PENDAHULUAN
“pesan” tersebut menjadi suatu tindakan. Misalnya seperti sel beta yang
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui berbagai macam hormon endokrin dan
metabolismenya
1.3. Manfat
PEMBAHASAN
2.2 Skenario
LBM 1
BADANKU SEMAKIN KURUS
I. Klarifikasi Istilah
III. Brainstorming
Bagan
PANKREAS
DM TIPE 1 DM TIPE 2
SEKRESI KERJA
HORMON
Penjelasan Bagan
V. Learning Issue
VI. Referensi
10 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
pankreas, fungsi hormon-hormon tersebut tidak sejelas fungsi insulin
dan glukagon. (Guyton, 2016).
11 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
Tingginya kadar glukosa darah dapat menyebabkan dehidrasi
berat pada sel di seluruh tubuh. Hal ini terjadi sebagian karena glukosa
tidak dapat dengan mudah berdifusi melewati pori-pori membran sel,
dan naiknya tekanan osmotik dalam cairan ekstraselular menyebabkan
timbulnya perpindahan air secara osmosis keluar dari sel. Selain efek
dehidrasi sel langsung akibat glukosa yang berlebihan, keluarnya
glukosa ke dalam urine akan menimbulkan keadaan diuresis osmotik.
Diuresis osmotik adalah efek osmotik glukosa dalam tubulus ginjal yang
sangat mengurangi reabsorpsi cairan tubulus. Efek keseluruhannya
adalah kehilangan cairan yang sangat besar dalam urine, sehingga
menyebabkan dehidrasi cairan ekstraselular, yang selanjutnya
menimbulkan dehidrasi kompensatorik cairan intraselular. Sehingga
gambaran klasik dari penyakit diabetes adalah adanya poliuria
(kelebihan ekskresi urine), dehidrasi ekstrasel dan intrasel, serta
bertambahnya rasa haus. (Guyton, 2016).
12 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
darah meningkat . Peningkatan asam amino darah ini dapat digunakan
untuk glukoneogenesis sehingga hiperglikemia menjadi bertambah
parah. (Sherwood,2013).
13 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
Tiga golongan umum hormon sebagai berikut :
14 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
Sebagian besar hormon di tubuh berupa polipeptida dan protein.
Hormon-hormon tersebut memiliki ukuran yang bervariasi dari peptida
kecil dengan 3 asam amino (thyrotropin-releasing hormone) sampai
protein dengan asam amino yang berjumlah hampir 200 (growth
hormone dan prolaktin). Umumnya, polipeptida dengan 100 atau lebih
asam amino disebut protein, dan polipeptida dengan asam amino yang
berjumlah kurang dari 100 disebut sebagai peptida. Hormon protein
dan peptida disintesis di bagian kasar retikulum endoplasma yang
terdapat di berbagai sel endokrin,dengan cara yang sama seperti
kebanyakan protein lainnya. Hormon tersebut biasanya disintesis
pertama kali sebagai protein besar yang tidak memiliki aktivitas
biologis (praprohormon) dan dipecah untuk membentuk prohormon
yang lebih kecil di retikulum endoplasma. Prohormon tersebut
kemudian ditransfer ke aparatus Golgi untuk dikemas dalam vesikel
sekretoris. Saat proses pengemasan tersebut berlangsung, enzim enzim
di dalam vesikel akan memecah prohormon untuk menghasilkan
hormon yang berukuran lebih kecil dan memiliki aktivitas biologis
serta fragmen-fragmen inaktif. Vesikel tersebut disimpan dalam
sitoplasma, dan banyak vesikel tersebut yang terikat pada membran sel
sampai sekresi hormon tersebut dibutuhkan. Sekresi hormon (dan
fragmen-fragmen inaktif) terjadi ketika vesikel sekretoris menyatu
dengan membran sel dan kandungan granularnya dikeluarkan ke dalam
cairan interstisial atau secara langsung ke dalam aliran darah dengan
cara eksositosis. (Guyton, 2016).
