Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

PENGORGANISASIAN INFORMASI/PENGETAHUAN
DALAM INGATAN MANUSIA

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas PPGJ


Dalam Jaringan (DARING)
M3
Belajar dan Pembelajaran

DISUSUN OLEH :
Meki Moabi Babis, S. Pd
NIP. 19810514 201406 1 001

Guru PJOK Sekolah Dasar


2019
MAKALAH
PENGORGANISASIAN INFORMASI/PENGETAHUAN
DALAM INGATAN MANUSIA

A. PENDAHULUAN

Manusia merupakan makhluk yang paling sempurna yang di diciptakan Tuhan


Yang Maha Esa, karena selain dikaruniai fisik yang bagus juga dikaruniai otak sebagai
modalitas utama dalam proses berpikir dan berperilaku di samping hati sebagai pusat
kendali dari perasaan manusia. Oleh sebab itu, untuk mengetahui hakikat dirinya, manusia
selalu memikirkan apa, dan siapa dirinya, sehingga untuk menjawab berbagai pertanyaan
tersebut manusia berfilsafat untuk menemukan konsep teoritis dari pertanyaan-pertanyaan
itu.Berpikir adalah melatih ide-ide dengan cara yang tepat dan seksama yang dimulai
dengan adanya masalah pribadi pada diri manusia yang mengakibatkan penemuan yang
terarah kepada suatu tujuan (Drever dalam Khodijah 2007: 17).
Rangsangan yang terjadi pada Otak merupakan pusat kendali perilaku manusia,
artinya setiap hal yang dilakukan manusia akan melibatkan kerja otak. Otak merupakan
tempat menerima, menyimpan kemudian mengenali informasi yang ada, artinya otak adalah
pusat ingatan manusia (Markowitz dan Jensen, 2002). Di dalam otak tersimpan berbagai
macam informasi. Bermacam-macam jenis ingatan juga ada dalam otak manusia. Selama
otak dalam keadaan sehat manusia akan selalu melakukan proses mengingat.
Ingatan yang disebut dengan memori adalah sebuah fungsi dari kognisi yang
melibatkan otak dalam pengambilan imformasi. Pada umumnya para ahli memandang
ingatan sebagai hubungan antara penglaman masa lampau.Apa yang diingat adalah hal
yang pernah dialami,pernah dipersepsinya, dan hal tersebut pernah dimasukan dalam
jiwanya dan disimpan kemudian pada suatu waktu kejdian itu ditimbulkan kembali dalam
kesadaran.Ingatan merupakan kemampuan untuk menerima dan memasukkan
(learning),menyimpan (retention), dan menimbulkan kembali apa yang pernah dialami
(remembering). Dalam Proses mengingat imformasi ada tahapan yaitu memasukkan
imformasi (enconding),penyimpanan (storage) dan mengingat (retrieval stage).
Betapapun kuatnya ingatan seseorang pada suatu waktu kemudian ingatan itu
akan mengalami suatu proses kelupaan. Ingatan pada suatu ketika tidak dapat lagi
menghadirkan suatu keterangan yang diperlukan karena lupa. Kelupaan terjadi karena tiada
penggunaan. Hal ini dijelaskan dalam teori memudar pasif (passive decay theory) bahwa
ingatan membuat jejak fisik dalam otak seseorang yang lama-lama terhapus dengan
berlalunya waktu. Kelupaan dapat dikurangi dengan meningkatkan kemampuan mengingat,
sehingga informasi yang diterima maupun yang telah tersimpan dalam ingatan dapat
bertahan lebih lama.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan teori pengolahan informasi ?
2. Apakah yang dimaksud dengan sistem memori manusia ?
3. Apa saja aplikasi teori pengolahan informasi dalam belajar ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari teori pengolahan informasi.
2. Untuk mengetahui sistem memori manusia.
3. Untuk mengetahuai aplikasi teori pengolahan informasi dalam belajar.

