Anda di halaman 1dari 13

MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN PADA UDANG VANNAMEI

(Litopenaeus vannamei ) BALAI BUDIDAYA AIR PAYAU (BBAP)


TAKALAR

TUGAS AKHIR

Oleh :

ZAINAL SAMPARA

1722050064

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS PERIKANAN

JURUSAN AGRIBISNIS

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP

2019
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Udang putih (L. vannamei) merupakan spesies introduksi yang


dibudidayakan di Indonesia. Udang putih yang dikenal masyarakat dengan
vanname ini berasal dari Perairan Amerika Tengah. Negara-negara di
Amerika Tengah dan Selatan seperti Ekuador, Venezuela, Panama, Brasil,
dan meksiko sudah lama membudidayakan jenis udang yang dikenal juga
dengan pasific whiteshrimp ini.

Di Indonesia, udang putih baru diintroduksi dan dibudidayakan mulai


awal tahun 2000-an dengan menunjukkan hasil yang menggembirakan.
Masuknya udang putih ini telah menggairahkan kembali usaha pertambakan
Indonesia yang mengalami kegagalan budidaya akibat serangan penyakit ,
terutama bintik putih (white spot). White spot telah menyerang tambak-
tambak udang windu baik yang dikelola secara tradisional maupun intensif
meskipun telah menerapkan teknologi tinggi dengan fasilitas yang lengkap.
Di Sulawesi selatan, udang putih mulai menjadi spesies alternatif bagi
petambak untuk dibudidayakan. Beberapa perusahaan besar yang bergerak
dalam agrobisnis udang mulai mencoba membudidayakan udang putih untuk
meningkatkan produktifitas tambaknya. Begitu juga dengan tambak-tambak
tradisional dan semi intensif mulai mengalihkan jenis spesies yang
dibudidayakan dengan udang putih

Dengan demikian diharapkan produktivitas udang vannamei dapat


diangkat . Untuk melaksanakan usaha perikanan budidaya yang
berkelanjutan, maka penerapan tatacara budidaya yang bertanggung jawab
harus dimulai dari kegiatan pembenihan sampai dengan pembesarannya.
Benih yang bermutu dicirikan antara lain : pertumbuhan cepat, ukuran
seragam sintasan tinggi,adaptif terhadap lingkungan pembesaran, bebas
parasit dan tahan terhadap penyakit, efisien dalam menggunakan pakan
serta tidak mengandung residu bahan kimia dan obat-obatan yang dapat
merugikan manusia dan lingkungan. Agar dihasilkan benih yang bermutu,
maka dalam kegiatan usaha pembenihan harus mendapatkan teknik
pembenihan sesuai dengan standard an prosedur pembenihan yang
baik.untuk itu perlu adanya Cara Pembenihan Ikan yang Baik (CPIB) yang
dapat digunakan sebagai acuan para pelaku usaha pembenihan udang
dalam menghasilkan benih yang bermutu.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka, masalah utama dalam


penelitian ini adalah Bagaimana manajemen pemberian pakan pada udang
vannamei di BBAP Takalar?

1.3 Tujuan

Tujuan dilaksanakanya (PKPM) ini untuk mengetahui bagaimana


manajemen pemberian pakan pada udang vannamei.

1.4 Manfaat

Manfaat dilaksanakanya (Pkpm) ini adalah untuk menambah


pengetahuan mahasiswa tentang teknik pembesaran udang vannamei.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi Udang Vannamei ( Litopenaeus vannamei )

Menurut Haliman dan Adijaya (2005), klasifikasi udang vannamei


(Litopenaeus vannamei) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia

Sub-kingdom : Metazoa

Filum : Artrhopoda

Subfilum : Crustacea

Kelas : Malascostraca

Subkelas : Eumalacostraca

Superordo : Eucarida

Ordo : Decapoda

Subordo : Dendrobrachiata

Famili : Penaeidae

Genus : Litopenaeus

Spesies : Litopenaeus vanname

2.2 Morfologi Udang Vannamei

Tubuh udang vannamei dibentuk oleh dua cabang atau ( biramous ) yaitu
exopodite dan endopodite. Vannamei memiliki tubuh berbuku-buku dan
aktifitas berganti kulit luar atau eksoskeleton secara periodik (moulting ).
Bagian chephalothorax udang vannamei sudah mengalami modifikasi
sehingga dapat digunakan untuk keperluan sebagai berikut:

· Makan, bergerak dan membenamkan diri dalam lumpur ( burrowing ).