Pada banyak keadaan, rangsang eksositosis adalah peningkatan
konsentrasi kalsium sitosol akibat depolarisasi membran plasma. Pada
keadaan yang lain, rangsang reseptor permukaan sel endokrin
menimbulkan peningkatan adenosin monofosfat siklik (cAMP) diikuti
aktivasi protein kinase yang memulai terjadinya sekresi hormon.
Hormon peptida bersifat larut air, yang memungkinkan hormon-
15 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
hormon tersebut memasuki sistem sirkulasi dengan mudah, tempat
hormon tersebut dibawa ke jaringan targetnya. (Guyton, 2016).
16 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
akan bergabung dengan protein plasma, terutama globulin pengikat
tiroksin, yang melepas hormon tersebut perlahan-lahan ke jaringan
target. (Guyton, 2016).
17 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
sekretoris sehingga pankreas disebut sebagai kelenjar ganda. (Garner,
2012).
18 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
Sumber : Guyton,2011
19 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
darah meningkat, yang terjadi sesudah makan. Vasoactive intestinal
peptide (VIP) dihasilkan oleh jenis sel δ yang dikenal sebagai sel D1.
Hormon tersebut mengindukasi glikogenolisis dan hiperglikemia dan
juga mengatur motilitas usus dan tonus sel otot polos dinding usus.
Selain itu, VIP mengontrol sekresi ion dan air oleh sel epitel intestinal.
(Sherwood, 2012)
20 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
metabolisme lemak dan protein, hampir sama besar dengan pengaruh
insulin terhadap metabolisme karbohidrat. (Guyton, 2016).
Insulin Adalah Suatu Hormon yang Berhubungan dengan Energi
Berlebihan
Bila terdapat sejumlah besar makanan berenergi-tinggi di dalam
diet, terutama kelebihan jumlah karbohidrat, sekresi insulin meningkat.
Selanjutnya, insulin memainkan peran penting dalam penyimpanan
kelebihan energi. Bila terdapat kelebihan karbohidrat, insulin
menyebabkan karbohidrat tersimpan sebagai glikogen terutama di hati
dan otot. Semua kelebihan karbohidrat yang tidak dapat disimpan
sebagai glikogen serta diubah di bawah rangsangan insulin menjadi
lemak dan disimpan di jaringan adiposa. Dengan adanya kelebihan
protein, insulin mempunyai efek langsung dalam memacu ambilan asam
amino oleh sel dan pengubahan asam amino ini menjadi protein. Selain
itu, insulin menghambat pemecahan protein yang sudah terdapat di
dalam sel. (Guyton, 2016).
21 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
bermakna ke dalam sel-sel otot. Akan tetapi, ada dua kondisi saat otot
menggunakan sejumlah besar glukosa. Salah satu dari kondisi tersebut
adalah selama kerja fisik sedang atau berat. Penggunaan glukosa yang
besar ini tidak membutuhkan sejumlah besar insulin, karena serabut otot
yang aktif menjadi permeabel terhadap glukosa bahkan tanpa adanya
insulin akibat proses kontraksi itu sendiri. Keadaan kedua penggunaan
sejumlah besar glukosa oleh otot adalah selama beberapa jam setelah
makan. Pada saat ini konsentrasi glukosa darah tinggi dan pankreas
menyekresikan sejumlah besar insulin. Insulin tambahan menyebabkan
transpor glukosa yang cepat ke dalam sel otot. Hal ini menyebabkan sel
otot selama periode ini lebih cenderung menggunakan glukosa daripada
asam lemak. (Guyton,2016).
Bila setelah makan otot tidak aktif, dan glukosa yang belum
ditranspor ke dalam otot jumlahnya banyak, sebagian besar glukosa
sampai batas 2 hingga 3 persen akan disimpan dalam bentuk glikogen
otot daripada digunakan untuk energi. Glikogen ini kemudian dapat
digunakan oleh otot untuk menghasilkan energi. Glikogen terutama
digunakan selama masa penggunaan energi yang besar dan singkat oleh
otot dan bahkan untuk menyediakan sejumlah besar energi anaerob
selama beberapa menit pada suatu waktu melalui perombakan glikolisis
glikogen menjadi asam laktat, yang bahkan dapat terjadi tanpa adanya
oksigen. (Guyton, 2016).