D. PEMBAHASAN
1. Teori Pengolahan Informasi
Pengolahan informasi merupakan proses mempersepsi, mengorganisasi, dan
mengingat sejumlah besar informasi yang diterima individu dari lingkungan. Penggolahan
informasi dapat pula dikatakan sebagai proses bagaimana respon individu terhadap
informasi yang di berikan oleh lingkungan di sekitarnya. Teori pengolahan informasi berakar
dari paradigma spikologi kognitif yang mengkaji secara ilmiah mengenai otak manusia
sebagai pengolah informasi .Pengolahan informasi merupakan perluasan dari bidang kajian
ranah psikologi kognitif. Ranah psikologi kognitif ini sebagai upaya untuk memahami
mekanisme dasar yang mengatur cara berpikirnya orang (Anderson, 1980). Teori
pengolahan informasi memiliki suatu perbedaan dengan teori belajar yaitu pada derajat
penekanan pada soal belajar. Teori pengolahan informasi tidak memberlakukan belajar
sebagai titik pusat penelitian yang utama melainkan juga melihat sisi lainnya, seperti pada
informasi yang diperoleh ataupun melihat kemampuan memori seorang individu. Penelitian
pengolahan informasi memberikan sumbangan atas pengertian proses belajar. Belajar dan
pengolahan informasi adalah dua aspek yang saling melengkapi.
Berdasarkan temuan riset linguistik, psikologi, antropologi dan ilmu komputer, maka
dikembangkanlah model berpikir. Pusat kajiannya pada proses belajar dan menggambarkan
cara individu memanipulasi simbol dan memproses informasi. Model belajar pemrosesan
informasi Anita E. Woolfolk (Parkay & Stanford, 1992) disajikan melalui skema yang dikutip
berikut ini.
Model belajar pemrosesan informasi ini sering pula disebut model kognitif
information processing, karena dalam proses belajar ini tersedia 3 (tiga) taraf struktural
sistem informasi, yaitu:
1. Sensory atau intake register: informasi masuk ke sistem melalui sensory register,
tetapi hanya disimpan untuk periode waktu terbatas.
2. Working memory: pengerjaan atau operasi informasi berlangsung di working
memory, dan di sini berlangsung berpikir yang sadar.
3. Long-term memory, yang secara potensial tidak terbatas kapasitas isinya sehingga
mampu menampung seluruh informasi yang sudah dimiliki peserta didik.
Diasumsikan, ketika individu belajar, di dalam dirinya berlangsung proses
kendali atau pemantau bekerjanya sistem yang berupa prosedur strategi mengingat, untuk
menyimpan informasi ke dalam long-term memory (materi memory atau ingatan) dan
strategi umum pemecahan masalah (materi kreativitas).