·Menopang insang karena struktur insang mirip bulu unggas.

Organ sensor, seperti pada antena dan antenula. ( Gambar ) Kepala


(Chephalothorax) udang vannamei terdiri dari antenula, antenna, mandibula,
dan dua pasang maxillae. Kepala udang vannamei juga dilengkapi dengan
tiga pasang maxiliped dan lima pasang kaki berjalan (peripoda) atau kaki
sepuluh (decapoda). Maxipiliped sudah mengalami modifikasi dan berfungsi
sebagai organ untuk makan. Bentuk peripoda beruas-ruas yang berujung di
bagian dactylus. Dactylus ada yang berbentuk capit (kaki 1,2 dan 3) dan
tanpa capit kaki 4 dan 5. Perut ( abdomen ) terdiri dari 6 ruas. Pada bagian
abdomen terdapat 5 pasang kaki renang dan sepasang uropod (mirip ekor)
yang berbentuk kipas bersama-sama telson (Haliman dan Adijaya, 2005).

2.3. Tingkah Laku Udang Vannamei

Dalam usaha pembenihan udang, perlu adanya pengetahuan tentang


tingkah laku udang. Menurut Haliman dan Adiwijaya (2005), beberapa
tingkah laku udang yang perlu diketahui antara lain:

1. Sifat nocturnal Yaitu sifat binatang yang aktif mencari makan pada waktu
malam, dan siang hari udang vannamei lebih suka beristirahat, baik
membenamkan diri pada lumpur maupun menempel pada suatu benda yang
terbenam.

2. Sifat kanibalisme Yaitu sifat suka memangsa sejenisnya. Sifat ini sering
timbul pada udang yang kondisinya sehat, yang tidak sedang ganti kulit.
Sasarannya adalah udang-udang yang kebetulan ganti kulit.
3. Ganti kulit ( moulting ) Yaitu suatu proses pergantian kutikula lama
digantikan dengan kutikula yang baru. Kutikula adalah kerangka luar udang
yang keras (tidak elastis). Oleh karena itu untuk tumbuh menjadi besar
udang vannamei perlu melepas kulit lama dan menggantikan dengan kulit
baru.

4. Daya tahanUdang pada waktu masih berupa benih sangat tahan pada
perubahan kadar garam (salinitas). Sifat demikian dinamakan sifat
euryhaline. Sifat lain yang menguntungkan adalah ketahanan terhadap
perubahan suhu dan sifat ini dikenal sebagai Eurytherma.

5. Menyukai hidup di dasar (bentik).

6. Tipe pemakan lambat tetapi terus menerus (continous feeder ). Dengan


mengetahui tingkah laku larva udang vannamei di atas, maka akan mudah
untuk menentukan manajemen pakan yang baik.

2.4 Manajemen Pemberian Pakan

Program pemberian pakan pada budidaya udang putih merupakan langkah


awal yang harus diperhatikan untuk menentukan baik jenis, ukuran frekuensi
dan total kebutuhan pakan selama masa pemeliharaan (Adiwidjaya et al,
2005). Nutrisi dan pemberian pakan memegang peranan penting untuk
kelangsungan usaha budidaya hewan akuatik. Penggunaan pakan yang
efisien dalam usaha budidaya sangat penting kerena pakan merupakan
faktor produksi yang paling mahal (Haryanti,2003). Oleh karena itu, upaya
perbaikan komposisi nutrisi dan perbaikan efisiensi penggunaan pakan
tambahan perlu dilakukan guna menigkatkan produksi hasil perikanan
budidaya dan mengurangi biaya pengadaan pakan, serta meminimalkan
produksi limbah pada media budidaya, sehingga dapat tercipta budidaya
udang yang berkelanjutan (Adiwidjaya et al, 2005). Pengelolaan pakan harus
dilakukan sebaik mungkin dengan memperhatikan apa, berapa banyak,
kapan, berapa kali, dimana ikan/udang diberi pakan. Penerapan feeding
ragim hendaknya disesuikan dengan tingkah laku kultivan, serta siklus alat
pencernaan guna memaksimalkan penggunaan pakan (Tacon, A. 1987).