22 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
Mekanisme yang dipakai oleh insulin untuk menyebabkan terjadinya
ambilan glukosa dan penyimpanan di hati meliputi beberapa langkah
yang hampir terjadi secara bersamaan.
23 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
1. Berkurangnya kadar glukosa darah menyebabkan pankreas
mengurangi sekresi insulinnya.
2. Kurangnya insulin selanjutnya akan mengembalikan semua efek
yang dijelaskan sebelumnya untuk penyimpanan glikogen, terutama
menghentikan sintesis glikogen lebih lanjut dalam hati dan
mencegah ambilan glukosa lebih jauh oleh hati dan darah.
3. Kurangnya insulin (bersamaan dengan meningkatnya glukagon,
yang akan dibicarakan nanti) mengaktifkan enzim fosforilase, yang
menyebabkan pemecahan glikogen menjadi glukosa fosfat.
4. Enzim glukosa fosfatase, yang telah dihambat oleh insulin, sekarang
menjadi aktif karena tidak ada insulin dan menyebabkan lepasnya
radikal fosfat dan glukosa, dan keadaan ini menyebabkan glukosa
bebas berdifusi kembali ke dalam darah. (Guyton,2016).
Bila jumlah glukosa yang masuk ke dalam sel hati lebih banyak
daripada jumlah yang dapat disimpan sebagai glikogen atau dapat
digunakan untuk metabolisme sel hepatosit setempat, insulin akan
memacu pengubahan semua kelebihan glukosa ini menjadi asam lemak.
Asam-asam lemak ini selanjutnya bergabung sebagai trigliserida di
dalam lipoprotein berdensitas sangat rendah (VLDL) dan ditranspor
dalam bentuk lipoprotein ini melalui darah ke jaringan adiposa dan
ditimbun sebagai lemak. (Guyton,2016).
24 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
Insulin juga menghambat glukoneogenesis. Insulin melakukannya
terutama dengan menurunkan jumlah dan aktivitas enzim-enzim hati
yang dibutuhkan untuk glukoneogenesis. Akan tetapi, sebagian efek
untuk menghambat glukoneogenesis disebabkan oleh kerja insulin yang
mengurangi pelepasan asam amino dari otot dan jaringan ekstra hepatik
lainnya dan kemudian keberadaan prekursor penting ini yang diperlukan
untuk glukoneogenesis. (Guyton,2016).
25 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
cara yang sama seperti yang dilakukan oleh insulin dalam memengaruhi
pengangkutan dan penggunaan glukosa di sel otot. Pengangkutan
glukosa ke dalam sel lemak terutama menyediakan substrat untuk gugus
gliserol molekul lemak. Oleh karena itu, secara tidak langsung, insulin
meningkatkan timbunan lemak dalam sel-sel tersebut. (Guyton,2016)
26 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
2. Kelebihan ion sitrat dan ion isositrat akan terbentuk oleh siklus asam
sitrat saat kelebihan glukosa dipakai sebagai sumber energi. Ion-ion
ini selanjutnya mempunyai efek langsung dalam mengaktifkan
asetil-KoA karboksilase, yaitu enzim yang dibutuhkan untuk
melakukan proses karboksilasi asetil-KoA menjadi malonil-KoA,
yang merupakan tahap pertama sintesis asam lemak.
3. Sebagian besar asam lemak ini kemudian disintesis di dalam hati
dan digunakan untuk membentuk trigliserida, yaitu bentuk
penyimpanan lemak yang umum dijumpai. Trigliserida ini akan
dilepaskan dari sel-sel hati ke dalam darah dalam bentuk lipoprotein.
Insulin akan mengaktifkan lipoprotein lipase di dinding kapiler
darah jaringan lemak,yang akan memecah trigliserida sekali lagi
menjadi asam lemak, yang menjadi suatu keharusan agar asam
lemak dapat diabsorbsi ke dalam sel-sel lemak, tempat asam lemak
ini diubah menjadi trigliserida dan disimpan. (Guyton,2016).