2. Sistem Memori Manusia


Memori adalah sebuah wadah yang berisi data-data yang belum tentu saling
berkaitan. Naisser (1967) mengatakan bahwa memori manusia dipandang sebagai suatu
struktur yang rumit untuk mengolah dan mengorganisasi semua pengetahuan. Memori juga
dapat dikatankan sebagai suatu alat yang berfungsi untuk menangkap, mengolah dan
menggunakannya di lain waktu ketika di butuhkan. Memori merupakan suatu sistem yang
rumit dengan banyak tahapannya dan saling berinteraksi. Ini berarti dalam memori terdapat
interaksi-interaksi antara data-data dan lapisan-lapisan atau tahapan-tahapan yang ada di
dalamnya.
Sebagian besar model-model yang dikembangkan tahun 1960-an mengajukan
tiga (3) struktur memori yaitu:
a) Pencatatan Penginderaan (Sensoric Memori)
Rangsangan yang diterima oleh indera yang kemudian akan diteruskan sebagai
informasi ke sistem memori selanjutnya. Informasi yang terdapat pada stimulus atau
rangsangan dari luar akan diterima manusia melalui panca inderanya. Informasi
tersebut akan tersimpan di dalam ingatan selama tidak lebih dari satu detik saja.
Ingatan tersebut akan hilang lagi tanpa disadari dan akan diganti dengan informasi
lainnya. Ingatan sekilas atau sekelebat yang didapat melalui panca indera ini
biasanya disebut ’sensory memory’ atau ‘ingatan inderawi’. Berdasarkan apa yang
dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa, seperti yang telah sering dalam proses
pembelajaran pesan atau keterangan yang disampaikan seorang guru dapat hilang
seluruhnya dari ingatan para siswa jika pesan atau keterangan tersebut terkategori
sebagai pencatatan pengideraan.
b) Penyimpanan Jangka Pendek (Working Memory)
Suatu informasi baru yang mendapat perhatian siswa, tentunya akan berbeda dari
informasi yang tidak mendapatkan perhatian dari mereka. Suatu informasi baru yang
mendapat perhatian seorang siswa lalu terkategori sebagai penyimpanan jangka
pendek. Dengan kata lain, penyimpanan jangka pendek tidak akan terbentuk di
dalam otak siswa tanpa adanya perhatian dari siswa terhadap informasi tersebut.
Penyimpanan jangka pendek ini dapat bertahan relatif lebih lama lagi yaitu sekitar 20
detik.
c) Penyimpanan Jangka Panjang (Long Term Memory)
Penyimpanan jangka panjang merupakan suatu proses penyimpanan informasi yang
permanen. Memori jangka panjang ini berasal dari memori jangka pendek yang
selalu diulang-ulang dan berkesan bagi individu sehingga informasi yang ia terima
dapat bersifat permanen dan bila suatu saat ia butuhkan maka akan teringat lagi.
Informasi yang sudah tersimpan di dalam penyimpanan jangka panjang ini sulit untuk
hilang. Selain pengulangan atau latihan, beberapa hal penting yang harus
diperhatikan Bapak dan Ibu Guru agar suatu pengetahuan dapat diingat siswa
dengan mudah adalah:
1) Sesuatu yang sudah dipahami akan lebih mudah diingat siswa dari pada sesuatu
yang tidak dipahaminya. Contohnya, proses untuk mengingat bilangan
17.081.945 akan jauh lebih mudah daripada proses mengingat bilangan
51.408.791 karena bilangan pertama sudah dikenal para siswa, apalagi jika
dikaitkan dengan hari kemerdekaan RI pada 17 Agustus 1945 yang dapat ditulis
menjadi 17–08–1945.
2) Hal-hal yang sudah terorganisir dengan baik akan jauh lebih mudah diingat
siswa daripada hal-hal yang belum terorganisir. Contohnya, mengingat susunan
bilangan 4, 49, 1, 16, 9, 36, dan 25 akan jauh lebih sulit daripada mengingat
bilangan berikut yang sudah terorganisir dengan baik: 1, 4, 9, 16, 25, 36, dan 49.
3) Sesuatu yang menarik perhatian siswa akan lebih mudah diingat daripada
sesuatu yang tidak menarik hatinya. Acara televisi yang menarik perhatian para
siswa akan memungkinkan para siswa untuk duduk berjam-jam di depan TV dan
jalan ceriteranya akan mampu mereka ingat dengan mudah. Namun hal yang
sebaliknya akan terjadi juga, yaitu suatu proses pembelajaran yang tidak
menarik perhatian mereka dapat menjadi beban bagi siswa dan tentunya juga
bagi para guru.
3. Aplikasi Teori Pengolahan Informasi Dalam Belajar
Penerapan teori pengolahan informasi dalam belajar berasumsi bahwa memori
manusia itu suatu sistem yang aktif, yang mampu menyeleksi, mengorganisasi dan
mengubah menjadi suatu sandi-sandi informasi dan keterampilan bagi penyimpanannya
untuk di pelajari. Dalam hal ini individu diartikan sebagai suatu objek yang memiliki
kemampuan untuk menghasilkan suatu penyleksian, pengorganisasian dan pengubahan
terhadap informasi yang di dapat menjadi suatu sandi-sandi yang berguna untuk
memudahkan individu dalam proses belajar yang akan dijalani dirinya.
Mengenai hal di atas, para ahli kognitif juga berasumsi bahwa belajar yang berhasil
sangat bergantung pada tindakan belajar dari pada hal-hal yang ada di lingkungannya. Ini
menunjukan bahwa dalam proses belajar ini tindakan dari peserta didik adalah hal utama
yang mempengaruhi terhadap hasil belajar yang akan di capai dari peserta didik, dalam hal
ini menyangkut aspek perubahan perilaku seperti: aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Komponen belajar menurut teori pengolahan informasi seperti yang telah dijelaskan
pada pembahasan di atas, bahwa komponen belajar adalah perhatian yang ditujukan pada
stimulus, pengkodean stimulus, dan penyimpanan dan mendapatkan kembali (retrival). Atas
dasar komponen dasar tersebut, selanjutnya hal yang esensial dari pembelajaran yaitu (a)
membimbing untuk menerima stimulus, (b) memperlancar pengkodean, (c) memperlancar
penyimpanan dan retrieval. Ketiganya merupakan kesatuan yang harus dilakukan secara
berurutan dan akan selalu mempengaruhi hasil yang akan dicapai oleh peserta didik.
Memperlancar penyimpanan dan retrieval sangat penting karena hal ini dapat
meningkatkan kemampuan mengingat kembali pada waktu yang akan datang. Ini dapat
ditujukan berupa irama, bunyi, sajak, kata-kata pokok, citra visual dan sebagainya, yang
semuanya memberikan pengisyaratan untuk maksud retrival bagi peserta didik dalam
proses belajar. Elaborasi berbasis pembelajaran dan peserta didik keduanya juga
memberikan sumbangan yang besar dalam proses mengingat kembali terhadap informasi
yang sudah tersimpan dalam memori menusia. Proses pemunculan kembali apa yang telah
tersimpan atau disimpan dalam memori manusia dianalogikan dengan mekanisme
penelusuran. Maksud dari hal itu juga dapat dikatakan bahwa retrival dikatakan sebagai
suatu proses pemunculan informasi yang tersimpan dalam long term memory (ingatan
jangka panjang) melalui suatu penelusuran dan penyeleksian terhadap informasi yang akan
dimunculkan.
Menanggapi penjelasan di atas Norman dan Bobrow, mengemukakan dua
tahapan dalam melaksanakan penelusuran, yaitu:
a) Tahap pertama : menetapkan informasi yang diinginkan atau yang ingin dimunculkan
dari dalam ingatan (retrival). Berarti dalam tahap ini individu melakukan suatu
peenyeleksian terhadap informasi-informasi yang ada pada memorinya dan memilih
sesuai apa yang akan di munculkan.
b) Tahap kedua : penelusuran yang sebenarnya yaitu dapat dikatakan hal yang
mencakup tindakan peninjauan kembali struktur ingatan dan informasi-informasi
yang terkait di dalamnya, sampai informai yang diinginkan didapatkan atau di
munculkan kembali.asumsi yang di pakai dalam hal ini adalah bahwa ingatan terdiri
dari struktur informasi yang terorganisasi dan dan proses penelusurannya bergerak
secara herarkis, dari informasi yang paling umum dan eksklusif ke informasi yang
umum dan rinci, sampai pada informasi yang ingin diinginkan atau di munculkan
kembali dapat didapatkan oleh individu.

