Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH HUBUNGAN MENTAL MODEL DENGAN KESEHATAN

MASYARAKAT

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Nilai Tugas


Mata Kuliah Kepemimpinan dan Berfikir Sistem Kesehatan Masyarakat

Disusun Oleh :

Innandah Annisa Lestari

6411417139 / Rombel 5

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019
BAB I

PEMBAHASAN

1.1 Latar Belakang


Mental model adalah asumsi-asumsi atau generalisasi-generalisasi (paradigma)
yang terdapat dalam pikiran kita yang mempengaruhi bagaimana kita memahami,
bersikap dan bertindak terhadap dunia sekitar. Jadi, seorang pemimpin akan bertindak
atau mengambil keputusan dalam organisasi sangat dipengaruhi oleh asumsi-asumsi
yang dimilikinya, biasanya asumsi berasal dari pengalaman-pengalaman yang pernah
dilaluinya, pengalaman membentuk pengetahuan-pengetahuan yang akan menuntun
dia dalam bertindak.
Mental models merupakan satu dari lima disiplin yang dikemukakan Peter
Senge(1990). Mental models merupakan refleksi diri, menelusuri dan mendukung,
dimana orang-orang mengekspos pemikiran sendiri secara efektif dan menjadikan
pemikiran yang terbuka terhadap pengaruh orang lain. Dalam hal ini tentu saja akan
berhubungan dengan gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh
seorang pemimpin dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor
individu itu sendiri seperti nilai dan norma yang dianut atau dikenal dengan mental
models dari pemimpin tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan mental model ?
2. Bagaimana pergeseran mental model ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan mental model.
2. Untuk mengetahui bagaimana pergeseran mental model
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Mental Model


2.1.1 Pengertian Mental Model
Mental karena ia ada (exist) dalam pikiran kita dan membentuk pikiran
kita.Models karena ia kita konstruksikan dari pengalaman kita dalam bentuk peta-peta
mental. Beberapa definisi tentang mental model yaitu :
a. Menurut Peter Senge Mental models adalah asumsi-asumsi atau generalisasi-
generalisasi (paradigma) yang terdapat dalam pikiran kita yang mempengaruhi
bagaimana kita memahami, bersikap dan bertindak terhadap dunia sekitar. Jadi,
seorang pemimpin akan bertindak atau mengambil keputusan dalam organisasi
sangat dipengaruhi oleh asumsi-asumsi yang dimilikinya, biasanya asumsi berasal
dari pengalaman-pengalaman yang pernah dilaluinya, pengalaman membentuk
pengetahuan-pengetahuan yang akan menuntun dia dalam bertindak.
b. Mental Models; melakukan refleksi, melakukan klarifikasi secara terus menerus,
dan memperbaiki gambaran internal tentang dunia, dan melihat bagaimana
gambaran tersebut berpengaruh pada perilaku.
c. Model mental bisa dikatakan sebagai konsep diri seseorang, yang dengan konsep
diri tersebut dia akan mengambil keputusan terbaiknya.
d. Mental Models, proses bercermin dan meningkatkan gambaran diri tentang dunia
luar dan melihat bagaimana mereka membentuk keputusan dan tindakan.