27 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
gliserol yang akan berikatan dengan asam lemak untuk membentuk
trigliserida yang merupakan bentuk lemak yang disimpan dalam sel-
sel adiposa. (Guyton,2016).
Oleh karena itu, bila tidak ada insulin, bahkan penyimpanan
sejumlah besar asam lemak yang diangkut dari hati dalam bentuk
lipoprotein hampir terhambat. (Guyton,2016).
28 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
Kelebihan asam lemak di plasma akibat defisiensi insulin juga
memacu pengubahan sejumlah asam lemak menjadi fosfolipid dan
kolesterol di hati, yang merupakan dua zat utama yang dihasilkan dari
metabolisme lemak. Kedua zat ini, bersama-sama dengan kelebihan
trigliserida yang dibentuk pada waktu yang sama di hati, kemudian
dilepaskan ke dalam darah dalam bentuk lipoprotein. Kadang-kadang,
lipoprotein plasma meningkat sebanyak tiga kali lipat bila tidak ada
insulin, yang memberikan konsentrasi total lipid plasma yang lebih
tinggi beberapa persen daripada konsentrasi normalnya yang sebesar 0,6
persen. Konsentrasi lipid yang tinggi ini khususnya konsentrasi
kolesterol yang tinggi akan memacu perkembangan aterosklerosis pada
pasien diabetes yang serius. (Guyton,2016).
29 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
hilangnya sekresi insulin, konsentrasi asam asetoasetat meningkat,
kadangkala konsentrasinya dapat mencapai 10 mEq/L atau lebih, yang
merupakan suatu keadaan asidosis cairan tubuh yang berat. Sebagian
asam asetoasetat ini juga diubah menjadi asam β-hidroksibutirat dan
aseton. Kedua zat ini, bersama dengan asam asetoasetat disebut sebagai
benda keton, dan bila terdapat dalam jumlah besar dalam cairan tubuh,
akan disebut ketosis. (Guyton,2016).
30 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
3. Sesudah melewati periode waktu yang lebih lama, insulin juga
meningkatkan kecepatan transkripsi rangkaian genetik DNA yang
terpilih di dalam inti sel, sehingga menyebabkan peningkatan jumlah
RNA dan beberapa sintesis protein lagi terutama mengaktifkan
sejumlah besar enzim untuk penyimpanan karbohidrat, lemak, dan
protein.
4. Insulin menghambat proses katabolisme protein sehingga akan
mengurangi kecepatan pelepasan asam amino dari sel,khususnya
dari sel-sel otot. Hal ini diduga akibat dari kemampuan insulin untuk
mengurangi pemecahan protein yang normal oleh lisosom sel.
5. Di dalam hati, insulin menekan kecepatan glukoneogenesis. Hal ini
terjadi dengan cara mengurangi aktivitas enzim yang memacu
glukoneogenesis. Oleh karena zat yang terbanyak dipergunakan
untuk sintesis glukosa melalui proses glukoneogenesis adalah asam
amino plasma, proses penekanan glukoneogenesis ini akan
menghemat pemakaian asam amino dari cadangan protein dalam
tubuh. (Guyton,2016).
31 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
salah satu efek yang serius pada penyakit diabetes melitus yang parah.
Limbah tersebut dapat menimbulkan kelemahan yang hebat dan
terganggunya fungsi organ. (Guyton,2016),
(Sumber : Guyton,2016)
32 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
menghambat kanal kalium yang peka-ATP di sel. Penutupan kanal
kalium akan mendepolarisasikan membran sel sehingga akan membuka
kanal kalsium berpintu listrik (voltagegated calcium channels), yang
sensitif terhadap perubahan voltase membran. Keadaan ini akan
menimbulkan aliran masuk kalsium yang merangsang penggabungan
vesikel yang berisi insulin dengan membran sel dan menyekresi insulin
ke dalam cairan ekstraselular melalui eksositosis. (Guyton,2016).
