11 Innandah Annisa Lestari 6411417139
11 Innandah Annisa Lestari 6411417139
MASYARAKAT
Disusun Oleh :
6411417139 / Rombel 5
2019
BAB I
PEMBAHASAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan mental model.
2. Untuk mengetahui bagaimana pergeseran mental model
BAB II
PEMBAHASAN
a. Deception
Deception atau tipuan adalah salah satu hal yang perlu diwaspadai.
Deception ada tiga hal yaitu :
1) Self - Deception : Ada sementara orang yang berpendapat bahwa dirinya sudah
tidak bisa berubah. Hal ini sebenarnya merupakan salah satu bentuk penipuan
pada diri sendiri. Pada kenyataannya, setiap hari kita pasti mengalami perubahan,
misalnya perubahan umur, perubahan dalam hal makan. Atau ada juga orang yang
selalu mengatakan: ‘ Ya….apa boleh buat, mungkin ini memang sudah nasib saya,
kondisi sudah tidak dapat diubah lagi .’ Ini adalah contoh lain dari self-deception.
Sekalipun mungkin kondisi yang dialami masih tetap sama, tetapi seorang
pemimpin harus mampu mengubah cara berfikirnya dengan mengatakan bahwa
kondisi ini masih sangat mungkin untuk berubah. Pemimpin harus memiliki
mental model bahwa segala sesuatu buatan manusia pada dasarnya masih dapat
diubah/berubah.
2) Deceiving Others : Membohongi, apa pun bentuknya, adalah suatu tindakan
yang merugikan orang lain dan bahkan diri sendiri. Demi untuk mencapai
keuntungan pribadi, orang sering harus melakukan tindakan ‘membohongi orang
lain.’ Atau untuk supaya tidak menyakiti orang lain, orang terpaksa melakukan
apa yang disebut sebagai ‘white lie’ . Ditinjau dari arti kata yang
digunakan, white lie is a lie . A lie atau sebuah kebohongan tetap selalu
mempunyai nilai negatif. Seorang pemimpin tidak semestinya melakukan ‘white
lie’, apa pun alasannya.
3) Deceived by Others : Ditipu oleh orang lain, demikianlah kira-kira
terjemahan dari deceived by others. Jika menipu orang lain merupakan hal yang
sebaiknya tidak dilakukan oleh pemimpin, maka ditipu oleh orang lain juga
menjadi satu hal yang mestinya tidak boleh terjadi pada seorang pemimpin.
Dalam hal ini, seorang pemimpin harus memiliki kepekaan tinggi untuk
mengantisipasi orang lain yang berusaha untuk menipu atau mencari keuntungan
dengan memanfaatkan kelemahannya.
b. Boundaries atau Pembatas
Dalam membangun sebuah hubungan antar manusia, selalu ada boundaries
yang harus dipasang. Boundaries diperlukan untuk melindungi diri sendiri. Setiap
orang perlu membuat boundaries terhadap orang lain. Siapa pun tidak perlu
merasa tersinggung ketika orang lain menunjukkan boundaries-nya . Seorang
pemimpin yang tidak membuat boundaries akan repot sendiri dan kehabisan
waktu karena harus menanggapi semua orang yang mendatanginya.
c. Making Decision
Setiap orang dalam setiap hari diharuskan untuk membuat banyak keputusa.
Tingkatan keputusan yang dibuat sangat bervariasi: sangat penting, penting,
kurang penting. Saat membuat keputusan pun dapat bervariasi: tergesa-gesa,
dengan pertimbangan yang matang, atau ada juga yang penting membuat
keputusan. Seorang pemimpin tentu saja diharapkan dapat membuat keputusan
seakurat mungkin, karena keputusan yang dibuat akan berdampak pada orang lain.
Meyer dalam artikelnya yang berjudul ‘ Unplug the flow of forgiveness’
mengatakan bahwa kehidupan kita hari ini merupakan hasil dari keputusan yang
dibuat sebelumnya dan bahwa salah satu keputusan penting yang dapat
meringankan hidup seseorang adalah keputusan untuk memberi maaf secara tulus.
Dengan demikian, sebenarnya setiap hari orang harus selalu dalam keadaan
‘sadar’, karena setiap hari selalu ada keputusan yang harus dibuat. Sebagai
seorang pemimpin, jangan sampai ia membuat keputusan dalam keadaan setengah
sadar.
d. Obedience or disobedience, both are costly
Obedience diartikan sebagai patuh atau tunduk, tetapi patuh atau tunduk untuk
hal yang bersifat positif. Obedience di sini juga tidak semata-mata ditujukan pada
orang, tetapi bisa pada peraturan, atau ketentuan, misalnya: patuh dalam
menegakkan kejujuran dan keadilan. Sekilas kelihatannya patuh atau tunduk
memberatkan, tetapi kalau ditinjau lebih dalam lagi, ketidakpatuhan justru lebih
memberatkan. Contoh: kepatuhan seseorang dalam menegakkan kejujuran di
bidang keuangan mungkin akan mendapatkan reaksi yang keras di kalangan
tertentu, tetapi ketidakpatuhannya dalam hal yang sama juga akan memiliki
dampak yang tidak enak, bahkan mungkin lebih tidak enak.