2.1.2 Mental Model sebagai bagian dari Learning Organization


Mental Model adalah bagian dari lima disiplin dari Learning Organization oleh
Peter Senge. Learning Organization adalah usaha yang dilakukan oleh sebuah
organisasi yang melakukan proses pembelajaran. Hal ini ditujukan agar dalam
sebuah organisasi tersebut dapat tetap stabil meskipun banyaknya perubahan yang
terjadi. Dalam mewujudkan Learning Organisation dapat dilakukan dengan
beberapa cara seperti training, kursus, outbond, dan lainnya. Kehidupan merupakan
suatu proses dari pertumbuhan, dan kekuatan dari pertumbuhan itu sendiri adalah
dengan belajar. Dengan belajar, seseorang dapat mengembangkan dirinya ke arah
yang lebih baik. Proses belajar itu sendiri tidak akan berhenti karena seseorang
akan terus belajar selama hidupnya. Begitu pula dengan organisasi. Keadaan
lingkungan yang terus berubah, memaksa organisasi untuk terus membenahi diri
dan menghadapi perubahan itu dengan segala kemampuan yang telah disiapkannya.
Dengan kata lain, organisasi secara tidak langsung juga selalu mengalami proses
pembelajaran.
Perusahaan yang paling sukses adalah perusahaan yang terbentuk learning
organization, yaitu organisasi yang anggotanya mampu mengembangkan
kapasitasnya secara berkelanjutan dalam mewujudkan hasil yang optimal. Perhatian
yang cukup besar diarahkan kepada lima disiplin yang diarahkan oleh Peter Senge,
yaitu :
a. Personal Mastery
b. Mental Models
c. Shared Vision
d. Team Learning
e. Systems Thinking
Dalam lima disiplin ini mental model menjadi salah satu aspek penting yang
tidak bisa terpisahkan dalam mencapai tujuan organisasi. Hal ini menjadikan
mental model berkaitan erat dengan kepemimpinan (Leadership).
Kepemimpinan (leadership) yang digunakan dalam Learning Organization itu
adalah bukanlah orang yang dominan dalam organisasi, tetapi bagaimana dia bisa
menganggap orang dalam sebuah organisasi sebagai kolega, tidak ada yang
menonjol sendiri-sendiri, tidak unik yang melebihi dari orang lain yang dapat
berpikir sistem. Dalam konteks ini, maka pemimpin menurut Senge, adalah sebagai
designer, sebagai stewardess (pelayan), teacher, dan kepemimpinan bersama (share
leadership) setiap orang bisa dilatih sebagai pemimpin.
Kepemimpinan dalam Learning Organization ini sangat penting diterapkan
dalam organisasi/institusi di bidang Kesehatan seperti halnya di Puskesmas. Kepala
Puskesmas yang baik tentu saja adalah kepala puskesmas yang berhasil
mempengaruhi motivasi kerja bawahannya, dengan motivasi kerja yang baik tentu
saja akan mempengaruhi performa atau kinerja dari bawahannya. Beberapa hasil
penelitian menunjukan bahwa peran kepala puskesmas seperti selalu memberikan
pengarahan, motivasi dalam bekerja juga komunikasi yang harmonis dengan
bawahan dapat meningkatkan kinerja dari pegawai. Dalam hal ini tentu saja akan
berhubungan dengan gaya kepemimpinan.
Mental models adalah asumsi-asumsi atau generalisasi-generalisasi
(paradigma) yang terdapat dalam pikiran kita yang mempengaruhi bagaimana kita
memahami, bersikap dan bertindak terhadap dunia sekitar. Jadi, seorang pemimpin
akan bertindak atau mengambil keputusan dalam organisasi sangat dipengaruhi
oleh asumsi-asumsi yang dimilikinya, biasanya asumsi berasal dari pengalaman-
pengalaman yang pernah dilaluinya, pengalaman membentuk pengetahuan-
pengetahuan yang akan menuntun dia dalam bertindak.
Dari gambaran diatas dapat dipahami bahwa Mental Models yang baik dari
seorang pemimpin merupakan aspek yang tidak boleh dikesampingkan dalam
pencapaian tujuan organisasi.

2.2 Pergeseran Mental Model

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mental Models Pemimpin yaitu :