Selain itu juga memperhatikan hal-hal berikut ini:

1. ukuran pakan yang kita berikan

2. jumlah pakan yang diberikan

3. cara pemberian pakan

4. kontrol pakan ( di ancho )

5. sampling

2.5 Pentingnya pakan dalam kegiatan budidaya udang vannamei

Dalam meningkatkan produksi pada usaha budidaya udang Vannamei


untuk memenuhi syarat gizi diperlukan pakan buatan. Yang dimaksud pakan
buatan ialah pakan yang diramu dari berbagai macam bahan. Pakan harus
mengandung nutrisi yang lengkap dan seimbang bagi kebutuhan ikan atau
udang. Karena nutrisi merupakan salah satu aspek yang sangat penting, jika
makanan yang diberikan pada ikan mempunyai nilai nutrisi yang cukup
tinggi, maka tidak saja memberikan kehidupan pada ikan tetapi juga akan
mempercepat pertumbuhan. Seperti halnya hewan lainnya, udang juga
memerlukan nutrien tertentu dalam jumlah tertentu pula untuk pertumbuhan,
pemeliharaan tubuh dan pertahanan diri terhadap penyakit. Nutrien ini
meliputi protein, lemak, karbohidrat, vitamin dan mineral.
a.Protein

Kebutuhan udang akan protein akan lebih besar dibandingkan dengan


organisme Lainnya. Fungsi protein di dalam tubuh udang antara lain untuk :

· Pemeliharaan jaringan

· Pembentukan jaringan

· Mengganti jaringan yang rusak

· Pertumbuhan

Umumnya protein yang dibutuhkan oleh udang dalam prosentase


yang lebih tinggi dibandingkan dengan hewan lainnya. Protein merupakan
nutrien yang paling berperan dalam menentukan laju pertumbuhan udang.
Kebutuhan udang akan protein berbeda-beda untuk setiap stadia hidupnya,
pada stadis larva kebutuhan protein lebih tinggi dibandingkan setelah
dewasa. Hal ini disebakan pada stadia larva pertumbuhan udang lebih pesat
dibanding yang dewasa. Disamping itu sumber protein yang didapatkan oleh
udang juga berbeda-beda. Hal ini sesuai dengan kebiasaan makan dari
udang dimana pada stadia larva mereka cenderung bersifat karnivora.
Makanan yang baik bagi udang Vannamei adalah yang mengandung protein
paling bagus minimal 30% serta kestabilan pakan dalam air minimal
bertahan selama 3-4 jam setelah ditebar.

b.Lemak

Lemak mengandung kalori hampir dua kali lebih banyak dibandingkan


dengan protein maupun karbohidrat, karena perannya sebagai sumber
energi sangat besar meskipun kadarnya dalam makanannya relatif kecil.
Fungsi lemak dalam tubuh udang antara lain :

· Sumber energi
- Membantu penyerapan kalsium dan vitamin A dari makanan
- Asam lemak penting bagi udang adalah asam linolenat, asam lemak ini
banyak terdapat pada bagian kepala udang, didalam tubuh udang kelebihan
lemak disimpan dalam bentuk trigliserida.

Disamping asam lemak essensial udang juga membutuhkan klesterol


dalam makanannya, sebab udang tak mampu mensintesa nutrien itu dalam
tubuh udang. Kolesterol berperan dalam proses moulting. Penambahan
kolesterol di dalam tubuh udang melalui makanan akan sangat berpengaruh
pada kadar kolesterol,
kebutuhan kolesterol diperkirakan sebanyak 0,5%.

c.Karbohidrat

Berbeda dengan hewan lainnya karbohidrat dalam tubuh udang tidak


digunakan sebagai sumber energi utama. Kebutuhan udang akan
karbohidrat relatif sedikit. Pendayagunaan akan karbohidrat di dalam tubuh
udang tergantung dari jenis karbohidrat dan jenis udangnya. Secara umum
peranan karbohidrat di dalam tubuh udang adalah :