Zat-zat nutrisi lain, seperti asam amino tertentu, dapat juga
dimetabolisme oleh sel-sel beta untuk meningkatkan kadar ATP intrasel
dan merangsang sekresi insulin, Beberapa hormon, seperti glukagon,
glucose-dependent insulinotropic peptide (gastric inhibitory peptide),
dan asetilkolin akan meningkatkan kadar kalsium intrasel melalui jaras
sinyal lainnya dan memperkuat efek glukosa, meskipun hormon-hormon
ini tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap sekresi insulin tanpa
adanya glukosa. Hormon-hormon lain, meliputi somatostatin dan
norepinefrin (dengan mengaktivasi reseptor a-adrenergik), menghambat
eksositosis insulin. Obat-obatan sulfonilurea merangsang sekresi insulin
dengan cara terikat pada kanal kalium yang peka-ATP dan menghambat
aktivitas kanal tersebut. Hal ini menimbulkan efek depolarisasi yang
memicu sekresi insulin, sehingga obat ini berguna untuk merangsang
sekresi insulin pada pasien dengan diabetes tipe 1. (Guyton,2016).
33 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
ng/menit/kg berat badan, suatu kadar glukosa darah yang hanya
mempunyai aktivitas fisiologis yang kecil. Bila konsentrasi glukosa
dalam darah tiba-tiba meningkat dua sampai tiga kali dari kadar normal
dan kemudian kadar glukosa ini dipertahankan pada nilai ini, sekresi
insulin akan meningkat dengan nyata dan berlangsung dalam dua tahap,
seperti yang ditunjukkan oleh perubahan dalam konsentrasi insulin
plasma.
34 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
glukosa darah, hanya menyebabkan peningkatan sekresi insulin sedikit
saja. Akan tetapi, bila pemberian itu dilakukan pada saat terjadi
peningkatan glukosa darah, sekresi insulin yang diinduksi oleh glukosa
dapat meningkat dua kali lipat dengan adanya kelebihan asam amino.
Jadi, asam amino tersebut sangat memperkuat rangsangan glukosa
terhadap sekresi insulin. Perangsangan sekresi insulin oleh asam amino
sangat penting sebab insulin selanjutnya meningkatkan pengangkutan
asam amino ke dalam sel-sel jaringan dan meningkatkan pembentukan
protein intrasel. Jadi, penggunaan insulin untuk pemakaian kelebihan
asam amino sama pentingnya dengan penggunaan insulin bagi
penggunaan karbohidrat. (Guyton,2016).
35 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
mengakibatkan sel-sel beta pulau Langerhans menjadi kelelahan dan
karenanya akan meningkatkan risiko untuk terkena diabetes. Memang,
diabetes sering terjadi pada orang yang menggunakan dosis tinggi
beberapa hormon ini. Diabetes secara khusus umum terjadi pada orang
raksasa atau akromegali dengan tumor yang menyekresi hormon
pertumbuhan atau pada orang yang kelenjar adrenalnya menyekresikan
kelebihan glukokortikoid. Pada beberapa keadaan, perangsangan saraf
parasimpatis terhadap pankreas dapat meningkatkan sekresi insulin,
sementara rangsang saraf simpatis mungkin dapat menurunkan sekresi
insulin. Namun diragukan bahwa efek ini memainkan peran utama
dalam regulasi fisiologis sekresi insulin. (Guyton,2016).
36 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
Glukagon meningkatkan produksi keton hati (ketogenesis) dengan
mendorong perubahan asam lemak menjadi badan keton. Karena itu,
kadar asam lemak dan keton darah meningkat di bawah pengaruh
glukagon. (Guyton,2016).
37 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
darah sesudah makan protein (khususnya asam amino alanin dan
arginin), akan merangsang terjadinya sekresi glukagon. Keadaan ini
mirip dengan efek asam amino dalam merangsang timbulnya sekresi
insulin. Jadi, pada kasus ini, respons glukagon dan respons insulin
tidaklah bertentangan satu sama lain. Manfaat perangsangan asam
amino terhadap sekresi glukagon adalah bahwa glukagon kemudian
memacu konversi cepat asam amino menjadi glukosa sehingga lebih
banyak lagi glukosa yang tersedia untuk jaringan. (Guyton,2016)
38 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
Demikian juga, penurunan konsentrasi asam lemak darah secara
langsung menghambat pengeluaran insulin dan merangsang pengeluaran
glukagon oleh pankreas, keduanya adalah mekanisme kontrol umpan-
balik negatif untuk memulihkan kadar asam lemak darah ke normal.