a. Deception
Deception atau tipuan adalah salah satu hal yang perlu diwaspadai.
Deception ada tiga hal yaitu :
1) Self - Deception : Ada sementara orang yang berpendapat bahwa dirinya sudah
tidak bisa berubah. Hal ini sebenarnya merupakan salah satu bentuk penipuan
pada diri sendiri. Pada kenyataannya, setiap hari kita pasti mengalami perubahan,
misalnya perubahan umur, perubahan dalam hal makan. Atau ada juga orang yang
selalu mengatakan: ‘ Ya….apa boleh buat, mungkin ini memang sudah nasib saya,
kondisi sudah tidak dapat diubah lagi .’ Ini adalah contoh lain dari self-deception.
Sekalipun mungkin kondisi yang dialami masih tetap sama, tetapi seorang
pemimpin harus mampu mengubah cara berfikirnya dengan mengatakan bahwa
kondisi ini masih sangat mungkin untuk berubah. Pemimpin harus memiliki
mental model bahwa segala sesuatu buatan manusia pada dasarnya masih dapat
diubah/berubah.
2) Deceiving Others : Membohongi, apa pun bentuknya, adalah suatu tindakan
yang merugikan orang lain dan bahkan diri sendiri. Demi untuk mencapai
keuntungan pribadi, orang sering harus melakukan tindakan ‘membohongi orang
lain.’ Atau untuk supaya tidak menyakiti orang lain, orang terpaksa melakukan
apa yang disebut sebagai ‘white lie’ . Ditinjau dari arti kata yang
digunakan, white lie is a lie . A lie atau sebuah kebohongan tetap selalu
mempunyai nilai negatif. Seorang pemimpin tidak semestinya melakukan ‘white
lie’, apa pun alasannya.
3) Deceived by Others : Ditipu oleh orang lain, demikianlah kira-kira
terjemahan dari deceived by others. Jika menipu orang lain merupakan hal yang
sebaiknya tidak dilakukan oleh pemimpin, maka ditipu oleh orang lain juga
menjadi satu hal yang mestinya tidak boleh terjadi pada seorang pemimpin.
Dalam hal ini, seorang pemimpin harus memiliki kepekaan tinggi untuk
mengantisipasi orang lain yang berusaha untuk menipu atau mencari keuntungan
dengan memanfaatkan kelemahannya.
b. Boundaries atau Pembatas
Dalam membangun sebuah hubungan antar manusia, selalu ada boundaries
yang harus dipasang. Boundaries diperlukan untuk melindungi diri sendiri. Setiap
orang perlu membuat boundaries terhadap orang lain. Siapa pun tidak perlu
merasa tersinggung ketika orang lain menunjukkan boundaries-nya . Seorang
pemimpin yang tidak membuat boundaries akan repot sendiri dan kehabisan
waktu karena harus menanggapi semua orang yang mendatanginya.
c. Making Decision
Setiap orang dalam setiap hari diharuskan untuk membuat banyak keputusa.
Tingkatan keputusan yang dibuat sangat bervariasi: sangat penting, penting,
kurang penting. Saat membuat keputusan pun dapat bervariasi: tergesa-gesa,
dengan pertimbangan yang matang, atau ada juga yang penting membuat
keputusan. Seorang pemimpin tentu saja diharapkan dapat membuat keputusan
seakurat mungkin, karena keputusan yang dibuat akan berdampak pada orang lain.
Meyer dalam artikelnya yang berjudul ‘ Unplug the flow of forgiveness’
mengatakan bahwa kehidupan kita hari ini merupakan hasil dari keputusan yang
dibuat sebelumnya dan bahwa salah satu keputusan penting yang dapat
meringankan hidup seseorang adalah keputusan untuk memberi maaf secara tulus.
Dengan demikian, sebenarnya setiap hari orang harus selalu dalam keadaan
‘sadar’, karena setiap hari selalu ada keputusan yang harus dibuat. Sebagai
seorang pemimpin, jangan sampai ia membuat keputusan dalam keadaan setengah
sadar.
d. Obedience or disobedience, both are costly
Obedience diartikan sebagai patuh atau tunduk, tetapi patuh atau tunduk untuk
hal yang bersifat positif. Obedience di sini juga tidak semata-mata ditujukan pada
orang, tetapi bisa pada peraturan, atau ketentuan, misalnya: patuh dalam
menegakkan kejujuran dan keadilan. Sekilas kelihatannya patuh atau tunduk
memberatkan, tetapi kalau ditinjau lebih dalam lagi, ketidakpatuhan justru lebih
memberatkan. Contoh: kepatuhan seseorang dalam menegakkan kejujuran di
bidang keuangan mungkin akan mendapatkan reaksi yang keras di kalangan
tertentu, tetapi ketidakpatuhannya dalam hal yang sama juga akan memiliki
dampak yang tidak enak, bahkan mungkin lebih tidak enak.
Ketika seorang pemimpin memiliki mental model yang positif, maka akan
lebih mudah baginya dalam mempengaruhi bawahannya untuk memiliki mental
model yang positif pula. Memiliki mental model yang positif, menjadi salah satu
modal dalam mencapai keberhasilan. Dengan demikian, sangat penting bagi
seorang kepala Puskesmas untuk menekankan pentingnya
mengembangkan mental model yang positif. Kepala puskesmas sebagai seorang
pemimpin dengan mental models yang baik akan menciptakan keberhasilan dari
dalam terlebih dahulu sebelum akhirnya keberhasilan itu benar-benar menjadi
kenyataan.
2.2.1 Gila Kerja
Gila kerja adalah kecanduan beraktivitas terus-menerus. Perilaku ini terus
berlangsung meskipun mereka sadar bahwa hal tersebut berbahaya pada diri mereka
sendiri, yang akhirnya merusak kualitas kerja ( Diane M. Fasse ).
Berikut beberapa penyakit yang diakibatkan oleh kegilaan terhadap pekerjaan
seperti dilansir dari health.com, yaitu:
1. Batu ginjal
Waktu duduk yang terlalu lama, kurang minum dan sering menahan buang air
kecil. Disisi lain makanan yang dikonsumsi kalsium tinggi dan kaya oksalat yang
susah larut dalam tubuh. Akibatnya terjadi infeksi saluran kemih atau timbul
penyumbatan. Penyumbatan di urin bisa membuat kristal-kristal yang menjadi batu
ginjal.
2. Sembelit
Waktu duduk yang terlalu lama membuat kurang bergerak yang tidak diimbangi
dengan minum air yang banyak dan buah. Kondisi membuat susah buang air besar
padahal perut terasa sudah penuh.
3. Wasir atau ambeien
Waktu duduk yang terlalu lama atau berdiri terlalu lama, kurang bergerak yang
tidak diimbangi dengan minum air yang banyak dan buah. Kondisi membuat susah
buang air besar padahal perut terasa sudah penuh. Karena sembelit akibatnya buang
air besar dipaksakan sehingga timbul pendarahan dan benjolan di dubur.
4. Maag
Sering terlambat makan, makan tidak teratur atau makan sekaligus dalam jumlah
banyak karena menunggu sampai lapar tiba. Makan-makanan terlalu pedas, terlalu
asam, juga memicu maag.
5. Liver
Kebanyakan adalah pekerja keras yang lupa memperhatikan gizi makanannya,
kurang tidur atau terus-terusan lembur hingga larut malam. Orang yang terkena liver
akan hilang selera makan, cepat merasa capek, urine berwarna sangat coklat.
6. Jantung
Tekanan target atau emosional pada pekerjaan, konflik di kantor, stres tingkat
tinggi, merokok dan kurang istirahat pemicu penyumbatan pembuluh darah.
7. Hipertensi
Orang yang gila kerja biasanya akan memiliki emosi yang tidak terkontrol. Hal ini
karena mereka selalu merasa tidak puas dengan pekerjaannya, sehingga mereka akan
terus bekerja dan berdampak pada fisik dan emosi.
8. Sindrom mata kering
Penggila kerja akan menghabiskan banyak waktu di depan komputer atau
melakukan pekerjaan lain yang mengharuskan mereka tetap terjaga untuk jangka
waktu yang lama. Hal ini bisa memicu sindrom mata kering.
9. Kelelahan, tak berenergi dan insomnia
Penggila kerja akan melakukan pekerjaannya tanpa batas waktu. Hal ini akan
menyebabkan tubuhnya mengalami kelelahan yang kronis (fatique) dan hilangnya
energi. Ini juga akan memicu orang tersebut mengalami gangguan tidur seperti
insomnia.
10. Andropause
Hal ini di contohkan pada semangat kerja keras orang Jepang yang memang
sangat mengagumkan sehingga pantas kalau negaranya relatif paling maju di Asia.
Namun ada harga yang harus dibayar dari semangat gila kerja tersebut, yakni gairah
seksnya cepat pudar di usia dini.
Sebuah penelitian yang dilakukan 2 universitas di Osaka dan Okayama
menunjukkan, makin serius orang bekerja makin rendah pula kadar testosteronnya.
Kadar hormon seks laki-laki tersebut antara lain berfungsi untuk membangkitkan
libido atau gairah seksual. Hal ini umumnya bersifat permanen sehingga memicu
andropause, atau semacam menopause pada laki-laki.
BAB III