- Di dalam siklus krebs Penyimpanan glikogen

- Pembentukan zat kitin

- Pembentukan steroid dan asam lemak Kadar karbohidrat di dalam


tubuh udang akan mempengaruhi kandungan lemak dan protein tetapi tidak
mempengaruhi kandungan kolesterol di dalam tubuh. Kandungan karbohibrat
untuk makanan larva udang diperkirakan lebih rendah 20%.

d.Vitamin

Kebutuhan udang akan vitamin relatif lebih sedikit, tetapi kekurangan


salah satu vitamin dapat menghambat pertumbuhan. Tiap-tiap jenis vitamin
mempunyai fungsi yang berbeda-beda, secara umum kegunaan vitamin bagi
udang adalah untuk Pigmentasi, peranan dari vitamin A (karoten),Laju
pertumbuhan pertumbuhan peranan dari vitamin C,dan Kelebihan vitamin
akan bersifat racun atau antagonis terhadap fungsi fisiologis udang.

e.Mineral

Sumber mineral utama bagi udang adalah air laut. Mineral dalam
tubuh udang berperan dalam pembentukan jaringan, proses metabolisme,
pigmentasi dan untuk mempertahankan keseimbangan osmisis cairan tubuh
dengan lingkungannya. Kebutuhan udang akan unsur Ca dan P yang
optimum bagi udang diperkirakan 1,2 : 1,0. Kelebihan mineral dalam tubuh
akan dapat menurunkan laju pertumbuhan dan mengganggu pigmentasi
udang.)

2.6 Parameter Kualitas Air

Untuk perkembangan dan tingkat kelangsungan hidup (sintasan ---


SR) udang yang dipelihara, parameter kualitas air media harus berada pada
kondisi yang optimal. Demikian pula pada kegiatan ujicoba ini dilakukan
monitoring dan pengamatan parameter kualitas air media. Pengamatan
parameter kualitas air yang dilakukan selama ujicoba berlangsung adalah
pH, oksigen terlarut (DO), ammonia, suhu, salinitas, dan nitrit.

2.6.1 Oksigen Terlarut (DO)

Kelarutan oksigen dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya


temperatur, salinitas, pH dan bahan organik. Salinitas semakin tinggi,
kelarutan oksigen semakin rendah. Kelarutan kandungan oksigen yang
terukur pada kedua petak selama perekayasaan (ujicoba) berlangsung
berkisar antara 3,55 – 5,4 ppm. Kelarutan oksigen ini menunjukan kondisi
yang optimal selama kegiatan ujicoba pada budidaya udang Vaname,
sementara untuk kebutuhan minimal pada air media pemeliharaan udang
adalah > 3 ppm (Anonim, 2007).
2.6.2 Suhu

Salah satu faktor pembatas yang cukup nyata dalam kehidupan udang
ditambak adalah suhu ai media pemeliharaan. Seringkali didapatkan udang
mengalami stres dan bahkan mati disebabkan oleh perubahan suhu dengan
rentang perbedaan yang tinggi. Keadaan seperti ini sering terjadi pada
tambak dengan kedalaman kurang dari satu meter. Sebagai contoh musim
kemarau (musim bediding) dan perbedaan suhu yang sangat mencolok
antara siang dan malam hari. Berdasarkan hasil penelitian para ahli, terbukti
bahwa pada suhu rendah metabolisme udang menjadi rendah dan secara
nyata berpengaruh terhadap nafsu makan udang (Byod, 1989). Hasil
pengamatan dari kedua petak ujicoba terukur suhu air media berkisar antara
26,7 – 29,8oC, dari data kisaran suhu ini menunjukan cukup optimal untuk
proses metobolisme udang yang dipelihara. Sedangkan nilai suhu optimal
bagi pertumbuhan dan perkembangan udang Vaname berkisar antara 28,0 –
31,5 0C (Anonim, 1985 dan Ahmad, 1991).