Ketika seorang pemimpin memiliki mental model yang positif, maka akan
lebih mudah baginya dalam mempengaruhi bawahannya untuk memiliki mental
model yang positif pula. Memiliki mental model yang positif, menjadi salah satu
modal dalam mencapai keberhasilan. Dengan demikian, sangat penting bagi
seorang kepala Puskesmas untuk menekankan pentingnya
mengembangkan mental model yang positif. Kepala puskesmas sebagai seorang
pemimpin dengan mental models yang baik akan menciptakan keberhasilan dari
dalam terlebih dahulu sebelum akhirnya keberhasilan itu benar-benar menjadi
kenyataan.
2.2.1 Gila Kerja
Gila kerja adalah kecanduan beraktivitas terus-menerus. Perilaku ini terus
berlangsung meskipun mereka sadar bahwa hal tersebut berbahaya pada diri mereka
sendiri, yang akhirnya merusak kualitas kerja ( Diane M. Fasse ).
Berikut beberapa penyakit yang diakibatkan oleh kegilaan terhadap pekerjaan
seperti dilansir dari health.com, yaitu:
1. Batu ginjal
Waktu duduk yang terlalu lama, kurang minum dan sering menahan buang air
kecil. Disisi lain makanan yang dikonsumsi kalsium tinggi dan kaya oksalat yang
susah larut dalam tubuh. Akibatnya terjadi infeksi saluran kemih atau timbul
penyumbatan. Penyumbatan di urin bisa membuat kristal-kristal yang menjadi batu
ginjal.
2. Sembelit
Waktu duduk yang terlalu lama membuat kurang bergerak yang tidak diimbangi
dengan minum air yang banyak dan buah. Kondisi membuat susah buang air besar
padahal perut terasa sudah penuh.
3. Wasir atau ambeien
Waktu duduk yang terlalu lama atau berdiri terlalu lama, kurang bergerak yang
tidak diimbangi dengan minum air yang banyak dan buah. Kondisi membuat susah
buang air besar padahal perut terasa sudah penuh. Karena sembelit akibatnya buang
air besar dipaksakan sehingga timbul pendarahan dan benjolan di dubur.
4. Maag
Sering terlambat makan, makan tidak teratur atau makan sekaligus dalam jumlah
banyak karena menunggu sampai lapar tiba. Makan-makanan terlalu pedas, terlalu
asam, juga memicu maag.
5. Liver
Kebanyakan adalah pekerja keras yang lupa memperhatikan gizi makanannya,
kurang tidur atau terus-terusan lembur hingga larut malam. Orang yang terkena liver
akan hilang selera makan, cepat merasa capek, urine berwarna sangat coklat.
6. Jantung
Tekanan target atau emosional pada pekerjaan, konflik di kantor, stres tingkat
tinggi, merokok dan kurang istirahat pemicu penyumbatan pembuluh darah.
7. Hipertensi
Orang yang gila kerja biasanya akan memiliki emosi yang tidak terkontrol. Hal ini
karena mereka selalu merasa tidak puas dengan pekerjaannya, sehingga mereka akan
terus bekerja dan berdampak pada fisik dan emosi.
8. Sindrom mata kering
Penggila kerja akan menghabiskan banyak waktu di depan komputer atau
melakukan pekerjaan lain yang mengharuskan mereka tetap terjaga untuk jangka
waktu yang lama. Hal ini bisa memicu sindrom mata kering.
9. Kelelahan, tak berenergi dan insomnia
Penggila kerja akan melakukan pekerjaannya tanpa batas waktu. Hal ini akan
menyebabkan tubuhnya mengalami kelelahan yang kronis (fatique) dan hilangnya
energi. Ini juga akan memicu orang tersebut mengalami gangguan tidur seperti
insomnia.
10. Andropause
Hal ini di contohkan pada semangat kerja keras orang Jepang yang memang
sangat mengagumkan sehingga pantas kalau negaranya relatif paling maju di Asia.
Namun ada harga yang harus dibayar dari semangat gila kerja tersebut, yakni gairah
seksnya cepat pudar di usia dini.
Sebuah penelitian yang dilakukan 2 universitas di Osaka dan Okayama
menunjukkan, makin serius orang bekerja makin rendah pula kadar testosteronnya.
Kadar hormon seks laki-laki tersebut antara lain berfungsi untuk membangkitkan
libido atau gairah seksual. Hal ini umumnya bersifat permanen sehingga memicu
andropause, atau semacam menopause pada laki-laki.
BAB III
PENUTUP