PENUTUP

Mental models adalah asumsi-asumsi atau generalisasi-generalisasi


(paradigma) yang terdapat dalam pikiran kita yang mempengaruhi bagaimana kita
memahami, bersikap dan bertindak terhadap dunia sekitar. Jadi, seorang pemimpin
akan bertindak atau mengambil keputusan dalam organisasi sangat dipengaruhi
oleh asumsi-asumsi yang dimilikinya, biasanya asumsi berasal dari pengalaman-
pengalaman yang pernah dilaluinya, pengalaman membentuk pengetahuan-
pengetahuan yang akan menuntun dia dalam bertindak.
Pergeseran Mental Model merupakan Mempengaruhi Mental Models seorang
Pemimpin, diantaranya Deception, Boundaries atau Pembatas dan Making
Decision. Dalam hal ini, pengaruh yang diharapkan dapat diberikan kepada
bawahannya tentu saja adalah pengaruh positif. Jika pengaruh positif yang
diharapkan, berarti mental model yang dimiliki oleh pemimpin juga harus mental
model positif.
Gila kerja adalah kecanduan beraktivitas terus-menerus. Perilaku ini terus
berlangsung meskipun mereka sadar bahwa hal tersebut berbahaya pada diri
mereka sendiri, yang akhirnya merusak kualitas kerja

Anda mungkin juga menyukai