E. KESIMPULAN
Berdasarkan pada penjelasan-penjelasan di atas kami dapat menarik beberapa
kesimpulan antaranya:
1. Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana seorang individu
mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang
diterima individu dari lingkungan.
2. Terdapat tiga unsur struktur memori yaitu: Pencatatan penginderaan (Sensoric
Memori), Penyimpanan Jangka Pendek (working memory), dan Penyimpanan
Jangka Panjang (Long Term Memory)
3. Terdapat tiga tahapan belajar dalam teoti pengolahan informasi yaitu; Perhatian ke
stimulus, Mengkode stimulus, dan memperlancar penyimpanan dan retrival.

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, B.F. 1980. The Complete Thinker: A Handbook of Theniques For Creative and
Critical Problem Solving. New Jersey: Englewood Cliffs

Drever dan khidijah. 2006. Psikologi Pendidikan.Jakarta Rajawali Pers

Karwono dan Heni Mularsih. 2010. Belajar dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber
Belajar. Ciputat: Penerbit Cerdas Jaya.

Markowitz, K. & Jensen, E. 2002. Otak Sejuta Gigabyte. Bandung: Kaifa.

Muhibbin Syah. 2001. Psikologi belajar. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu.

Rasyad, A. 2003. Teori belajar dan pembelajaran. Jakarta: Uhamka Press.

Anda mungkin juga menyukai