2.6.3 pH Air

Nilai pH perairan dengan variasi terkecil memiliki pengaruh yang


besar terhadap ekosistem perairan, karena nilai pH perairan sangat berperan
dalam mempengaruhi proses dan kecepatan reaksi kimia didalam air
maupun reaksi biokimia di dalam tubuh organisme serta dapat
mempengaruhi daya racun suatu senyawa terhadap organisme air. Untuk
dapat hidup dan tumbuh dengan baik organisme air (ikan dan udang)
memerlukan medium dengan kisaran pH antara 6.8 – 8.5 (Ahmad, 1991 dan
Boyd, 1991). Pada pH dibawah 4,5 atau diatas 9,0 ikan atau udang akan
mudah sakit dan lemah, dan nafsu makan menurun bahkan udang
cenderung keropos dan berlumut. Apabila nila pH yang lebih besar dari 10
akan bersifat lethal bagi ikan maupun udang. Nilai pH dari Wadah kegiatan
ini relatif dalam kondisi yang optimal dan fluktuasi harian termasuk kedalam
batas yang masih aman.
2.6.4 Salinitas

Salinitas (kadar garam) air media pemeliharaan pada umumnya


berpengaruh tehadap pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup udang
(Anonim, 1985). Udang Vaname dapat tumbuh dan berkembangan pada
kisaran salinitas 5 – 30 ppt (Anonim, 1985 dan Ahmad, 1991), bahkan jenis
udang Vaname mempunyai toleransi cukup luas yaitu antara 0 – 50 ppt.
Namun apabila salinitas di bawah 5 ppt dan di atas 30 ppt biasanya
pertumbuhan udang Vaname relatif lambat, hal ini terkait dengan proses
osmoregulasi dimana akan mengalami gangguan terutama pada saat udang
sedang ganti kulit dan proses metabolisme.

2.6.5 Amonia

Kandungan ammonia dalam air media pemeliharaan merupakan hasil


perombakan dari senyawa-senyawa nitrogen organik oleh bakteri atau
dampak dari penambahan pupuk yang berlebihan. Senyawa ini sangat
beracun bagi organisme perairan walaupun dalam konsentrasi yang rendah.
Konsentrasi amonia yang mampu ditolerir untuk kehidupan udang dewasa <
0,3 ppm (Ahmad, 1991 dan Boyd, 1989), dan ukuran benih < 0,1 ppm.

2.6.6 Nitrit

Kandungan nitrit yang tinggi didalam perairan sangat berbahaya bagi


udang dan ikan, karena nitrit dalam darah mengoksidasi haemoglobin
menjadi meta-haemoglobin yang tidak mampu mengedarkan oksigen
(Spotte, 1979), kandungan nitrit sebaiknya lebih kecil dari 0,3 ppm. Kadar
oksigen terlarut dalam air merupakan faktor pembatas dan sangat
berpengaruh terhadap berlangsungnya proses nitrifikasi. Nilai kosentrasi nitrit
dari bak ujicoba ini berkisar antara 0,012 – 0,018 ppm (mg/l), di bawah nilai
ambang batas yang di sarankan. Sehingga dengan kandungan nitrit pada
ujicoba ini termasuk kedalam kondisi yang cukup optimal. Pada salinitas di
atas 20 ppt, batas ambang aman nitrit adalah < 2 ppm (Chen dan Lie, 1990).
BAB III. METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat


Tugas akhir ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
selama 3 bulan yaitu mulai tanggal 7 Januari 2020 – 7 April 2020 di
Balai Budidaya Air Payau Takalar Sulawesi Selatan.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah
sebagai berikut :
1. Data primer yaitu data yang diperoleh dengan cara melaksanakan
dan mengikuti kegiatan secara langsung serta berperan aktif di
lapangan saat kegiatan berlangsung.
2. Data sekunderyaitu data yang diperoleh dari studi pustaka dan
literatur serta referensi lainnya seperti buku dan internet.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam melakukan pengumpulan data
yaitu :
1. Wawancara : Yaitu kegiatan tanya jawab langsung dengan Pimpinan
terkait pada perusahaan tersebut.
2. Observasi : Yaitu kegiatan mengamati dan melakukan pencatatan
secara sistematis terhadap objek penelitian.
3. Studi Pustaka : Yaitu teknik pengumpulandata yang dilakukan
dengan cara mengumpulkan informasi dari berbagai buku dan
sumber lain yang terkait dengan judul tugas akhir.

Anda mungkin juga menyukai