Efek berlawanan yang ditimbulkan oleh konsentrasi glukosa dan asam
lemak dalam darah pada sel alfa dan beta pankreas adalah efek yang
sesuai untuk mengatur kadar molekul-molekul nutrien ini dalam darah
karena efek insulin dan glukagon pada metabolisme karbohidrat dan
lemak saling berlawanan. Efek konsentrasi asam amino darah pada
sekresi kedua hormon ini adalah cerita yang berbeda. Peningkatan
konsentrasi asam amino darah merangsang sekresi baik insulin maupun
glukagon. Jika, selama penyerapan makanan yang kaya protein,
peningkatan asam amino darah hanya merangsang sekresi insulin maka
dapat terjadi hipoglikemia. Karena hanya sedikit tersedia karbohidrat
untuk diserap setelah konsumsi diet tinggi-protein, peningkatan sekresi
insulin yang dipicu oleh asam amino akan mendorong sebagian besar
glukosa masuk ke dalam sel sehingga terjadi penurunan mendadak kadar
glukosa darah. Namun, peningkatan simultan sekresi glukagon yang
dipicu oleh peningkatan kadar asam amino darah meningkatkan
produksi glukosa oleh hati. Karena efek hiperglikemik glukagon
melawan efek hipoglikemik insulin, hasil akhir adalah terpeliharanya
kadar normal glukosa darah (dan pencegahan kelaparan hipoglikemik
otak) selama absorpsi makanan yang kaya protein, tetapi rendah
karbohidrat. (Guyton, 2016).
39 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai
dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan
metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat dari
insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat disebabkan oleh
gangguan produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar
pankreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh
terhadap insulin (Depkes, 2008).
40 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
karena itu, insulin yang diproduksi sedikit atau tidak langsung dapat
diproduksikan. Hanya sekitar 10% dari semua penderita diabetes
melitus menderita tipe 1. Diabetes tipe 1 kebanyakan pada usia
dibawah 30 tahun. Para ilmuwan percaya bahwa faktor lingkungan
seperti infeksi virus atau faktor gizi dapat menyebabkan
penghancuran sel penghasil insulin di pankreas (Merck, 2008).
41 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
5) Endokrinopati.
a) Akromegali.
b) Sindroma Cushing.
c) Feokromositoma.
d) Hipertiroidisme.
6) Karena obat/ zat kimia.
7) Pentamidin, asam nikotinat.
8) Glukokortikoid, hormon tiroid.
d. Diabetes mellitus Gestasional
42 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT) tergantung dari hasil yang
dipeoleh :
TGT : glukosa darah plasma 2 jam setelah beban antara 140-199
mg/dl (7,8-11,0 mmol/L) GDPT : glukosa darah puasa antara 100 –
125 mg/dl (5,6-6,9 mmol/L)
Keterangan :
43 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
Pada DM tipe 2 jumlah insulin berkurang atau dapat
normal, namun reseptor di permukaan sel berkurang. Reseptor
insulin ini dapat diibaratkan lubang kunci masuk pintu ke dalam
sel. Meskipun anak kuncinya (insulin) cukup banyak, namun
karena jumlah lubangnya (reseptornya) berkurang maka jumlah
glukosa yang masuk ke dalam sel akan berkurang juga (resistensi
insulin). Sementara produksi glukosa oleh hati terus meningkat,
kondisi ini menyebabkan kadar glukosa meningkat (Schteingart,
2006). Penderita diabetes mellitus sebaiknya melaksanakan 4 pilar
pengelolaan diabetes mellitus yaitu edukasi, terapi gizi medis,
latihan jasmani, dan intervensi farmakologis (ADA, 2010).
Latihan jasmani secara teratur dapat menurunkan kadar gula
darah. Latihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat
menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin,
sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. (Vitahealth,
2006).
44 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
45 | B a d a n k u s e m a k i n k u r u s