitus
telah menjadi penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Setiap
tahun ada 3,2 juta kematian yang disebabkan langsung oleh diabetes.
Terdapat 1 orang per 10 detik atau 6 orang per menit yang meninggal
akibat penyakit yang berkaitan dengan diabetes. Penderita DM di
Indonesia sebanyak 4,5 juta pada tahun 1995, terbanyak ketujuh di
dunia. Sekarang angka ini meningkat menjadi 8,4 juta dan diperkirakan
akan menjadi 12,4 juta pada tahun 2025 atau urutan kelima di dunia
(Tandra, 2008).

Klasifikasi etiologi Diabetes mellitus menurut American Diabetes


Association, 2010 adalah sebagai berikut:
a. Diabetes tipe 1 (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi
insulin absolut):
1) Autoimun.
2) Idiopatik.

Pada Diabetes tipe 1 (Diabetes Insulin Dependent), lebih sering


ternyata pada usia remaja. Lebih dari 90% dari sel pankreas yang
memproduksi insulin mengalami kerusakan secara permanen. Oleh

40 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
karena itu, insulin yang diproduksi sedikit atau tidak langsung dapat
diproduksikan. Hanya sekitar 10% dari semua penderita diabetes
melitus menderita tipe 1. Diabetes tipe 1 kebanyakan pada usia
dibawah 30 tahun. Para ilmuwan percaya bahwa faktor lingkungan
seperti infeksi virus atau faktor gizi dapat menyebabkan
penghancuran sel penghasil insulin di pankreas (Merck, 2008).

b. Diabetes tipe 2 (bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi


insulin disertai defesiensi insulin relatif sampai yang terutama defek
sekresi insulin disertai resistensi insulin).
Diabetes tipe 2 ( Diabetes Non Insulin Dependent) ini tidak ada
kerusakan pada pankreasnya dan dapat terus menghasilkan insulin,
bahkan kadang-kadang insulin pada tingkat tinggi dari normal. Akan
tetapi, tubuh manusia resisten terhadap efek insulin, sehingga tidak ada
insulin yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Diabetes tipe
ini sering terjadi pada dewasa yang berumur lebih dari 30 tahun dan
menjadi lebih umum dengan peningkatan usia. Obesitas menjadi faktor
resiko utama pada diabetes tipe 2. Sebanyak 80% sampai 90% dari
penderita diabetes tipe 2 mengalami obesitas. Obesitas dapat
menyebabkan sensitivitas insulin menurun, maka dari itu orang
obesitas memerlukan insulin yang berjumlah sangat besar untuk
mengawali kadar gula darah normal (Merck, 2008).

c. Diabetes tipe lain.

1) Defek genetik fungsi sel beta :


2) DNA mitokondria.
3) Defek genetik kerja insulin.
4) Penyakit eksokrin pankreas :
a) Pankreatitis.
b) Tumor/ pankreatektomi.
c) Pankreatopati fibrokalkulus.

41 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
5) Endokrinopati.
a) Akromegali.
b) Sindroma Cushing.
c) Feokromositoma.
d) Hipertiroidisme.
6) Karena obat/ zat kimia.
7) Pentamidin, asam nikotinat.
8) Glukokortikoid, hormon tiroid.
d. Diabetes mellitus Gestasional

Cara diagnosis diabetes melitus dapat dilihat dari


peningkatkan kadar glukosa darahnya. Terdapat beberapa kriteria
diagnosis Diabetes Melitus berdasarkan nilai kadar gula darah,
berikut ini adalah kriteria diagnosis berdasarkan American
Diabetes Association tahun 2010. Kriteria Diagnostik Diabetes
melitus menurut American Diabetes Association 2010 :
1. Gejala klasik DM dengan glukosa darah sewaktu ≥ 200 mg/ dl (11.1
mmol/L).
Glukosa darah sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat
pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir. Gejala
klasik adalah: poliuria, polidipsia dan berat badan turun tanpa sebab.
2. Kadar glukosa darah puasa ≥ 126 mg/ dl (7.0 mmol/L).
Puasa adalah pasien tak mendapat kalori sedikitnya 8 jam.
3. Kadar glukosa darah 2 jam PP ≥ 200 mg/ dl (11,1 mmol/L).
Tes Toleransi Glukosa Oral dilakukan dengan standar WHO,
menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gr glukosa
anhidrus yang dilarutkan ke dalam air. Apabila hasil pemeriksaan
tidak memenuhi kriteria normal atau DM, maka dapat digolongkan
ke dalam kelompok Toleransi Glukosa Terganggu (TTGO) atau

42 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT) tergantung dari hasil yang
dipeoleh :
TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah beban antara 140-199
mg/dl (7,8-11,0 mmol/L) GDPT : glukosa darah puasa antara 100 –
125 mg/dl (5,6-6,9 mmol/L)

Berikut ini adalah langkah-langkah diagnosis DM :

Gambar Alur Diagnostik DM dan Toleransi Glukosa Terganggu


Sumber: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

Keterangan :

43 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
Pada DM tipe 2 jumlah insulin berkurang atau dapat
normal, namun reseptor di permukaan sel berkurang. Reseptor
insulin ini dapat diibaratkan lubang kunci masuk pintu ke dalam
sel. Meskipun anak kuncinya (insulin) cukup banyak, namun
karena jumlah lubangnya (reseptornya) berkurang maka jumlah
glukosa yang masuk ke dalam sel akan berkurang juga (resistensi
insulin). Sementara produksi glukosa oleh hati terus meningkat,
kondisi ini menyebabkan kadar glukosa meningkat (Schteingart,
2006). Penderita diabetes mellitus sebaiknya melaksanakan 4 pilar
pengelolaan diabetes mellitus yaitu edukasi, terapi gizi medis,
latihan jasmani, dan intervensi farmakologis (ADA, 2010).
Latihan jasmani secara teratur dapat menurunkan kadar gula
darah. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat
menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin,
sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. (Vitahealth,
2006).

44 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

45 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s

Anda mungkin juga menyukai